Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU NEGARA

“UNSUR-UNSUR NEGARA”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Negara

Dosen Pengampu: Rahmat Ferdian Andi Rosidi SH.I., M.H

Disusun oleh

Detria Permata Wiguna 11220490000124

Audrey Aurelia Azzahra 11220490000133

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul unsur-unsur negara ini, serta tidak lupa kami panjatkan
sholawat kepada baginda nabi Muhammad Shollaullahu alaihi wasalam.

Makalah ini kami susun sebaik mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
untuk memfasilitasi pembuatan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Selain itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kesenjangan baik dalam
struktur kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap dengan dibuatnya makalah ilmu negara ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Ciputat, 9 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….2
C. Tujuan……………………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Negara Menurut Hukum Internasional……………………….3


1. Wilayah………………………………………………………………....4
2. Penduduk/rakyat………………………………………………………...4
3. Pemerintahan yang efektif………………………………………………5
4. Hubungan dengan negara lain…………………………………………..6
B. Unsur unsur Negara Menurut Para Ahli……………………………………..
1. Menurut Aristoteles……………………………………………………...6
2. Menurut Frederich Julius Stahl………………………………………….6
3. Menurut AV Dicey……………………………………………………....7
4. Menurut Sri Soemantri Martosoewignyo………………………………..7
5. Menurut Von Munch…………………………………………………….8
6. Menurut Ari Hidayat…………………………………………………….8
C. Unsur unsur Negara Menurut Al-qur’an Surah Al-Hajj Ayat 44……………8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definsi entitas tentang “negara” menjadi sangat sulit lantaran beraneka ragamnya
obyek yang biasa dinyatakan secara tegas oleh istilah tersebut. Istilah “negara”
kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang snagat luas untuk menyebut
“masyarakat”, atau bentuk khusus dari masyarakat. Tetapi istilah itu pun sangat
sering digunakan dalam pengertian yang sangat sempit untuk menyebut suatu organ
khusus masyarakat misalnya pemerintah, atau para subyek pemerintah, “bangsa”,
atau wilayah yang mereka diami.

Tidak ada suatu kepastian tentang kapan terbentuknya negara. Akan tetapi secara
umum terbentuknya negara tidak bisa lepas dari masa-masa yang terjadi pada saat
Yunani Kuno memiliki era kejayaan dimana terbentuknya polis-polis yang menjadi
cikal bakal mulainya sejarah pemikiran tentang negara dan hukum dari bangsa
Yunani Kuno. Disini kemudian dapat dikatakan bahwa bangsa Yunani Kuno
dianggap memiliki peradaban yang modern di bandingkan era sebelumnya.

Keberadaan suatu negara tidak lepas dari adanya unsur-unsur yang harus ada di
dalamnya. Tanpa unsur-unsur tersebut, suatu wilayah tidak dapat dikatakan sebagai
sebuah negara berdaulat di mana hak-haknya dilindungi dan dijamin oleh hukum
internasional.

Konvensi Montevideo tentang Hak dan Kewajiban Negara tahun 1933 ( the 1933
Montevideo Convention on Right and Dutles Of States), Pasal 1 menyatakan bahwa
“Negara sebagai subjek hukum internasional harus memiliki kriteria sebagai berikut:
(a) penduduk yang tetap, (b) wilayah tertentu, (c) pemerintahan, dan (d) kemampuan
untuk melakukan hubungan dengan negara lain.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai


berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Unsur negara?


2. Apa saja unsur-unsur negara dalam hukum internasional?
3. Apa saja unsur-unsur negara menurut para ahli?
4. Apa saja unsur-unsur negara yang terdapat dalam Al-qur’an?

C. Tujuan Masalah

Dari rumusan masalah diatas tujuan dan manfaat makalah ini adalah:

1. Dapat mengetahui apa itu unsur negara


2. Dapat mengetahui unsur-unsur negara dalam hukum internasional
3. Dapat mengetahui unsur-unsur negara menurut para ahli
4. Dapat mengetahui unsur-unsur negara dalam Al-qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur unsur Negara Menurut Hukum Internasional

Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan, hingga saat ini masih sulit untuk
mengidentifikasi unsur-unsur pembentuk suatu negara. Ketentuan yang pasti yang
menentukan unsur-unsur berdirinya suatu negara terdapat dalam The 1933
Montevideo Convention on the Rights and Duties of States yang menyebutkan adanya
empat unsur-unsur sebagai hal yang menentukan performasian negara.

