Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Assalamualaikum wr.wb
Alhamdulillah Puja dan Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa kita
ucapkan. Atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah
SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.
Adapun penulisan makalah berjudul Negara dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Ilmu Negara semester 3. Semoga makalah ini bisa menjadi referensi bagi pembaca. Karya
manusia selalu ada cacat celahnya, tidak luput makalah yang sederhana ini. Segala saran, tegur,
kritik yang bertujuan menyempurnakan makalah ini disambut dengan ucapan terimakasih.
Semoga Allah selalu memberi petunjuk untuk kita semua. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
i
Daftar Isi
ii
Bab III Penutup .................................................................................. 16
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara adalah pemegang kedaulatan terpenuh dalam lingkup hukum
internasional. Hal tersebut dikarenakan negara memangku kedaulatan yang telah
diberikan oleh warga negara sebagai bukti bahwa negara tersebut memiliki penduduk
yang berdaulat. Agar dapat diakui legalitasnya sebagai sebuah negara, maka negara
tersebut wajib memenuhi unsur-unsur konstitutif sebagaimana yang dirumuskan pada
Montevideo Convention on The Right and Duties of States 1933, yaitu1 Penduduk yang
tetap, Wilayah tertentu, Pemerintah, dan Kedaulatan.
Kata “Negara” mempunyai dua arti. Pertama, negara adalah masyarakat atau
wilayah yg merupakan satu kesatuan politis. Kedua, negara adalah lembaga pusan yang
menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah
itu. Sementara dalam Ilmu Politik, istilah “negara” adalah agency (alat) dari masyarakat
yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian negara?
2. Apa saja unsur-unsur negara?
3. Apa saja tipe sebuah negara?
4. Bagaimana terjadinya sebuah negara primer dan sekunder?
5. Bagaimana sejarah negara republik Indonesia?
6. Bagaimana teori dan kekuasaan negara?
C. Tujuan
Ruang lingkup dalam penulisan makalah, perlu ditentukan secara tegas batasan
materi yang dibahas dalam tulisan yang dimaksud sehingga pembahasan yang diuraikan
nantinya menjadi terarah dan benar-benar tertuju pada pokok bahasan yang diinginkan,
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara
Negara adalah pemegang kedaulatan terpenuh dalam lingkup hukum internasional.
Hal tersebut dikarenakan negara memangku kedaulatan yang telah diberikan oleh warga
negara sebagai bukti bahwa negara tersebut memiliki penduduk yang berdaulat. Agar
dapat diakui legalitasnya sebagai sebuah negara, maka negara tersebut wajib memenuhi
unsur-unsur konstitutif sebagaimana yang dirumuskan pada Montevideo Convention on
The Right and Duties of States 1933, yaitu :1
1. Penduduk yang tetap,
2. Wilayah tertentu,
3. Pemerintah, dan
4. Kedaulatan.
Unsur yang sangat vital dan perlu diberikan perhatian khusus oleh suatu negara
adalah kedaulatan. Kedaulatan disini juga berperan sebagai pembeda negara dengan
subyek hukum internasional lainnya, sekaligus menjadi hal yang membuktikan bahwa
negara merupakan subyek hukum yang utama. Kedaulatan sebuah negara pada
hakikatnya adalah kedaulatan yang diperoleh dari sekelompok individu yang berdaulat
pada negara, negara dapat beraktifitas dengan bebas atas nama mereka, serta mengikat
para individu yang berdaulat padanya. Dengan demikian Kedaulatan sebuah negara
bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
1
Boer Mauna, Hukum Internasional, edisi ke-2, 2005, Hlm. 17.
4
B. Unsur-unsur Negara
Menurut Montevideo (Pan American) Convention on Rights and Duties of States of
1933, menyebut unsur-unsur negara sebagai berikut:
1. A permanent population
2. A defined territory
3. A government
4. A capacity to enter into relations with other states.2
a. Penduduk/Rakyat Tertentu.
Maksud dari Rakyat adalah sekumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang
hidup bersama sehingga merupakan masyarakat, meskipun mereka ini mungkin
berasal dari keturunan, kepercayaan, dan kulit yang berlainan. Syarat penting untuk
unsur ini yaitu rakyat atau masyarakat ini harus terorganisasi dengan baik
(organized population).
2
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, 2011, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm, 3.
