Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUKUM KONSTITUSI

NEGARA HUKUM DAN KONSTITUSI

OLEH :

NAMA : RAHMAN WAHYUDI


NIM : 2110003600299
KELAS : 3H4

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS EKASAKTI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Hukum Konstitusi ini yang berjudul “Negara Hukum dan Konstitusi” tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan kerabatnya. Dengan kehadiran makalah ini mudah-mudahan dapat
membantu dalam proses belajar mengajar dalam bermakna bagi kita semuanya Amin.
Namun, penulis sadar bahwa dalam penyusunan tugas ini tentu ditemui berbagai
kesalahan, baik mengenai bahasa, susunan ataupun penulisannya. Untuk itu penulis sebagai
manusia yang tak pernah luput dari salah dan kehilafan serta terbatasnya kemampuan penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan tugas ini.

Muara Panas, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara Hukum..............................................................................3
B. Ciri-Ciri Negara Hukum.................................................................................5
C. Tipe Negara Hukum.......................................................................................7
D. Indonesia Sebagai Negara Hukum..................................................................8
E. Pengertian Konstitusi......................................................................................9
F. Tujuan Konstitusi..........................................................................................11
G. Sejarah Konstitusi.........................................................................................11
H. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi.................................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................16
B. Saran.............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi dan negara merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya. Bahkan setelah abad pertengahan dapat dikatakan, tanpa konstitusi
negara tidak mungkin terbentuk. Setiap negara memiliki kostitusi tetapi tidak setiap
negara mempunyai Undang-Undang Dasar. Apabila dilakukan penyelidikan, nyatalah
pada kita bahwa tidak ada satu negara di dunia sekarang ini yang tidak mempunyai
konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa negara
dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain.
Selanjutnya, apabila diteliti terbentuknya negara, khususnya Negara Republik
Indonesia, dan negara-negara lain pada umumnya, maka sesuai dengan kenyataan-
kenyataan yang terdapat di dalamnya dapat dikatakan bahwa “UndangUndang Dasar
sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal.” Dokumen tersebut berisi
hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu
sekarang maupun untuk masa yang akan dating
4. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin
Konstitusi lahir sebagai suatu tuntutan dan harapan masyarakatnya untuk
mencapai suatu keadilan. Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia dengan dirinya
sendiri, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat, bangsa, dan
negara. Dengan didirikannya negara dan konstitusi, masyarakat menyerahkan hakhak
tertentu kepada penyelenggara negara. Namun, tiap anggota masyarakat dalam negara
tetap mempertahankan haknya sebagai pribadi. Negara dan konstitusi didirikan untuk
menjamin hak asasi itu. Hak-hak itu menjadi titik tolak pembentukan negara dan
konstitusi. Sedangkan menurut Muhammad Yamin, terdapat beberapa indikator-indikator
yang harus dipenuhi oleh konstitusi yaitu sebagai berikut:

1
1. Bahwa pengakuan dan deklarasi hak-hak asasi manusia merupakan persyaratan
mutlak bagi setiap deklarasi kemerdekaan suatu negara
2. Kekuasaan rakyat atau kedaulatan harus diselaraskan dengan keadilan
3. Kedaulatan rakyat dan kesejahteraan rakyat tidak hanya perlu dicatat dalam istilah
yang jelas, tetapi harus diwujudkan pula dalam pasal-pasal yang jelas di dalam
Undang-Undang Dasar.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hukum
suatu negara dan konstitusi berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pemenuhan
terhadap hak-hak warga negara. Adanya hukum di dalam konstitusi memberikan
tanggung jawab kepada pelaksana pemerintahan untuk melakukan pemenuhan terhadap
hak-hak warga negaranya. Konsekuensi adanya kewajiban bagi pemerintah adalah
masyarakat berhak untuk meminta pertanggungjawaban atas pelaksanaan pemenuhan
hak-hak warga negara.

