Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya, penyusunan makalah ini bisa dilakukan dengan lancar dan tanpa kekurangan
satu apa pun. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu MARLINA E. PAKPAHAN,
SH, MH. Selaku dosen mata kuliah Hukum Tata Negara. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun material
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terwujud.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang
disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari
pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Medan, 6 Oktober 2022

Kelompok 2

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
................................................................................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................iii

1.1.....................................................................................................................LATAR BELAKANG
........................................................................................................................................................1
1.2................................................................................................................RUMUSAN MASALAH
........................................................................................................................................................1
1.3..........................................................................................................................................TUJUAN
........................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................2

A. PENGERTIAN NEGARA ...........................................................................................................2


a. Tujuan Negara .........................................................................................................................3
b. Unsur-unsur Negara .................................................................................................................4
c. Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan................................................................................5

B. PENGERTIAN SISTEM PEMERINTAHAN............................................................................7


C. POKOK-POKOK SISTEM PEMERINTAHAN........................................................................7
a. Sistem Pemrintahan Setelah Amandemen................................................................................8

D. SISTEM PEMERINTAH PRESIDENSIL..................................................................................9


a. Ciri-ciri Pemerintah Presidensial............................................................................................10
b. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Presidensil......................................................................10
E. PENGERTIAN SISTEM PEMERINTAH PARLEMENTER................................................11
F. SISTEM PEMERINTAH PARLEMENTER............................................................................11
a. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Parlementer....................................................................12
b. Negara yang Menganut Sistem Pemerintah Parlementer.......................................................12
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................13

A. KESIMPULAN ....................................................................................................................13
B. SARAN..................................................................................................................................13
DAFTAR ISI...............................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Negara sebagai organisasi tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki
cita-cita untuk bersatu, hidup di daerah tertentu dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat, didefinisikan pula oleh Roger H. Soltau dengan alat (agency) atau wewenang
(authority), yang mengatur persoalan-persoalan bersama, atas nama rakyat. Maka, bernegara
dengan baik menjadi sangat urgen bagi setiap warga negara.

Plato telah menggambarakan secara naratif alasan mengapa manusia perlu bernegara.
Menurut Plato, pada mulanya manusia hidup sendiri-sendiri. Lantaran tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan teman untuk dapat memenuhinya. Lantas mereka
bergabung dengan manusia lain. Jumlah mereka yang banyak secara tidak langsung menuntut
adanya aturan yang disepakati dan ditaati serta seorang pemimpin.

Kemudian dilanjutkan dengan pembagian tugas masing-masing agar tidak ada tumpang
tindih satu sama lain. Selain itu mereka juga membutuhkan seseorang yang memiliki otoritas
guna melakukan tindakan tertentu jika terjadi sesuatu dengan mereka. Dia juga harus
sekaligus mampu menjadi penengah atas semua konflik yang terjadi. Inilah yang mereka
sebut sebagai raja atau kepala Negara. Konklusinya adalah bahwa manusia tidak dapat hidup
dengan teratur, tertib dan terjamin keamanannya tanpa adanya negara. Karena pada
hakikatnya, dalam komunitas sekecil apapun diperlukan adanya pemimpin dan aturan.

Selain dari pada itu untuk memimpin suatu negara juga harus mengetahui bagaimana
sebenarnya negara, bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia itu sendiri. Untuk
itu dalam makalah ini Penulis menkaji sedikit mengenai hal tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Negara menurut para ahli


2. Bagaimana bentuk dan Negara pemerintah
3. Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia

1.3 TUJUAN
Tujuan makalah ini dibuat untuk mengetahui apa itu negara dan bentuk Negara
pemerintah Indonesia, juga mengetahui pokok-pokok dari sistem pemerintahan,dan
memberikan pemahaman mengenai bentuk negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NEGARA
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum yaitu untuk memudahkan anggotanya
dalam hal ini adalah rakyat dalam mencapai tujuan bersama atau yang dicita - citakan.
Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Konstitusi,
termasuk didalamnya nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara.
Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud didirikannya negara
Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi pada suatu negara. Karenanya dia juga
mengatur bagaimana negara dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut sebagai Undang-
Undang Dasar. Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan rakyat untuk
mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang demokratis. Bentuk paling kongkrit
pertemuan negara dengan rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan
negara pada rakyat. Terutama sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi pelayanan
kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling dasar adalah pemberian rasa
aman. Negara menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat
merasa bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak
negara memiliki kerajang layanan yang berbeda bagi warganya.

Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau hukum,
baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam Konstitusi maupun
untuk menyesuaikan terhadap perkembangan zaman atau keinginan masyarakat, semua
kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan keputusan dalam proses
pembentukan Undang-Undang haruslah dilakukan secara demokratis, yakni menghormati hak
tiap orang untuk terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti
juga dalam organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak.
Dalam suatu negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini
dipilih secara demokratis pula.

Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu


wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat
lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal
lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu
berada.

2
Adapun definisi negara dari beberapa pendapat ahli yaitu sebagai berikut :

 Prof. Farid S. Negara adalah Suatu wilayah merdeka yang mendapat pengakuan negar
a lain serta memiliki kedaulatan.
 Georg Jellinek, Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang te
lah berkediaman di wilayah tertentu.
 Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Negara merupakan organisasi kesusilaan yang munc
ul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
 Roelof Krannenburg, Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak da
ri suatu golongan atau bangsanya sendiri.
 Roger H. Soltau, Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalik
an persoalan bersama atas nama masyarakat.
 Prof. R. Djokosoetono, Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manus
ia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
 Prof. Mr. Soenarko, Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah tert
entu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
 Aristoteles, Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hi
ngga pada akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan k
ehormatan bersama.
Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai tujuan
bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara tersebut. Indonesia
memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita bangsa secara bersama-sama.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik yang telah diakui oleh
dunia internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat, laut dan udara yang
luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang berkuasa.

a. Tujuan Negara
Sebagai suatu organisasi kekuasaan dari kumpulan orang –orang yang mendiaminya,
negara memiliki suatu tujuan yang disepakati bersama. Tujuan suatu negara bermacam –
macam diantaranya:

 Memperluas kekuasaan;
 Menyelenggarakan ketertiban hukum;
 Mencapai kesejahteraan umum.
Adapun tujuan negara dari beberapa pendapat, konsep dan ajaran diantaranya sebagai berikut:

 Dalam konsep dan ajaran Plato, negara bertujuan untuk memajukan kesusilaan manus
ia, sebagai perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial;
 Dalam ajaran dan konsep Teokratis Thomas Aquinas dan Agustinus, negara bertujuan
untuk mencapai dan penghidupan dan kehidupan aman dan tenteram dengan taat kepa
da Tuhan

2
 Menurut Ibnu Arabi, negara bertujuan untuk menjalankan kebijaksanaan dengan baik
jauh dari sengketa dan menjaga intervensi pihak –pihak asing;
 Menurut Ibnu Khaldum, negara bertujuan untuk mengusahakan kemaslahatan agama
dan negara yang bermuara pada kepentingan akhirat.

Namun tujuan negara dalam konteks negara sebagaimana yang tertuang dalam
pembukaan dan penjelasan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

 Mensejahterakan serta memakmurkan rakyat. Negara yang sukses dan maju adalah ne
gara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan sosia
l kemasyarakatan.
 Melaksanakan ketertiban. Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yang kondusif
dan damani diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh mas
yarakat.
 Pertahanan dan keamanan. Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari s
egala macam gangguan dan ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar.
 Menegakkan keadilan. Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempa
t warganya meminta keadilan di segala bidang kehidupan.

b. Unsur –Unsur Negara


Mahfud M.D menyatakan tiga unsur penting dalam suatu negara yaitu rakyat, wilayah
dan pemerintah yang disebutnya sebagai unsur konstitutif. Namun ketiga unsur tersebut harus
ditunjang oleh unsur lain seperti dengan adanya konstitusi dan pengakuan dari negara lain
yang disebut sebagai unsur deklaratif.