5
b. Wilayah
Wilayah Tertentu (a defined territory) ialah batas wilayah dimana kekuasaan
negara itu berlaku. Batas-batas negara yang benar secara faktual belum tentu benar
secara yuridis, seperti apabila suatu wilayah diduduki musuh dan pemerintahannya
dalam pengasingan (in exile), atau karena suatu suatu sebab tidak dapat
menjalankan kekuasaan dalam wilayah negaranya.
Unsur rakyat maupun wilayah tidak ada batasnya, baik jumlah penduduk
maupun luas daerahnya, seperti Nauru, yang mempunyai penduduk 10.000 orang,
luas negerinya hanya mill persegi.
Dalam praktik negara dan putusan pengadilan serta arbitrase ditetapkan bahwa
untuk menjadi negara tidaklah perlu memiliki wilayah yang tetap atau memiliki
batas-batas yg tidak dalam sengketa.
Karena keadaan tertentu, suatu negara tetap diakui sebagai subjek hukum
Internasional, meskipun negara tdk memiliki wilayah yang tetap atau tidak
mempunyai wilayah tertentu.
3
Universitas Maarif Hasyim Latif, Ilmu Negara, 2017, Sidoarjo, hal.10
4
Ibid. hlm.11
7
5
Moh Kusnardi, Ilmu Negara, op.cit., hlm 83
6
Ibid.
7
Ibid. hlm 84
8
e. Negara hukum
Adapun macam-macam negara hukum, yaitu sebagai berikut :
8
Ibid, hlm 86
9
Muntoha, Demokrasi Dan Negara Hukum, Jurnal Hukum Ius Quia Iustium, vol 16, 2009, Yogyakarta, hlm, 382
9
yang sah bagi pemerintah untuk campur tangan dalam kegiatan sosial guna
melaksanakan tugas-tugas mensejahterakan rakyat.10
Fase selanjutnya, yaitu fase reich, sudah masuk pada tahap manusia menerti dan
memiliki hak atas tanah. Pemilik tanah kemudian menyerahkan kekuasaan kepada
penguasa untuk menjalankan negara. Fase ini juga menjadikan negara mempunyai
ukuran. Ukuran dari negara adalah kekayaan, yang salah satunya dari adanya
kepemilikan tanah.
Setelah fase reich adalah fase staat. Fase tersebut sudah memasuki wilayah
politik, khususnya secara vertikal. Adanya wilayah politik yang menjadi kekuasaan
politik membuat antar wilayah saling beradu kekuatan. Fase ini menghasilkan
adanya kekuasaan pusat dengan daerah. Kekuasaan pusat mengontrol kekuasaan
daerah, sedangkan kekuasaan daerah tunduk pada kekuasaan pusat.12
Fase yang keempat adalah fase democratische natie dan fase dictatuur atau
dicatum. Fase democratische natie adalah kelanjutan dari fase sebelumnya yaitu
fase staat. Fase democratiche natie atau fase demokrasi nasional merupakan fase
yang menjadikan kedaulatan rakyat sebagai dasar. Negara ada atau lahir karena
adanya kedaulatan rakyat, atau rakyat yang berdaulat. Adapun dalam fase dictatuur
atau dictatum terdapat perbedaan pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa
10
Ibid, Hlm 47
11
Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal.44-45.
12
Max boli sabon, Ilmu Negara: Bahan Pendidikan untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Penertib Universitas Atma
Jaya, hal.42
10
fase dictatuur atau dictatum merupakan perluasan dari fase democratische natie.
Pendapat lain menyatakan bahwa fase dictatuur atau dictatum adalah fase
penyimpangan dari fase democratische natie. Jadi fase dictatuur atau fase dictatum
bukan perluasan dari fase democratische natie. Empat fase tersebut merupakan
fase-fase utama dalam terbentuknya atau terjadinya suatu negara. Tanpa fase
tersebut, menurut teori terjadinya negara secara primer, maka negara tidak
mungkin dapat terjadi.13
b. Secara Sekunder
Terjadinya negara secara sekunder fokus pada terjadinya negara pada claim atau
pengakuan terhadap suatu negara.14 Adanya pengakuan tersebut menunjukkan
bahwa suatu negara dianggap ada karena dua hal. Pertama, sudah ada negara-
negara lain yang kemudian mengakui terjadinya negara yang lainnya. Kedua,
adanya pengakuan dari manusia atau bangsa yang belum memiliki atau
menciptakan negara, dalam hal ini belum ada negara tercipta di dunia. Pernyataan
yang kedua dapat menegaskan bahwa teori ini berasumsi bahwa bangsa lebih dulu
ada sebelum berdirinya negara.