B. Rumusan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian Negara hukum.
2. Mendeskripsikan ciri-ciri Negara hukum.
3. Mendeskripsikan tipe Negara hukum.
4. Mendeskripsikan Indonesia sebagai Negara hukum.
5. Mendeskripsikan pengertian konstitusi
6. Mendeskripsikan tujuan konstitusi
7. Mendeskripsikan sejarah konstitusi
8. Mendeskripsikan hubungan dasar Negara dengan konstitusi

C. Tujuan
1. Untuk menambah pengetahuan tentang Negara hukum
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Negara hukum
3. Untuk mengetahui tipe Negara hukum
4. Untuk mengetahui landasan tentang Indonesia sebagai Negara hukum
5. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
6. Untuk mengetahui tujuan konstitusi
7. Untuk mengetahui sejarah konstitusi
8. Untuk mengetahui hubungan dasar Negara dengan konstitusi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum


Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan Negara harus
dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum,
yaitu pertama: hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan
kekuasaan melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang
memerintah; kedua: norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara
formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum. Hukum menjadi
landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara menyelenggarakan
dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum yaitu:
1. Demi kepastian hukum.
2. Tuntutan perlakuan yang sama.
3. Legitimasi demokrasi.
4. Tuntutan akal budi.
Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya
sejauh berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum
itu. Dalam negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai
dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran, maka
semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.
Ditinjau dari sudut sejarah, pengertian Negara Hukum berbeda-beda, berdasarkan
sisitemnya diantaranya yaitu Negara Hukum Eropa Kontinental dan Negara Hukum
Anglo Saxon (Rule of Law).
1. Negara Hukum Eropa Kontinental
Negara Hukum Eropa Kontinental ini dipelopori oleh Immanuel Kant.
Tujuan negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan hukum dari
individu-individu dalam masyarakat. Konsep negara hukum ini dikenal dengan
negara hukum liberal atau negara hukum dalam arti sempit atau “nachtwakerstaat”.
Dikatakan negara hukum liberal karena Kant dipengaruhi oleh paham liberal yang
menentang kekuasaan absolute raja pada waktu itu. Dikatakan negara hukum dalam
arti sempit karena pemerintah hanya bertugas dan mempertahankan hukum dengan
maksud menjamin serta melindungi kaum Boujuis (tuan tanah) artinya hanya
ditujukan pada kelompok tertentu saja. Dikatakan Nechtwakerstaat (Negara Penjaga
3
Malam) karena negara hanya berfungsi menjamin dan menjaga keamanan
sebagaimana pendapat John Locke mengenai fungsi negara yaitu:
a. Legislatif
b. Eksekutif
c. Federatif (Pertahanan Keamanan)
2. Negara Hukum Anglo Saxon (Rule of Law)
Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule of Law” atau
Pemerintahan oleh Hukum atau Goverment of Judiciary.
Rule of Law (Rol) adalah sebuah konsep hukum yang sesungguhnya lahir
dari sebuah bentuk protes terhadap sebuah kekuasaan yang absolute disebuah
negara. Dalam rangka membatasi kekuasaan yang absolute tersebut maka diperlukan
pembatasan-pembatasan terhadap kekuasaan itu, sehingga kekuasaan tersebut ditata
agar tidak melanggar kepentingan asasi dari masyarakat, dengan demikian
masyarakat terhindar dari tindakan-tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh
penguasa.
Rule of Law pada hakekatnya adalah memposisikan hukum sebagai landasan
bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara. Rule of Law dapat
dilakasanakan dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia karena salah satu ciri
dari Rule of Law (negara hukum) adalah terlindunginya Hak Asasi Manusia di
negara yang bersangkutan.
Asal usul Rule of Law merupakan satu doktrin dalam hukum yang muncul
pada abad 19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi.
Kehadirannya dapat dikatakan sebagai reaksi dan koreksi terhadap negara absolute
yang telah berkembang sebelumnya. Negara absolute sebagai perkembangan
keadaan di Eropa yaitu negara yang terdiri atas wilayah-wilayah otonom. Negara
absolute (sebagai negara modern) menyerap kekuasaan menyerap kekuasaan yang
semula ada pada wilayah-wilayah ke dalam satu tangan yaitu tangan raja.
Rule of Law lahir dengan semangat yang tinggi bersama-sama dengan
demokrasi, parlemen dan sebagainya, kemudian Rule of Law mengambil alih
akomodasi yang dimiliki ancient regime yang terdiri dari golongan-golongan
ningrat, prajurit dan kerajaan. Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan
yuridis (menurut hukum/secara hukum) terhadap kekuasaan, pada dasarnya
disebabkan oleh politik kekuasaan yang cenderung korup. Hal ini dikhawatirkan
4
akan menjauhkan fungsi dan peran negara bagi kehidupan dan masyarakat. Atas
dasar pengertian tersebut maka terdapat keinginan yang sangat besar untuk
melakukan pembatasan terhadap kekuasaan secara normatif, untuk menghindari
kekuasaan yang dispotik.
Dalam hubungan inilah maka kedudukan konstitusi sangat penting bagi
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu lahirlah negara konstitusi yang melahirkan
doktrin Rule of Law, inilah awal dari kelahiran Doktrin Egalitarian dalam hukum
yang menjadi ciri utama Rule of Law. Disinilah kemudian Rule of Law merupakan
doktrin dengan semangat dan idealisme keadilan yang tinggi seperti supremasi
hukum dan kesamaan setiap orang di depan hukum.