Unsur –unsur pokok dalam suatu negara adalah sebagai berikut :

 Rakyat yaitu sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan bersam
a –sama mendiami suatu wilayah;
 Wilayah yaitu unsur terpenting dalam suatu negara sebab tidak mungkin ada negara ta
npa ada batas –batas teritorial yang jelas;
 Pemerintah yaitu alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara
untuk mencapai tujuan didirikannya sebuah negara;
 Pengakuan dari negara lain yaitu hanya bersifat menerangkan tentang adanya negara.
Ada dua pengakuan negara yaitu pengakuan de jure dan pengakuande facto.
Mengenai asal mula terjadinya negara berdasarkan fakta sejarah diuraikan sebagai berikut:

 Pendudukan (Occupatie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian
diduduki dan dikuasai.Misalnya, Liberia yang diduduki budak-budak Negro yang
dimerdekakan tahun 1847.

3
 Peleburan (Fusi)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan
perjanjian untuk saling melebur atau bersatu menjadi Negara yang baru. Misalnya
terbentuknya Federasi Jerman tahun 1871.

 Penyerahan (Cessie)
Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada negara lain berdasarkan suatu
perjanjian tertentu. Misalnya, Wilayah Sleeswijk padaPerang Dunia I diserahkan oleh Austria
kepada Prusia,(Jerman).

 Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur Sungaiatau dari
dasar Laut (Delta). Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok orang sehingga
terbentuklah Negara. Misalnya wilayah negaraMesir yang terbentuk dari Delta Sungai Nil.

 Pengumuman (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahanditinggalkan
begitu saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan kemerdekaannya.
Contohnya, Indonesia yang pernah di tinggalkan Jepang karena pada saat itu jepang dibom
oleh Amerika di daerahHiroshima dan Nagasaki.

Banyak pula teori –teori yang ditemukan tentang terbentuknya suatu negara, diantaranya
sebagai berikut :

1. Theory Social Contract (Kontrak Sosial)


Teori kontrak sosial atau teori perjanjian masyarakat menganggap bahwa negara dibentuk
berdasarkan perjanjian –perjanjian masyarakat dalam tradisi masyarakat. Teori ini meetakkan
bahwa negara tidak berpotensi menjadi negara tirani, karena keberlangsungannya bersandar
pada kontrak sosial antara warga dengan lembaga negara.

 Thomas Hobbes (1588 -1679) menyatakan bahwa kehidupan manusia terpisah dalam
dua zaman yakni keadaan sebelum dan sestelah ada negara. Menurutnya keadaan ala
miah sama sekali bukan keadaan yang aman dan sejahtera tapi sebaliknya akan meni
mbulkan suatu keadaan sosial yang kacau tanpa hukum, tanpa pemerintah dan ikatan s
ebab dibutuhkan kontrak atau perjanjian antar individu yang tadinya hidup dama kead
aan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak kodrat yang dimilikinya kepada se
buah badan yang disebut negara

 John Locke (1632 -1704) menyatakan bahwa unsur pimpinan sangat penting yang me
ngatur kehidupan mereka demi menghindari konflik di antara warga negara. Namun
menurutnya penyelenggaraan pimpinan harus dibatasi karena dalam melakukan perjan
jian individu –individu warga negara tersebut tidak menyerahkan seluruh hak –hak ala
miahnya kecuali hak –hak asasi warga negara

4
 Jean Jacques Rousseau (1712 -1778) menyatakan bahwa suatu negara bersandar pada
perjanjian warga negara untuk mengikatkan diri dengan suatu pemerintahan yang dila
kukan oleh suatu organisasi politik. Menurutnya negara dibentuk dari adanya pemimp
in dari organisasi politik ditentukan oleh yang berdaulat dari wakil –wakil warga neg
ara.

2. Theory Teokratis (Ketuhanan)


Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Doktrin ini memiliki
pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja berasal dari tuhan. Para raja
mengklaim sebagai wakil tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan kekuasaannya
hanya kepada tuhan bukan kepada manusia. Dalam sejarah tata negara islam , pandangan
teokratis serupa dengan yang dujalankan oleh negara – negara muslim sepeninggal nabi
muhammad saw.

