Disusun Oleh :
Danil Safrizal - 213300516142
Dosen Pengampu :
Dr. Hamrin, S.H., M.H., M.Si.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini.
Tujuan pokok makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Hukum Konstitusi dan tujuan umumnya untuk memberikan beberapa informasi
dan pengetahuan.
Danil Safrizal
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor Yang Menyebabkan Setiap Negara Memiliki Identitas Nasional Yang
Berbeda...........................................................................................................7
2.2 Faktor Yang Menyebabkan Setiap Negara Memiliki Identitas Nasional Yang
Berbeda..........................................................................................................8
3.1 Kesimpulan....................................................................................................14
3.2 Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, (Jakarta sinar:
Grafika, 2013), Ed.3, Cet. 1, hlm. 9-10.
4
identitas nasional dan apa saja wujud dari identitas nasional bangsa Indonesia itu
sendiri.
Seringkali kita marah ketika aset identitas nasional kita direbut atau ditiru oleh
Negara lain, tapi dalam pengaplikasiannya kita sebagai warga negara Indonesia hanya
bersikap pasif dan enggan untuk menggembangkannya. Identitas Nasional merupakan
pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan Negara, Selain itu pembentukan Identitas
Nasional sendiri telah menjadi ketentuan yang telah di sepakati bersama.
Menjunjung tinggi dan mempertahankan apa yang telah ada dan berusaha
memperbaiki segala kesalahan dan kekeliruan di dalam diri suatu Bangsa dan Negara
sudah tidak perlu di tanyakan lagi, Terutama di dalam bidang Hukum.
Konstitusi negara tidak hanya terdiri dari teks yang terkandung dalam
teks. Konstitusi diharapkan hidup dalam perwujudan kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Penyelenggara wajib mentaati dan melaksanakan segala sesuatu yang
diatur dalam undang-undang dasar.
Untuk mengetahui tentang identitas nasional suatu bangsa dan negara, serta
bagaimana peranan penting konstitusi dalam kehidupan bernegara. Apakah sudah
berjalan dan terealisasikan dengan mengikuti dasar negara, yaitu pancasila.
5
1.2 Rumusan Masalah
Apa Faktor Yang Menyebabkan Setiap Negara Memiliki Identitas Nasional Yang
Berbeda?
Bagaimana Fungsi Kontrol Antar Negara dan Warga Negara Menurut Tiga Teori
Besar Dan Teori Yang tepat Untuk Negara Pancasila?
Bagaimana Peran Konstitusi dalam Kehidupan Bernegara ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor Yang Menyebabkan Setiap Negara Memiliki Identitas Nasional Yang
Berbeda
1. Faktor Objektif ini meliputi faktor geografis dan demografis. Kondisi geografi
yang membentuk wilayah suatu Negara, dapat mempengaruhi adanya perkembangan
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya pada suatu bangsa.
2. Faktor Subjektif ini meliputi faktor sosial, politik, kebudayaan dan juga sejarah
yang dimiliki oleh suatu bangsa. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi proses
terbentuknya masyarakat dan juga identitas bangsa dalam suatu Negara.2
3. Faktor primer ini meliputi etnis, teritorial, bahasa, dan juga agama. Indonesia
sendiri merupakan bangsa yang memiliki berbagai macam budaya, bahasa dan agama.
Meskipun unsur-unsur tersebut berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing,
namun hal tersebut bisa menyatukan masyarakat menjadi bangsa Indonesia.
4. Faktor ini meliputi komunikasi dan teknologi, seperti lahirnya angkatan bersenjata
dalam kehidupan negara. Dalam hubungan ini, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
suatu bangsa merupakan identitas nasional yang dinamis.
Maka dari itu, pembentukan identitas nasional yang dinamis ini sangat dipengaruhi
oleh kemampuan dan prestasi masyarakat Indonesia. Semuanya tergantung apakah
bangsa Indonesia mau dan mampu membangun bangsa untuk memajukan bangsa dan
negara Indonesia.
2
Ahmad, Identitas Nasional: Pengertian, Faktor, Jenis dan Unsur-unsurnya.
7
5. Faktor penarik ini meliputi bahasa, birokrasi yang tumbuh dan sistem pendidikan.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sudah ditetapkan menjadi bahasa nasional
dan kesatuan nasional. Masing-masing suku yang ada di Indonesia masih tetap
menggunakan bahasa dari daerahnya masing-masing.
6. Faktor reaktif ini meliputi dominasi, pencarian identitas dan juga penindasan.
Seperti yang sudah diketahui bahwa bangsa Indonesia pernah dijajah beratus-ratus
tahun oleh bangsa asing. Hal ini mewujudkan memori bagi rakyat Indonesia. Memori
akan perjuangan, penderitaan dan semangat yang hadir dalam masyarakat untuk
memperjuangkan kemerdekaan.