Pengakuan atau erkening terdiri atas tiga macam, yaitu (1) pengakuan de facto
yang bersifat sementara; (2) pengakuan de jure, atau pengakuan yuridis; dan (3)
pengakuan atas pemerintahan de facto. Pengakuan de facto yang bersifat sementara
merupakan pengakuan yang diberikan kepada negara yang baru lahir. Pemberian
pengakuan tersebut sifatnya sementara, karena secara nyata negara tersebut
memang telah lahir, tetapi secara hukum belum dapat dinyatakan apakah negara
tersebut telah benar-benar lahir atau tidak. Sedangkan pengakuan de jure adalah
pengakuan terhadap lahirnya suatu negara yang sifatnya tetap dan mutlak. Keadaan
tersebut dikarenakan negara yang tercipta merupakan negara yang lahir karena
hukum, sehingga bersifat tetap. Pengakuan selanjutnya adalah pengakuan atas
pemerintahan yang de facto. Pengakuan ini hanya bersifat pengakuan lahiriah atas
kedudukan pemerintah saja. Pengakuan ini tidak mengakui eksistensi negara secara
penuh. Tetapi pengakuan ini juga bisa masuk dalam pengakuan terhadap negara
secara sebagian, karena pemerintah merupakan unsur negara yang harus ada dalam
13
Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal.45-46.
14
Ibid, hal 46
11
berdirinya negara. Karena negara tanpa pemerintahan juga tidak akan bisa disebut
sebagai negara.15
Teori terjadinya negara secara sekunder menyatakan bahwa negara berdiri jika
ada pengakuan dari negara-negara atau bangsa-bangsa lain. Agar negara tersebut
dapat memperoleh pengakuan, maka yang harus dilakukan oleh negara yang akan
berdiri adalah melakukan deklarasi atau pernyataan pembentukan negara baru.
Tujuan deklarasi tersebut adalah untuk mendapatkan persetujuan atau pengakuan
dari negara-negara atau bangsa-bangsa lainnya. Deklarasi juga dapat dijadikan
sebagai arena untuk memberitahukan bahwa negara yang berdiri merupakan negara
yang berdaulat dan merdeka. Kemerdekaan tersebut tidak hanya kemerdekaan ke
dalam, tetapi juga kemerdekaan ke luar (Sabon, 2014: 43).
Berdasarkan teori ini, negara dianggap ada hanya apabila ada pengakuan, yang
tidak terbatas pada negara tersebut saja, melainkan juga dari bangsa-bangsa lain di
dunia. Negara yang lahir dan memerlukan pengakuan harus mendeklarasikan diri
bahwa negara tersebut telah berdiri secara merdeka (dalam dan luar). Setelah
melakukan deklarasi, maka ada tahap pengakuan atau persetujuan dari negara atau
bangsa lain terhadap berdirinya negara tersebut.
Sekitar tahun 2000 SM, bangsa Austronesia dari daratan Taiwan mulai
berdatangan ke Nusantara, menyebabkan bangsa Melanesia yang telah tiba di sana
15
Abu Daud Busroh. Ilmu Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal.47.
12
b. Periode klasik
Sejak awal abad Masehi, kerajaan-kerajaan kecil mulai bermunculan. Menurut
penemuan terbaru, kerajaan tertua yang diketahui adalah Kerajaan Candace, bukan
Kerajaan Kutai seperti yang dipikirkan kebanyakan orang saat ini. Menurut hasil
survei yang ada, Kerajaan Candice terletak di pulau Sumatera, kira-kira di wilayah
Riau saat ini. Sayangnya, karena kurangnya bukti dan catatan, orang hanya tahu
sedikit tentang kerajaan ini. Kerajaan penting lainnya di Sumatera adalah Kerajaan
Melayu Kuno atau Kerajaan Jambi Kuno (dibangun sekitar abad ke-2 Masehi).
c. Periode Pertengahan
Pada masa kerajaan Sriwijaya, Dinasti Hindu-Buddha Sanjaya dan Syailendra
dari kerajaan Sriwijaya juga mendirikan kerajaan-kerajaan perintis di pulau Jawa
bagian tengah. Kerajaan-kerajaan tersebut kemudian berkembang menjadi
kerajaan-kerajaan besar, antara lain Kerajaan Panjalu/Daha/Kediri (1045-1222),
Kerajaan Tumapel/Singosari (1222-1292), dan Kerajaan Manjapahit (1293-1527).
