Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................
1.1. Latar Belakang.................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................
1.3. Manfaat............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan Negara dalam kehidupan manusia amatlah penting. Negara sebagai wadah dalam
kehidupan manusia sehingga manusia bisa menjalankan kehidupannya dengan keteraturan, tanpa
adanya sengketa dan kedamaian sosial, manuisa bisa terjaga. Alasan inilah yang menjadikan
Negara sebagai suatu institusi yang penting bagi manusia yang merupakan makhluk sosial.
Dalam konsepsi islam, menurut kebanyakan ahli politik islam modern, tidak ditemukan rumusan
yang pasti tentang konsep Negara. Dua sumber islam, Al–Qur’an dan Assunah, tidak secara
tersurat mendefinisikan model Negara dalam islam. Meskipun demikian, islam mengajarkan
banyak nilai dan etika bagaimana seharusnya Negara itu dibangun dan dibesarkan.
Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai negara itu sendiri dan bagaimana hubungan
agama dan negara-negara Islam khususnya di Indonesia.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu menjawab masalah yang teridentifikasi dalam
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Negara
1. Pengertian Negara
Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintahan yang ada di dalamnya, masyarakat ingin
mewujudkan tujuan-tujuan tertentu seperti terwujudnya ketentraman, ketertiban, dan
kesejahteraan masyarakat. Tanpa melalui organisasi negara kondisi masyarakat yang semacam
itu sulit untuk diwujudkan, karena tidak ada pemerintahan yang mengatur kehidupan mereka
bersama.
Menurut O. Hood Phillips, dkk. negara adalah masyarakat politik independen yang menempati
wilayah tertentu, dan yang anggotanya bersatu dengan tujuan untuk menghadapi tantangan atau
kekuatan dari luar dan mempertahankan tatanan internal.
Menurut Wirjono Prodjodikoro (1983:2), negara adalah suatu organisasi diantara kelompok
atau beberapa kelompok manusia yang besama-sama mendiami suatu wilayah (teritori) tertentu
dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok manusia tadi.
Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa negara
adalah organisasi masyarakat yang memiliki wilayah tertentu dan berada di bawah pemerintahan
yang berdaulat dan mengatur kehidupan masyarakat tersebut. Negara merupakan konstruksi yang
diciptakan oleh manusia untuk mengatur pola hubungan antar manusia dalam kehidupan
masyarakat.
2. Unsur-unsur Negara
Dengan memperhatikan pengertian negara sebagaimana dikemukakan oleh beberapa pemikir
kenegaraan di atas, dapat dikatakan bahwa negara memiliki 3 (tiga) unsur yaitu:
a. Rakyat
Rakyat suatu negara dapat dibedakan antara penduduk dan bukan penduduk. Penduduk
adalah orang-orang yang bertempat tinggal menetap atau berdomisili di suatu negara.
Sedangkan yang bukan penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatu negara
hanya untuk sementara waktu dan bukan dalam maksud menetap.
b. Wilayah dengan Batas-batas Tertentu
Wilayah suatu negara pada umumnya meliputi wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah
udara. Di samping wilayah darat, laut, dan udara dengan batas-batas tertentu, ada juga wilayah
yang disebut ekstra territorial. Yang termasuk wilayah ekstra territorial adalah kapal di bawah
suatu negara dan kantor perwakilan diplomatik suatu negara di negara lain.
Berkenaan dengan wilayah perairan ada 3 (tiga) batas wilayah laut Indonesia, batas-batas
tersebut adalah:
a) Batas Laut Teritorial
Batas laut teritorial Indonesia adalah 12 mil yang di hitung dari garis dasar, yaitu garis yang
menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar Indonesia, di mana jarak dari satu
titik ke titik lain yang dihubungkan tidak boleh lebih dari 200 mil.
Batas landas kontinen dari garis dasar tidak tentu jaraknya, tetapi paling jauh 200 mil.
Batas ZEE adalah 200 mil dari garis dasar ke arah laut bebas.
3. Sifat-Sifat Negara
Umumnya sepakat untuk mengatakan bahwa negara memiliki sifat memaksa, memonopoli,
dan mencakup semua. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan sifat-sifat tersebut.
a. Sifat Memaksa
Artinya bahwa negara memiliki hak atau kewenangan untuk memaksakan berbagai
peraturan yang dibuatnya untuk ditaati oleh seluruh warganya.
b. Sifat Monopoli
Yaitu sifat yang menunjukkan adanya hak atau kewenangan negara untuk mengelola atau
menenentkan sesuatu tindakan tanpa adanya hak atau kewenangan yang sama di pihak lain.
