Anda di halaman 1dari 23

NEGARA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Negara

Dosen Pengampu:

Mega Ayu Ningtyas, M.H., M.H

Disusun oleh :

Muhammad Ilham Akbar (05010320013)

Nurul Masruroh (05010320019)

Siti Nur Wafik Azizih (05010320060)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah Puja dan Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa kita
ucapkan. Atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah
SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Makalah berjudul “NEGARA”.

Adapun penulisan makalah berjudul Negara dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Ilmu Negara semester 3. Semoga makalah ini bisa menjadi referensi bagi pembaca. Karya
manusia selalu ada cacat celahnya, tidak luput makalah yang sederhana ini. Segala saran, tegur,
kritik yang bertujuan menyempurnakan makalah ini disambut dengan ucapan terimakasih.
Semoga Allah selalu memberi petunjuk untuk kita semua. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Surabaya, 07 September 2021

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................. i

Daftar isi ............................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................ 1
Bab II Pembahasan ........................................................................... 3

A. Pengertian Negara ...................................................................... 3


B. Unsur-unsur Negara ................................................................... 4
a. Penduduk/Rakyat Tertentu .................................................. 4
b. Wilayah ................................................................................ 5
c. Pemerintah yang Berdaulat .................................................. 5
d. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain 6
C. Tipe-Tipe Negara ....................................................................... 7
a. Negara Timur Kuno/Purba................................................... 7
b. Negara Yunani Kuno .......................................................... 7
c. Negara Romawi Kuno ........................................................ 7
d. Negara Abad Pertengahan .................................................. 8
e. Negara Hukum ..................................................................... 8
D. Terjadinya Negara Secara Primer dan Sekunder ........................ 9
a. Secara Primer ....................................................................... 9
b. Secara Sekunder ................................................................... 10
E. Sejarah Negara Republik Indonesia ............................................ 11
a. Periode Prasejarah................................................................ 11
b. Periode Klasik ...................................................................... 12
c. Periode Pertengahan ............................................................ 12
d. Periode Kolonialisme ........................................................... 13
e. Kemerdekaan Indonesia ....................................................... 14
F. Teori dan Kekuasaan Negara ...................................................... 14

ii
Bab III Penutup .................................................................................. 16

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 16

3.2 Saran ........................................................................................... 16

Daftar Pustaka .................................................................................... 17

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara adalah pemegang kedaulatan terpenuh dalam lingkup hukum
internasional. Hal tersebut dikarenakan negara memangku kedaulatan yang telah
diberikan oleh warga negara sebagai bukti bahwa negara tersebut memiliki penduduk
yang berdaulat. Agar dapat diakui legalitasnya sebagai sebuah negara, maka negara
tersebut wajib memenuhi unsur-unsur konstitutif sebagaimana yang dirumuskan pada
Montevideo Convention on The Right and Duties of States 1933, yaitu1 Penduduk yang
tetap, Wilayah tertentu, Pemerintah, dan Kedaulatan.

Kata “Negara” mempunyai dua arti. Pertama, negara adalah masyarakat atau
wilayah yg merupakan satu kesatuan politis. Kedua, negara adalah lembaga pusan yang
menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah
itu. Sementara dalam Ilmu Politik, istilah “negara” adalah agency (alat) dari masyarakat
yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian negara?
2. Apa saja unsur-unsur negara?
3. Apa saja tipe sebuah negara?
4. Bagaimana terjadinya sebuah negara primer dan sekunder?
5. Bagaimana sejarah negara republik Indonesia?
6. Bagaimana teori dan kekuasaan negara?

C. Tujuan
Ruang lingkup dalam penulisan makalah, perlu ditentukan secara tegas batasan
materi yang dibahas dalam tulisan yang dimaksud sehingga pembahasan yang diuraikan
nantinya menjadi terarah dan benar-benar tertuju pada pokok bahasan yang diinginkan,
2

hal ini diperlukan untuk menghindari pembahasan menyimpang dari pokok


permasalahan, adapun pembatasannya adalah sebagai berikut :
1. Yang pertama akan dibahas mengenai apa pengertian sebuah negara?
2. Yang kedua akan membahas tentang apa saja unsur-unsur sebuah negara?
3. Yang ketiga akan dibahas mengenai apa saja tipe sebuah negara?
4. Yang keempat akan membahas tentang bagaimana terjadinya sebuah negara
primer dan sekunder?
5. Yang kelima akan dibahas mengenai bagaimana sejarah negara republik
Indonesia?
6. Yang keenam akan membahas tentang bagaimana teori dan kekuasaan negara?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara
Negara adalah pemegang kedaulatan terpenuh dalam lingkup hukum internasional.
Hal tersebut dikarenakan negara memangku kedaulatan yang telah diberikan oleh warga
negara sebagai bukti bahwa negara tersebut memiliki penduduk yang berdaulat. Agar
dapat diakui legalitasnya sebagai sebuah negara, maka negara tersebut wajib memenuhi
unsur-unsur konstitutif sebagaimana yang dirumuskan pada Montevideo Convention on
The Right and Duties of States 1933, yaitu :1
1. Penduduk yang tetap,
2. Wilayah tertentu,
3. Pemerintah, dan
4. Kedaulatan.