Kerajaan Majapahit selanjutnya berkembang menjadi kerajaan terbesar di pulau-
pulau, dengan wilayah yang luas, meliputi Sumatera bagian tengah dan selatan,
Semenanjung Malaya, pesisir dan dataran rendah Kalimantan, ujung selatan dan
13
timur Sulawesi, serta Nusa Tenggara, Maluku, Papua di barat. Setelah runtuhnya
Majapahit, Kerajaan Islam mulai berkembang pesat di Indonesia.
Islam sebenarnya sudah memasuki Indonesia pada abad ke-7 Masehi, namun
penyebarannya belum signifikan seperti hanya yang terjadi pada abad ke-15 hingga
ke-16. Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui saudagar dan cendekiawan
Arab, kemudian melalui saudagar Persia dan India (Gujarat). Di bawah
kepemimpinan Laksamana Cheng Ho, para saudagar dan pelaut Muslim dari
Tiongkok juga turut serta dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Kerajaan Islam (atau biasa disebut kesultanan) pertama yang diketahui adalah
kerajaan Jeumpa yang didirikan di Aceh pada tahun 777 M. Kesultanan ini terletak
di kawasan pantai utara sebelah timur Banda Aceh saat ini. Sultan lain yang juga
mulai eksis di Aceh adalah Kesultanan Perak (840-1292) dan Kesultanan Ramuri
(851-1514). Sejak saat itu, Islam mulai mempengaruhi budaya Aceh dan wilayah
Nusantara lainnya.
d. Kolonialisme
Indonesia merupakan negara yang dijajah oleh banyak negara Eurasia, karena
Indonesia telah menjadi negara yang kaya akan hasil alam sejak zaman dahulu,
yang memberikan godaan kepada negara-negara Eropa untuk menjajah, ingin
menguasai sumber daya alam dan mencari nafkah untuk negaranya.
Ketika bangsa Eropa datang pada awal abad ke-16, mereka menemukan beberapa
kerajaan yang dapat dengan mudah dikendalikan untuk mendominasi perdagangan
rempah-rempah. Portugis pertama kali mendarat di dua pelabuhan Kerajaan Sunda,
Banten dan Sunda Klapa, namun terusir dan bergerak ke timur serta menguasai
Maluku. Pada abad ke-17, Belanda mengalahkan Inggris dan Portugal (kecuali
koloni mereka, Timor, Portugal) dan menjadi negara paling kuat di Eropa. Pada
saat itulah agama Kristen masuk ke Indonesia sebagai salah satu misi imperialis
kuno, yang dikenal dengan 3G yaitu Gold, Glory, and Gospel.
Selama Perang Dunia II, ketika Belanda dijajah oleh Jerman, Jepang menguasai
Indonesia. Setelah mengakuisisi Indonesia pada tahun 1942, Jepang melihat jet
tempur Indonesia sebagai mitra dagang yang kooperatif dan bersedia mengerahkan
pasukan bila diperlukan. Soekarno, Mohammad Hatta, KH. Mas Mansur dan Ki
Hajar Dewantara dianugerahkan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943.
14
e. Kemerdekaan Indonesia
Pada Maret 1945 Jepang membentuk sebuah komite untuk kemerdekaan
Indonesia. Setelah Perang Pasifik tahun 1945, di bawah tekanan organisasi
pemuda, Sukarno-Hada mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945, yang merupakan bulan Ramadhan. Setelah kemerdekaan, tiga pendiri
Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir masing-masing menjabat sebagai
presiden, wakil presiden, dan perdana menteri, untuk menguasai kembali
Indonesia.
a. Max Weber mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan
apapun dasar kemampuan ini.
b. Harold D. Lawwell dan Abraham Kaplan-yang definisinya sudah menjadi rumusan
klasik- mengatakan bahwa kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang
sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah
tujuan dari pihak pertama.
16
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hlm. 60
15
Menurut Soehino, ditinjau dari sudut hukum tata negara, negara itu adalah suatu
organisasi kekuasaan, dan organisasi itu merupakan tata kerja dari pada alat-alat perlengkapan
negara yang merupakan suatu keutuhan. Adapun sebagai berikut :17
a. Sumber Kekuasaan.
b. Pemegang Kekuasaan (Teori Kedaulatan)
c. Pengesahan Kekuasaan.
