Anda di halaman 1dari 49

BANGSA DAN NEGARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

DOSEN PENGAMPU :

Dr. HENDRA SUDRAJAT, SH. MH.

DISUSUN OLEH :

Dhea Meisyah Rani 2101030035

Ragiliza Septyacahyaning Pamungkas 2101030034

Winartania Lusiana Dewi 2101030033

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF TANGERANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ILMU KOMUNIKASI

2021/2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................2

BAB I........................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4

B. Rumusan masalah.......................................................................................5

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................6

BAB II.......................................................................................................................7

PEMBAHASAN.........................................................................................................7

A. Bangsa Menurut para Pakar dan Ahli.........................................................7

1. Makna Bangsa..........................................................................................7

2. Makna Bangsa Menurut para Pakar dan Ahli...........................................7

B. Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia......................8

C. Negara Menurut Para Pakar dan Ahli.......................................................12

1. Makna Negara.......................................................................................12

2. Makna Negara Menurut para Pakar dan Ahli.......................................12

D. Unsur-Unsur Negara..............................................................................14

1. Penduduk/Rakyat...................................................................................14

2. Wilayah..................................................................................................15

3. Pemerintah yang Berdaulat...................................................................17

4. Kemampuan untuk Mengadakan Hubungan dengan Negara Lain.......17

E. Bentuk-Bentuk Negara..............................................................................17

1. Pengertian Bentuk-Bentuk Negara........................................................17

2. Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno.............................................18

3. Bentuk Negara Pada Zaman Pertengahan............................................18

2
4. Bentuk-Bentuk Negara pada Masa Modern Sekarang..........................19

F. Pengertian, Konsep, dan Hakikat Negara Hukum.....................................21

3. Pengertian Negara Hukum....................................................................21

2. Konsep Negara Hukum..........................................................................23

3. Hakikat Negara Hukum..........................................................................40

BAB III....................................................................................................................43

PENUTUP...............................................................................................................43

A. Kesimpulan................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................47

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa adalah sekelompok orang yang mempunyai kehendak untuk
bersatu dan mempunyai persatuan nasib juga berada di wilayah
tertentu, beberapa budaya yang sama, mitos serta leluhur bersama.

Negara berasal dari kata state (Inggris), Staat (Belanda, Jerman),


E’tat (Prancis), Status, Statum (Latin) yang berarti menaruh dalam
posisi berdiri, menetapkan, atau membuat berdiri. Kata Negara Dipakai
di Indonesia berasal dari bahasa Sansakerta yaitu Negara atau Nagaru
yang berarti wilayah, kota, atau penguasa.

Sebagai makhluk sosial, tiap manusia condong untuk hidup bersama


dan berkelompok dengan sesamanya, serta menduduki suatu daerah
tertentu. Suatu manusia yang hidup bersama disebut masyarakat.
Seluruh masyarakat yang memiliki perbedaan dalam hal suku, ras,
agama, dan watak akan berkumpul bersama dalam satu tempat dan
terbentuklah suatu bangsa.

Tempat dari satu bangsa, biasa disebut dengan Negara. Hal ini
menandakan perilaku suatu bangsa perlu diatur dalam suatu aturan,
makadari itu seluruh warga yang ada dalam wilayah tersebut, harus
mematuhi aturan yang sudah ditetapkan.1

UUD 1945 yang masih berlaku saat ini adalah sakral dan tidak bisa
diubah ternyata sudah mengalami banyak perubahan. Tuntutan
terhadap perubahan UUD 1945 faktanya sangat penting untuk

1
Muhammad Miftah Hazim “Bangsa dan Negara” diakses dari,
https://www.academia.edu/38151670/makalah_bangsa_dan_negara pada tanggal 27 Mei
2022, pukul 16:04 WIB.

4
penataan kembai kehidupan bangsa dan negara. Dengan kata lain
sebagai usaha untuk memulai “kontrak sosial” antara warga negara dan
dengan negaramenuju apa yang sudah dicita-citakan negara yang
dituangkan dalam sebuah aturan dasar (konstitusi). Perubahan
konstitusi ini mencita-citakan adanya perubahan sistem dan kondisi
negara otoritarian menuju arah yang lebih demokratis dengan relasi
Lembaga negara yang lebih sepadan. Dengan demikianperubahan
konstitusi menjadi suatu agenda yang tidak dapat dilalaikan. Makadari
itu menjadi suatu keharusan bagi dan sangat menentukan bagi jalan
nya demokritasi suatu negara. Realitas yang berkembang kemudian
membuktikan adanya komitmen bersama dalam setiap lapisan warga
negara untuk mengamandemenkan UUD 1945. Bagaimana cara
merealisasikan komitmen itu dan siapa yang bertugas untuk
menjalankannya serta dalamkondisi apapun seperti apa perubahan itu
terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari
proses perubahan konstitusi itu. Dapat kita lihat apakah hasil yang
didapat memenuhi ekspektasi dari warga negara , dan apakah telah
ditentukan pembentukan wajah seperti apa Indonesia ini kedepannya.
Apakah wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan
nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan nilai kemanusiaan.

Jika kita melihat kembali hasil dari perubahan yang telah terjadi,
dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubaha yang dihasilkan
memang dapat dinilai lebih baik dan sempurna dari sebelumnya.2

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan pengertian bangsa menurut para pakar dan ahli!
2. Apa saja proses hingga Negara Kesatuan Repubik Indonesia?
3. Jelaskan pengertian Negara dari para pakar dan ahli!

2
Wisesa Atha Raihan “Pengertian Negara”, diakses dari https://osf.io/43s9y/download
pada tanggal 27 Mei 2022, pukul 13:29 WIB.

5
4. Sebutkan unsur dari suatu negara!
5. Sebutkan bentuk-bentuk dari suatu negara!
6. Sebutkan pengertian, Konsep, dan Hakikat Negara Hukum!
7. Sebutkan prinsip-prinsip dari Negara Hukum!

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui makna bangsa dan negara.
2. Untuk mengetahui proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Untuk mengetahui unsur dari suatu negara.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk negara.
5. Untuk mengetahui konsep negara hukum.
6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip negara hukum.

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Bangsa Menurut para Pakar dan Ahli.
1. Makna Bangsa
Bangsa yaitu orang-orang yang bersamaan asal keturunan,
adat, bahasa dan sejarahnya serta pemerintahan sendiri. Dalam
kamus bahasa Indonesia, pengertian bangsa adalah kumpulan
manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa serta
wilayah tertentu dimuka bumi.3

2. Makna Bangsa Menurut para Pakar dan Ahli


Berikut pendapat para pakar dan ahli mengenai bangsa :

a) Ernest Renan (Perancis)


Menurut nya, bangsa terbentuk karena adanya keinginan
untuk hidup bersama (Hasrat Bersatu) dengan perasaan setia
kawan yang agung.
b) Otto Bauer (Jerman)
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai
persamaan karakter. Karakteristik yang tumbuh karena
adanya persamaan nasib.
c) F. Ratzel (Jerman)
Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu.
Hasrat itu timbul karena adanya rasa kesatuan antara
manusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik).
d) Hans Kohn (Jerman).
Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam
sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka
3
Muhammad Miftah Hazim “Bangsa dan Negara” diakses dari
https://www.academia.edu/38151670/makalah_bangsa_dan_negara pada tanggal 27 Mei
2022, pukul 17:20 WIB.

7
ragam dan tidak bisa dirumuskan secara pasti. Kebanyakan
bangsa memiliki faktor-faktor obyektif tertentu yang
membedakannya dengan bangsa lain.
e) Jalobsen dan Lipman
Bangsa adalah kesatuan budaya (cultural unity) dan
suatu kesatuan politik (political unity).4

B. Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia


Awal tahun 1950 merupakan periode krusial(buruk, genting,
gawat) bagi Indonesia. Pertentangan dan konflik untuk
menentukan bentuk negara bagi bangsa dan negara Indonesia
tengah berlangsung. Pada satu sisi, secara resmi saat itu Indonesia
merupakan negara federal, sebagaimana hasil Konferensi Meja
Bundar (KMB). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan muncul
gerakan yang menentang keberadaan negara federal itu. Gerakan
ini eksis bukan saja dari kalangan elit. Tetapi juga dikalangan
masyarakat bawah. Gerakan tersebut menghendaki diubahnya
bentuk negara federal menjadi Negara Kesatuan.
Dengan hasil rapat KMB yang bersidang pada tanggal 6-15
Desember 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS).
Negara yang berbentuk federal ini terdiri dari 16 negara bagian
yang masing - masing mempunyai luas daerah dan jumlah
penduduk yang berbeda. Negara bagian yang terpenting, selain
Republik Indonesia yang mempunyai daerah terluas dan penduduk
yang terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra
Selatan, Negara Pasundan, Dan Negara Indonesia Timur. Sebagian
besar negara bagian yang tergabung dalam RIS mendukung untuk
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).

4
Jajang Wahyudin “Pengertian Bangsa”, diakses dari
https://www.academia.edu/6239080/PENGERTIANBANGSA pada tanggal 27 Mei 2022,
pukul 20:01 WIB.

8
Bagian terpenting dari keputusan KMB adalah terbentuknya
Negara Republik Indonesia Serikat. Memang hasil KMB diterima
oleh pemerintah Republik Indonesia. Namun hanya setengah hati.
Hal ini terbukti dengan adanya pertentangan dan perbedaan antar
kelompok bangsa.