B. Ciri-Ciri Negara Hukum


1. Ciri Negara hukum Eropa Kontinental
Menurut Kant untuk dapat disebut sebagai Negara hukum harus memiliki dua unsur
pokok, yaitu:
a. Adanya perlindungan HAM.
b. Adanya pemisahan kekuasaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata model Negara hukum ini belum
memuaskan dan belum dapat mencapai tujuan kalau hanya dua unsur tersebut
tidaklah cukup. Maka Negara hukum sebagai paham liberal berubah ke paham
Negara kemakmuran (Welvaarstaat atau Social Service Staat) yang dipelopori oleh
Friedrich Julius Stahl. Menurut Stahl Negara hukum harus memenuhi empat unsur
pokok, yaitu:
a. Adanya perlindungan HAM.
b. Adanya pemisahan kekuasaan
c. Pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum.
d. Adanya peradilan administrasi.
Pada suatu Welvaarstaat tugas pemerintah adalah mengutamakan seluruh
kepentingan rakyat. Dalam mencampuri urusan kepentingan rakyat pemerintah harus
dibatasi oleh undang-undang. Apabila timbul perselisihan antara pemerintah dengan
rakyat akan diselesaikan oleh peradilan administrasi yang berdiri sendiri. Peradilan
ini memenuhi dua persyaratan yaitu yang pertama, tidak memihak ke pihak manapun
dan yang kedua, petugas-petugas peradilan harus terdiri dari orang-orang yang ahli
dalam bidang-bidang tersebut.
5
2. Ciri Negara hukum Anglo Saxon (Rule of Law)
Menurut A.V. Dicey, Negara hukum harus memiliki 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
a. Supremacy of Law (Supremasi Hukum).
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi
tertinggi. Kekuasaan harus tunduk pada hukum, bukan sebaliknya hukum
tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan dapat membatalkan hukum, dengan
kata lain hukum hanya dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum
harus menjadi tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat.
b. Equality Before The Law (Kedudukan Sama/Sederajat dimata Hukum).
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah
sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah
berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang
diatur berpedoman satu, yaitu undang-undang. Bila tidak mempunyai persamaan
hukum maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum.
Pada prinsipnya Equality Before The Law adalah tidak ada tempat bagi backing
yang salah, melainkan undang-undang merupakan backing (bantuan/dorongan)
terhadap yang benar.
c. Human Right (Hak-hak Manusia dalam UU).
Human Right meliputi 3 hal pokok, yaitu:
1) The Right to Personal Freedom (Kemerdekaan Pribadi)
Yaitu hak untuk melakukan sesuatu yang dianggap baik bagi dirinya tanpa
merugikan orang lain.
2) The Right of Discussion (Kemerdekaan Berdiskusi)
Yaitu hak untuk mengemukakan pendapat dan mengkritik dengan ketentuan
yang bersangkutan, juga harus bersedia mendengarkan pendapat dan
menerima kritik dari orang lain.
3) The Right of Public Meeting (Kemerdekaan Mengadakan Rapat)
Kebebasan ini harus dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau
memprovokasi. Paham Dicey ini adalah merupakan kelanjutan dari ajaran
John Locke yang berpendapat bahwa manusia sejak lahir sudah mempunyai
hak-hak azasi & tidak seluruh hak-hak azasi diserahkan kepada Negara
dalam kontrak sosial.
Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo Saxon
adalah keduanya mengikuti adanya Supremasi Hukum. Perbedaannya adalah pada
6
Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri
sehingga siapa saja yang melakukan pelanggaran akan diadili pada peradilan yang
sama, sedangkan Negara hukum Eropa Kontinental terdapat peradilam administrasi
yang berdiri sendiri.
Selanjutnya konsep Rule of Law dikembangkan dari ahli hukum (International
Comunition of Jurits) Asia Tenggara & Asia Pasifik yang berpendapat bahwa Rule
of Law harus mempunyai syarat/ciri sebagai berikut:
a. Perlindungan Konstitusional.
b. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
d. Pemilihan umum yang bebas.
e. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi.
f. Pendidikan civics (kewarganegaraan/politik)
Adapun ciri Negara hukum menurut Montesquieu, yaitu:
a. Perlindungan HAM.
b. Ditetapkan suatu ketatanegaraan suatu negara.
c. Membatasi kekuasaan & wewenang organ-organ negara.