Contohnya ialah ketika kita mendengar kata Barat, maka kita akan
menggambarkannya sebagai masyarakat yang individualistis, rasional,dan memiliki
kemajuan dibidang teknologi. Dan ketika kita mendengar kata Jepang, maka kita akan
menggambarkannya sebagai masyarakat yang berteknologi tinggi namun masih
mewarisi tradisi orientalnya. Dan apabila kita mendengar Indonesia, maka akan
tergambar masyarakat yang terkesan dengan keramahannya dan kekayaan budayanya.
2.2 Fungsi Kontrol Antar Negara dan Warga Negara Menurut Tiga Teori Besar
Dan Teori Yang tepat Untuk Negara Pancasila
- Pluralis, Orang-orang pluralis melihat negara sebagai wadah atau tempat dimana
kelompok masyarakat yang berbeda bersaing satu sama lain. Misi masyarakat
memberikan arah kebijakan nasional. Pandangan orang-orang pluralis ini persis
seperti yang diucapkan oleh Hobbes dan John Locke, bahwasannya masyarakat itu
lebih awal dari negara. Negara secara normatif harus tunduk pada masyarakat, karena
masyarakatlah yang menjadikan negara dan bukan sebaliknya.
8
pandang ini, perbedaan dari pluralisme sangat jelas. 3Sedangkan teori pluralis melihat
aturan kekuasaan atas warga negara, akan tetapi teori marxis melihat atas negaranya.
Marxis Antonio italia Gramsci memperkenalkan istilah ”hegemoni” untuk
menggambarkan bagaimana negara melakukan penindasan, tetapi tanpa menimbulkan
perasaan penindasan, bahkan masyarakat bisa dikontrol dan didominasi oleh negara.
Hegemoni yang ia deskripsikan adalah ketaatan dengan ide, nilai, pemikiran, dan
sebagainya. Oleh karena itu, yang dimaksud oleh Gramsci tentang hegemoni mengacu
pada konsep kepatuhan terhadap state of mind seseorang atau warga negara.
- Sintesis Sebuah sudut pandang yang memadukan kedua pandangan tersebut ialah
teori strukturasi yang dicetuskan oleh Anthony Giddens. Dia memahami bahwa ada
kata kunci dalam dua teori diatas. Singkatnya, struktur dan agensi selalu dialektika,
dan harus dilihat sebagai dualitas, yang saling mempengaruhi dan terus maju.
4
Giddens menyebut teori struktural sebagai penolakan (oposisi) dualisme. Giddens
mengusulkan gagasan dualitas antara aktor dan struktur. Dualitas aktor dan struktur,
serta sentralitas ruang dan waktu, merupakan dua tema sentral yang membentuk poros
teori strukturasi. Dualitas berarti bahwa perilaku dan struktur saling mengandaikan.
Teori yang tepat untuk Negara kita ialah teori strukturasi. Karena, warga negara
memiliki hak untuk mematuhi aturan negara, yang dimana telah tercermin dalam
praktik sosial keseharian kita. Semua negara dan warga negara memiliki hak dan
kewajiban sesuai dengan bagiannya.
3
Anshori, Isa (2009) Negara, Ideologi dan Pendidikan dalam pandangan Antonio Gramsci dan Louis
Althusser. HALAQA: Jurnal Kependidikan dan KeIslaman, 8 (1). pp. 1-100. ISSN 1412-9302 ISSN 1412-9302,
4
Isa Anshori, Dinamika Pesantren: Pemaknaan Sosial, Ideologi dan Ekonomi di Kalangan Elite
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Press, 2012. Hlm. 77.
9
bagian dari hak asasi manusia yang memerlukan sarana dan prasarana seperti fasilitas
kesehatan atau pelayanan medis yang baik dan sesuai.
Konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Dasar (UUD)
1945. UUD 1945 berbentuk dokumen tertulis yang memuat hukum dasar dan
pedoman pembentukan peraturan.
- Penjamin Hak Asasi Manusia Batang tubuh UUD 1945 memuat tentang jaminan
terhadap hak-hak dasar manusia dan warga negara. Kewajiban pemerintah
mewujudkannya adalah melalui perlindungan fakir miskin dan anak telantar,
memajukan kesejahteraan melalui pendidikan, dan melindungi segenap bangsa
Indonesia.
Fungsi Transformatif Jika kandungan UUD 1945 dinilai tidak lagi relevan dengan
perkembangan masyarakat, konstitusi ini terbuka untuk diubah. UUD 1945
mengalami perubahan pada tahun 1999-2002. Perubahannya memuat penghapusan
Dewan Pertimbangan Agung atau DPA dan kehadiran lembaga baru yaitu MK dan
KY. Kehadiran MK dan KY untuk memperkuat keberadaan kekuasaan kehakiman
sebagai lembaga penegak hukum.