Unsur yang sangat vital dan perlu diberikan perhatian khusus oleh suatu negara
adalah kedaulatan. Kedaulatan disini juga berperan sebagai pembeda negara dengan
subyek hukum internasional lainnya, sekaligus menjadi hal yang membuktikan bahwa
negara merupakan subyek hukum yang utama. Kedaulatan sebuah negara pada
hakikatnya adalah kedaulatan yang diperoleh dari sekelompok individu yang berdaulat
pada negara, negara dapat beraktifitas dengan bebas atas nama mereka, serta mengikat
para individu yang berdaulat padanya. Dengan demikian Kedaulatan sebuah negara
bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, negara mengadakan hubungan dengan


negara lainnya ataupun dengan organisasi internasional. Meskipun memang tidak ada
kekurangan pada kebutuhan dalam negerinya, hubungan ini harus tetap dijalin agar
terciptanya suatu hubungan baik antar negara ataupun dengan organisasi internasional.
Hubungan tersebut dapat diimplementasikan dengan cara menempatkan perwakilan
diplomatik, ataupun dengan mengadakan perjanjian internasional baik yang bersifat
bilateral ataupun multilateral.

1
Boer Mauna, Hukum Internasional, edisi ke-2, 2005, Hlm. 17.
4

B. Unsur-unsur Negara
Menurut Montevideo (Pan American) Convention on Rights and Duties of States of
1933, menyebut unsur-unsur negara sebagai berikut:
1. A permanent population
2. A defined territory
3. A government
4. A capacity to enter into relations with other states.2

a. Penduduk/Rakyat Tertentu.
Maksud dari Rakyat adalah sekumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang
hidup bersama sehingga merupakan masyarakat, meskipun mereka ini mungkin
berasal dari keturunan, kepercayaan, dan kulit yang berlainan. Syarat penting untuk
unsur ini yaitu rakyat atau masyarakat ini harus terorganisasi dengan baik
(organized population).

Istilah yang erat pengertiannya dengan “Rakyat” :


1. Rumpun: Sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena
mempunyai ciri-ciri jasmaniah yang sama, seperti: kulit, rambut, bentuk badan
atau muka;
2. Bangsa: Sekumpulan manusia yang merupakan satu kesatuan karena
mempunyai persamaan kebudayaan, seperti: bahasa, adat kebiasaan, agama;
3. Natie: Sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena
mempunyai satu kesatuan politik yang sama.

Nasionalisme adalah suatu gerakan sosial, suatu aliran rohaniah yang


mempersatukan rakyat ke dalam natie, yang membangkitkan masa ke dalam
keadaan politik dan sosial yang aktif (Ernest Renan).

Nasionalisme memiliki 2 makna, sebagai sentimen dan sebagai bentuk gerakan


(Ernest Gellner).

2
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, 2011, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm, 3.
5

b. Wilayah
Wilayah Tertentu (a defined territory) ialah batas wilayah dimana kekuasaan
negara itu berlaku. Batas-batas negara yang benar secara faktual belum tentu benar
secara yuridis, seperti apabila suatu wilayah diduduki musuh dan pemerintahannya
dalam pengasingan (in exile), atau karena suatu suatu sebab tidak dapat
menjalankan kekuasaan dalam wilayah negaranya.

Unsur rakyat maupun wilayah tidak ada batasnya, baik jumlah penduduk
maupun luas daerahnya, seperti Nauru, yang mempunyai penduduk 10.000 orang,
luas negerinya hanya mill persegi.

Dalam praktik negara dan putusan pengadilan serta arbitrase ditetapkan bahwa
untuk menjadi negara tidaklah perlu memiliki wilayah yang tetap atau memiliki
batas-batas yg tidak dalam sengketa.

Karena keadaan tertentu, suatu negara tetap diakui sebagai subjek hukum
Internasional, meskipun negara tdk memiliki wilayah yang tetap atau tidak
mempunyai wilayah tertentu.

c. Pemerintah yang berdaulat

Setiap negara mempunyai organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan


melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di
dalam wilayahnya.

Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk membuat UU dan


melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia.
1. Kedaulatan ke dalam (internal sovereignty): Kekuasaan tertinggi untuk
memaksa semua penduduknya agara menaati UU serta peraturan-
peraturannya.
2. Kedaulatan ke luar (external sovereignty): Kekuasaan tertinggi untuk
mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara
lain dan mempertahankan kedaulatan ke luar.
3. Kedaulatan merupakan suatu konsep yuridis, dan konsep kedaulatan tidak
selalu sama dengan komposisi dann letak kekuasaan politik.
4. Pemerintah harus diartikan luas yang mencakup semua badan-badan negara.
Pemerintah yang berkuasa harus diakui oleh rakyatnya.
6

5. Pengakuan negara lain sering berdasarkan atas kestabilan dan efektifitas


pemerintah.
6. Menurut Bagir Mana, keberadaan negara sebagai kenyataan, tidak
digantungkan pada kemampuan berhubungan dengan negara lain. Yang lebih
utama adalah kemampuan menjalankan pemerintahan secara efektif dalam
wilayah negara yang bersangkutan. Kemampuan mengadakan hubungan
dengan negara lain, bukan merupakan syarat konstitutif keberadaan negara.3

d. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain


Unsur ini bukan merupakan syarat mutlak bagi adanya suatu negara, karena
unsur ini bukan merupakan unsur pembentuk bagi badan negara melainkan
hanya bersifat menerangkan saja tentang adanya negara.
Ada 2 Teori tentang Pengakuan Negara:
1. Declaratory Theory/Evidentiary Theory/ Teori Deklaratif: apabila semua
unsur-unsur negara telah dimiliki oleh suatu masyarakat politik, maka
dengan sendirinya ia telah merupakan sebuah negara dan harus
diperlakukan secara demikian oleh negara-negara lain. Pengakuan hanya
bersifat “pencatatan” saja.
2. Constitutive Theory: walaupun unsur-unsur kenegaraan telah dimiliki oleh
suatu masyarakat politik, namun tidaklah ia secara otomatis dapat diterima
sebagai negara di tengah-tengah masyarakat internasional.

Unsur/persyaratan Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara


lain, adalah yang paling penting dari segi hukum internasional. Ciri ini yang
membedakan negara dengan unit-unit yang lebih kecil seperti anggota-anggota
federasi atau protektorat-protektorat yang tidak menangani sendiri urusan luar
negerinya dan tidak diakui oleh negara-negara lain sebagai anggota masyarakat
internasional yang mendiri.4

3
Universitas Maarif Hasyim Latif, Ilmu Negara, 2017, Sidoarjo, hal.10
4
Ibid. hlm.11
7

C. Tipe – Tipe Negara


Dalam sejarah pertumbuhan ilmu negara, tipe-tipe pokok negara dapat dibagi
atas lima bagian yaitu:5
a. Negara Timur Kuno/Purba
Menurut penulis-penulis barat tipe negara timur kuno adalah Tyrani atau Despotis.6
Sebagai alasan dikemukakan bahwa negara timur kuno diperintah oleh raja-raja
yang bekuasa mutlak dan sewenang-wenang. Pendapat ini tentunya belum
seluruhnya benar karena ini diihat dari kacamata barat yang tidak mengenal latar
belakang dari struktur masyarakat timur. Sebagai contoh negara Jawa Kuno di
Indonesia. Jika diselidiki benar-benar bahwa peranan raja sangat besar sekali, ia
bertanggungjawab atas kebaikan dan keburukan masyarakatnya di dalam negara,
kalau terjadi suatu bencana dan penyakit yang menular yang membawa korban
yang banyak, raja melakukan puasa atau bersemedi untuk mencari jalan keluar.

b. Negara Yunani Kuno


Negara Yunani kuno mempunyai tipe sebagai negara kota atau polis yang
dilingkari oleh tembok-tembok yang merupakan benteng pertahanan kalau ada
serangan musuh dari luar.7 Negara kota ini misalnya Athena, Sparta. Rakyat
langsung ikut serta dalam pemerintahan, dan pemerintah ini merupakan pemerintah
demokrasi langsung. Pemerintahan itu diselenggarakan dengan mengumpulkan
rakyat di suatu tempat yang disebut ecclesia. Dalam rapat dikemukakan kebijakan-
kebijakan pemerintah, kesulitan-kesulitan pemerintah untuk diatasi bersama.

c. Negara Romawi Kuno


Tipe negara Romawi kuno digambarkan sebagai imperium yang mempunyai
wilayah luas sekali karena jajahannya. Raja Romawi kuno Caesar mempunyai
kekuasaan yang besar sekali dan dapat bertindak sewenang-wenang dan terkenal
sebagai tirani. Kedaulatan rakyat yang diterima dari ajaran Yunani dikontruksikan
sebagai paham Caesarium yaitu suatu paham dimana caesar menerima seluruh
kekuasaan rakyat berdasarkan kepercayaan rakyat kepadanya, maka caesar
menjadi wakil rakyat yang bertindak atas namanya.