C. Tipe Negara Hukum


Ada 3 tipe Negara hukum, yaitu:
1. Tipe Negara Hukum Liberal.
Tipe Negara hukum Liberal ini menghandaki supaya Negara berstatus pasif artinya
bahwa warga Negara harus tunduk pada peraturan-peraturan Negara. Penguasa
dalam bertindak sesuai dengan hukum. Disini kaum Liberal menghendaki agar
penguasa dan yang dikuasai ada suatu persetujuan dalam bentuk hukum, serta
persetujuan yang menjadi penguasa.
2. Tipe Negara Hukum Formil atau Division of Power.
Negara hukum Formil yaitu Negara hukum yang mendapatkan pengesahan dari
rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus
berdasarkan undang-undang. Negara Hukum formil ini disebut juga dengan Negara
demokratis yang berlandaskan Negara hukum.
3. Tipe Negara Hukum Materiil atau Sparation of Power.
Negara Hukum Materiil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut
dari Negara Hukum Formil; tindakan penguasa harus berdasarkan undang-undang
7
atau berlaku asas legalitas yaitu dalam negara hukum Materiil tindakan dari
penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan warga Negara dibenarkan
bertindak menyimpang dari undang-undang atau berlaku asas Opportunitas.

D. Indonesia Sebagai Negara Hukum


Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada Pasal
1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945 menunjukkan
semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa negara Indonesia
adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut:
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia
berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional yaitu Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat
yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang termasuk dalam
wilayah Eropa Kontinental. Konsepsi negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara
hukum materiil, yang dapat dilihat pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain
yang dapat dijadikan landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada
Bab XIV tentang Perekonomian Nagara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD
1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional.
2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD
1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).
8
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD
1945).

E. Pengertian Konstitusi
Aturan tata tertib hidup bernergara yang menjadi dasar segala tindakan dalam
kehidupan negara sering disebut sebagai hukum dasar atau konstitusi. Konstitusi sering
disebut sebagai Undang-Undang Dasar, meskipun arti konstitusi itu sendiri adalah
hukum dasar yang tertulis dan tidak tertulis. Undang-Undang Dasar tergolong hukum
dasar yang tertulis, sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis adalah aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis ini sering disebut konvensi. Dikatakan konvensi
karena mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Merupakan kebiasaan yang berulang-ulang dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.
2. Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar.
3. Diterima oleh seluruh rakyat.
4. Bersifat pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat
dalam Undang-Undang Dasar.
5. Secara etimologi kata Konstitusi berasal dari bahasa Perancis, constituir sama dengan
Membentuk = pembentukan suatu Negara/menyusun dan menyatakan sebuah
Negara. Konstitusi juga bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan
Negara. Bahasa belanda konstitusi = Groungwet = undang – undang dasar (ground =
Dasar, wet = undang-undang. Di Jerman kata konstitusi dikenal dengan istilah
Grundgeset, yang berarti Undang-undang dasar (grund = dasar, gesetz = undang-
undang.
6. Secara terminologi konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan dasar dan ketentuan-
ketentuan hukum yang dibentuk unsur mengatur fungsi dan struktur lembaga