Dampak dari terbentuknya negara RIS adalah konstitusi yang


digunakan bukan lagi UUD 1945, melainkan konstitusi RIS tahun
1949. Dalam pemerintahan RIS jabatan presiden dipegang oleh Ir.
Soekarno, dan Drs. Mohammad hatta sebagai perdana menteri.
Berdasarkan pandangan kaum nasionalisme(satu paham
mempertahankan kedaulatan sebuah negara) pembentukan RIS
merupakan strategi pemerintah kolonial Belanda untuk memecah
belah kekuatan bangsa indonesia sehingga belanda akan mudah
mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya ke Republik
Indonesia. Reaksi rakyat atas terbentuknya RIS terjadinya
demontrasi-demontrasi yang menghendaki pembubaran RIS dan
penggabungan beberapa Negara bagian RIS.

Belanda membentuk federal sementara yang akan berfungsi


sampai terbentuknya negara Indonesia Serikat. Dalam hal ini, RI
baru akan diizinkan masuk dalam NIS jika permasalahan dengan
Belanda sudah dapat teratasi. Selain itu, Belanda berusaha
melenyapkan RI dengan melaksanakan Agresi Militer II. Belanda
berharap jika RI dilenyapkan, Belanda dapat dengan mudah
mengatur negara-negara bonekanya. Akan tetapi, perhitungan
Belanda melesat. Agresi militer belanda II, menyebabkan Indonesia
mendapatkan simpati dari negara Internasional. Akhirnya, Belanda
harus mengakui Kedaulatan Indonesia berdasarkan hasil Konferensi
Meja Bundar.

9
Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penandatanganan
pengakuan kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh
Belanda, Indonesia berubah menjadi Negara Serikat. Akibatnya
terbentuklah Republik Negara Serikat. Meskipun demikian, bangsa
Indonesia bertekad untuk mengubah RIS menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kurang dari delapan bulan masa berlakunya,
RIS berhasil dikalahkan oleh semangat persatuan bangsa Indonesia.

Proses kembalinya ke NKRI:

1. Beberapa negara bagian membubarkan diri dan bergabung


dengan RI, Negara Jawa Timur, Negara Pasundan, Negara
Sumatra Selatan, Negara Kaltim, Kalteng, Dayak, Bangka,
Belitung dan Riau.
2. Negara Padang bergabung dengan Sumatra Barat, Sabang
bergabung dengan Aceh.
3. Tanggal 5 April 1950 RIS hanya terdiri dari : Negara Sumatra
Timur, Negara Indonesia Timur, Republik Indonesia.
4. Ketiga negara ini (Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia
Timur, Negara Sumatra Timur) kemudian bersama RIS sepakat
untuk kembali ke negara kesatuan dan bukan melabur ke
dalam Republik.
5. Pada tanggal 3 April 1950 dilangsungkan konferensi antara RIS-
NISNST. Kedua negara bagian tersebut menyerahkan
mendatnya kepada perdana Menteri RIS Moh. Hatta pada
tanggal 12 Mei 1950.
6. Pada 19 Mei 1950 diadakan kesepakatan dan persetujuan yang
masing-masing diwakili oleh : RIS oleh Moh. Hatta, RI oleh dr.
Abdul Halim.
7. Hasil kesepakatan “ NKRI akan dibentuk di Jogjakarta, dan
pembentukan panitia perancang UUD.”

10
8. Pada 15 Agustus 1950, setelah melalui berbagai proses,
dilakukan pengesahan UUS RIS yang bersifat sementara
sehingga dikenal dengan UUD’S 1950. Ini menunjukkan akan
terjadi perubahan. UUDS ini di sahkan oleh presiden RIS. UUD
RIS terdiri dari campuran UUD 45 dan UUD RIS.
9. Pada 17 Agustus 1950. RIS secara resmi dibubarkan dan
Indonesia kembali ke bentuk negara kesatuan.

Indonesia mengalami perubahan bentuk Negara kesatuan


menjadi Negara federal bukan saja disebabkan oleh faktor dalam
negeri, tetapi ada hubungannya dengan kehadiran Belanda.
Kuatnya keinginan Belanda sebagai Negara koloni untuk
mempertahankan pengaruh dan kekuasaanya di Indonesia
membuat Negara ini sempat mengalami perubahan bentuk
Negara. Terjadinya perubahan dari Negara federal menjadi Negara
kesatuan tidak dapat disangkal disebabkan dukungan politik dari
masyarakat Indonesia terhadap ide Negara federal sesunguhnya
sangat lemah. Ide negara federal muncul dari ambisi politik orang-
orang Belanda yang sepertinya takut negerinya tidak lagi
mempunyai peran di Asia. Oleh karena itulah ketika masalah
kemerdekaan Indonesia sudah tidak dapat ditawar lagi, mereka
memperkenalkan ide mengenai pembentukan negara federal.

Republik Indonesia Serikat yang berbentuk federal itu tidak


disenangi oleh sebagian besar rakyat Indonesia, karena sistem
federal digunakan oleh Belanda sebagai muslimat untuk
menghancurkan RI selain itu bentuk negara serikat tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia tidak sesuai dengan cita-cita
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945.
Disamping itu, konstitusi federal dianggap hanya menimbulkan
perpecahan. Hal tersebut mendorong keinginan untuk kembali ke

11
negara kesatuan. Pada dasarnya pembentukan negara - negara
bagian adalah keinginan Belanda, bukan kehendak rakyat karena
Belanda ingin menanamkan pengaruhnya dalam RIS. Rapat-rapat
umum diselenggarakan di berbagai daerah, juga demontrasi -
demontrasi yang membentuk pembubaran RIS. Sebagian dari
pemimpin RI termasuk yang ada dalam parlemen, bertekat untuk
secepat mungkin menghapus sistem federal dan membentuk
negara kesatuan. . Dalam Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung
prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik.” dan Pasal 37 ayat (5) "Khusus mengenai
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan". 5

C. Negara Menurut Para Pakar dan Ahli.


1. Makna Negara
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang
memiliki kekuasaan yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.6

Negara merupakan Integrasi dari kekuasaan politik, negarab


adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah alat
(agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan
menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. 7

2. Makna Negara Menurut para Pakar dan Ahli


Berikut pendapat para pakar dan ahli mengenai bangsa :
a) Roger H. Soltau: “Negara adalah agen (agency) atau
kewenangan (authority) yang mengatur atau mengendalikan

5
Echo, “Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )”, diakses dari
http://www.academia.edu/7663694/Negara_Kesatuan_Republik_Indonesia_NKRI.pdf,
pada tanggal 27 Mei 2022, pukul 20.25 WIB
6
Roger F. Soltau, “An Introduction to Politics (London: Longmans), hlm 4.
7
Prof. Miriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, hlm 48.

12
persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat (The
states an agency or authoritaty manageing or controlling
these (common) affairs on behalf of and in the name of the
community).8
b) Harold J. Laski: "Negara adalah suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat
memaksa dan yang secara sah lebih berkuasa daripada
individu atau kelompok yang merupakan bagian dari
masyarakat. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang
hidup dan bekerja sama untuk memenuhi terkabulnya
keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan
negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu
maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu
wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat. (The state is
a society which is integrated by possesing a coercive authority
legally supreme over any individual or group which is part of
the society. A society is a group of human beings living
together and working together for the satisfaction of their
mutual wants. Such a society is a state when the way of live to
which both individuals and associations must conform is
defined by a coercive authority binding upon them all)."9
c) Max Weber: "Negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik
secara sah dalam sesuatu wilayah. (The state is a human
society that (succesfully) claims the monopoli of the legitimate
use of physical force within a given territory)."10

8
Soltau, “An Introduction to Politics” hlm 1.
9
Harold J. Laski, “The State In Theory and Practice” (New York: The Viking Press, 1977),
hlm 8-9.
10
H.H. Gerth and C. Wright Milss, trans., eds and Introduction, “From Max Weber: Essays
in Sociology” (New York: Oxford University Press, 1958), hlm 78.

13
d) Robert M. Maclver: "Negara adalah asosiasi yang
menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat
dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud
tersebut diberi kekuasaan memaksa (The state is an
association which, acting through law as pormulgated by a
government endowed to this end with ceorcive power,
maintains whitin a community territorially demarcated the
universal external conditions of social order)."11

D. Unsur-Unsur Negara
Untuk membentuk suatu negara diperlukan elemen atau unsur
negara. Berikut adalah unsur negara yang telah ditentukan:

1. Penduduk/Rakyat
Negara tidak mungkin terbentuk tanpa rakyat,Rakyat adalah
semua orang yang menjadi warga suatu negara. Rakyat salah satu
bagian terpenting dalam negara karena rakyat yang pertama kali
berkeinginan membentuk negara,di setiap negara pasti mempunyai
penduduk,dan kekuasaan negara mencakup semua penduduk di
dalam wilayahnya.
Pada umumnya dalam suatu negara memperlihatkan
identitas yang berbeda dari bangsa yang lainnya,misalnya dalam
kebudayaan,bahasa,suku bangsa,dan persamaan agama merupakan
salah satu faktor yang mendorong pada arah terbentuknya
persatuan nasional dan identitas nasional yang kuat.
Rakyat dalam suatu negara dapat dibedakan dengan hal-hal
berikut:
a) Penduduk bukan penduduk
Penduduk adalah orang yang berdomisili secara tetap dalam
wilayah suatu negara dengan jangka waktu yang lama dan telah
11
R.M. Maclver, “The Modern State” (London: Oxford Univesity Press, 1926), hlm 22.