5
Moh Kusnardi, Ilmu Negara, op.cit., hlm 83
6
Ibid.
7
Ibid. hlm 84
8

d. Negara Abad Pertengahan


Negara-negara abad pertengahan sudah merupakan negara country state yang
sifatnya mendua. Hal ini disebabkan karena adanya dua macam hak yang menjadi
dasar bagi terbentuknya negara yaitu:8

1. Hak raja unuk memerintah yang disebut Rex.


2. Hak rakyat yang disebut Regum.

e. Negara hukum
Adapun macam-macam negara hukum, yaitu sebagai berikut :

1. Negara Hukum Klasik


Negara hukum liberal atau yang sering disebut negara hukum dalam arti sempit
adalah konsepsi yang diberikan oleh Imanuel Kant (1724-1804), yang
kemunculannya bersamaan dengan lahirnya faham liberalisme yang
menentang kekuasaan yang absolut dari para raja pada saat itu. Menurut paham
liberalisme,negara justru harus melepaskan dirinya dari campur tangan urusan
kepentingan rakyatnya, yang berarti sikap negara harus pasif.9
Pada permulaan abad ke dua puluh gagasan mengenai pembatasan kekuasaan
ini mendapatkan rumusan yuridis. Ahli-ahli hukum Eropa Barat menggunakan
istilah negara hukum dengan memakai istilah rechsstaat yang bertumpu pada
tradisi hukum civil law,dengan karakteristik administratif, sedangkan para ahli
di Anglo Saxon menggunakan istilah rule of law yang bertumpu pada tradisi
hukum common law dengan karakteristik yudicial.

2. Negara Hukum Modern/Kesejahteraan


Tipe utama negara hukum kesejahteraan adalah adanya kewajiban pemerintah
untuk melaksanakan bestuuruzorg yakni penyelenggaraan kepentingan umum.
Untuk itu pemerintah diberi kewenangan untuk melepaskan diri dari bingkai
hukum formal yang kaku sehingga dapat melakukan aktifitasnya. Pemberian
kewenangan ini yang kemudian dikenal dengan ajaran freise ermessen yang
secara sederhana dapat dirumuskan sebagai kemerdekaan pemerintah untuk
dapat bertindak atas inisiatif sendiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
sosial. Ajaran Freiese ermessen dapat pula dirumuskan sebagai kewenangan

8
Ibid, hlm 86
9
Muntoha, Demokrasi Dan Negara Hukum, Jurnal Hukum Ius Quia Iustium, vol 16, 2009, Yogyakarta, hlm, 382
9

yang sah bagi pemerintah untuk campur tangan dalam kegiatan sosial guna
melaksanakan tugas-tugas mensejahterakan rakyat.10

D. Terjadinya Negara Secara Primer dan Sekunder


a. Secara Primer
Terjadinya negara secara primer dapat digolongkan menjadi empat fase, yaitu
fase genootshap (genossenchaft), fase reich (rijk), fase staat, dan fase
(democratische natie dan dictatuur atau dictatum). Fase-fase ini merupakan tahapan
dalam pembentukan negara.

Fase genootshap berawal dari individu-individu manusia yang kemudian


mendeklarasikan diri untuk saling hidup bersama-sama dengan berdasarkan pada
persamaan kepentingan. Fase ini mengutamakan unsur bangsa sebagai lahirnya
suatu negara.11

Fase selanjutnya, yaitu fase reich, sudah masuk pada tahap manusia menerti dan
memiliki hak atas tanah. Pemilik tanah kemudian menyerahkan kekuasaan kepada
penguasa untuk menjalankan negara. Fase ini juga menjadikan negara mempunyai
ukuran. Ukuran dari negara adalah kekayaan, yang salah satunya dari adanya
kepemilikan tanah.