Unsur-Unsur tersebut adalah (i) cakupan wilayah yang jelas (ii) diselenggarakan oleh
pemerintahan yang efektif; (iii) keberadaan penduduk sebagai warga negara tetap,
dan (iv) kemampuan mengelola hubungan internasional, termasuk kewajiban untuk
mematuhi perjanjian internasional. Unsur-unsur itu sering disebut sebagai the
tradisional kriteria. Kriteria itu diakui menurut prinsip efektivitas dan ahli dalam
Bahasa Latin ex factis ortur, yang artinya kepastian hukum menggambarkan Sebagian
dari fakta. Hanya saja dewasa ini diperkenalkan unsur lain sebagai syarat berdirinya
negara yaitu exceptional case.

Dari segi formal, dari segi tertentu tidak ada perbedaan antara unsur pembentuk suatu
negara dengan desa atau kampung. Suatu negara memiliki unsur penyusun yang sama
dengan desa dan kampung. Ketika tiga unsur pembentuk wilayah, bangsa atau rakyat
dan pemerintahan yang berdaulat terbentuk, maka terbentuklah negara, desa atau
kampung. Akan tetapi kesamaan unsur-unsur penyusun tersebut tidak berarti bahwa
negara adalah satu kesatuan dengan desa atau kampung. Negara dengan desa atau
kampung adalah entitas politik yang berbeda meskipun memiliki unsur-unsur
penyusun yang pada dasarnya sama. 1

1
Dr. Isharyanto, Ilmu Negara (Karanganyar: Oase, 2016), hlm. 35.

3
1. Wilayah
Persyaratan ini menjadi bermasalah. Ukuran minimum suatu wilayah yang
ditentukan sebagai salah satu elemen untuk memberi tahu negara tidak
ditentukan. Crawford mengatakan, negara merdeka memiliki hak untuk
membentuk pemerintahan dalam batas-batas tertentu. Dalam ungkapan ini,
mempunyai makna sebagai “kedaulatan wilayah”. Jangkauan kedaulatan
wilayah ini, menurut pendapat Mahkamah Internasional dalam island of
Palmas Cas, “involves the exclusive right to display the activities of a state”.

Suatu negara baru akan dapat menguasai dirinya melawan “negara induk”,
tetapi tidak dapat dikatakan sebaliknya, jika suatu negara tidak dapat
mengklaim kedaulatan atas wilayahnya sendiri, maka negara tersebut tidak
dianggap sebagai negara merdeka. Periode kontrol dapat berlangsung dalam
berbagai keadaan, akan tetapi 2 tahun adalah periode waktu sebagai ”the
minimum time period necessary to qualify as a state.” 2

2. Penduduk/rakyat
Definisi rakyat harus dipahami bersamaan dengan pengertian istilah yang
sudah dibahas. Abu Daud Busroh mengungkapkan pengertian rakyat sebagai
berikut: “ Rakyat adalah sekumpulan orang yang hidup di suatu tempat”.
Namun, apakah setiap kumpulan orang yang hidup di suatu tempat dapat
dikatakan rakyat? Sudah tentu tidak setiap kumpulan orang yang hidup di
suatu tempat dapat digolongkan sebagai rakyat.

