Disusun Oleh :
Kelompok 2 – Kelas C Semester 1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kelompok kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “Hubungan Negara dan Warga Negara”. Semoga
Allah senantiasa memberkati Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para
sahabatnya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan makalah ini.
Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Secara khusus, kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Buhori Muslim
M.Ag. sebagai dosen pendukung kami dalam mata kuliah Kewarganegaraan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari para pembaca
agar kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara dan warga negara memiliki hubungan timbal balik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dimana, negara memiliki tanggung jawab terhadap
warganya dan sebaliknya. Dalam Pembukaan UUD 1945. Tujuan negara Indonesia
adalah "Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut serta dalam mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial" Dalam hal ini dapat dilihat bahwa terdapat
hubungan antara negara dan warga negara terkait dengan aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara
Menjadi warga negara yang baik merupakan hasil yang diharapkan dari
hubungan antara negara dan warga negaranya. Penduduk Negara yang baik adalah
warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya mampu mengkritik, serta
partisipatif, dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari sini warganya mampu menerapkan dan memahami keseimbangan antara hak
dan kewajibannya sehingga masyarakat mandiri yang sering disebut masyarakat
madani.
1
jelas dipenuhi melalui tangan trias politika Monteqeiu. Melalui tangan Legislatif,
suara rakyat tersampaikan, melalui tangan eksekutif, kewajiban negara dipenuhi,
dan di tangan yudikatif dijelaskan aturan pelaksanaan hak dan kewajiban. Idealnya
begitu, tapi apa daya yang dimiliki sampai saat ini bisa dihitung dengan satu tangan
seberapa jauh negara menjalankan kewajibannya. Bisa juga dihitung berapa negara
yang mengklaim haknya.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui dan memahami hubungan negara dan warga negara.
2) Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur negara.
3) Untuk mengetahui dan memahami macam-macam teori pembentukan negara.
4) Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk negara.
5) Untuk mengetahui dan memahami konsep dari batasan mengenai hak dan
kewajiban negara dan warga negara.
6) Untuk mengetahui dan memahami undang-undang yang mengatur tentang
hubungan negara dan warga negara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan antara negara dan warga negara memiliki hubungan timbal balik
dalam kehidupan, seperti adanya hak dan kewajiban antar warga negara dan
negaranya. Negara memiliki kewajiban untuk memberikan keamanan,
kesejahteraan, dan perlindungan terhadap warga negara, dan warga negara memiliki
kewajiban untuk membela negara juga menghormati negara.
3
Tetapi, kewajiban negara untuk memenuhi hak-hak warga negaranya tidak
dapat berlangsung dengan baik jika tidak diberi dukungan dari warganya.
Dukungan yang dimaksud merupakan bentuk pelaksanaan kewajiban sebagai
warga negara seperti sikap mematuhi peraturan yang diberlakukan juga menjadi
warga negara yang baik.
Setiap negara tidak mungkin ada tanpa kehadiran warga atau rakyatnya.
Unsur rakyat merupakan unsur yang paling utama dan sangat penting dalam
sebuah negara yang secara konkret memiliki kepentingan agar negara itu dapat
berjalan dengan baik. Bagaimana akan terbentuk suatu negara kalau tidak ada
rakyat yang akan membentuk hukum negara dan sekaligus yang akan menjadi
objek dari hukum negara tersebut. Rakyat itu sendiri merupakan suatu
persekutuan hidup manusia yang mempunyai keinginan untuk bersatu dan
mempunyai persamaan cita-cita.
B. Wilayah
Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada. Tidak
mungkin ada negara jika tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Menurut
Endang (2009), Dasim (2008), Miriam (2008), Muhammad (2011), menyatakan
dalam rangka menjamin aktivitas kehidupan rakyatnya, suatu negara harus
memiliki wilayah. Wilayah yang ditempati oleh rakyat suatu negara haruslah
4
didiami dan dikelola secara berkesinambungan dan memiliki batas-batas yang
jelas, agar dapat memperoleh legimitas/pengakuan sebagai wilayah negara.
Secara mendasar, wilayah sebuah negara mencakup daratan (wilayah darat),
perairan (wilayah laut/perairan), dan udara (wilayah udara).