Setelah fase reich adalah fase staat. Fase tersebut sudah memasuki wilayah
politik, khususnya secara vertikal. Adanya wilayah politik yang menjadi kekuasaan
politik membuat antar wilayah saling beradu kekuatan. Fase ini menghasilkan
adanya kekuasaan pusat dengan daerah. Kekuasaan pusat mengontrol kekuasaan
daerah, sedangkan kekuasaan daerah tunduk pada kekuasaan pusat.12

Fase yang keempat adalah fase democratische natie dan fase dictatuur atau
dicatum. Fase democratische natie adalah kelanjutan dari fase sebelumnya yaitu
fase staat. Fase democratiche natie atau fase demokrasi nasional merupakan fase
yang menjadikan kedaulatan rakyat sebagai dasar. Negara ada atau lahir karena
adanya kedaulatan rakyat, atau rakyat yang berdaulat. Adapun dalam fase dictatuur
atau dictatum terdapat perbedaan pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa

10
Ibid, Hlm 47
11
Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal.44-45.
12
Max boli sabon, Ilmu Negara: Bahan Pendidikan untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Penertib Universitas Atma
Jaya, hal.42
10

fase dictatuur atau dictatum merupakan perluasan dari fase democratische natie.
Pendapat lain menyatakan bahwa fase dictatuur atau dictatum adalah fase
penyimpangan dari fase democratische natie. Jadi fase dictatuur atau fase dictatum
bukan perluasan dari fase democratische natie. Empat fase tersebut merupakan
fase-fase utama dalam terbentuknya atau terjadinya suatu negara. Tanpa fase
tersebut, menurut teori terjadinya negara secara primer, maka negara tidak
mungkin dapat terjadi.13

b. Secara Sekunder
Terjadinya negara secara sekunder fokus pada terjadinya negara pada claim atau
pengakuan terhadap suatu negara.14 Adanya pengakuan tersebut menunjukkan
bahwa suatu negara dianggap ada karena dua hal. Pertama, sudah ada negara-
negara lain yang kemudian mengakui terjadinya negara yang lainnya. Kedua,
adanya pengakuan dari manusia atau bangsa yang belum memiliki atau
menciptakan negara, dalam hal ini belum ada negara tercipta di dunia. Pernyataan
yang kedua dapat menegaskan bahwa teori ini berasumsi bahwa bangsa lebih dulu
ada sebelum berdirinya negara.

Pengakuan atau erkening terdiri atas tiga macam, yaitu (1) pengakuan de facto
yang bersifat sementara; (2) pengakuan de jure, atau pengakuan yuridis; dan (3)
pengakuan atas pemerintahan de facto. Pengakuan de facto yang bersifat sementara
merupakan pengakuan yang diberikan kepada negara yang baru lahir. Pemberian
pengakuan tersebut sifatnya sementara, karena secara nyata negara tersebut
memang telah lahir, tetapi secara hukum belum dapat dinyatakan apakah negara
tersebut telah benar-benar lahir atau tidak. Sedangkan pengakuan de jure adalah
pengakuan terhadap lahirnya suatu negara yang sifatnya tetap dan mutlak. Keadaan
tersebut dikarenakan negara yang tercipta merupakan negara yang lahir karena
hukum, sehingga bersifat tetap. Pengakuan selanjutnya adalah pengakuan atas
pemerintahan yang de facto. Pengakuan ini hanya bersifat pengakuan lahiriah atas
kedudukan pemerintah saja. Pengakuan ini tidak mengakui eksistensi negara secara
penuh. Tetapi pengakuan ini juga bisa masuk dalam pengakuan terhadap negara
secara sebagian, karena pemerintah merupakan unsur negara yang harus ada dalam

13
Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal.45-46.
14
Ibid, hal 46
11

berdirinya negara. Karena negara tanpa pemerintahan juga tidak akan bisa disebut
sebagai negara.15

Teori terjadinya negara secara sekunder menyatakan bahwa negara berdiri jika
ada pengakuan dari negara-negara atau bangsa-bangsa lain. Agar negara tersebut
dapat memperoleh pengakuan, maka yang harus dilakukan oleh negara yang akan
berdiri adalah melakukan deklarasi atau pernyataan pembentukan negara baru.
Tujuan deklarasi tersebut adalah untuk mendapatkan persetujuan atau pengakuan
dari negara-negara atau bangsa-bangsa lainnya. Deklarasi juga dapat dijadikan
sebagai arena untuk memberitahukan bahwa negara yang berdiri merupakan negara
yang berdaulat dan merdeka. Kemerdekaan tersebut tidak hanya kemerdekaan ke
dalam, tetapi juga kemerdekaan ke luar (Sabon, 2014: 43).

Berdasarkan teori ini, negara dianggap ada hanya apabila ada pengakuan, yang
tidak terbatas pada negara tersebut saja, melainkan juga dari bangsa-bangsa lain di
dunia. Negara yang lahir dan memerlukan pengakuan harus mendeklarasikan diri
bahwa negara tersebut telah berdiri secara merdeka (dalam dan luar). Setelah
melakukan deklarasi, maka ada tahap pengakuan atau persetujuan dari negara atau
bangsa lain terhadap berdirinya negara tersebut.