- Sumber Hukum Tertinggi UUD 1945 memiliki supremasi sebagai sumber hukum
tertinggi. Kedudukannya lebih tinggi dibanding kekuasaan. Supremasi ini dimuat
dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara
hukum.7
UUD 1945 disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi
kemerdekan Republik Indonesia. UUD 1945 menjadi tanda lahirnya negara baru yang
merdeka sekaligus sebagai identitas nasioal dan lambang persatuan.
Konstitusi merupakan kumpulan asas, prinsip, dasar dan kaidah hukum yang mengatur
suatu organisasi atau sebagai sebuah manifesto pernyataan-pernyataan dari pembentuk
UUD yang secara umum hendak diwujudkan.
7
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945
11
Selain itu, juga implikasi amendemen UUD 1945 mengakibatkan semua insititusi
pada lapisan supra struktur kenegaraan dan pemerintahan harus ditata kembali. Tidak
heran pasca Perubahan UUD 1945, pembentuk Undang-Undang dalam hal ini DPR
dan Pemerintah, banyak melakukan perubahan atau menyusun Undang-Undang yang
dibutuhkan sebagai peraturan pelaksana terutama dalam konteks yang berkaitan
dengan lembaga-lembaga negara..
Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam naskah penjelasan UUD 1945 sebelum
amandemen yang dahulu lebih dikenal dengan sebutan 7 (tujuh) sistem pokok
pemerintahan sebagai berikut: Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum;
Sistem konstitusional; Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis
Permusyawaratan Rakyat; Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang
tertinggi di bawah Majelis; Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan
Perwakilan Rakyat; Menteri negara ialah pembantu Presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat; Kekuasaan kepala negara tidak
tak terbatas.
“Lembaga pada tingkat pertama yang lebih dikenal dengan lembaga negara pada
tingkat konstitusi misalnya adalah Presiden, Wakil Presiden, DPR, DPD, MPR, MA,
MK, BPK. Kewenangan lembaga tingkat pertama ini diatur dalam UUD dan dirinci
lagi dalam UU, selanjutnya pengangkatan para anggotanya ditetapkan dengan
Keputusan Presiden sebagai pejabat adminstratif negara yang tertinggi,”
“Yang lebih rendah lagi tingkatannya ialah lembaga yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Menteri. Atas inisiatif menteri sebagai pejabat publik berdasarkan
kebutuhan berkenaan dengan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di bidang-
bidang yang menjadi tanggung jawabnya, dapat saja dibentuk badan, dewan, lembaga,
ataupun panitia-panitia yang sifatnya tidak permanen dan bersifat spesifik. Jika
dikaitkan dengan hal tersebut di atas, maka dapat dikemukakan bahwa dalam UUD
1945, terdapat tidak kurang dari 28 subjek hukum kelembagaan atau subyek hukum
tata negara dan tata usaha negara yang disebut keberadaannya dalam UUD 1945.
Subjek-subjek hukum kelembagaan itu dapat disebut sebagai organ-organ negara
dalam arti luas. Dari 28 organ tersebut, tidak semua ditentukan dengan jelas
keberadaannya dan kewenangannya dalam UUD 1945.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting dan
merupakan bagian dari hak asasi manusia, terkhusus di Indonesia. Penunjang
pemeliharaan Kesehatan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang memerlukan
sarana dan prasarana seperti fasilitas kesehatan atau pelayanan medis yang baik dan
sesuai. Ketentuan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa negara mempunyai tugas mutlak dan sentral untuk menunjang
kesejahteraan rakyat Indonesia dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang bermutu
dan memadai bagi semua orang, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 34 ayat 2
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 «Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan». Kedudukannya berada di atas segala peraturan perundang-undangan
yang ada.
Sehingga tidak ada materi perundang-undangan lain yang isinya bertentangan dengan
konstitusi. Konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang Dasar
1945. UUD 1945 berbentuk dokumen tertulis yang memuat hukum dasar dan
pedoman pembentukan peraturan.
- Penjamin Hak Asasi Manusia Batang tubuh UUD 1945 memuat tentang jaminan
terhadap hak-hak dasar manusia dan warga negara. Kewajiban pemerintah
mewujudkannya adalah melalui perlindungan fakir miskin dan anak
telantar, memajukan kesejahteraan melalui pendidikan, dan melindungi segenap
bangsa Indonesia. Supremasi ini dimuat dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum.
14
UUD 1945 menjadi tanda lahirnya negara baru yang merdeka sekaligus sebagai
identitas nasioal dan lambang persatuan
3.2 Saran
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Isa (2009) Negara, Ideologi dan Pendidikan dalam pandangan Antonio Gramsci dan
Louis Althusser. HALAQA: Jurnal Kependidikan dan KeIslaman, 8 (1). pp. 1-100. ISSN
1412-9302 ISSN 1412- 9302, Vol. 8, No.1, hal 57-66, Sidoarjo, April 2009.
http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/39586
16