Paham teokratis islam ini akhirnya melahirkan doktrin politik islam sebagai agama
sekaligus kekuasaan. Pandangan berkembang menjadi paham dominan bahwa dalam islam
tidak ada pemisahan antara agama dengan negara. Menurut pandangan modernis muslim
kekuasaan dalam islam harus dipertanggung jawabkan baik kepada allah maupun kepada
rakyat.

3. Teori Kedaulatan
Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena adanya
dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi pembenaran
dari terbentuknya suatu negara. Melalui proses penaklukan dan pendudukan oleh suatu
kelompok etnis atas kelompok tertentusehingga dimulailah pproses pembentukan negara.
Dengan kata lain negara terbentuk karena adanya pertarungan kekuatan dimana sang
pemenang memiliki kekuatan untuk membentuk suatu negara.

c. Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan


Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebih
dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan bentuk
pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian institusi
politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk menegakkan
kekuasaannya atas suatu komunitas politik. Definisi ini tetap berlaku bahkan untuk
pemerintahan yang tidak sah atau tidak berhasil menegakkan kekuasaannya. Tak tergantung
dari kualitasnya, pemerintahan yang gagalpun tetap merupakan suatu bentuk pemerintahan.

Dalam berbagai literatur hukum dan apalagi dalam penggunaannya sehari-hari, konsep
Bentuk Negara seringkali dicampuradukkan dengan konsep Bentuk Pemerintahan. Hal ini
juga tercermin dalam perumusan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1) yang
menyebutkan bahwa: "Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk republik".

5
Dari kalimat ini tergambar bahwa the founding fathers Indonesia sangat menekankan
pentingnya konsepsi Negara Kesatuan sebagai definisi hakiki negara Indonesia (hakikat
negara Indonesia). Bentuk dari negara kesatuan Indonesia itu ialah republik. Jadi jelaslah
bahwa konsep bentuk negara yang diartikan disini adalah republik yang merupakan pilihan
lain dari kerajaan (monarki) yang telah ditolak oleh para anggota BPUPKI mengenai
kemungkinan penerapannya untuk Indonesia modern.

Kelemahan rumusan di atas terkait dengan pengertian bentuk negara yang tidak
dibedakan dari pengertian bentuk pemerintahan. Padahal kedua konsep ini sangat berbeda
satu sama lain. Karena yang dibicarakan adalah bentuk negara berarti bentuk organ atau
organisasi negara itu sebagai keseluruhan. Jika yang dibahas bukan bentuk organnya,
melainkan bentuk penyelenggaraan pemerintahan atau bentuk penyelenggaraan kekuasaan
maka istilah yang lebih tepat dipakai adalah istilah bentuk pemerintahan.

kata pemerintahan dalam 'sistem pemerintahan' terbatas pengertiannya pada cabang


eksekutif saja. Penggunaan kata government dalam bahasa Inggris juga sering menimbulkan
kesalahpahaman. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kata itu mengandung dua arti,
yaitu arti luas dan arti sempit. Keduanya dipengaruhi oleh tradisi pemerintahan yang
berkembang di Inggris (British) dan Amerika Serikat. Karena Kerajaan Inggris
mempraktekkan sistem pemerintahan parlementer, maka perkataan government disana
menunjuk kepada pengertian yang sempit, yaitu hanya cabang kekuasaan eksekutif saja.
Tetapi, dalam bahasa Inggris Amerika, kata government mencakup pengertian yang luas,
yaitu keseluruhan pengertian penyelenggaraan negara. Dalam konstitusi Amerika Serikat
misalnya, istilah "the Government of the United States" selain mencakup cabang eksekutif
yang dipegang oleh Presiden, juga mencakup Kongres yang terdiri atas House of Repre¬
sentatives dan Senat.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diperjelas adanya perbedaan mendasar
antara pengertian 'bentuk negara', 'ben¬ tuk pemerintahan', dan 'sistem pemerintahan'. Ketiga
istilah tersebut sebaiknya tidak dipertukarkan satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman dalam praktek.