Dengan sifat ini maksudnya bahwa kekuasaan negara berlaku bagi semua orang di
wilayah negara yang bersangkutan. Tidak ada warga masyarakat yang mengecualikan dirinya
dari pengaruh kekuasaan Negara.
.
4. Tujuan Negara
Menurut Roger H. Sultau, tujuan negara adalah memungkin rakyatnya “berkembang serta
menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin”.
Tujuan negara Indonesia sesuai dengan Alinea IV Pembukaan UUD 1945, adalah “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan
umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Tujuan negara tersebut
hendak diwujudkan di atas landasan Ketuhanan yang Maha Esa; kemanusiaan yang adil dan
beradab; persatuan indonesia; kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan; serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Bentuk-bentuk Negara
1) Negara kesatuan
Bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat dengan suatu pemerintahan pusat yang
berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Dalam pelaksanaannya negara kesatuan ini dibagi ke
dalam 2 macam sistem pemerintahan, yaitu :
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi.
Merupakan sistem pemerintahan yang langsung dipimpin oleh pemerintah pusat, sementara
pemerintah daerah hanya menjalankan kebijakan pemerintah pusat.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi.
Merupakan sistem yang memberikan kesempatan dan kewenangan kepada kepala daerah untuk
mengurus urusan pemerintah di wilayahnya sendiri.
2) Negara Serikat
Bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara
serikat.Bentuk negara ini dapat digolongkan kepada 3 kelompok :
a. Monarki
Adalah bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh raja atau ratu.
Monarki terbagi 2 yaitu monarki absolut dan monarki konstitusional. Monarki absolut adalah
pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi ditangan satu orang raja atau ratu.
Monarki konstitusional adalah pemerintahan dengan kekuasaan kepala negaranya dibatasi oleh
ketentuan konstitusi negara.
b. Oligarki
Adalah bentuk pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan
atau kelompok tertentu.
c. Demokrasi
Adalah bentuk pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan
kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum yang
berlangsung secara langsung, umum, bebas, jujur, aman dan adil.
Hubungan agama dan negara dalam konteks dunia Islam masih menjadi perdebatan yang
intensif di kalangan para pakar muslim hingga kini. Hubungan Islam dan negara modern secara
teoritis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga pandangan : integralistik, simbiotik, sekularistik.
1.Paradigma integralistik : Paradigma ini menganut paham dan konsep agama dan Negara
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2. Paradigma simbiotik : Paradigma simbiotik adalah hubungan agama dan negara berada pada
posisi saling membutuhkan dan bersifat timbal balik, agama membutuhkan negara berbagai
instrumen dalam melestarikan dan mengembangkan agama, begitu juga sebaliknya.
3. Paradigma Sekularistik: Paradigma ini beranggapan bahwa terjadi pemisahan yang jelas
agama dan negara. Agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda satu sama lain dan
memiliki garapan masing-masing, sehingga keberadaanya harus dipisahkan dan tidak boleh satu
sama lain melakukan interversi
2.3. Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih
Good and clean governance memiliki pengertian segala hal yang berkaitan dengan tindakan
atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik
untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai sebuah paradigma
pengelolaan lembaga negara, good and clean governance dapat terwujud secara maksimal jika
ditopang oleh dua unsur yang saling terkait yaitu negara dan masyarakat madani yang
didalamnya terdapat sektor swasta. Untuk merealisasikan pemerintahan yang profesional dan
akuntabel bersandar pada prinsip-prinsip good governance, Lembaga Administrasi Negara
(LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental dalam good governance yang harus
diperhatikan yaitu : Partisipasi, Penegakan Hukum, Transparansi, Responsif, Orientasi
Kesepakatan, Keadilan, Efektifitas, Akuntabilitas, Visi Strategis.
Dalam pembangunan negara juga terdapat beberapa proses yang diperlukan. Tidak keliru
kiranya bila kita katakan bahwa dalam proses pembangunan ada tiga hal yang terkait erat yang
menentukan apakah pembangunan dapat berhasil atau tidak. Tiga hal itu adalah strategi, etika,
komitmen dan pembangunan. Perlu digaris bawahi dalam hal ini, kita sangat memerlukan etika
sebagai dasar pembangunan negara berkeadaban yang tangan kita semua kaji ini.