E. Sejarah Negara Republik Indonesia


Sejarah Indonesia memiliki banyak tahapan/periode. Secara garis besar
sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, masa kuno/klasik, masa
pertengahan, masa kolonial, dan masa kemerdekaan.
a. Periode prasejarah
Sekitar 25.000 SM, gelombang pertama migrasi manusia modern mencapai
dataran nusantara. Peradaban awal dan budaya awal mulai terbentuk di era Holosen
(10.000 SM) yang menandai berakhirnya Zaman Es. Dataran ini mulai terpisah dari
benua Asia dan kemudian terpecah menjadi kepulauan saat ini. Sejak saat itu,
bangsa Melanesia yang merupakan manusia modern pertama di Nusantara
membentuk budaya awal.

Sekitar tahun 2000 SM, bangsa Austronesia dari daratan Taiwan mulai
berdatangan ke Nusantara, menyebabkan bangsa Melanesia yang telah tiba di sana

15
Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal.47.
12

lebih awal terdesak ke wilayah timur Nusantara, meskipun sebagian


berasimilasi/berasimilasi dengan pendatang tersebut. keanekaragaman hayati yang
kaya, dan kemampuan bercocok tanam yang dimiliki manusia pada waktu itu
memungkinkan pembentukan dan perkembangan pesat kegiatan pertanian dan
pemukiman. Pada abad ini, peradaban maju seperti Melayu primitif dan keturunan
Melayu mulai berkembang.

b. Periode klasik
Sejak awal abad Masehi, kerajaan-kerajaan kecil mulai bermunculan. Menurut
penemuan terbaru, kerajaan tertua yang diketahui adalah Kerajaan Candace, bukan
Kerajaan Kutai seperti yang dipikirkan kebanyakan orang saat ini. Menurut hasil
survei yang ada, Kerajaan Candice terletak di pulau Sumatera, kira-kira di wilayah
Riau saat ini. Sayangnya, karena kurangnya bukti dan catatan, orang hanya tahu
sedikit tentang kerajaan ini. Kerajaan penting lainnya di Sumatera adalah Kerajaan
Melayu Kuno atau Kerajaan Jambi Kuno (dibangun sekitar abad ke-2 Masehi).

Di pulau Jawa, berdiri Kerajaan Salakanegara, kerajaan Hindu pertama di


Nusantara yang terletak di sekitar wilayah Cianjur, Jawa Barat. Kerajaan
Salakanegara dimulai pada tahun 130 M dan kemudian berkembang menjadi
Kerajaan Tarumanegara pada tahun 358 M. Kerajaan Kutai sendiri mulai ada di
Kalimantan Timur pada tahun 350 M, kemudian berdiri dua kerajaan lainnya di
Kalimantan Selatan pada tahun 525 M, yaitu Kerajaan Tanjung Puri dan Kerajaan
Salunai Selatan. Ada juga kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi, termasuk kerajaan
Luwuzhong Sulawesi. 900 M. Kerajaan awal lainnya termasuk kerajaan Siang di
Sulawesi Selatan dan kerajaan Suwawa di wilayah Gorontalo.

c. Periode Pertengahan
Pada masa kerajaan Sriwijaya, Dinasti Hindu-Buddha Sanjaya dan Syailendra
dari kerajaan Sriwijaya juga mendirikan kerajaan-kerajaan perintis di pulau Jawa
bagian tengah. Kerajaan-kerajaan tersebut kemudian berkembang menjadi
kerajaan-kerajaan besar, antara lain Kerajaan Panjalu/Daha/Kediri (1045-1222),
Kerajaan Tumapel/Singosari (1222-1292), dan Kerajaan Manjapahit (1293-1527).
Kerajaan Majapahit selanjutnya berkembang menjadi kerajaan terbesar di pulau-
pulau, dengan wilayah yang luas, meliputi Sumatera bagian tengah dan selatan,
Semenanjung Malaya, pesisir dan dataran rendah Kalimantan, ujung selatan dan
13

timur Sulawesi, serta Nusa Tenggara, Maluku, Papua di barat. Setelah runtuhnya
Majapahit, Kerajaan Islam mulai berkembang pesat di Indonesia.

Islam sebenarnya sudah memasuki Indonesia pada abad ke-7 Masehi, namun
penyebarannya belum signifikan seperti hanya yang terjadi pada abad ke-15 hingga
ke-16. Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui saudagar dan cendekiawan
Arab, kemudian melalui saudagar Persia dan India (Gujarat). Di bawah
kepemimpinan Laksamana Cheng Ho, para saudagar dan pelaut Muslim dari
Tiongkok juga turut serta dalam penyebaran Islam di Indonesia.