Dalam beberapa kasus, elemen ini tidak dianggap sebagai suatu masalah.
Kenyataanya, definisi elemen ini diperluas sedemikian rupa untuk dapat
mencakup seluruh bagian dari tuntutan. Syarat “tetap” dalam elemen ini dapat
diartikan dalam 2 hal. Pertama, penduduk menggunakan Kawasan yang ada
sebagai dasar untuk menentukan tempat tinggalnya. Kedua, kawasan yang

4
dijadikan sebagai tempat tinggal dapat diajukan tuntutan sebagai lingkungan
tertentu. Pada prinsipnya tak ada ketetapan yang pasti jumlah penduduk.
minimum untuk memformasi negara. Penentu kependudukan adalah ikatan
hukum dalam satu kebangsaan.3

3. Pemerintahan yang Efektif


Menurut crawford, “The requirement the a putative State have a effective
government might be regarded as central to its claim to statehood.” Makna
pemerintahan sendiri dapat dikaitkan dengan dua hal. pertama, meliputi
Lembaga-lembaga politik, administratif, dan eksekutif yang dirancang untuk
mengatur dalam komunitas yang bersangkutan dan melaksanakan tugas-tugas
yang ditetapkan dalam aturan hukum. Kedua, dengan menggunakan prinsip
efektivitas, standar government menunjuk kepada makna “pemerintahan yang
efektif” yang berarti lembaga politik, administratif, dan eksekutif sungguh-
sungguh melaksanakan tugasnya dalam daerah yang bersangkutan dan diakui
oleh masyarakat setempat. Agar efektif, badan-badan ini didirikan dan
diberangkatkan sesuai dengan ketentuan hukum setelah pelaksanaan negara
yang bersangkutan.

Dalam hukum internasional tak ada ketentuan pasti bagaimanakah kriteria


kekuasaan negara itu dijalankan kecuali berdasarkan bahwa hal itu
berhubungan dengan self determintion right. Adanya suatu sistem
pemerintahan akan menjadi suatu kepastian hukum berdirinya negara dan
umumnya sudah dipersiapkan saat pendirian negara. 2

2
Ibid., hlm, 38

5
4. Hubungan Dengan Negara Lain.
Beberapa ahli menyebutkan syarat ini merupakan unsur deklaratif , dan bukan
unsur konstitutif bagi berdirinya suatu negara. Sebab, kemampuan menjalin
hubungan dengan suatu negara lain lebih merupakan konsekuensi lahirnya
suatu negara daripada sebagai syarat pendiriannya. Bahkan, syarat ini berlaku
tidak hanya untuk negara, tetapi juga untuk organisasi internasional, termasuk
sebagai bagian dari pengaturan konstitusional seperti federalisme. 3

B. Unsur Unsur Negara Menurut Para Ahli


1. Menurut Aristoteles
Aristoteles menjelaskan unsur-unsur negara hukum/pemerintahan yang
berkonstitusi, yaitu: (1) pemerintahan dilaksanakan untuk kepentingan
umum: (2) pemerintahan dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan
pada ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum dibuat secara sewenang-
wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi: dan (3)
pemerintahan berkonstitusi berarti pemerintahan yang dilaksanakan atas
kehendak rakyat, bukan berupa paksaanpaksaan yang dilaksanakan
pemerintahan despotik (pemerintah dengan satu penguasa). 4

2. Menurut Frederich Julius Stahl


Frederich Julius Stahl menjelaskan unsur-unsur negara hukum rechtstaat
atau lebih dikenal dengan sistem negara hukum Eropa Kontinental atau
civil law sebagai berikut: (1) perlindungan hak asasi manusia, (2)
pembagian kekuasaan, (3) pemerintahan berdasarkan undang-undang, dan
(4) peradilan tata usaha negara.5

3
Ibid., hlm, 39
4
Dr. Muhamad Sadi, Dr. Kun Budianto, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Kencana, 2021), hlm
60.
5
Ibid., hlm, 60

6
3. Menurut AV. Dicey
AV. Dicey menjelaskan unsur-unsur negara hukum, atau lebih dikenal
dengan common law atau negara hukum Anglo-Saxon, sebagai berikut:
(1) the rule of law, tidak adanya kesewenang-wenangan dalam arti bahwa
seseorang hanya dapat dihukum jika ia melanggar hukum, (2) persamaan
di depan hukum, hak ini berlaku baik bagi orang biasa maupun pegawai
negeri, dan ( 3) ) untuk memastikan hak asasi manusia melalui hukum dan
keputusan pengadilan. 6

4. Menurut Sri Soemantri Martosoewignyo


Sri Soemantri Martosoewignyo menjelaskan bahwa penegakan hukum
harus mencakup unsur-unsur seperti misalnya berikut: (1) pemerintah
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasarkan atas
hukum atau peraturan perundang-undangan: (2) adanya jaminan terhadap
hak-hak asasi manusia (warga negara), (2) adanya pembagian kekuasaan
dalam negara, dan (4) adanya pengawasan dari badan-badan peradilan
(rechtterlijke controle).