Karenanya etika menyangkut nilai dan kriteria untuk memebedakan mana tindakan yang
terpuji dan tindakan yang terkutuk, korupsi, manipulasi, kickback, komisi, bribery (sogokan),
dan lain sebagainya. Jelas merupakan tindakan yang terkutuk dari segi moral. Hal-hal terkutuk
itu tetap hanya ada dalam kesadaran mereka yang memahami dan memegangi etika. Sebaliknya,
bagi mereka yang membelakangi etika pembangunan, hal-hal terkutuk yang merugikan bangsa
dan negara dipandang sebagai hal-hal biasa. Dengan enteng dan tanpa rasa berdosa mereka
melakukan tindakan-tindakan yang menyerimpung proses pembangunan.
Dalam Good and Clean Governance, terdapat asas-asas yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Partisipasi : Asas Partisipasi adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun lewat lembaga perwakilan sah yang
mewakili aspirasi mereka. Bentuk partisipasi menyeluruh ini dibangun berdasarkan prinsip
demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.
2. Penegakan Hukum : Asas ini merupakan keharusan pengelolaan pemerintahan secara
profesional yang didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Realisasi wujud pemerintah
yang baik dan bersih harus juga diimbangi dengan komitmen pemerintah untuk menegakkan
hukum yang mengandung unsur-unsur berikut :
- Supremasi Hukum : Setiap tindakan unsur-unsur kekuasaan negara, dan peluang partisipasi
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum dan aturan yang
jelas dan tegas, dijamin pelaksanaannya secara benar serta independen.
- Kepastian Hukum : Setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum yang jelas
dan pasti, tidak duplikatif dan tidak bertentangan satu sama lainnya.
- Hukum yang responsive : Aturan hukum diatur berdasarkan aspirasi masyarakat luas dan
mampu menyediakan berbagai kebutuhan publik secara adil.
- Penegakkan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif.
- Independensi Peradialan : yakni peradilan yang independen, bebas dari pengaruh kekuasaan
atau kekuatan lainnya.
3. Transparansi : Asas ini merupakan unsur lain yang menopang terwujudnya good and clean
governance. Menurut para ahli, jika tidak ada prinsip ini, bisa menimbulkan tindakan korupsi.
Ada 8 unsur yang harus diterapkan transparansi yaitu : penetapan posisi/jabatan/kedudukan,
kekayaan pejabat publik, pemberian penghargaan, penetapan kebijakan, kesehatan, moralitas
pejabat dan aparatur pelayanan masyarakat, keamanan dan ketertiban, serta kebijakan strategis
untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
4. Responsif : Asas responsif adalah dalam pelaksanaannya pemerintah harus tanggap terhadap
persoalan-persoalan masyarakat, harus memahami kebutuhan masyarakat, harus proaktif
mempelajari dan menganalisa kebutuhan masyarakat.
5. Konsensus : Asas konsensus adalah bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsensus. Cara pengambilan keputusan consensus memiliki kekuatan
memaksa terhadap semua yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut dan memutuskan
semua atau sebagian pihak, serta mengikat sebagian besar komponen yang bermusyawarah.
6. Kesetaraan : Asas kesetaraan adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan publik. Asas
ini mengharuskan setiap pelaksanaan pemerintah bersikap dan berperilaku adil dalam hal
pelayanan publik tanpa membedakan suku, jenis, keyakinan, jenis kelamin, dan kelas sosial.
7. Efektivitas dan Efisiensi : Pemerintahan yang baik dan bersih harus memenuhi kriteria efektif
(berdaya guna) dan efesien ( berhasil guna). Efektivitas dapat diukur dari seberapa besar produk
yang dapat menjangkau kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok. Efesiensi umumnya
diukur dengan rasionalisitas biaya pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat.
8. Akuntabilitas : Asas akuntabilitas adalah pertanggungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya wewenang untuk mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat
publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun
netralitas sikapnya terhadap masyarakat.
9. Visi Strategis : Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam rangka realisasi good and clean
governance. Dengan kata lain, kebijakan apapun yang akan diambil saat ini, harus
diperhitungkan akibatnya untuk sepuluh atau dua puluh tahun ke depan.
2.5. GOOD AND CLEAN GOVERNANCE DAN KONTROL SOSIAL