14
memenuhi syarat tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang
disetiap negara. Di Indonesia penduduk memiliki status
Kewarganegaraan disebut (WNI) orang asli Indonesia dan (WNA)
warga negara asing yang tinggal menetap di Indonesia.
Sedangkan Bukan Penduduk mereka yang berada di dalam
suatu negara tidak menetap hanya untuk sementara waktu saja.
Status kewarganegaraannya adalah warga negara asing (WNA)
misal,turis yang sedang berlibur di suatu negara.
b) Warga negara dan bukan warga negara
Warga negara adalah orang yang secara dimata hukum
merupakan anggota dari suatu negara tersebut. Bukan warga
negara disebut orang asing atau warga negara asing yang tidak
mempunyai kaitan dengan hukum dan negara itu.
c) Bangsa
Bangsa sederhananya kumpulan manusia yang merupakan
satu kesatuan pandangan kebudayaan. Contohnya seperti:
bahasa adat kebiasaan,agama dan sebagainya.

2. Wilayah
Unsur berikutnya yang membentuk suatu negara ialah wilayah.
Wilayah merupakan unsur mutlak suatu negara,luas wilayah suatu
negara ditentukan oleh pembatasannya. Wilayah suatu negara
dapat dibedakan atas dasar:
Pertama, wilayah daratan ini tidak dapat sepenuhnya dikuasai
sendiri oleh suatu negara,negara harus berbagi dengan negara
lain,memiliki batas biasanya ditentukan di perjanjian dengan
negara-negara tetangga.

Batas Wilayah:

- Batas Alamiah: Gunung,sungai,hutan


- Batas Buatan: Pagar,tembok,kawat berduri,pos jaga

15
- Batas Geografi: Lintang dan bujur

Kedua,wilayah lautan tidak semua negara memiliki wilayah


lautan,bahkan negara yang berada di tengah-tengah benua. PBB
(UNCLOS) mengadakan konferensi hukum laut internasional dan
menghasilkan batas wilayah laut yang menjadi beberapa kategori:

- Laut Territorial: Wilayah yang menjadi kedaulatan penuh suatu


negara dengan lebar 12 mil diukur dari pulau terluar suatu
negara.
- Wilayah laut zona bersebelahan: Wilayah laut yang lebarnya 12
mil dari laut territorial suatu negara
- Wilayah laut zona ekonomi eksklusif (ZEE): Wilayah laut suatu
negara yang lebarnya 200 mil ke laut bebas.
- Wilayah laut batas landas benua: Wilayah laut suatu negara yang
lebarnya lebih dari 200 mil,di tempat ini negara diperbolehkan
mengelola tetapi membagi keuntungan dengan masyarakat
internasional.
Ketiga,wilayah udara suatu negara dapat di ambil berdasarkan
perjanjian internasional. Perjanjian internasional yang pernah di
sepakati salah satunya adalah KOVENSI PARIS 1919.
Keempat,daerah ekstra territorial wilayah suatu negara yang
berada diluar wilayah negara tersebut, Dengan kata lain wilayah
negara berada di wilayah negara lain atau di luar wilayah territorial
suatu negara. Contohnya: Kantor kedutaan besar suatu negara di
negara lain,kapal negara asing yang berlayar di laut bebas dengan
bendera suatu negara.Meskipun terletak di wilayah negara lain
tetapi di anggap menjadi wilayah negara yang di wakili.

3. Pemerintah yang Berdaulat


Unsur yang ketiga adalah pemerintah yang bersifat mutlak.
Adanya suatu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh

16
wilayahnya dan segenap rakyatnya merupakan syarat mutlak
keberadaan negara. Kedaulatan negara bersifat:

a. Asli: Karena bukan berdasarkan kekuasaan lain


b. Tertinggi: Karena tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi di
atasnya
c. Tidak dapat dibagi-dibagi: baik kedalam maupun keluar,negara
itu berdaulat sepenuhnya.

4. Kemampuan untuk Mengadakan Hubungan dengan Negara Lain


Ini bukan merupakan unsur mutlak, kemampuan untuk
mengadakan hubungan hukum internasional ini memerlukan proses
yang panjang melalui pengakuan adanya negara-negara lain
terhadap keberadaan eksistensi negara yang bersangkutan. Dengan
demikian adanya pengakuan dari negara lain secara “De facto”
(pada kenyataannya) dan “De jure” (berdasarkan hukum).12

A. Bentuk-Bentuk Negara
1. Pengertian Bentuk-Bentuk Negara
Bentuk negara adalah batasan antara secara sosiologis dan
negara secara yuridis,mengenai peninjauan secara sosiologis jika
dilihat dengan secara keseluruhan. Sedangkan yuridis,peninjauan
hanya dilihat dari isi dan strukturnya

2. Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno


Pada masa yunani kuno yang sebelumnya hanya dikenal
adanya 3 bentuk pokok dari negara. Pada waktu itu pengertian
dari negara, pemerintahan dan masyarakat masih belum
dibedakan, hal ini disebabkan karena susunan negara masih
sangat sederhana sekali, bila dianalogikan dengan luas daerah

12
Andi Almawardi Mulus diakses dari Mulus, A. A. (2019). “Reformasi Negara Konstitusi
dan Demokrasi Dalam Islam” Menurut Prof. Dr. Moh. Mahfud MD (Doctoral dissertation,
UIN SMH BANTEN). Pada tanggal 26 Mei 2022 pukul 22.05 WIB.

17
negara dan jumlah penduduknya belum sebesar pada sekarang
ini.
Adapun tiga pokok daripada negara pada masa Yunani kuno
tersebut yaitu: Monarchi,Oligarchi,dan Demokrasi. Dipergunakan
sebagai ukuran untuk membedakan bentuk-bentuk diatas
yaitu:Jumlah dari pemegang kekuasaan.
Apabila yang memegang kekuasaan itu satu orang akan
bentuk negaranya Monarchi (bahasa Yunani “monos” berarti
“satu” sedangkan “archien” bermakna“memerintah”). Apabila yang
memegang pemerintahan itu beberapa orang bentuk negaranya itu
Oligarchi (bahasa Yunani “oligai” bermakna “beberapa”). Apabila
yang memegang pemerintahan rakyat bentuk negaranya disebut
Demokrasi (bahasa Yunani “demos” bermakna “rakyat).

3. Bentuk Negara Pada Zaman Pertengahan


Bentuk negara pada zaman pertengahan yang dimaksud adalah
dalam bentuk kerajaan dan republik. Bentuk negara zaman
pertengahan menurut para ahli Machiavelli dan Deguit adalah:
- Machiavelli,mengajarkan bahwa pada intinya negara itu
kalau bukan republic (republica) tentu kerajaan (principal).
Menurut Machiavelli negara adalah arti genus,sedangkan
republik dan kerajaan adalah species.
- Deguit,membedakan negara dalam bentuk republik dan
kerajaan berdasarkan cara pengangkatan kepala
negara,yaitu:
 Apabila kepala negara ditunjuk oleh tatanan
penggantian secara keturunan yang telah
ditetapkan,maka disebut Monarkhi.
 Apabila kepala negara dipilih oleh rakyat atau bukan
atas dasar keturunan yang telah ditetapkan,maka
disebut republik.

18
Pendapat dari Deguit tersebut,saat ini juga sudah tidak
dapat dipertahankan lagi,karena ada kerajaan yang kepala
negaranya diangkat secara bergiliran,misalnya Malaysia.

4. Bentuk-Bentuk Negara pada Masa Modern Sekarang


Menurut teori-teori modern masa kini,ada beberapa macam
bentuk negara yang terutama ada negara kesatuan (nitarianisme)
dan negara serikat (federasi).
a) Negara Kesatuan (nitarianisme)
Negara kesatuan adalah negara yang pemerintahan
tertingginya dilakukan oleh pemerintah pusat yang menetapkan
aturan dengan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Negara kesatuan terurai dalam dua macam sistem
pemerintahan yaitu Sentral dan Otonomi.
 Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Adalah pemerintahan yang langsung dipimpin oleh
pemerintahan pusat sementara pemerintahan daerah
dibawahnya mewujudkan kebijakan pemerintahan
pusat.
Bentuk pemerintahan orde baru dibawah pemerintahan
presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem
pemerintahan versi ini.
 Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Merupakan kepala daerah diberikan izin dan izin
untuk mengurus urusan pemerintah di wilayah sendiri.
Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah. Sistem
pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan paska
orde baru di Indonesia dengan sistem otonomi khusus
dapat dimasukkan ke dalam versi ini.

Ciri-ciri negara kesatuan:

19
 Pada negara kesatuan peraturan dasarnya
dilandaskan pada undang-undang negara.
 Semua hal yang berkaitan dengan kedaulatan
negara baik itu kedaulatan untuk kegiatan dalam
negeri maupun luar negeri.
 Berbagai macam masalah seperti
budaya,ekonomi,politik,keamanan,sosial dan
pertahanan hanya memiliki satu buah kebijakan saja.
b) Negara Serikat (Federasi)
Negara serikat atau federasi ialah bentuk negara gabungan
yang terdiri atas beberapa negara elemen dari sebuah negara
serikat. Pada awalnya negara-negara bagian tersebut
merupakan negara yang merdeka,berdaulat dan berdiri sendiri.
Setelah menggabungkan dengan negara serikat,dengan
sendirinya negara tersebut melepaskan sebagian dari
kekuasaannya dan memberikan kepada negara serikat.
Pengalihan kekuasaan dari negara-negara bagian kepada
negara serikat tersebut dikenal dengan istilah terbatas (satu
demi satu) dimana kekuasaan saja yang diberikan oleh negara-
negara bagian saja (terdelegasi kekuatan) yang membentuk
kekuasaan negara serikat.

Ciri-ciri Negara Federasi:

1) Kepala negara yang berada di pusat dipilih langsung oleh


rakyat melalui pemilihan umum dan memiliki tanggung
jawab.
2) Setiap negara bagian ketika di dalamnya mempunyai
kekuasaan asli akan daerahnya sendiri.
Setiap negara komponen itu berhak mengatur undang-
undangnya namun tetap harus sebanding dengan undang-
undang pada pemerintahan.