Sumber Kekuasaan, kebanyakan ahli berpangkal tolak dari perumusan sosiologi Max
Webber bahwa kekuasaan adalah kemampuan dalam hubungan sosial untuk melakukan
kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apapun dasar kemampuan ini. Hal ini
serupa dengan apa yang dikatakan oleh Max Webber merujuk pada buku klasik “The Power
Elit” karya C. Wright Mills mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk
melaksanakan kemauan kendati orang lain menentang.
Namun demikian, sumber kekuasaan yang dimaksud disni adalah mengenai asal atau sumber
kekuasaan yang ada dalam negara. Dalam ilmu nergara ada 2 teori yang menjelaskan dari mana
asal kekuasaan atau legitimasi yang ada dalam negara, yaitu :
a. Teori Teokrasi, dalam teori ini seumber daripada kekuasaan negara adalah dari Tuhan.
Negara itu timbul atas kehendak Tuhan. Jadi, suatu negara tidak atau belum akan terjadi
apabila Tuhan belum menghendakinya.
b. Teori Hukum Alam, hukum alam atau hukum kodrat adalah hukum yang tidak dibuat
oleh badan legislatif melainkan karena kodrat atau alam dalam arti akal budi,
manusiawi, berlaku disegala tempat atau universal, sepanjang masa dan tidak berubah-
ubah.
17
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta, Liberty, 1996 hlm, 149
16
b. Teori Kedaulatan Raja, dalam teori kedaulatan raja pemegang atau pemilik kekuasaan
tertinggi didunia adalah raja. Rajalah yang menyelenggarakan atau memegang
kekuasaan tertinggi di dunia.
c. Teori Kedaulatan Negara, dalam teori ini negaralah yang menciptakan hukum sehingga
segala sesuatu harus tunduk pada negara. Jadi, adanya suatu hukum itu karena adanya
negara. Tiada satupun hukum yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara.
d. Teori kedaulatan Hukum, pemegang kekuasaan tertinggi di dalam negaraadalah
hukum. Baik raja, rakyat, ataupun negara sendiri harus tunduk dan patuh kepada
hukum.
e. Teori Kedaulatan Rakyat, hal ini dimaksudkan kekuasaan rakyat sebagai tandingan atau
imbangan terhadap kekuasaan penguasa tunggal atau yang berkuasa. Pada prinsipnya
adalah cara atau sistem yang bagaimanakah pemecahan suatu soal itu menurut cara
tertentu yang memenuhi kehendak umum, dan kedaulatan itu adalah kehendak umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara adalah pemegang kedaulatan terpenuh dalam lingkup hukum internasional. Hal
tersebut dikarenakan negara memangku kedaulatan yang telah diberikan oleh warga
negara sebagai bukti bahwa negara tersebut memiliki penduduk yang berdaulat.
Adapun Unsur-Unsur sebuah Negara yaitu Penduduk atau rakyat tertentu, wilayah,
pemerintah yang berdaulat, kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
Tipe-Tipe sebuah Negara yaitu Negara timur kuno atau purba, negara yunani kuno, negara
romawi kuno, negara abad pertengahan, negara hukum.
Terjadinya sebuah negara secara primer dan sekunder, terjadinya negara secara primer
dapat digolongkan menjadi empat fase, yaitu fase genootshap (genossenchaft), fase reich
(rijk), fase staat, dan fase (democratische natie dan dictatuur atau dictatum). Fase-fase ini
merupakan tahapan dalam pembentukan negara. Terjadinya negara secara sekunder fokus
pada terjadinya negara pada claim atau pengakuan terhadap suatu negara.
Adapun sejarah negara republik Indonesia yaitu pada periode prasejarah, periode klasik,
periode pertengahan, kolonialisme, dan kemerdekaan Indonesia. Teori Kekuasaan Negara
adalah membahas mengenai sumber kekuasaan, pemiliki kekuasaan/teori kedaulatan, dan
pengesahan kekuasaan.
B. Saran
Kami ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang sudah berpartisipasi didalam
pembuatan makalah ini sehingga bisa diselesaikan tepat pada waktunya.
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun
dari para pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Bandung: Alumni, 2005.
Moh Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta, Pusat
Studi HTN UI, 1983
Muntoha , Demokrasi Dan Negara Hukum, Jurnal Hukum Ius QuiaIustum, Vol 16,
Yogyakarta, 2009.
Sabon, Max Boli, Ilmu Negara : Bahan Pendidikan untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:
Penertib Universitas Atma Jaya.