Selanjutnya Sri Soemantri Martosoewignjo menjelaskan unsurunsur


negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yaitu: (1) adanya
pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia dan warga negara, (2)
adanya pembagian kekuasaan, (3) bahwa dalam melaksanakan tugas dan
kewajiban, pemerintah harus selalu berdasarkan atas hukum yang berlaku,
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, dan (4) adanya kekuasaan
kehakiman yang dalam menjalankan kekuasaannya merdeka, artinya

6
Ibid., hlm, 60

7
terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, sedang khusus untuk
Mahkamah Agung harus juga merdeka dari pengaruh-pengaruh lainnya. 7

5. Menurut Von Munch


Menurut Von Munch sebagaimana dikutip A. Hamid S. Attamimi,
dikatakan bahwa unsur negara berdasarkan atas hukum ialah adanya: (1)
hak asasi manusia, (2) pembagian kekuasaan, (3) keterikatan semua organ
negara pada undang-undang dasar dan keterikatan peradilan pada undang-
undang dan hukum, (4) aturan dasar tentang proporsionalitas
(verhaltnismassingkeit), (5) pengawasan peradilan terhadap putusan-
putusan (penetapan) kekuasaan umum: (6) jaminan peradilan dan hak-hak
dasar dalam proses peradilan, dan (7) pembatasan terhadap berlaku
surutnya undang-undang.8

6. Menurut Arif Hidayat


Adapun Arif Hidayat, yang mengatakan bahwa secara umum konsep
negara hukum pada prinsipnya mencakup empat tuntutan daSar, yakni: (1)
kepastian hukum, (2) hukum berlaku sama bagi seluruh penduduk, (3)
adanya legitimasi demokratis dalam pembuatan hukum, serta (4)
menjunjung tinggi martabat manusia.” 9

C. Unsur-unsur Negara Menurut Surah Al-Hajj Ayat 41


Mengenai unsur-unsur negara dalam islam, kita menemukan bahwa meskipun
masalah ini tidak disebutkan secara khusus dalam al-Qur’an dan al-sunnah.
Namun, ada sebuah isyarat yang menunjukkan akan keharusan bagi sebuah

7
Ibid., hlm, 61
8
Ibid., hlm, 61
9
Ibid., hlm, 61

8
negara untuk memenuhi unsur-unsur tersebut. Isyarat tersebut ada dalam
firman Allah Ta’ala dalam surah al-Hajj ayat 41, Allah Ta’ala berfirman:
َّ َ ْ ْ ُ ّٰ َّ َّ ْ َ ٰ َّ ُ ٰ ٰ َّ ْ ُ َ ْ َ ْ ْ ٰ ُ ُْ
َ‫ن ال ِذ ْين‬ َ ‫م ِا‬
َ ‫ف مكنه‬ َ ِ َ‫الصلوةَ اق ُاموا اْل ْرض‬ ‫الزكوةَ واتوا‬ َ ِ ‫لِل ال ُمنكرَ عنَ ونه ْوا ِبالم ْع ُر ْو‬
‫ف وامر َوا‬ َِ ِ ‫اْل ُم ْورَ ب َةِِعاق و‬
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka (at-tamkin)
di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar”. 10