Di Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan bentuk negara yaitu: bentuk
negara Federal, Kesatuan atau sistem pemerintahan yang parlementer, Semi-Presidensil, dan
Presidensil.

Menurut pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 17 Agustus 2007 dikatakan bahwa bentuk negara Indonesia yang paling tepat adalah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Empat pilar utama yang menjadi nilai dan
konsensus dasar yang selama ini menopang tegaknya Republik Indonesia adalah: Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

6
B. PENGERTIAN SISTEM PEMERINTAHAN
Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan pemerintahan.
Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti
susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata
pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. kata-kata itu berarti:

a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau


b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintahB

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha adalah
perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu
tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling
bergantungan dan memengaruhi dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.

C. POKOK-POKOK SISTEM PEMERINTAHAN


(Sebelum dan Setelah Amandemen UUD 1945)

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum


diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.

• Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas


• hukum (rechtsstaat).
• Sistem Konstitusional.Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permus
yawaratan Rakyat.
• Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
• Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
• Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab
kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
• Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Pemerintahan orde baru dengan tujuh kunci pokok diatas berjalan sangat stabil dan kuat.
Pemerintah memiliki kekuasaan yang besar. Sistem Pemerintahan Presidensial yang
dijalankan pada era ini memiliki kelemahan pengawasan yang lemah dari DPR namun juga
memiliki kelebihan kondisi pemerintahan lebih stabil.

7
Di akhir era orde baru muncul pergerakan untuk mereformasi sistem yang ada menuju
pemerintahan yang lebih demokratis. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan sebuah
pemerintahan yang konstitusional(berdasarkan konstitusi). Pemerintahan yang konstitusional
adalah yang didalamnya terdapat pembatasan kekusaaan dan jaminan hak asasi. Kemudian
dilakukanlah amandemen Undang-undang Dasar 1945 sebanyak 4 kali, tahun:
1999,2000,2001,2002. Berdasarkan Konstitusi yang telah diamandemen ini diharapkan
sebuah system pemerintahan yang lebih demokratis akan terwujud.

a. Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Setelah Amandemen

 Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara ter
bagi dalam beberapa provinsi.
 Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
 Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
 Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
 Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan D
ewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR
memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahn
ya.
 Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan parle
menter dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan ya
ng ada dalam sistem presidensial.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut;

• Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR
tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
• Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.
• Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR.
• Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang da
n hak budget (anggaran)

8
b. Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Tahun 1945-1949

Sistem Pemerintahan : Presidensial

Semula sistem pemerintahan yang digunakan adalah presidensial tetapi sebab kedatangan
sekutu(agresi militer) dan berdasarkan Maklumat Presiden no X tanggal 16 November 1945
terjadi pembagian kekusaaan dimana kekuasaan eksekutif dipegang oleh Perdana Menteri
maka sistem pemerintahan indonesia menjadi Sistem Pemerintahan Parlementer.

2. Tahun 1949-1950

Sistem Pemerintahan : Quasy Parlementer

Bentuk pemerintahan Indonesia saat itu adalah serikat dengan konstitusi RIS sehingga
sistem pemerintahan yang digunakan adalah parlementer. Namun karena tidak seluruhnya
diterapkan maka Sistem Pemerintahan saat itu disebut Quasy Parlementer

3. Tahun 1950-1959

Sistem Pemerintahan: Parlementer

4. Tahun 1959-1966

Sistem Pemerintahan: Presidensial

Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 1959 yang isinya:

1. Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.

2. Pembubaran Badan Konstitusional

3. Membentuk DPR sementara dan DPA sementara

4. Tahun 1966- 1998

9
D. SISTEM PEMERINTAH PRESIDENSIL
Sistem pemerintahan presidensial adalah suatu sistem pemerintahan yang dimana badan
eksekutif dan badan legislatif mempunyai kedudukan yang independen. Di dalam
pemerintahan presidensial dimana seorang presiden dan wakil presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat untuk masa kerja dengan jangka waktu yang telah ditentukan oleh
konstitusi. Tentunya dalam sistem pemerintahan ini, pemerintahan dikepalai oleh seorang
presiden dan sekaligus sebagai kepala negara.