9
pemerintahan termasuk dasar hubungan kerja sama antara Negara dan Masyarakat
(rakyat) dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara.
7. Namun apabila konstitusi dipandang sebagai fundamental laws atau lembaran hukum
dasar bagi segala kehidupan masyarakat di suatu negara, maka jelaslah konstitusi
menjadi bagian kajian ilmu hukum. Kemudian apabila konstitusi dipandang sebagai
peratutran dasar paling awal bagi pembentukan atau pendirian sebuah Negara, maka
konstitusi merupakan bagian dari kajian ilmu Negara. Sementara apabila konstitusi
dipandang sebagai lembaran konsesus politik segenap masyarakat sebuah Negara-
bangsa, maka jelaslah konstitusi merupakan bagian dari kajian ilmu politik.
Pengertian Konsitusi menurut Para Ahli
1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraaan suatu negara
yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam
pemerintahan suatu negara.
2. Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya
bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.
3. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam
masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam
masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik, dsb.
4. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak
tertulis.
5. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang
berarti bersama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi
konstitusi berarti menetapkan secara bersama.
6. Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:
Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian yaitu;
1. Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi
yang ada di dalam negara.
2. Konstitusi sebagai bentuk negara.
3. Konstitusi sebagai faktor integrasi.
4. Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam Negara.
Konstitusi dalam arti relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi sebagai
tuntutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh penguasa dan konstitusi
sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstitusi dapat berupa tertulis) dan
konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat dari segi isinya). Konstitusi dalam
10
arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi sehingga mampu
mengubah tatanan kehidupan kenegaraan. Konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi
yang memuat adanya jaminan atas hak asasi serta perlindungannya.
Nilai konstitusi yaitu:
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata
berlaku dalam masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni
dan konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi tidak
sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu tidak berlaku /
tidsak seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh
wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk kepentingan
penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa menggunakan konstitusi
sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan politik.

F. Tujuan Konstitusi
1. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang maksudnya
tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik
dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat
banyak.
2. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak menghormati HAM orang lain
dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3. Pedoman penyelenggaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi
negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.

G. Sejarah Konstitusi
Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945. Eksistensi Undang-Undang
Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang sangat panjang
hingga akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di
Indonesia.
Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancing sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
11
Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan dokuritsu zyunbi
tyoosakai yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh, Hatta
sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari Jawa,
3 orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda
kecil. Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23
bersamaan dengan ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945 (Malian, 2001:59).
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi
bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar
1945 (UUD’45). Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr. Radjiman Widiodiningrat,
Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs.
Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr.
Ratulangi, Andi Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali),
AH. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wachid hasyim dan Mr. Mohammad
Hasan (Sumatra).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji Jepang
untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian hari. Janji tersebut
antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan asia timur raya, Dai
Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan
pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan
perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan
Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai saudara
muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang,
sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa
Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu
ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah Jepang
dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa
syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak
bergantung pada Jepang sampai saat kemerdekaan tiba.
Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi nampaknya
tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan. Sehingga lengkaplah
Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
12
mengadakan sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai
berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil dari
rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni
1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya diambil
dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni 1945.
3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden dan
wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi komite Nasional.
5. Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-Undang Dasar 1945 itu,
maka secara formal Indonesia sempurna sebagai sebuah Negara, sebab syarat yang
lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada yaitu adanya:
a. Rakyat, yaitu bangsa Indonesia.
b. Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang hingga ke
merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan kecil.
c. Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan Indonesia.
d. Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai pucuk
pimpinan pemerintahan Negara
Tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila. Bentuk Negara yaitu Negara kesatuan.

H. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi


Landasan Formil Konstitusional Peraturan Perundang-Undangan adalah
dimaksudkan untuk memberikan legitimasi prosedural terhadap pembentukan Peraturan
Perundang-undangan yang dicantumkan dalam dasar hukum “mengingat” suatu
peraturan perundang-undangan. Sedangkan Landasan Materiil Konstitusional Peraturan
Perundang-undangan dimaksudkan untuk memberikan tanda bahwa Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk merupakan penjabaran dari Pasal-pasal Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dicantumkan juga dalam
dasar hukum “mengingat” suatu Peraturan Perundang-undangan yang (akan) dibentuk.
Landasan Materiil Konstitusional Peraturan Perundang-undangan ini kemudian
diuraikan secara ringkas dalam konsiderans “menimbang” dan dituangkan dalam norma-
13
norma dalam pasal dan/atau ayat dalam Batang Tubuh dan dijelaskan lebih lanjut dalam
Penjelasan suatu peraturan perundang-undangan kalau kurang jelas.
Sebelum dibentuknya Mahkamah Konstitusi dalam Perubahan Ketiga Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di Era Reformasi, undang-undang
juga dapat diuji terhadap Undang-Undang Dasar. Namun pengujiannya bukanlah
pengujian secara judicial melainkan pengujian secara legislatif atau secara politis
(legislative/Political Review) karena yang mengujinya adalah lembaga politik atau
lembaga legislatif yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagaimana dimuat
dalam Pasal 5 ayat (1) TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan. TAP MPR ini sebagai pengganti TAP MPRS
No. XX/MPRS/1966.
Dengan dibentuknya Mahkamah Konstitusi yang diberikan kewenangan
konstitusional menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar dan kewenangan
Mahkamah Agung yang semula didasarkan kepada undang-undang sekarang diangkat ke
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi
kewenangan konstitusional untuk menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang, pemahaman landasan formil dan materiil
konstitusional peraturan perundang-undangan menjadi suatu conditio sine quanon bagi
para Perancang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya menyusun/membuat peraturan
perundang-undangan agar peraturan perundang-undangan tersebut tidak mudah
dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi atau Mahkamah Agung.
Landasan konstitusional pembangunan adalah UUD 1945. UUD 1945 merupakan
arahan yang paling dasar dalam menyusun tujuan pokok pembangunan nasional sebagai
suatu visi pembangunan nasional guna dijadikan landasan dalam Keputusan/Ketetatapan
MPR. Khusus dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan empat pokok tujuan
pembangunan nasional mencakup: mencerdaskan kehidupan bangsa, menciptakan
kesejahteraan umum, melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan berperanserta
dalam membantu ketertiban dunia dan perdamaian abadi.
Landasan operasional pembangunan adalah Keputusan/Ketetapan MPR.
Keputusan/Ketetapan MPR terutama Ketetapan tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN)1 merupakan arahan paling dasar sebagai misi pembangunan nasional lima
tahunan guna dijadikan landasan dalam penyusunan pembangunan nasional-lima
tahunan. GBHN disusun oleh MPR. Dasar penyusunan GBHN adalah UUD 1945.

14
15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ditinjau dari sudut sejarah, pengertian Negara Hukum berbeda-beda, berdasarkan
sisitemnya diantaranya yaitu Negara Hukum Eropa Kontinental dan Negara Hukum
Anglo Saxon (Rule of Law). Negara Hukum Eropa Kontinental ini dipelopori oleh
Immanuel Kant. Tujuan negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan
hukum dari individu-individu dalam masyarakat. Konsep negara hukum ini dikenal
dengan negara hukum liberal atau negara hukum dalam arti sempit atau
“nachtwakerstaat”. Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum atau rechtstaat,
tetapi mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule of Law” atau
Pemerintahan oleh Hukum atau Goverment of Judiciary. Rule of Law (Rol) adalah
sebuah konsep hukum yang sesungguhnya lahir dari sebuah bentuk protes terhadap
sebuah kekuasaan yang absolute disebuah negara.
Aturan tata tertib hidup bernergara yang menjadi dasar segala tindakan dalam
kehidupan negara sering disebut sebagai hukum dasar atau konstitusi. Konstitusi sering
disebut sebagai Undang-Undang Dasar, meskipun arti konstitusi itu sendiri adalah
hukum dasar yang tertulis dan tidak tertulis. Undang-Undang Dasar tergolong hukum
dasar yang tertulis, sedangkan hukum dasar yang tidak tertulis adalah aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis.

B. Saran
Pembentukan konstitusi sangatlah penuh dengan perjuangan. Perjalan pencarian
jati diri bangsa Indonesia berupa sejarah perubahan-perubahan konstitusi cukup
melelahkan. Begitu pentingnya Negara hukum dan konstitusi, mari kita jaga bersama
kekokohan tiang-tiang Bangsa Indonesia, yaitu UUD 1945.

16
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2000. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gamedia

Chotib, Dzazuli, Suharmo. Tri, Abubakar, Catio.2007. Kewarganegaraan 1. Jakarta: PT


Ghalia Indonesia.

Gatara, A.A. Sahid. 2008. Civic Education: Pendidikan Politik, Nasionalisme Dan
Demokrasi. Bandung: Q-Vision,

http://id.wikipedia.org/wiki/

http://repository.iainpare.ac.id/2195/6/16.2600.027%20BAB%201.pdf

Priyanto, A. T Sugeng, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning: Pendidikan


Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia

Sulaeman, Asep. 2012. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: Asman


Press

Anda mungkin juga menyukai