Perairan atau laut yang menjadi bagian atau termasuk wilayah suatu
negara disebut perairan atau laut territorial dari negara yang bersangkutan.
Adapun batas dari perairan teritorial itu pada umumnya 3 mil laut (5,555
km) yang dihitung dari pantai ketika air surut. Laut yang berada di luar
perairan teritorial disebut lautan bebas (mare liberum).
Udara yang berada di atas wilayah darat (daratan) dan wilayah laut
(perairan) teritorial suatu negara merupakan bagian dari wilayah udara
sebuah negara. Mengenai batas ketinggian sebuah wilayah negara tidak
memiliki batas yang pasti, asalkan negara yang bersangkutan dapat
mempertahankannya.
5
C. Pemerintah
6
dapat ditingkatkan kedudukannya menjadi suatu judicial fact (pengakuan de
jure).
7
Namun demikian, menurut Locke, penyelenggara negara atau pimpinan
negara harus dibatasi melalui suatu kontrak sosial. Dasar pemikiran kontrak
sosial antar negara dan warga negara dalam pandangan Locke ini merupakan
suatu peringatan bahwa kekuasaan pemimpin (penguasa) tidak pernah mutlak,
tetapi selalu terbatas. Hal ini disebabkan karena dalam melakukan perjanjian
individu-individu warga negara tersebut tidak menyerahkan seluruh hak-hak
alamiah mereka. Menurut Locke, terdapat hak-hak alamiah yang merupakan
hak-hak asasi warga negara yang tidak dapat dilepaskan, sekalipun oleh masing-
masing individu.
Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah dokrin teokritis. Teori ini
ditemukan di Timur maupun di belahan dunia Barat. Teori ketuhanan ini
memperoleh bentuknya yang sempurna dalam tulisan-tulisan para sarjana Eropa
pada Abad Pertengahan yang menggunakan teori ini untuk membenarkan
kekuasaan mutlak para raja.
8
Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para
raja berasal dari Tuhan. Mereka mendapat mandat Tuhan untuk bertakhta
sebagai penguasa. Para raja mengklaim sebagai wakil Tuhan di dunia yang
mempertanggungjawabkan kekuasaannya hanya kepada Tuhan, bukan kepada
manusia. Praktik kekuasaan model ini ditentang oleh kalangan monarchomach
(penentang raja). Menurut mereka, raja tiran dapat diturunkan dari mahkotanya,
bahkan dapat dibunuh. Mereka beranggapan bahwa sumber kekuasaan adalah
rakyat.
C. Teori Kekuatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena
adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan
menjadi pembenaran (raison d’etre) dari terbentuknya sebuah negara. Melalui
proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas kelompok
tertentu dimulailah proses pembentukan suatu negara. Dengan kata lain,
terbentuknya suatu negara karena pertarungan kekuatan di mana sang pemenang
memiliki kekuatan untuk membentuk sebuah negara.
Teori ini berawal dari kajian antropologis atas pertikaian di kalangan suku-
suku primitif, di mana sang pemenang pertikaian menjadi penentu utama
kehidupan suku yang dikalahkan. Bentuk penaklukan yang paling nyata di masa
modern adalah penaklukan dalam bentuk penjajahan Barat atas bangsa-bangsa
Timur. Setelah masa penjajahan berakhir di awal abad ke-20, dijumpai banyak
negara-negara baru yang kemerdekaannya banyak ditentukan oleh penguasa
kolonial. Negara Malaysia dan Brunei Darussalam bisa dikategorikan ke dalam
jenis ini.
Dilihat dari siapa subjek pemegang kekuasaan untuk negara, maka bentuk
negara dapat dibedakan republik, monarki, oligarki, dan demokrasi.
9
adalah seorang filsuf Yunani yang pemikirannya sangat berpengaruh. Sebelum
menjadi salah satu filosof terkenal, Aristoteles belajar dengan Plato. Ide lain
Aristoteles, antara lain, metafisika, ilmu kedokteran, ilmu alam, karya seni.
Aristoteles juga mengemukakan bentuk-bentuk pemerintahan. Bentuk
pemerintahan menurut Aristoteles adalah :
1) Monarki adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja atau
kaisar.