Kerajaan Islam (atau biasa disebut kesultanan) pertama yang diketahui adalah
kerajaan Jeumpa yang didirikan di Aceh pada tahun 777 M. Kesultanan ini terletak
di kawasan pantai utara sebelah timur Banda Aceh saat ini. Sultan lain yang juga
mulai eksis di Aceh adalah Kesultanan Perak (840-1292) dan Kesultanan Ramuri
(851-1514). Sejak saat itu, Islam mulai mempengaruhi budaya Aceh dan wilayah
Nusantara lainnya.

d. Kolonialisme
Indonesia merupakan negara yang dijajah oleh banyak negara Eurasia, karena
Indonesia telah menjadi negara yang kaya akan hasil alam sejak zaman dahulu,
yang memberikan godaan kepada negara-negara Eropa untuk menjajah, ingin
menguasai sumber daya alam dan mencari nafkah untuk negaranya.

Ketika bangsa Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka menemukan beberapa
kerajaan yang dapat dengan mudah dikendalikan untuk mendominasi perdagangan
rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda,
Banten dan Sunda Klapa, namun terusir dan bergerak ke timur serta menguasai
Maluku. Pada abad ke-17, Belanda mengalahkan Inggris dan Portugal (kecuali
koloni mereka, Timor, Portugal) dan menjadi negara paling kuat di Eropa. Pada
saat itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialis
kuno, yang dikenal dengan 3G yaitu Gold, Glory, and Gospel.

Selama Perang Dunia II, ketika Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang menguasai
Indonesia. Setelah mengakuisisi Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat jet
tempur Indonesia sebagai mitra dagang yang kooperatif dan bersedia mengerahkan
pasukan bila diperlukan. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur dan Ki
Hajar Dewantara dianugerahkan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
14

e. Kemerdekaan Indonesia
Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan
Indonesia. Setelah Perang Pasifik tahun 1945, di bawah tekanan organisasi
pemuda, Sukarno-Hada mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945, yang merupakan bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri
Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai
presiden, wakil presiden, dan perdana menteri, untuk menguasai kembali
Indonesia.

Upaya berdarah untuk menekan gerakan kemerdekaan ini disebut "politionele


actie" oleh Belanda, atau agresi militer oleh orang Indonesia. Pada tanggal 27
Desember 1949, di bawah tekanan kuat masyarakat internasional, khususnya
Amerika Serikat, Belanda akhirnya menerima hak kemerdekaan Indonesia dan
menjadi negara federal yang disebut Indonesia Serikat. Pada tanggal 17 Agustus
1950, Mohammad Natsir menyerukan kembalinya Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan pembubaran Republik Indonesia Serikat. Soekarno kembali menjadi
presiden dengan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden dan Mohammad Natsir
sebagai perdana menteri.

F. Teori dan Kekuasaan Negara


1. Pengertian Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seorang pelaku untuk mempengaruhi perilaku pelaku


lain sehingga perilakunya menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai
kekuasaan. Miriam Budiarjo mengutip beberapa definisi kekuasaan yang dikemukakan oleh
para sarjana, antara lain:16

a. Max Weber mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan
apapun dasar kemampuan ini.
b. Harold D. Lawwell dan Abraham Kaplan-yang definisinya sudah menjadi rumusan
klasik- mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang
sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah
tujuan dari pihak pertama.

16
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hlm. 60
15

2. Teori Legitimasi Kekuasaan

Menurut Soehino, ditinjau dari sudut hukum tata negara, negara itu adalah suatu
organisasi kekuasaan, dan organisasi itu merupakan tata kerja dari pada alat-alat perlengkapan
negara yang merupakan suatu keutuhan. Adapun sebagai berikut :17

a. Sumber Kekuasaan.
b. Pemegang Kekuasaan (Teori Kedaulatan)
c. Pengesahan Kekuasaan.

Sumber Kekuasaan, kebanyakan ahli berpangkal tolak dari perumusan sosiologi Max
Webber bahwa kekuasaan adalah kemampuan dalam hubungan sosial untuk melakukan
kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apapun dasar kemampuan ini. Hal ini
serupa dengan apa yang dikatakan oleh Max Webber merujuk pada buku klasik “The Power
Elit” karya C. Wright Mills mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk
melaksanakan kemauan kendati orang lain menentang.

Namun demikian, sumber kekuasaan yang dimaksud disni adalah mengenai asal atau sumber
kekuasaan yang ada dalam negara. Dalam ilmu nergara ada 2 teori yang menjelaskan dari mana
asal kekuasaan atau legitimasi yang ada dalam negara, yaitu :

a. Teori Teokrasi, dalam teori ini seumber daripada kekuasaan negara adalah dari Tuhan.
Negara itu timbul atas kehendak Tuhan. Jadi, suatu negara tidak atau belum akan terjadi
apabila Tuhan belum menghendakinya.
b. Teori Hukum Alam, hukum alam atau hukum kodrat adalah hukum yang tidak dibuat
oleh badan legislatif melainkan karena kodrat atau alam dalam arti akal budi,
manusiawi, berlaku disegala tempat atau universal, sepanjang masa dan tidak berubah-
ubah.