Dari ayat Alqur’an di atas dapat dilihat setidaknya ada empat unsur bagi
tegaknya sebuah kedaulatan di muka bumi. Kedaulatan disini dapat merujuk
pada makna negara. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:11
1) Unsur pertama yang disebutkan dalam ayat ini adalah “al-tamkin” atau
peneguhan kedudukan, yang berarti adanya kekuasaan (pemerintahan)
yang mengikat secara hukum. Al-Thabari mengatakan tentang ayat ini,
maknanya adalah: “Kami teguhkan mereka di dalam negeri serta
menjadikan mereka menang atas kaum musyrikin”.
2) Rukun kedua disebutkan melalui ibarat “al-ardhi” atau permukaan bumi.
Kata al-ardhi dalam ayat ini berarti negeri atau al-daar.
3) Rukun ketiga, yakni rakyat maka ia tercakup dalam kata sambung (isim
maushul) dan kata ganti (dhomir) pada firman Allah “alladzima” yakni
orang-orang dan “makkannahum”, “hum” merupakan kata ganti orang
ketiga jamak yang artinya mereka, yakni para sahabat Rasulullah SAW
dan setiap orang yang mengikuti jalan mereka.
4) Sedangkan rukun keempat, yakni kemampuan menjalin hubungan dengan
negara (orang) lain, terdapat dalam bagian akhir dari ayat, “menyuruh
berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar”, atau biasa
diistilahkan dengan amar ma’ruf nahi mungkar, yang merupakan

10
Rapung, Alauddin, Zainal Abidin, “Unsur-unsur Negara Perspektif Al-Siyasah Al-Syar’iyyah” Al-
Ahkam, Edisi 4, Maret 2022. hlm. 39.
11
Ibid., hlm, 39.

9
konsekuensi logis dari sebuah kehidupan social yang melibatkan banyak
pihak. Hakikat dari amar ma’ruf nahi mungkar tersebut adalah upaya
mewujudkan mashlahat bagi umat serta mencegahnya dari kemudharatan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketentuan yang pasti yang menentukan unsur-unsur berdirinya suatu negara terdapat
dalam The 1933 Montevideo Convention on the Rights and Duties of States yang
menyebutkan adanya empat unsur-unsur sebagai hal yang menentukan performasian
negara.

Unsur-Unsur tersebut adalah (i) cakupan wilayah yang jelas (ii) diselenggarakan oleh
pemerintahan yang efektif; (iii) keberadaan penduduk sebagai warga negara tetap;
dan (iv) kemampuan mengelola hubungan internasional, termasuk kewajiban untuk
mematuhi perjanjian internasional. Unsur-unsur itu sering disebut sebagai the
tradisional kriteria

Dari ayat Alqur’an surah Al-Haj ayat 41 dapat dilihat setidaknya ada empat unsur
bagi tegaknya sebuah kedaulatan di muka bumi yaitu:

1) Unsur pertama yang disebutkan dalam ayat ini adalah “al-tamkin” atau
peneguhan kedudukan, yang berarti adanya kekuasaan (pemerintahan) yang
mengikat secara hukum.
2) Rukun kedua disebutkan melalui ibarat “al-ardhi” atau permukaan bumi.
Kata al-ardhi dalam ayat ini berarti negeri atau al-daar.
3) Rukun ketiga, yakni rakyat.
4) Sedangkan rukun keempat, yakni kemampuan menjalin hubungan dengan
negara (orang) lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azhary. (1995). Negara Hukum Indonesia (1st ed.). (S. Sriwibawa, Ed.) Jakarta, Indonesia:
Penerbit Universitas Indonesia.
Isharyanto. (2016). Ilmu Negara (1st ed.). Karanganyar, Indonesia: Oase Pustaka.
Kelsen, H. (2016). Teori Umum tentang Hukum dan Negara. (N. Mangunsong, Ed., & R.
Muttaqien, Trans.) Bandung, Indonesia: Penerbit Nusa Media.
Muhamad Sadi, K. B. (2021). Hukum Administrasi Negara (1st ed.). Jakarta, Indonesia:
Kencana.

P, H., & Sibuea. (2014). Ilmu Negara. (A. Maulana, Ed.) Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rapung, Alauddin., Abidin., & Andi, Zainal. (2022). Unsur-unsur Negara Perspektif Al-
Siyasah Al-Syar'iyyah. Al-Ahkam Jurnal Hukum Pidana Islam. 4, 38-39.

12

Anda mungkin juga menyukai