2) Tirani adalah bentuk pemerintahan oleh seorang raja yang bertindak
sewenang-wenang demi dirinya sendiri. Bisa konon tirani adalah bentuk
degenerasi pemerintahan kerajaan.
3) Aristokrasi adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh beberapa orang
yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi untuk membuat rakyat lebih
sejahtera.
4) Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin beberapa orang tetapi
mereka hanya memikirkan kepentingan kelompok saja.
5) Plutokrasi merupakan bentuk kemunduran dari aristokrasi. Plutokrasi
(dipimpin oleh sekelompok bangsawan) dan oligarki adalah suatu bentuk
pemerintahan yang dipimpin oleh suatu kelompok untuk kepentingan
kelompok saja.
6) Polity adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh rakyat banyak untuk
kepentingan rakyat. Demokrasi adalah sebuah bentuk Pemerintahan
tertinggi dipimpin oleh rakyat. Menurut Aristoteles ini adalah bentuk regresi
Polity.
Ada lima jenis pemerintahan menurut Plato. Lima bentuk Pemerintahan ini
sesuai dengan fitrah manusia. Plato memiliki Pendapat berbeda dari bentuk
pemerintahan Aristoteles. Inilah bentuk pemerintahan menurut Plato.
10
2) Timokrasi, yaitu suatu bentuk pemerintahan yang diselenggarakan oleh
orang-orang yang ingin mencapai ketenaran dan kehormatan
5) Tirani, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu orang kezaliman
(sewenang-wenang) begitu jauh dari cita-cita keadilan.
11
2.5 Batasan Mengenai Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara
Hubungan antara negara dengan warga negaranya dibatasi oleh hak dan
kewajiban masing-masing. Secara umum hak negara adalah sebagai berikut:
Adapun hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai
dengan pasal 34 UUD 1945. Beberapa hak dan kewajiban tersebut antara lain:
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak tercantum dalam pasal 27
Ayat (2) UUD 1945, yaitu: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini menunjukan asas
keadilan sosial dan kerakyatan.
b. Hak membela negara, tercantum dalam pasal 30 Ayat (1) UUD 1945 yang
berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.”
12
c. Hak berpendapat, tercantum dalam pasal 28 UUD 1945, yaitu “Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
d. Hak kemerdekaan memeluk agama, tercantum dalam pasal 29 Ayat (1) dan (2)
UUD 1945 yang berbunyi:
1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
e. Hak ikut serta dalam pertahanan negara, tercantum dalam pasal 30 Ayat (1)
UUD 1945. Yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Dalam Bab tentang Hak Asasi Manusia terdapat dua pasal yang saling
berkaitan erat, yaitu Pasal 28I dan Pasal 28J. Keberadaan Pasal 28J dimaksudkan
untuk mengantisipasi sekaligus membatasi Pasal 28I.
Pasal 28I mengatur beberapa hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apa pun, termasuk di dalamnya hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut.
13
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
A. Pasal 2
Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.
B. Pasal 4
Warga Negara Indonesia adalah:
14
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
asing dan ibu Warga Negara Indonesia;
f. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut;
g. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara
Indonesia;
h. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia;
i. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya
dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan belas)
tahun atau belum kawin;
j. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
k. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
l. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
m. Anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara
tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan;
n. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Warga negara merupakan orang-orang yang menjadi unsur negara. Warga
negara mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari sebuah negara, yakni
peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama, atas dasar
tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan bersama. Negara merupakan suatu
daerah territorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat yang berhak
menuntut dari warga negaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan
melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Islami, M.Rafif Gayuh. 2017. Makalah Hubungan Negara dan Warga Negara.
Fakultas Ekonomi Jurusan S1 Akuntansi Universitas Semarang.
Listiyani, Nurul. 2016. Bangsa, Negara, Dan Warganegara.
Fitria. 2013. “Kewarganegaraan Dan Warga Negara.” Journal of Chemical
Information and Modeling 53(9):57–64.
Sultan Syarif Kasim State Islamic University. (2016). BAB III teori pembentukan
negara. Teori Pembentukan Negara, 38–43.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28 tentang Hak Asasi Manusia. (n.d.).
Fitria. 2013. “Kewarganegaraan Dan Warga Negara.” Journal of Chemical Information
and Modeling 53(9):57–64.
17