Pemegang Kekuasaan, berkaitan dengan subjek kedaulatan, dalam sejarah pemikiran


hukum politik dan kenegaraan. Dikenal adanya 5 teori atau ajaran kedaulatan sebagai ide
mengenai kekuasaan tertinggi, sebagai berikut :

a. Teori Kedaulatan Tuhan, Teori kedaulatan Tuhan mengatakan bahwa kekuasaan


tertinggi itu yang memiliki atau ada pada Tuhan.

17
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta, Liberty, 1996 hlm, 149
16

b. Teori Kedaulatan Raja, dalam teori kedaulatan raja pemegang atau pemilik kekuasaan
tertinggi didunia adalah raja. Rajalah yang menyelenggarakan atau memegang
kekuasaan tertinggi di dunia.
c. Teori Kedaulatan Negara, dalam teori ini negaralah yang menciptakan hukum sehingga
segala sesuatu harus tunduk pada negara. Jadi, adanya suatu hukum itu karena adanya
negara. Tiada satupun hukum yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara.
d. Teori kedaulatan Hukum, pemegang kekuasaan tertinggi di dalam negaraadalah
hukum. Baik raja, rakyat, ataupun negara sendiri harus tunduk dan patuh kepada
hukum.
e. Teori Kedaulatan Rakyat, hal ini dimaksudkan kekuasaan rakyat sebagai tandingan atau
imbangan terhadap kekuasaan penguasa tunggal atau yang berkuasa. Pada prinsipnya
adalah cara atau sistem yang bagaimanakah pemecahan suatu soal itu menurut cara
tertentu yang memenuhi kehendak umum, dan kedaulatan itu adalah kehendak umum.

Pengesahan Kekuasaan, adalah menyangkut kekuasaan organisasi negara diakui,


Bahasa sederhananya adalah kita dapat mengakui atau tidak terhadap kekuasaan tersebut.
Dengan adanya pengesahan kekuasaan maka kekuasaan negara menjadi diakui dan sah.
Pengakuan terhadap kekuasaan akan menjadikan organisasi kekuasaan Bernama negara
semakin kuat dan terlegitimasi.
17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara adalah pemegang kedaulatan terpenuh dalam lingkup hukum internasional. Hal
tersebut dikarenakan negara memangku kedaulatan yang telah diberikan oleh warga
negara sebagai bukti bahwa negara tersebut memiliki penduduk yang berdaulat.
Adapun Unsur-Unsur sebuah Negara yaitu Penduduk atau rakyat tertentu, wilayah,
pemerintah yang berdaulat, kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
Tipe-Tipe sebuah Negara yaitu Negara timur kuno atau purba, negara yunani kuno, negara
romawi kuno, negara abad pertengahan, negara hukum.
Terjadinya sebuah negara secara primer dan sekunder, terjadinya negara secara primer
dapat digolongkan menjadi empat fase, yaitu fase genootshap (genossenchaft), fase reich
(rijk), fase staat, dan fase (democratische natie dan dictatuur atau dictatum). Fase-fase ini
merupakan tahapan dalam pembentukan negara. Terjadinya negara secara sekunder fokus
pada terjadinya negara pada claim atau pengakuan terhadap suatu negara.
Adapun sejarah negara republik Indonesia yaitu pada periode prasejarah, periode klasik,
periode pertengahan, kolonialisme, dan kemerdekaan Indonesia. Teori Kekuasaan Negara
adalah membahas mengenai sumber kekuasaan, pemiliki kekuasaan/teori kedaulatan, dan
pengesahan kekuasaan.

B. Saran
Kami ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang sudah berpartisipasi didalam
pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.
18

DAFTAR PUSTAKA

Aminoto, Ilmu Negara, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2017.

Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Bandung: Alumni, 2005.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2002.

Daud Busroh, Abu, Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta, Pusat
Studi HTN UI, 1983

Muntoha , Demokrasi Dan Negara Hukum, Jurnal Hukum Ius QuiaIustum, Vol 16,
Yogyakarta, 2009.

Sabon, Max Boli, Ilmu Negara : Bahan Pendidikan untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Penertib Universitas Atma Jaya.

Sakti Hadiwijoyo, Suryo, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional,


Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Soehino, Ilmu Negara, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: Liberty, 2005.

Universitas Maarif Hasyim Latif, Ilmu negara, Sidoarjo, 2017.


19

Anda mungkin juga menyukai