Sistem pemerintahan presidensial menganut aturan para menteri merupakan pembantu


presiden yang diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab juga kepada presiden. Itulah
definisi dari sistem pemerintahan presidensial.

a. ciri-ciri pemerintahan presidensial


Adapun ciri-ciri dari sistem pemerintahan presidensial, diantaranya sebagaimana dibawah
ini:

 Presiden sebagai kepala negara dan sekaligus sebagai kepala pemerintahan.


 Kekuasaan eksekutif seorang presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dipilih
secara langsung oleh rakyat.
 Presiden mempunyai hak istimewa atau hak perogratif untuk mengangkat maupun me
nghentikan menteri-menteri yang memimpin suatu departemen maupun non-departem
en.
 Presiden tak dapat membubarkan parlemen, seperti dalam sistem pemerintahan parle
menter.
 Parlemen mempunyai kekuasaan legislatif dan juga sebagai lembaga perwakilan. Ang
gota parlemen dipilih langsung oleh6 rakyat.
 Para menteri bertanggung jawab hanya kepada kekuasaan eksekutif.
 Kabinet dibentuk oleh presiden, dan cabinet juga bertanggung jawab kepada presiden
bukan bertanggung jawab kepada parlemen maupun kepada legislatif.
 Karena presiden tidak dipilih oleh parlemen. Jadi presiden tidak bertanggung jawab k
epada parlemen.

b. Kelebihan dan kekurangan sistem pemerintahan presidensial

Kelebihan sisem pemerintah presidensial:

 Kedudukan badan eksekutif lebih stabil, karena tidak tergantung kepada parlemen.
 Masa jabatan dari eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu, seperti misalnya
masa jabatan dari presiden Indonesia adalah 5 tahun.

10
 Penyusunan program-program kerja dari kabinet mudah disesuaikan dengan jangka w
aktu masa jabatannya.
 Seorang menteri tidak dapat di jatuhkan oleh Parlemen karena menteri bertanggung ja
wab kepada presiden.
 Legislatif bukan merupakan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif, karena
dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota dari parlemen sendiri.
Kekurangan sistem pemerintahan presidensial:

 Kekuasaan badan eksekutif diluar pengawasan langsung dari badan legislatif sehingga
dapat menciptakan kekuasaan yang mutlak.
 Sistem pertanggungjawaban yang kurang jelas.
 Pembuatan kebijakan publik umumnya hasil dari tawar-menawar antara badan ekseku
tif dan badan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan yang kurang tegas serta dapat
memakan waktu yang cukup lama.
 Dapat menciptakan sebuah kekuasaan yang mutlak, karena kekuasaan eksekutif berad
a di luar pengawasan langsung dari legislatif.

E. PENGERTIAN SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER


Sistem pemerintahan parlementer adalah sistem pemerintahan dimana anggota
parlemen memegang peranan terpenting dalam sebuah negara. Parlemen sendiri merupakan
badan legislatif (pembuat hukum) yang anggotanya dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilihan umum (pemilu). Dalam sebuah sistem pemerintahan parlementer, terdapat dua
pemimpin, yaitu perdana menteri sebagai kepala pemerintahan dan presiden/raja sebagai
kepala negara. Parlemen memiliki kekuasaan untuk mengangkat atau menjatuhkan perdana
menteri. Presiden/raja dalam sistem ini lebih berfungsi sebagai sistem negara, tetapi tidak
banyak ikut campur tentang sistem pemerintahan. Walaupun demikian, bukan berarti
parlemen dapat semena-mena, seperti halnya parlemen dapat menjatuhkan pemimpinnya,
maka presiden/raja atas saran perdana menteri juga dapat membubarkan parlemen.