20
B. Pengertian, Konsep, dan Hakikat Negara Hukum
3. Pengertian Negara Hukum
Secara etimologis, istilah negara hukum atau negara
berdasar atas hukum merupakan istilah yang berasal dari bahasa
asing, seperti “rechtstaat” (Belanda), “etet de droit” (Prancis), “the
state according to law”, “legal state”, “the rule of law” (Inggris).
Secara historis, istilah negara hukum sudah lama dikenal dan
dianut di banyak negara sejak abad ke XVIII, istilah ini kemudian
baru populer kira-kira abad XIX sampai dengan abad XX. Di
Indonesia istilah negara hukum sudah dipergunakan sejak negara
ini memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka. Di
Indonesia sendiri istilah negara hukum sudah dikenal sejak negara
menyatakan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Pernyataan negara hukum Indonesia ini dapat dilihat dalam
Penjelasan Umum UUD 1945, butir I tentang Sistem Pemerintahan,
yang dinyatakan bahwa: “Indonesia adalah negara yang berdasar
atas hukum (rechtstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka
(machtstaat). Penyebutan kata rechtstaat dalam penjelasan umum
tersebut menunjukkan bahwa konsep rechtstaat memberikan
inspirasi bahkan mengilhami pendirian para proklamator dan
pendiri negara Indonesia, meskipun tidak harus serta merta
menyamakan antara konsep rechtstaat dengan konsep negara
hukum Indonesia. Sebab antara keduanya sangat berbeda filosofi
maupun latar belakang budaya masyarakatnya. Konsep negara
hukum pada saat ini sudah menjadi model bagi negara-negara di
dunia, bahkan dapat dikatakan hampir dianut oleh sebagian besar
negara di dunia.”
Konsep negara hukum telah diadopsi oleh semua negara sebagai
sebuah konsep yang dianggap paling ideal. Konsep ini semula

21
dikembangkan di kawasan Eropa tersebut. Hakikat negara hukum
pada pokoknya berkenaan dengan ide tentang supremasi hukum
yang disandingkan dengan ide kedaulatan rakyat yang melahirkan
konsep demokrasi.13
Sebagai konsekuensi dianutnya konsep negara hukum, maka
dalam setiap negara hukum apapun tipe yang dianutnya, hukum
harus menjadi dasar bagi setiap tindakan penguasa maupun
rakyatnya, hukum memiliki kedudukan tertinggi dalam negara,
sedangkan dalam paham kedaulatan rakyat, rakyatlah yang
dianggap berdaulat diatas segala-galanya yang kemudian
melahirkan sistem demokrasi. Prinsip negara hukum
mengutamakan norma yang dicerminkan dalam peraturan
perundang-undangan, sedangkan prinsip demokrasi
mengutamakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pemerintahan. 14

Mengenai makna dari negara berdasar atas hukum, Mohtar


Kusumaatmadja menyatakan, makna terdalam dari negara
berdasarkan atas hukum adalah: “…. kekuasaan tunduk pada
hukum dan semua orang sama kedudukannya di dalam hukum”. 15
Pemahaman demikian membawa konsekuensi logis bahwa setiap
perbuatan baik yang dilakukan oleh rakyat maupun penguasa
harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum tanpa ada
pengecualian sedikitpun.

13
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Sebagai Landasan Indonesia Baru Yang Demokratis, (Pokok
Pokok Pikiran tentang Perimbangan Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Dalam Rangka
Perubahan Undang Undang Dasar l945, Makalah, Disampaikan Dalam Seminar hukum
Nasional VII, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman RI, 1999.
hlm.146-147.

14
Ibid

15
Mochtar Kusumaatmadja, “Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan”, Alumni,
Bandung, 2002, hlm.12

22
2. Konsep Negara Hukum
Negara Hukum Negara Indonesia menganut sistem
kedaulatan rakyat, hal ini dapat ditemukan dalam Pasal 1 ayat (2)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, dilaksanakan menurut
UUD (perubahan ketiga UUD 1945).16
Negara hukum ialah negara yang menjalankan
pemerintahannya berdasarkan atas kekuasaan hukum (supermasi
hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban
hukum.17 Hal ini memberikan pengertian bahwa Negara, termasuk
di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lainya dalam
melaksanakan tindakan apapun yang harus didasari oleh kepastian
hukum.18
Suatu negara hukum dapat diartikan sebagai negara apabila
tindakan pemerintah maupun rakyatnya didasarkan atas hukum,
untuk mencegah adanya tindakan sewenang-wenang dari pihak
pemerintah atau penguasa dan tindakan rakyat yang dilakukan
menurut kehendaknya sendiri.
Pengertian negara hukum sebenarnya sudah lama ada.
Dalam perpustakaan Yunani kuno sudah disinggung tipe negara
yang ideal yang dikemukakan oleh Aristoteles. Menurut Aristoteles
yang dimaksud dengan negara hukum adalah negara yang berdiri
di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
Pemerintah yang memerintah dalam bukanlah manusia, melainkan
pikiran yang adil yang tertuang dalam peraturan hukum,

16
Krisna Harahap, “Konstitusi Republik Indonesia Menuju Perubahan ke–5”, (Bandung:
Grafiti, 2009), hal. 125.
17
S.F. Marbun, “Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman”, (Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, No. 9 Vol 4–1997), hal. 9.
18
J.J. von Schmid, “Pemikiran tentang Negara dan Hukum”, (Jakarta: Pembangunan,
1988), hal. 7.

23
sedangkan penguasa hanya memegang hukum dan keseimbangan
saja.19
Berikut ini konsepsi tentang negara hukum dari berbagai
pandangan yang tumbuh dan berkembang mengikuti
perkembangan zaman.
a) Negara Hukum Konsep Eropa Kontinental
Model negara hukum ini diterapkan misalnya di Belanda,
Jerman dan Perancis, Soetanto menyatakan ada dua sarjana
Barat yang berjasa dalam pemikiran negara hukum yaitu
Immanuel Kant dan Friedrich Julius Stahl. Kant memahami
negara hukum sebagai nachtwakker staat atau
nachtwachterstaat atau “negara penjaga malam” yang tugasnya
menjamin ketertiban dan keamanan masyarakat. Gagasan
hukum menurut konsep Kant disamakan negara hukum liberal.20
Konsep rechstaat menurut Friedrich Julius Stahl dalam
bukunya Constitutional Government and Democrazy: Theory
and Practise in Europe and America, seperti dikutip oleh Miriam
Budiardjo, ditandai dengan empat unsur, yaitu adanya:
1) Hak-hak asasi manusia;
2) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-
hak asasi manusia, biasa dikenal sebagai Trias Politika;
3) Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
(wetmatigheid van hestuur); dan
4) Peradilan administrasi dalam perselisihan.21
Lebih lanjut dijelaskan bahwa gagasan rechsstaat dari Stahl
ini dinamakan negara hukum formil, karena lebih menekankan
pada suatu pemerintahan yang berdasarkan undang-undang.
Dalam perkembangannya, pemerintahan yang berdasarkan

19
Ibid., hal. 106.
20
Ibid., hal. 12.
21
Miriam Budiharjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1977), hal. 57-58.

24
undang-undang dianggap “lamban”, karena itu diganti
pemerintahan yang berdasarkan hukum atau prinsip rechtmatig
bestuur.22
Dari pemikiran tersebut di atas menurut Padmo Wahyono
seperti dikutip oleh Soetanto Soepiadhy, kemudian lahirlah
konsep-konsep yang merupakan variant dari rechsstaat itu,
antara lain welvaarstaat dan verzogingstaat sebagai negara
kemakmuran.23
Unsur–unsur yang terdapat dalam kedua macam negara
hukum tersebut di atas, baik Rechsstaat maupun Rule of law
mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan pokok
antara Rechsstaat maupun Rule of law adalah adanya keinginan
untuk memberikan perlindungan dan penghormatan terhadap
hak asasi manusia yang telah diimpikan sejak berabad abad
lamanya dengan perjuangan dan pengorbanan yang besar.
Agar pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan
dijalankan berdasarkan atas hukum, atas dasar persamaan
dihadapan hukum dan pemerintahan diperlukan adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan, terkandung maksud
untuk mewujudkan pemerintah bukan oleh manusia tetapi oleh
hukum (Government by laws, not by men). Terpusatnya
kekuasaan negara pada satu tangan secara mutlak dapat
menimbulkan kekuasaan raja/negara menjadi absolut dan dapat
menimbulkan adanya pelanggaran termasuk terhadap hak asasi
manusia.
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya pelanggaran
serta dapat memberikan jaminan perlindungan terhadap hak
asasi manusia diperlukan adanya pemisahan atau pembagian
kekuasaan negara pada beberapa badan atau lembaga lembaga

22
Ibid., hal. 65.
23
Ibid., hal. 67.

25
negara lainnya. Demikian pula harapan Konsep rechsstaat di
Eropa Kontinent,24 antara lain sejak semula didasarkan pada
filsafat liberal yang individualistik, maka ciri individualistik itu
sangat menonjol dalam pemikiran negara hukum menurut
Eropa Kontinental.25
Bagi Negara Republik Indonesia ketentuan mengenai
rechstaat kembali dicantumkan secara tegas dalam Perubahan
Ketiga Tahun 2001 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi: “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum”.
Pada abad ke XX konsep negara hukum mengalami
perkembangan, menurut Paul Scholten, dalam membahas
unsur-unsur negara hukum dibedakan dibedakan tingkatan
unsur-unsur negara hukum. Unsur yang dianggap penting
dinamakan sebagai asas, dan unsur yang merupakan
perwujudan asas tadi dinamakan aspek.
Menurut Scheltema terdapat 4 asas atau unsur utama
negara hukum dan setiap unsur utama diikuti beberapa unsur
turunannya, dengan gambaran unsur-unsurnya:
1) Adanya kepastian hukum, dengan unsur turunannya:
1. Asas legalitas;
2. Undang-undang yang mengatur tindakan yang berwenang
sedemikian rupa, sehingga warga dapat mengetahui apa
yang dapat diharapkan;
3. Undang-undang tidak boleh berlaku surut;
4. Hak asasi di jamin dengan undang-undang;
5. Pengendalian yang bebas dari pengaruh kekuasaan
lainnya.

24
Soetanto Soepiadhy, “Demokrasi, Negara Hukum, dan Konstitusi, (Surabaya: SSPL
Project, 2009)”, hal. 62.
25
Padmo Wahyono, “Konsep Yuridis Negara Hukum Indonesia”, (Jakarta: Makalah, 1998),
hal. 3.

26
2) Asas persamaan, dengan unsur turunannya:
1. Tindakan yang berwenang diatur dalam undang-undang
dalam arti materil; 2. Adanya pemisahan kekuasaan.
3) Asas demokrasi, dengan unsur turunannya:
1. Hak untuk memilih dan dipilih bagi warga Negara;
2. Peraturan untuk badan yang berwenang ditetapkan oleh
parlemen;
3. Parlemen mengawasi tindakan pemerintah.
4) Asas pemerintahan untuk rakyat, dengan unsur
turunannya:
1. Hak asasi dijamin dengan undang-undang dasar;
2. Pemerintahan secara efektif dan efisien.
b) Negara Hukum Konsep Anglo Saxon
Sebelum timbul konsep Negara Hukum Anglo Saxon,
terlebih dahulu akan dibahas tipe negara yang mendahuluinya,
yaitu Negara Polisi (Polizei Staat). Hal tersebut perlu
dikemukakan karena timbulnya pemikiran negara hukum di
Barat sebagai reaksi terhadap pemerintahan raja-raja absolut
yang hampir menyeluruh di Benua Eropa.26
Pengertian polisi ada 2 (dua), yaitu dalam artian negatif,
yang menjaga keamanan dan ketertiban, dan dalam artian
positif yaitu menyelenggarakan kemakmuran. Negara polisi
adalah negara yang menyelenggarakan keamanan dan
kemakmuran atau perekonomian. Wujud pelaksanaannya
diketahui pada masa Acient Regiem, dimana raja-raja di barat
masih memerintah secara absolut, L’etat c’est moi, negara
adalah aku (raja). Hal tersebut juga tercermin dalam setiap
kebijakan terkait kepentingan umum.
Kekuasaan absolut ini tidak terbatas hanya terjadi di
Perancis, namun juga terjadi di Belanda, dimana rajanya Willem
26
Ibid, hlm. 36

27
van Oranje dibunuh oleh rakyatnya. Keabsolutan tersebut
dikarenakan peperangan dan penaklukan yang dilakukan oleh
raja yang memerlukan biaya banyak, pendanaan sebagaian
besar merupakan partisipasi para bangsawan. Sehingga
bangsawan mendapatkan konsesi untuk turut serta dalam
penyelenggaraan negara. Henry of Bratton dalam
pernyataannya menyebutkan bahwa terdapat pemikiran ke arah
pembatasan kekuasaan absolut raja-raja di Inggris yang dalam
perkembangan lebih lanjut menjadi negara monarki
parlementer. Kekuasaan absolut raja-raja semuanya bersandar
pada tipe negara polisi, seluruh penyelenggaraan negara berada
di tangan raja atau setidak-tidaknya diselenggarakan dengan
bantuan lembaga bawahannya atas perintah raja.
Model negara hukum ini diterapkan misalnya di Inggris dan
Amerika Serikat, konsep Rule of law tersebut menurut A.V.
Diecy dalam bukunya Introduction to the Law of the
Constitution, seperti dikutip oleh Miriam Budiardjo yang
ditandai dengan tiga unsur, yaitu adanya:
1. Supremasi hukum (supremacy of law; tidak adanya
kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary
power), dalam bahwa seseorang hanya dapat dihukum
kalau melanggar hukum;
2. Kedudukan yang sama di depan hukum (equality before
the Law), baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat;
dan
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang dan
keputusan-keputusan pengadilan.27
Lebih lanjut dijelaskan bahwa perbedaan yang menonjol
antara konsep rechtsstaat dan rule of law, yaitu pada peradilan

27
A.V. Dicey, “Introduction to the Law of the Constitution” dalam Miriam Budihardjo,
op.cit., hal. 58.

28
administrasi negara, merupakan suatu sarana yang sangat
penting dan sekaligus pula ciri yang menonjol pada rechsstaat.
Sebaliknya, pada konsep rule of law, peradilan administrasi
tidak diterapkan, karena kepercayaan masyarakat yang
demikian besar kepada peradilan umum.
Ciri yang menonjol pada konsep rule of law, yaitu
ditegakkannya hukum yang adil dan tepat atau just law.28
Karena semua orang mempunyai kedudukan hukum yang sama
dihadapan hukum, maka ordinary court dianggap cukup untuk
mengadili semua perkara, termasuk perbuatan melanggar
hukum oleh pemerintah. Secara umum konsep negara hukum
anglo saxon terdiri dari adanya supremasi hukum, persamaan
dimuka hukum bagi seluruh masyarakatnya, dan konstitusi yang
berdasarkan pada hak asasi manusia.
c) Konsep Negara Sosialis
Socialist Legality adalah konsep yang dianut di negara-
negara komunis atau sosialis, tampaknya hendak mengimbangi
konsep rule of law yang dipelopori oleh negara-negara Anglo
Saxon. Ada latar belakang politis dalam hubungan dengan dunia
internasional, antara lain dengan penyelenggaraan Warsawa
Colleqium pada tahun 1958 yang dihadiri oleh sarjana-sarjana
dari negara-negara sosialis.29
Socialist Legality melekat di dalam sistem sosial dan politik
Uni Soviet, yang bergantung pada jaminan hak-hak politik warga
negara, melindungi pekerja, perumahan, dan hak-hak serta
kepentingan jasmani perorangan dan kehidupan, kesehatan,
kemuliaan, dan reputasi mereka. Di bawah sosialisme materi
dan jaminan yuridis hak-hak sipil dan kebebasan dicampurkan,

28
Padmo Wahyono, “Konsep, op.cit”.,hal. 3
29
Muhammad Tahir Azhary, ”Negara Hukum, Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya
dilihat dari segi Hukum Islam, Implementasinya pada periode Negara Madinah dan Masa
Kini”, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 91.

29
sementara undang-undangnya menetapkan kondisi-kondisi ini
secara yuridis.
Dalam UUD Uni Soviet (USSR)30 terdapat sejumlah pasal
yang menjamin hak-hak asasi yang disejajarkan dengan
kewajiban warga negara, antara lain:
1. Pasal 34: kedudukan yang sama di dalam hukum, tanpa
pembedaan apapun bagi warga negara USSR
2. Pasal 36: hak yang sama bagi warga negara USSR meskipun
berasal dari suku dan ras yang berbeda
3. Pasal 39: warga negara menikmati secara penuh hak-hak
serta kebebasan sosial, ekonomi, dan politik
4. Pasal 48: warga negara memiliki hak untuk turut serta dalam
pengelolaan kegiatan negara dan masyarakat di dalam
pengesahan undang-undang serta kebijakan public
5. Pasal 50: kebebasan berbicara, berkumpul dan berserikat
6. Pasal 52: hak untuk memeluk agama apapun
7. Pasal 54: hak kekebalan individu, tak seorang pun dapat
ditahan tanpa adanya keputusan pengadilan atau surat
kuasa penangkapan dari jaksa.31
Meskipun hak-hak asasi dalam UUD Uni Soviet terlihat lebih
rinci jika dibandingkan dengan UUD Tahun 1945, namun tidak
demikian dalam pelaksanaannya, mengingat terdapat berbagai
macam ketentuan yang akhirnya justru tidak melaksanakan hak-
hak dimaksud sebagaimana terdapat dalam UUD Uni Soviet.
Sebagai contoh jaminan kebebasan untuk aktif dalam
kegiatan kenegaraan bagi anggota partai politik, dalam
praktiknya hanya anggota partai komunis beserta underbouw-
nya yang dapat turut aktif dalam kegiatan kenegaraan. Contoh
lain yaitu hak yang sama untuk memperoleh barang dan jasa,

30
Azhary, Negara, op cit, hal.61
31
Prajudi Atmosudirdjo dkk, “Konstitusi Soviet”, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hal 80.

30
dalam kenyataannya barang dan jasa dimaksud berjumlah
sangat sedikit, bahkan terkadang tidak ada sama sekali,
sehingga hak-hak/kebebasan tersebut dibatasi oleh kewajiban-
kewajiban untuk kepentingan negara.
Dapat dipahami, bahwa inti dari Socialist Legality berbeda
dengan konsep Barat, karena dalam Socialist Legality hukum
ditempatkan di bawah sosialisme. Konsep Socialist Legality yaitu
suatu konsep mengenai suatu jaminan konstitusional tentang
propaganda anti agama. Propaganda tersebut memang
merupakan watak dari negara komunis atau sosialis dengan
doktrinnya: “agama sebagai candu bagi rakyat”.
Semua pihak mengetahui, bahwa komunisme mengajarkan
sikap anti Tuhan. Selaras dengan itu, perlu dkemukakan
pendapat Jaroszinky, seperti dikutip oleh Oemar Seno Aji, yaitu
“Hak perseorangan dapat disalurkan kepada prinsip-prinsip
sosialisme, meskipun hak tersebut patut mendapat
perlindungan.32
d) Negara Hukum Indonesia33
Sebelum membahas “Konsep Negara Hukum Indonesia”
perlu dikemukakan pendapat Scheltema, bahwa asas-asas dasar
negara hukum menurut Scheltema, seperti yang dikutip oleh B.
Arief Sidharta, sebagai berikut:
1) Pengakuan, Penghormatan dan Perlindungan Hak Asasi
Manusia yang Berakar dalam Penghormatan atas Martabat
Manusia (Human Dignity);
2) Asas Kepastian Hukum

Negara hukum bertujuan untuk menjamin bahwa


kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum
bertujuan untuk mewujudkan kepastian dalam hubungan
32
Oemar Seno Adji, “Peradilan Bebas Negara Hukum”, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 18.
33
Soetanto Soepiadhy, “Demokrasi”, Op Cit, hal. 62.

31
antar-manusia, yakni menjamin prediktabilitas dan juga
bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang terkuat yang
berlaku.34 Beberapa asas yang terkandung dalam asas
kepastian hukum adalah:

a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan


supremasi hukum;
b. Asas undang-undang menetapkan berbagai
perangkat aturan tentang cara pemerintah
dan para pejabatnya melakukan tindakan
pemerintahan;
c. Asas nonretroaktif perundang-undangan
sebelum mengikat, undangundang harus
diumumkan secara layak;
d. Asas peradilan bebas obyektif-imparsial dan
adil manusiawi;
e. Asas nonliquet hakim tidak boleh menolak
perkara yang di hadapkan kepadanya dengan
alasan undang-undang tidak jelas atau tidak
ada;
f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan
dijamin perlindungannya dalam undang-
undang atau Undang-Undang Dasar.
3) Asas Similia Similibus atau Asas Persamaan
Dalam negara hukum, pemerintah tidak boleh
mengistimewakan orang tertentu, harus non-
diskriminatif. Aturan hukum berlaku sama untuk setiap
orang, karena itu harus harus dirumuskan secara umum

34
Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum, dalam Soetanto Soepiadhy,
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Prospek Perkembangan Demokrasi”,
(Surabaya: Program Pascasarjana Untag, 2009), hal. 106-108.

32
dan abstrak. Dua hal penting yang terkandung dalam
asas ini adalah:
a. Persamaan, kedudukan di hadapan hukum dan
pemerintahan;
b. Tuntutan perlakuan yang sama bagi semua warga
negara.
4) Asas Demokrasi
Asas demokrasi memberikan suatu cara atau metode
pengambilan keputusan. Asas ini menuntut bahwa setiap
orang harus mempunyai kesempatan yang sama untuk
mempengaruhi tindakan pemerintahan. Asas ini
menuntut bahwa setiap orang harus mempunyai
kesempatan yang sama untuk mempengaruhi tindakan
pemerintahan. Asas ini diwujudkan lewat sistem
representasi atau perwakilan rakyat yang mempunyai
peranan dalam pembentukan undang-undang dan
kontrol terhadap pemerintah.
5) Pemerintah dan Pejabat Mengemban Fungsi Pelayanan
Masyarakat. Pemerintah mengemban Pemerintah tugas
untuk memajukan kepentingan warga negara, semua
kegiatan pemerintah harus terarah ke kesejahteraan
umum. Beberapa hal yang terdapat pada asas ini
1) Asas-asas umum pemerintahan yang layak;
2) Syarat-syarat fundamental bagi keberadaan
manusia yang bermartabat manusiawi dijamin
dan dirumuskan dalam aturan perundang-
undangan, khususnya dalam konstitusi;
3) Pemerintahan harus secara rasional menata tiap
tindakannya, memiliki tujuannya yang jelas dan

33
berhasil guna atau doelmatig, jadi harus efisien
dan efektif.35
Ada lima unsur untuk membandingkan, apakah
unsur-unsur atau asasasas dasar negara hukum di atas sama
dengan “Konsep Negara Hukum di Indonesia” dapat
diuraikan sebagai berikut
Unsur pertama, dapat ditemukan di dalam materi
muatan Bab XA UUD 1945, mengatur tentang Hak Asasi
Manusia, yang dijabarkan dalam ketentuan Pasal 28A, Pasal
28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G,
Pasal 28H, Pasal 28I, dan Pasal 28J.
Unsur kedua, ditemukan di dalam materi buatan Bab
IX UU 1945 yang mengatur tentang Kekuasaan Kehakiman,
yang dijabarkan dalam ketentuan Pasal 24 ayat (1),
menjelaskan “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”. Ketentuan kekuasaan
kehakiman ini telah diatur dalam berbagai undang–undang,
seperti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Ketentuan-
ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang telah dicabut
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman, serta Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang telah diubah
dan ditambah, terakhir oleh Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2004.
Unsur ketiga, ditemukan di dalam materi muatan
Bab X UUD 1945, mengatur tentang Warga Negara dan
Penduduk, yang dijabarkan dalam ketentuan Pasal 27 ayat

35
Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum, dalam Soetanto Soepiadhy,
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Prospek Perkembangan Demokrasi”,
(Surabaya: Program Pascasarjana Untag, 2009), hal. 106-108.

34
(1), menjelaskan “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjujung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”
Unsur keempat, ditemukan di dalam: (a) Sila
keempat Pancasila, yang berbunyi “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan: (b) Alinea keempat
Pembukaan UUD 1945: ... Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat ..., dan (c) di dalam materi muatan Bab
I UUD 1945, yang dijabarkan dalam ketentuan Pasal 1 ayat
(2), menjelaskan “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut Undang–Undang Dasar”.
Unsur kelima, ditemukan di dalam materi muatan
Bab XIV UUD 1945, mengatur tentang Perekonomian
Nasional dan Kesejahteraan Sosial, yang dijabarkan dalam
ketentuan Pasal 33, dan khususnya ketentuan Pasal 34 ayat
(2), menjelaskan “Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan”.
Rechsstaat atau rule of law di Indonesia
diterjemahkan dengan “negara hukum” ini, pada masa abad
ke 19 sampai dengan abad ke 20 disebut sebagai negara
hukum formal dengan ciri–cirinya sendiri. Unsur–unsur
utama negara hukum suatu negara dapat berbeda dengan
negara lain. Penyebab perbedaan itu adalah latar belakang
sejarah suatu bangsa, terutama sejarah negara hukumnya.
Konsep negara hukum Indonesia berbeda dengan
konsep negara hukum eropa kontinental, konsep negara

35
hukum anglo saxon, maupun konsep negara hukum sosialis,
ketiga konsep negara hukum tersebut didasarkan pada
paham liberal individualistis dan sosialis, sedangkan konsep
negara hukum Indonesia didasarkan pada pandangan hidup
bangsa, yaitu pancasila.
Perbedaan tersebut terletak pada masalah
kedudukan individu terhadap masyarakat dan hak serta
kewajiban individu terhadap masyarakat. Perbedaan ini
terutama karena pengaruh pandangan hidup serta latar
belakang sejarah bangsa Indonesia. Karena itu konsep
negara hukum Indonesia pun dengan sendirinya juga
berbeda dengan konsep negara hukum liberal. Beberapa hal
yang membedakan konsep negara Hukum Indonesia dengan
negara hukum lainnya sebagai berikut:
1) Bersumber pada Pancasila
Roeslan Saleh berpendapat, dengan memperhatikan
penempatan dan fungsi Pancasila dalam pembukaan,
maka Pancasila merupakan Grundnorm yang lebih luas
daripada Grundnorm menurut Hans Kelsen, karena
meliputi seluruh norma kehidupan bangsa Indonesia.36
Menurut pandangan Padmo Wahjono berpendapat
Pancasila yang menjadi landasan dasar kehidupan
berkelompok (bernegara) bangsa Indonesia merupakan
kaidah pokok fundamental negara. Sedangkan menurut
notonegoro dengan memakai pendapat Nawiasky,
menempatkan kedudukan Pancasila dalam pembukaan
UUD sebagai “pokok kaidah negara”
(Staatsfundamentalnorm).37

36
Roeslan Saleh, ”Penjabaran Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
Perundang-undangan”., (Jakarta: Aksaa Baru, 1979), hlm.43.
37
Padmo Wahjono dan Notonegoro dalam Azhary, loc. cit

36
Dalam konteks kekinian, unsur bersumber pada
Pancasila telah sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan
UndangUndang Nomor 15 Tahun 2019, yang berbunyi
pancasila merupakan sumber segala sumber hukum
negara.38
2) Sistem Konstitusi
Di negara-negara Barat dikenal asas legalitas, artinya
bahwa setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan
undang-undang (wetmatigheid van heet bestuur) yang
kemudian berkembang menjadi berdasarkan hukum dan
berdasarkan kegunaannya. Unsur legalitas ini mendapat
reaksi, yang menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan secara terpaksa di Negara Belanda.
Berdasarkan pengamatan, maka bangsa Indonesia
menganggap sudah cukup apabila kewenangan
pemerintah diatur pokok-pokoknya saja, diatur kerangka
dasarnya saja, sedangkan pengaturan selanjutnya (lebih
rinci) dapat diatur kemudian, disesuaikan dengan
perkembangan masyarakat, oleh karena itu masalah-
masalah pokok tersebut sebaiknya diatur dalam hukum
dasar atau konsitusi saja.
Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi atau
sistem hukum Dasar, secara formal ditentukan dalam
Undang-Undang Dasar (hukum dasar tertulis) dan
apabila ditelusuri dalam UUD 1945 akan ditemukan
sejumlah ketentuan susunan dan kedudukan

38
Lihat Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2019.

37
pemerintah, hak dan kewajiban pemerintah dan
pengawasan terhadap pemerintah.
3) Kedaulatan Rakyat
Pakar kedaulatan Jean Bodin berpendapat,
kedaulatan adalah kekuasaan terttinggi tanpa
pembatasan oleh hukum. Hukum tidak lain dari kemauan
raja (negara), karena rajalah yang membuat undang-
undang (hukum). Kedaulatan dilengkapi dengan sifat
tunggal, asli, langgeng, tidak terbatas.39
Menurut Althusius, kedaulatan adalah kekuasaan
tertinggi untuk menyelenggarakan sesuatu yang menuju
kepada kepentingan jasmani dan rohani warga negara,
kekuasaan ini ada ditangan rakyat sebagai keseluruhan.
Dan kedaulatan ini menjelma dalam undang-undang,
yang harus dilaksanakan oleh penyelenggara negara,
yang terdiri dari seorang kepala dan para pengawas yang
mengawasi berlakunya undang-undang, rakyat secara
keseluruhan dapat meminta pertanggung jawaban dari
raja, apabila ia berbuat sewenang-wenang.40
4) Persamaan Kedudukan dalam Hukum
Unsur ini dimuat dalam UUD 1945, bukan karena
banyak negara juga memuat dalam Undang-Undang
Dasarnya. Akan tetapi bagi bangsa Indonesia, hal ini
mempunyai latar belakang sejarah yang pahir di bawah
pemerintah jajahan Belanda. Waktu itu bangsa Indonesia
yang disebut sebagai inlander adalah warga negara kelas
tiga (I.S. Pasal 163), karena kedudukan hukumnya tidak
sama dengan golongan Eropa dan Timur Asing.

39
Azhary, op. cit., hlm.125.
40
Ibid, hlm.128., Althusius adalah seorang pakar dari aliran Monarchomachen yang 100
tahun lebih dahulu ada dari pakar teori kedaulatan rakyat J.J Rousseau (1712-1778).

38
5) Pembentukan Undang-Undang
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 “Presiden
berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.” Pasal 20 ayat (1) “Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk
undang- 22 undang.” Pasal 20 ayat (2) “Setiap rancangan
undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dan Presiden untuk mendapatkan persetujuan Bersama.”
6) Sistem Perwakilan
Menurut pendapat Bagir Manan, terdapat dua
pendapat yang lazim tentang sistem pemerintahan
Indonesia dibawah UUD 1945, yaitu kelompok yang
berpendapat bahwa Indonesia menganutsistem
Presidensial dan kelompok yang berpendapat bahwa
Indonesia menganut sistem campuran.41 karena
pertanggungjawaban presiden kepada MPR bukan
merupakan pertanggungjawaban kepada badan legislatif.
Dalam hal ini, pertanggungjawaban Presiden kepada
MPR tidak boleh disamakan dengan
pertanggungjawaban kabinet kepada parlemen (dalam
sistem parlementer), pertanggungjawaban Presiden
kepada MPR merupakan upaya konstitusional untuk
checking and balancing. Dengan demikian unsur
parlementer (dalam UUD 1945) tidak ada sama sekali.

3. Hakikat Negara Hukum

Konsepsi bentuk negara ideal bagi tiap bangsa tidak selalu


sama sehingga pemahaman negara hukum tidak selalu sama bagi
41
Bagir Manan dalam Saldi Isra, “Pergeseran Fungsi Legislasi: menguatnya model legislasi
parlementer dalam sistem presidensial Indonesia”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm. 54.

39
berbagai bangsa.42 Istilah negara hukum berasal dari bahasa
Jerman, yaitu Rechtstaat dan masuk ke dalam perpustakaan
Indonesia melalui bahasa Belanda, rechtstaat. Istilah rechtstaat
berasal dari Robert von Mohl (1799-1875) dan merupakan ciptaan
golongan borjuis yang ketika itu kehidupan ekonominya sedang
meningkat, sekalipun kehidupan politiknya sebagai suatu kelas
sedang menurun.43
Daud Busro dan Abu bakar Busro mengemukakan, negara
hukum adalah negara yang berdasarkan hukum yang menjamin
keadilan bagi warganya.44 Negara hukum yang didefenisikan Abu
Daud Burso dan Abu Bakar Burso sebagai negara yang berdasarkan
hukum disebut Burkens sebagai negara yang “…. yang
menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan dan penyelenggara
kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan di bawah
kekuasaan hukum”. Dalam Suatu negara hukum, sesuai dengan
pendapat Burkens di atas, setidaknya hukum memiliki dua macam
fungsi, yakni sebagai dasar kekuasaan negara dan sebagai pedoman
penyelenggara kekuasaan negara.45
R. Djokosutomo mengatakan bahwa negara hukum menurut
UUD 1945 adalah berdasarkan kedaulatan hukum. Hukumlah yang
berdaulat. Negara adalah merupakan subjek hukum, dalam arti
rechtstaat (badan hukum republik). Karena negara itu dipandang
sebagai subjek hukum, maka jika ia bersalah dapat dituntut didepan
pengadilan karena perbuatan melanggar hukum.46
Selanjutnya penjelasan UUD 1945 itu menerangkan bahwa
pemerintaha berdasar atas sistem konstitusional (hukum dasar)

42
Hotma P. Sibuea, “Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik”,( Penerbit Erlangga, 2010) h. 46
43
Ibid, h. 47
44
Hotma P. Sibuea, Ibid, h. 48
45
Ibid, h. 48
46
C.S.T. Kansil dan Cristine S.T. Kansil, “Hukum Tata Negara Republik Indonesia”, (PT
Rineka Cipta, 2008) h. 87

40
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang terbatas). Ismail Sunny
mengatakan, bahwa negara hukum Indonesia memuat unsur-
unsur47
a) Menjunjung tinggi hukum
b) Adanya pembagian kekuasaa
c) Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia serta
remedyremedi procedural untuk mempertahankannya
d) Dimungkinkan adanya peradilan administrasi.
e) Prinsip-prinsip Negara Hukum

Konsep negara hukum dalam modern di Eropa Kontinental


dikembangkan dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu
Rechtstaat antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius
Stahl, Fichte. Adapun dalam tradisi Anglo Amerika dalam konsep
negara hukum dikembangkan dengan sebutan The Rule of Law yang
dipelopori oleh A.V.Dicey. Selain itu, konsep negara hukum juga
terkait dengan istilah nomokasi (nomocratie) yang berarti penentu
dalam kekuasaan negara adalah hukum. Menurut Stahl, konsep
negara hukum yang disebut dengan istilah rechstaat mencakup
empat elemen penting, yaitu48
a) Perlindungan hak asasi manusia
b) Pembagian kekuasaan
c) Pemerintahan berdasarkan undang-undang
d) Peradilan tata usaha negara.

Adapun A.V. Dicey menyebutkan tiga ciri penting The Rule of


Law, yaitu49
1) Supremacy of Law
47
C.S.T. Kansil dan Cristine S.T. Kansil, Ibid, h. 87
48
Jimly Asshiddiqie, ”Hukum Tata Negara dan Pilar-pilar Demokrasi” (Jakarta Sinar
Grafika, 2012), h. 130
49
Jimly Asshiddiqie, Ibid, h. 130

41
2) Equality before the Law
3) Due Process of Law.

International Commission of Jurist menentukan pula syarat-syarat


representative government under the rule of law, sebagai berikut50
1) Adanya proteksi konstitusional
2) Adanya pengadilan yang bebas dan tidak memihak
3) Adanya pemilihan umum yang bebas
4) Adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat dan berserikat
5) Adanya tugas oposisi
6) Adanya pendidikan civic.

50
Ibid, h. 131

42
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut KBBI,bangsa adalah kumpulan manusia yang bias anya
terikat karena kesatuan bahasa serta wilayah tertentu dimuka bumi.
Singkatnya,Bangsa adalah sekolompok orang yang mempunyai
kehendak untuk bersatu dan mempunyai persatuan nasib juga berada
di wilayah tertentu,beberapa budaya yang sama,mitos serta leluhur
bersama.

Bangsa menurut salah satu para ahli: “Menurut nya,bangsa


terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (Hasrat
Bersatu) dengan perasaan setia kawan yang agung.” (Ernest
Renan,Perancis).

Unsur pokok bangsa adalah


jiwa,kehendak,perasaan,pikiran,semangat yang bersama-sama
membentuk kesatuan. Bangsa merupakan aspek kerohanian. Bangsa
bukanlah kenyataan yang bersifat lahiriah,melainkan bernuansa
rohaniah.

Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai


kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam
masyarakat.

Menurut salah satu para ahli “Negara adalah satu masyarakat


yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara
sah dalam sesuatu wilayah. (The state is a human society that

43
(successfully) claims the monopoli of the legimate use of physical force
within a given territory).” (Max weber).

Fungsi negara menurut John Locke, menurut John Locke sebagai


seorang filsuf dari Inggris yang membagi fungsi negara menjadi tiga
bagian sebagai berikut:

o Fungsi Legislatif: membuat undang-undang


o Fungsi Eksekutif: Membuat peraturan dan mengadili
o Fungsi federatif: Mengurus urusan luar negeri serta
urusan perang dan damai.

Secara umum negara mempunyai empat fungsi,yakni untuk


mewujudkan ketertiban dan keamanan,fungsi kemakmuran dan
kesejahteraan,fungsi pertahanan dan keamanan serta fungsi
menegakkan keadilan.

a. Mewujudkan ketertiban (Fungsi ini bisa dikatakan sangat


penting,terutama dalam mencegah benturan-benturan yang
mungkin tumbuh dalam masyarakat yang menjadi salah satu
faktor penghalang proses tercapainya tujuan-tujuan negara).
b. Fungsi kemakmuran dan kesejahteraan ( Seiring berjalannya
waktu fungsi ini semakin penting,manfaatnya negara
berusaha agar masyarakat dapat hidup dan sejahtera
terutama dibidang ekonomi dan sosial masyarakat).
c. Fungsi pertahanan dan keamanan (Ini dibutuhkan untuk
menjaga barangkali terjadinya serangan dari luar).
d. Fungsi menegakkan keadilan (fungsi ini dilakukan oleh
badan penegak hukum,khususnya badan-badan peradilan.
Negara harus dapat menegakkan hukum secara tegas).

Dalam membentuk suatu negara diperlukan unsur negara yang


terdiri dari:

44
- Penduduk/Rakyat ( Salah satu bagian terpenting dalam
negara,Rakyat adalah semua orang yang menjadi warga suatu
negara. Dalam suatu negara rakyat dapat dibedakan dengan hal
penduduk bukan penduduk,warga negara bukan warga
negara,dan bangsa)).
- Wilayah (Wilayah ini merupakan unsur mutlak suatu negara,luas
wilayah suatu negara ditentukan oleh pembatasannya.Di suatu
negara juga wilayah dapat di bedakan dasar wilayah
daratan,wilayah lautan,wilayah udara,dan terakhir daerah
ekstra territorial).
- Pemerintah yang Berdaulat (Adanya suatu pemerintahan yang
berkuasa atas seluruh wilayahnya dan segenap rakyatnya
merupakan syarat mutlak keberadaan negara. Bersifat
asli,tertinggi,dan tidak dapat dibagi-bagi).
- Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain
(Dengan demikian adanya pengakuan dari negara lain secara
“De facto” dan “De jure”).

Bentuk negara adalah Batasan antara secara sosiologis dan negara


secara yuridis,mengenai peninjauan secara soosiologis jika dilihat
dengan secara keseluruhan. Sedangkan yuridis,peninjauan hanya dilihat
dari isi dan strukturnya.

Bentuk negara terbagi 3 bagian pertama,Bentuk negara pada


zaman Yunani kuno (pada zaman ini hanya dikenal adanya 3 bentuk
pokok dari negara dan pada saat itu pengertian dari
negara,pemerintahan dan masyarakat belum di bedakan).

Kedua,Bentuk negara pada zaman pertengahan (Zaman ini dalam


bentuk kerajaan dan republic). Ketiga,Bentuk negara pada masa
modern sekarang (Menurut teori modern ada beberapa macam bentuk
negara yang terutama negara kesatuan dan negara serikat).

45
Di Indonesia negara hukum dipergunakan sejak negara
memproklamasikan diri sebagai negara yang merdeka. Pernyataan
negara hukum Indonesia dapat dilihat dalam penjelasan umum UUD
1945,butir I tentang Sistem Pemerintahan,yang dinyatakan bahwa
Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) dan
bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat).

Penyebutan kata rechtstaat dalam penjelasan umum tersebut


menunjukkan bahwa konsep rechtstaat memberikan inspirasi bahkan
mengilhami pendirian para proklamator dan pendiri negara Indonesia,
meskipun tidak harus serta merta menyamakan antara konsep
rechtstaat dengan konsep negara hukum Indonesia. Sebab antara
keduanya sangat berbeda filosofi maupun latar belakang budaya
masyarakatnya

Negara hukum negara Indonesia menganut sistem kedaulatan


rakyat,hal ini dapat ditemukan dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan
berada di tangan rakyat,dilaksanakan menurut UUD (perubahan ketiga
UUD 1945).

Perlu kita pahami bahwa bangsa dan negara itu berbeda. Bangsa
adalah orang yang memiliki ciri-ciri tertentu dan mendiami sebuah
wilayah daru suatu negara. Sedangkan negara adalah suatu organisasi
yang memiliki elemen-elemen seperti wilayah,rakyat,dan juga
pemerintahan yang berdaulat.

Bangsa bukan sebuah lembaga ataupun organisasi yang memiliki


struktur organisasi secara resmi. Dapat disimpulkan suatu bangsa dapat
terbentuk melewati unsur berikut:

1. Warga bangsa,sekumpulan manusia yang bersatu


2. Kesamaan sifat,yaitu adanya ciri-ciri dalam suatu bangsa yang
memiliki kesamaan dalam hal tertentu,dan

46
3. Wilayah yaitu tempat tinggal untuk manusia bersatu dalam
memajukan negara.

DAFTAR PUSTAKA

A.V. Dicey, “Introduction to the Law of the Constitution” dalam Miriam


Budihardjo, op.cit.
Andi Almawardi Mulus diakses dari Mulus, A. A. (2019). “Reformasi Negara
Konstitusi dan Demokrasi Dalam Islam” Menurut Prof. Dr. Moh.
Mahfud MD (Doctoral dissertation, UIN SMH BANTEN). Pada
tanggal 26 Mei 2022 pukul 22.05 WIB.
Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum, dalam
Soetanto Soepiadhy, Perubahan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Prospek Perkembangan Demokrasi”, (Surabaya: Program
Pascasarjana Untag, 2009).
Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum, dalam
Soetanto Soepiadhy, Perubahan Undang-Undang Dasar 1945
Dalam Prospek Perkembangan Demokrasi”, (Surabaya: Program
Pascasarjana Untag, 2009).
Azhary, “Negara, op cit”.
Bagir Manan dalam Saldi Isra, “Pergeseran Fungsi Legislasi: menguatnya
model legislasi parlementer dalam sistem presidensial Indonesia”,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010).
C.S.T. Kansil dan Cristine S.T. Kansil, “Hukum Tata Negara Republik
Indonesia”, (PT Rineka Cipta, 2008).
Echo, “Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )”, diakses dari
http://www.academia.edu/7663694/Negara_Kesatuan_Republik_In
donesia_NKRI.pdf, pada tanggal 27 Mei 2022, pukul 20.25 WIB

47
H.H. Gerth and C. Wright Milss, trans., eds and Introduction, “From Max
Weber: Essays in Sociology” (New York: Oxford University Press,
1958).
Harold J. Laski, “The State In Theory and Practice” (New York: The Viking
Press, 1977).
Hotma P. Sibuea, “Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan Asas-asas
Umum Pemerintahan yang Baik”,( Penerbit Erlangga, 2010).
J.J. von Schmid, ”Pemikiran tentang Negara dan Hukum”, (Jakarta:
Pembangunan, 1988).
Jajang Wahyudin “Pengertian Bangsa”, diakses dari
https://www.academia.edu/6239080/PENGERTIANBANGSA pada
tanggal 27 Mei 2022, pukul 20:01 WIB.
Jimly Asshiddiqie, ”Hukum Tata Negara dan Pilar-pilar Demokrasi” (Jakarta
Sinar Grafika, 2012)
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Sebagai Landasan Indonesia Baru Yang
Demokratis, (Pokok Pokok Pikiran tentang Perimbangan Kekuasaan
Eksekutif dan Legislatif Dalam Rangka Perubahan Undang Undang
Dasar l945, Makalah, Disampaikan Dalam Seminar hukum Nasional
VII, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman RI,
1999.
Krisna Harahap,” Konstitusi Republik Indonesia Menuju Perubahan ke–5”,
(Bandung: Grafiti, 2009).
Miriam Budiharjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1977).
Mochtar Kusumaatmadja, ”Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan”,
Alumni, Bandung, 2002.
Muhammad Miftah Hazim “Bangsa dan Negara” diakses dari
https://www.academia.edu/38151670/makalah_bangsa_dan_nega
ra pada tanggal 27 Mei 2022, pukul 17:20 WIB.

48
Muhammad Miftah Hazim “Bangsa dan Negara” diakses dari,
https://www.academia.edu/38151670/makalah_bangsa_dan_nega
ra pada tanggal 27 Mei 2022, pukul 16:04 WIB.

Muhammad Tahir Azhary, ”Negara Hukum, Suatu Studi tentang Prinsip-


prinsipnya dilihat dari segi Hukum Islam, Implementasinya pada
periode Negara Madinah dan Masa Kini”, (Jakarta: Kencana, 2004).
Oemar Seno Adji, “Peradilan Bebas Negara Hukum”, (Jakarta: Erlangga,
1980).
Padmo Wahjono dan Notonegoro dalam Azhary, loc. Cit.
Padmo Wahyono, “Konsep Yuridis Negara Hukum Indonesia”, (Jakarta:
Makalah, 1998).
Padmo Wahyono, “Konsep, op.cit”.
Prajudi Atmosudirdjo dkk, “Konstitusi Soviet”, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1986).
Prof. Miriam Budiarjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”
R.M. Maclver, “The Modern State” (London: Oxford Univesity Press, 1926).
Roeslan Saleh, ”Penjabaran Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dalam Perundang-undangan”., (Jakarta: Aksaa Baru, 1979).
Roger F. Soltau, “An Introduction to Politics (London: Longmans).
S.F. Marbun, “Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman, (Jurnal Hukum
Ius Quia Iustum”, No. 9 Vol 4–1997).
Soetanto Soepiadhy, “Demokrasi, Negara Hukum, dan Konstitusi,
(Surabaya: SSPL Project, 2009)”.
Soetanto Soepiadhy, “Demokrasi”, Op Cit.
Soltau, “An Introduction to Politics” .
Wisesa Atha Raihan “Pengertian Negara”, diakses dari
https://osf.io/43s9y/download pada tanggal 27 Mei 2022, pukul
13:29 WIB.

49

Anda mungkin juga menyukai