F. SISTEM PEMERINTAHAN PALRLEMENTER

a. CIRI-CIRI SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER


 Adanya pemisahan antara kepala negara dan kepala pemerintahan, tetapi tidak ada pe
misahan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif (kedua kekuasaan tersebut dipegang
oleh parlemen).
 Anggota parlemen ditentukan berdasarkan pemilihan umum. Parlemen terpilih terdiri
dari anggota parlemen (menteri-menteri) dan Perdana Menteri (pemimpin parlemen)
 Presiden/raja hanya memiliki kekuasaan simbolis diluar eksekutif dan legislatif (sebag
ai kepala negara)
 Perdana menteri sebagai kepala pemerintahan dipilih oleh anggota parlemen (biasany
a berasal dari partai politik yang memimpin pemilu) dan memiliki kekuasaan eksekuti
f (menerapkan hukum).

11
 Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat menteri-
menteri yang memimpin departemen dan non-departemen negara.
 Anggota parlemen dapat mejatuhkan Perdana Menteri apabila suatu saat sebagian bes
ar dari mereka tidak cocok dengan pemimpin pemerintahan tersebut. Caranya adalah
dengan menyatakan "mosi tidak percaya"
 Masa jabatan dari parlemen dan presiden tidak memiliki acuan waktu.

G. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM PEMERINTAHAN PARLEME


NTER

a. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pemerintah Parlementer


Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer

 Permasalahan yang muncul dalam sebuah negara yang menganut sistem pemerintahan
parlementer dapat diselesaikan dengan cepat karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
dipegang oleh parlemen (kepala parlemen dan anggota parlemen).
 Kekuasaan tertinggi tidak berpusat pada satu orang sehingga jalannya sebuah negara t
idak berdasarkan kemauan individu.
 Setiap pemegang kekuasaan memiliki resiko untuk diberhentikan jika kinerjanya tidak
memuaskan, hal ini membuat sistem pemerintahan menjadi lebih stabil.
 Anggota parlemen dipilih langsung oleh rakyat sehingga dapat mewakili kehendak ra
kyat.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer

 Kedudukan perdana menteri sangat bergantung kepada parlemen sehingga parlemen d


apat menjatuhkan perdana menteri kapan saja.
 Parlemen (semua anggotanya) dapat bubar dalam satu waktu (dibubarkan presiden ata
s permintahan perdana menteri) sehingga harus dilakukan pemilihan umum ulang seca
ra keseluruhan.
 Parlemen dipengaruhi oleh kekuatan dari luar, yaitu dari partai politik mayoritas, yang
mempunyai banyak perwakilan dalam parlemen tersebut.
 Kebijakan politiknya dapat menjadi labil apabila sering terjadi pergantian anggota par
lemen.

b. Negara Yang Menganut Sistem Pemerintah Parlementer

 Inggris
 Malaysia
 Prancis
 Kanada
 India
 Jepang
 Pakistan
 Belanda

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

a. Bentuk Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik atau lebi
h dikenal dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
b. Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkai
an institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk mene
gakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik.
c. Dalam konsep teori modern negara terbagi dalam dua bentuk yaitu Negara Kesatuan
(Unitarianisme) dan Negara Serikat
d. Dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya, bentuk pemerintahan digolongka
n dalam tiga kelompok yaitu monarki, oligarki dan demokrasi.

B. SARAN
Sebagai warga negara, sudah selayaknya kita mengkaji lebih dalam mengenai bentuk
negara dan bentuk pemerintahan di Indonesia. Selain untuk memperluas cakrawala
berpikir, kelak ketika kita menempati posisi strategis dipemerintahan. Dan niscaya kita
akan menjadi warga negara dan pemimpin yang baik, berakhlak dan rasional.

13
DAFTAR PUSTAKA

www.academia.edu.Makalah_Bentuk_Negara_an_Bentuk_Pemerintahan_Indonesiaa

sofian.staff.ugm.ac.id/artikel/Mencari-Sistem-Pemerintahan-Negara.pdf

buku pengantar Hukum Tata Negara

Adiwilaga, R., Alfian, Y., & Rusdia, U. (2018). Sistem Pemerintahan Indonesia. Deepublish.

Susilo, D., & Roesli, M. (2018). Konsep Pemerintahan Indonesia Menurut UUD
1945. MIMBAR YUSTITIA, 2(1), 112-129.

Aisyah, S., Karyana, A., & Djaenuri, H. A. (2019). Sistem Pemerintahan Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai