Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

NEGARA

NAMA KELOMPOK 3 :

PUTRI CAHAYA A32123045

PUTRI NUR FAHIRA ARMIATI A32123049

MUH ASSAGIF A32123051

MUHAMMAD IKHLAS ADE PUTRA A23123050

MOH RAFIK A32123046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023

1
Kata pengantar

Puji syukur kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat serta taufik dan
hidayah kepada penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
bapak Nasran, S.Pd, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengerjakan makalah yang berjudul “MAKALAH NEGARA)” dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Penulis tentu menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu,
penulis memohon maaf sebesar-besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi pembaca.

PALU,25 SEPTEMBER 2023

PENULIS

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. Latar belakang.........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................................
A. KONSEP DASAR TENTANG NEGARA..........................................................................5
B. UNSUR-UNSUR NEGARA...............................................................................................6
C. BEBERAPA TEORI TENTANG TERBENTUKNYA NEGARA....................................7
E. KONSEP RELASI AGAMA DAN NEGARA DALAM ISLAM......................................8
F. HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA INDONESIA......................................................8
BAB 3......................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................10
B. SARAN..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di masa era globalisasi ini banyak remaja bahkan pemuda yang kurang mengetahui
secara luas tentang negara, dimana didalam negara tersebut terdapat sebuah pemerintahan
yang mempunyai berbagai macam hokum, budaya, dll yang harus dijaga oleh masyarakat.
Negara yaitu suatu tempat yang di dalamnya di diami oleh banyak orang yang
mempunyai tujuan hidup yang bermacam-macam dan berbeda-beda antara satu orang dengan
orang yang lain. Suatu tempat dapat disebut dengan Negara jika mempunyai 3 unsur
terpenting yang harus ada didalamnya yaitu : Wilayah, Pemerintah dan Rakyat.
Ketiga unsur tersebut harus ada dalam suatu Negara. Jika salah satu dari unsur
tersebut tidak ada maka tempat tersebut tidak dapat dinamakan Negara. Ketiga unsur tersebut
saling melengkapi dalam suatu Negara. Unsur yang lainnya yang juga harus dimiliki oleh
suatu Negara adalah pengakuan dari Negara lain. Pengakuan dari Negara lain harus dimiliki
oleh suatu Negara supaya keberadaan Negara tersebut diakui oleh Negara-negara lain.
Konstitusi di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu bahkan sebelum kemerdekaan
Indonesia, konstitusi telah ada yang berfungsi mengatur kehidupan bermasyarakat yang
disebut dengan adat istiadat yang ada karena kesepakatan dari suatu masyarakat yang terlahir
dan dipakai sebagai pengatur kehidupan bermasyarakat.Adat istiadat mempunyai suatu
hukum yang dinamakan hukum adat. Pada jaman dahulu walaupun belum ada
undangundangseperti halnya sekarang, tetapi kehidupan masyarakat sudah diatur dengan adat
istiadat dan yang melanggar adat istiadat akan dikenakan suatu hukum yang telah masyarakat
setempat sepakati yaitu hukum adat.
Seperti halnya adat istiadat, konstitusi juga mengatur kehidupan suatu Negara supaya
tertatanya kehidupan dalam Negara. Jika dalam adat istiadat, pelanggar adat istiadat akan
dikenai hukum adat. Maka dalam konstitusi, pelanggar konstitusi dikenai hukuman yang telah
diatur dalam undang-undang.
Untuk itu, dilihat dari segi materi ini penulis menyampaikan tentang negara dan yang
berkecimpung didalamnya seperti Semoga dapat bermanfaat dan sebagai pemicu
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan negara ?
2. Apa saja unsure-unsur yang terdapat dalam sebauh negara ?
3. Bagaimana bentuk-bentuk dari berdirinya sebuah negara ?
4. Apa hubungan agama dengan negara ?
5. Apa hubungan islam dengan negara Indonesia ?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian negara
2 .Menyabutkan unsure-unsur yang terdapat dalam sebuha negara
3. Menjelaskan bentuk-bentuk negara
4. Menjelaskan hubungan antara agama dan negara

4
5. Menjelaskan hubungan islam dengna negara Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TENTANG NEGARA


Istilah Negara diterjemahkan dari kata-kata asing staat (bahasa Belanda dan Jerman);
state (bahasa Inggris); Etat (bahasa Prancis). Istilah staat mempunyai sejarah sendiri. Istilah
itu mula-mula digunakan dalam abad ke-15 di Eropa Barat. Anggapan umum yang diterima
bahwa kata staat (state, etat) itu dialihkan dari kata bahasa Latin status atau statum. Secara
etimologis kata status itu dalam bahasa Latin klasik adalah suatu istilah abstrak yang
menunjukkan keadaan yang tegak dan tetap, atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak
dan tetap. Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.
Berkaitan dengan defenisi Negara, terdapat beberapa sarjana yang memberikan
defenisi atau pengertian tentang Negara, yaitu (soehino, 2002:133):[4]
1. Socrates : Negara bukanlah organisasi yang dapat dibuat oleh manusia untuk kepentingan
diri sendiri. Negara adalah jalan susunan objektif.

2. Dr. Wiryono Prodjodikoro : Negara adalah suatu organisasi diantara sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan
mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
sekelompok atau beberapa kelompok mansia tersebut. Sekumpulan manusia tersebut
merupakan suatu masyarakat tertentu yang didalamnya, Negara bukan merupakan satu-
satunya organisasi di antara mereka. Dengan kata lain masih terdapat organisasi lain di
dalamnya seperti organisasi keagamaan, kesusilaan, kepartaian, perdagangan yang
terlepas dari soal kenegaraan.

3. Logeman : Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan


kekuasaannya mengatur serta meyelenggarakan suatu masyarakat. Organisasi ini
merupakan pertambahan jabatan-jabatan. Ada masyarakat yang tersusun sebagai suatu
organisasi, dan di dalamnya terdapat suatu kekuasaan.

4. Kranenburg : Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang


diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Dengan demikian harus
terlebih dahulu ada kelompok manusia, dimana kelompok manusia tersebut mempunyai
kesadaran bersama untuk mendirikan suatu organisasi yang bertujuan untuk memelihara
kepentingan kelompok tersebut.
5. Menurut Kranenburg, yang terpenting disini adalah adanya manusia yang membentuk
organisasi.

6. Roger H. Soltau dalam Soehino : Negara sebagai agen atau kewenangan yang mengatur
atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama rakyat (The state is agency
or authority managing or controlling these affairs on behalf of and in the name of the
community).
a. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa negara adalah organisasi
tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk

5
bersatu, hidup di dalam suatu kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat.
B. UNSUR-UNSUR NEGARA

Untuk lebih jelas memahami unsure-unsur pokok dalam suatu negara, berikut akan
dijelaskan masing-masing unsure tersebut :
1. Terdapat rakyat atau masyarakat
a. Rakyat adalah sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh rasa persamaan dan
bersamasama mendiami suatu wilayah tertentu. Rakyat atau masyarakat
merupakan unsur utama terbentuknya Negara. Oleh karena itu, tepatlah bila para
sosiolog mengatakan bahwa Negara adalah kelompok persekutuan hidup orang
yang banyak jumlahnya dan terikat oleh perasaan senasib dan seperjuangan. Jadi,
jika membicarakan Negara, maka sebenarnya yang dibicarakan adalah masyarakat
manusia, sehingga adanya manusia merupakan suatu keharusan, dan manusia itu
membentuk kelompok masyarakat. Tersebentuknya kelompok masyarakat
disebabkan karena manusia dalam kenyataannya adalah makhluk sosial (zon
piliticon), sebagaimana pendapat Aristoteles. Dapat dikatakan bahwa hidup
bermasyarakat adalah merupakan suatu kelompok yang mempunyai ide dan cita-
cita serta berkeinginan untuk bersatu.
2. Wilayah
3. Wilayah adalah unsure negara yang harus terpenuhi karna tidak mungkin ada negara
tanpa ada batas-batas territorial yang jelas. Secara umum wilayah dalam sebuah negara
biasanya mencakup daratan, perairan dan udara. Dalam konsep medrn masing-masing
batas wilayah tersebut diatur dalam perjanjian dan perundang-ungangan internasional.
4. Pemerintah
5. Alat kelengkapan Negara yang bertugas organisasi Negara untuk mencapai tujuan
bersama didirikannya sebuah Negara. Melalui alat dan aparat Negara, yang menetapkan
hokum, melaksanakan ketertiban, keamanan dan mewujudkan kepentingan warga
negaranya yang beragam.
6. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan Negara lain
a. Unsur ini bukan merupakan syarat mutlak bagi adanya suatu Negara, karena unsur
ini bukan merupakan unsure pembentuk bagi badan Negara melainkan hanya
bersifat menerangkan saja tentang adanya Negara. Jadi, hanya deklaratif, bukan
konstitutif.
b. Tanpa pengakuan dari Negara lain suatu Negara tetap dapat berdiri, misalnya
USA memproklamasikan kemerdekaannnya pada 1776, sedangkan pengakuan
dari Inggris baru diberikan pada 1873. Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, padahal waktu itu belum ada satupun
Negara mengakui, sedangkan pengakuan dari Belanda pun baru diumumkan pada
1949. Tetapi tidak ada yang membantah sejak 17 Agustus 1945 telah ada
7. Negara Indonesia dan pemerintahannya mempunyai kemampuan untuk berhubungan
dengan Negara lain.

6
C. BEBERAPA TEORI TENTANG TERBENTUKNYA NEGARA

Banyak dijumpai teori tentang terbentuknya sebuah negara. Diantara teori-toerinya


tesebut yaitu :
1. Teori Ketuhanan yaitu teori yang menganggap bahwa memang sudah ada kehendak
Tuhan Yang Maha Kuasa Negara itu timbul. Teori ini ada dua, yaitu teori ketuhanan
langsung dan tidak langsung. Tokohnya Agustinus, Thomas Aquines, Julius Sthall,
Kranenburg, Haller.
2. Teori Perjanjian yaitu teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada Negara,
manusia hidup sendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada
masyarakat dan peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan mudah terjadi di
manapun dan kapan pun. Tanpa perarturan, kehidupan manusia tidak berbeda dengan cara
hidup binatang buas, sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Hobbes: Homo homini lupus
dan belum omnium contra omnes. Teori perjanjian masyarakat diungkapkannya dalam
buku Leviathan. Ketakutan akan kehidupan berciri survival of the fittest itulah yang
menyadarkan manusia akan kebutuhannya: Negara yang diperintah oleh seorang raja
yang dapat menghapus rasa takut. Adapun penganut perjanjian masyarakat ialah: Grotius
(1583-1645), John Locke (1632-1679), Immanuel Kant (1724-1804), Thomas Hobbes
(1588-1679), J.J. Rousseau (1712-1778).

3. Teori kekuataan menyatakan bahwa Negara terbentuk berdasarkan kekuataan. Orang


kuatlah yang pertama-tama mendirikan Negara, karena dengan kekuatannya itu ia
berkuasa memaksakan kehendaknya terhada orang lain sebagaimana disindir oleh
Kallikles dan Voltaire: “Raja yang pertama adalah prajurit yang berhasil”

1. BENTUK-BENTUK NEGARA

A. Negara memiliki bentuk-bentuk yang berbeda-beda. Secara umum, dalam


konsep dan teroi modern, negara trerbagi menjadi dua bentuk: negara kesatuan
( unitarianisme) dan negara serikat ( federasi).
 Negara kesatuan
B. Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan
satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam
pelaksanaannya, negara kesatauan ini terabagi kedalam dua macam sistem
pemerintahan: sentral dan otonomi. b. Negara seriktat
C. Negara seikta ( federasi) merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari
beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Padamulanya negara-negara
bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat, dan berdiri sendiri.

7
Setelah menggabungkan diri dengan negara serikat, dengan sendirinya negara
tersebut melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkannya kepada
negara serikat. Disamping dua bentuk ini, dari sisi pelaksana dan mekanisme
pemilihannya, bentuk negara dapat digolongkan kedalam tiga kelompok yakni:
1. Monarki : Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh
raja atau ratu.
2. Oligarki : Model pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang
berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.
A. Demokrasi : Bentuk pemertintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyat atau
mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan
umum atau pemilu.

E. KONSEP RELASI AGAMA DAN NEGARA DALAM ISLAM

1. Hubungan islam dan negara modern secara teoritis dapat diklasifikasikan kedalam
tiga pandangan yaitu :
Integralistik
a. Paradigm intergraistik hampir sama persis dengan pandangan negara toekrasi
islam. Paradigm ini menganut paham dan konsep agama dan nagara meruoakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan dua lembaga
yang menyatu. Paham ini juga memberikan penegasan bahwa negara merupakan
suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama. Konsep ini menegaskan
kembali bahwa islam tidak mengenal pemisahan antara agama dan politik atau
negara. . Paradigma simbiotik
b. Menurut paradagima simbiotik, hubungan agama dan negara berada pada posisi
saling membutuhkan dan bersifat timbale balik. Dalam pandangan ini, agama
membutuhkan negara sebagai instrument dalam melestarikan dan
mengembangkan agama. Begitu juga sebaliknya, negara juga memerlukan aga
sebagai sumber moral , etika, dan spritualitas warga negaranya.
2. Pargadigma sekularistik
a. Paradigm ini beranggapan bahwa ada pemisahan yang jelas antara agama dan
negara. Agama dan negera merupakan dua bentuk yang berbeda satu sama lain
memiliki garapan masing-masing, sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan
tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi. Negara adalah urusan public,
sementara agama merupakan wilayah pribadi masing-masing warga negara.[10]

F. HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA INDONESIA

Islam adalah faktor penting dalam bangunan kebangsaan Indonesia. Sumber daya
budaya, sosial dan politik serta ekonomi negara ini secara potensial berada dan melekat dalam
tubuh warganya yang mayoritas muslim. Kolaborasi Islam dan budaya lokal selama berabad-
abad hingga cucuran keringat, air mata dan darah para syuhada’ telah memperkokoh
bangunan keIndonesia-an modern. Sejarah Indonesia juga mencatat penolakan dan
penentangan umat Islam terhadap penindasan kolonialisme. Agenda ekonomi, politik, sosial,
pendidikan dan keagamaan yang digerakkan oleh SI, Muhammadiyah dan NU terbukti
mengusung cita-cita luhur memperjuangkan terwujudnya kemerdekaan dan pemerintahan
sendiri oleh rakyat Indonesia.

8
Demikian halnya para tokoh pergerakan nasional dari kalangan muslim, meskipun
mereka kelihatan berbeda-beda penekanan dan perspektifnya tentang nasionalisme Indonesia,
tak diragukan lagi kecintaan dan komitmen mereka pada perjuangan terwujudnya negara
bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Fakta-fakta tersebut cukup menjelaskan bahwa Islam tidak merintangi nasionalisme,
justru dari rahim Islamlah, nasionalisme Indonesia dapat tumbuh subur. Pergerakan-
pergerakan Islam sudah lama mempunyai ikatan kebangsaan lebih kuat jika dibandingkan
dengan organisasi lokal yang masih berbasis etnik, termasuk Budi Utomo yang berbasis
kepentingan priyayi Jawa.
Jika kehidupan bernegara ditujukan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur,
maka tentulah berkenaan dengan umat Islam Indonesia. Maka umat Islam juga harus
mengambil peran strategis dan kreatif memajukan Indonesia menuju negara plural yang kuat.
Penolakan terhadap nation-state dalam sisi tertentu menunjukkan kekhawatiran berlebihan
terhadap subordinasi Islam oleh negara, juga merupakan ekspresi dari ketidakberdayaan
mengambil peran-peran kreatif dan strategis dalam merealisasikan keIslamann dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan mempertimbangkan keragaman agama sebagai salah satu faktor dalam
nasionalisme, maka perjuangan mewujudkan berlakunya syari’at Islam di tengah-tengah
masyarakat dapat dilakukan melalui gerakan-gerakan kultural dan struktural melalui sarana
politik, sebagai bentuk dari pengamalan syuro. Dalam konteks ini maka pilihannya bukan
negara Islam atau juga sistemkhilafah yang menerapkan syariah atau negara sekuler yang
menolak syariah, tapi negara Indonesia yang merealisasikan nilai-nilai universal ajaran agama
(Islam) dalam bingkai Ukhuwwah Basyariyyah, Ukhuwwah Islamiyyah, dan Ukhuwwah
Wathaniyyah.
Islam dan Nasionalisme Indonesia adalah dua sisi mata uang yang saling memberikan
makna. Keduanya tidak bisa diposisikan secara diametral atau dikhotomik. Nasionalisme
selalu meletakkan keberagaman atau pluralitas sebagai konteks utama yang darinya dapat
melahirkan ikatan dasar yang menyatukan sebuah negara bangsa. Idealnya umat Islam tidak
perlu merasa khawatir kehilangan identitasnya karena persenyawaannya dalam negara
bangsa. Perjuangan yang ditekankan untuk menonjolkan identitas atau simbol-simbol
keIslaman dalam kerangka perjuangan politik kebangsaan hanya merupakan cerminan
kelemahan umat Islam sendiri. Selain itu, meskipun terbuka peluangnya di alam demokrasi
ini, penekanan berlebihan dalam hal itu akan potensial menjadi penyulut disintegrasi, dan ini
tidak sejalan dengan nasionalisme itu sendiri. Idealnya, perjuangan politik umat Islam
menekankan pada penguatan nasionalisme Indonesia dengan memperkokoh faktor-faktor
perekat kebangsaan yang secara substantif. Nilainilai dimaksud merupakan nilai-nilai
universal Islam yang menyentuh kesadaran pragmatis warga negara, seperti keadilan,
kesejahteraan, kepercayaan, dan sebagainya.
Itulah sebabnya Al mawardi, dalam kitab al-Ahkam al Shulthaniyyah
mempersyaratkan keadilan bagi seorang pemimpin negara dan tidak memasukkan syarat
harus beragama Islam, dan dalam kitabnya yang lain, yakni Adab al-Dunya wa al-Din ia
merumuskan proposisi bahwa umur persatuan sebuah bangsa sesungguhnya ditentukan oleh
keadilan dalam bangsa itu. Selama keadilan ada dalam kehidupan bangsa itu, selama itu pula
mereka akan tetap bersatu. Begitu keadilan berganti dengan kezhaliman, maka tunggulah saat
perpecahan mereka.

9
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan materi diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Negara adalah suatu organisasi yang memiliki kedudukan yang berdiri tegak dan tetap.
Dimana kedudukan dalam organisai yang berarti memiliki sebuah structural tertentu yang
berusaha untuk menertibkan kegiatan rakyat baik secara individu, golongan atau asosiasi
maupun oleh Negara sendiri yang memiliki unsure dan sifat tertentu.

Bentuk Negara ada 3 yaitu Negara Kesatuan, Negara Konfederasi dan Serikat
(Federasi) yang masing-masingnya mempunyai ciri-ciri yang membedakan satu dengan yang
lainnya.
Konstitusi memiliki banyak pengertian, baik dari beberapa ahli maupun pengertian
dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar/ hukum dasar. Sedangkan
dalam arti sempit memiliki arti piagam dasar atau undang-undang dasar yang merupakan
dokumen lengkap mengenai peraturan dasar Negara.Konstitusi memiliki sifat dan fungsi.
Konstitusi dibuat dengan tujuan mencapai tujuan dari sutu negar yang membuatnya
kalau di Indonesia konstitusi dibuat untuk mencapai tujuan yang berdasarkan pada nilai-nilai
Pancasila yang sebagai dasar Negara Indonesia.Sedangkan selain mempunyai tujuan,
Konstitusi juga mempunyai kegunaan bagi penguasa sebagai alat mewujudkan cita-cita dari
tujuan Negara yang sesuai dengan kaedah Negara pembuatnya.

B. SARAN

Tampak bahwa begitu banyak tujuan, manfaat dan kegunaan konstitusi bagi suatu
Negara khususnya bagi Indonesia untuk mewujudkan suatu cita-cita luhur bangsa Indonesia
maka konstitusi sangat dibutuhkan bagi Negara Indonesia yang dapat juga sebagai alat
pencapai tujuan Negara berdasarkan pada Dasar Negara yaitu Pancasila.
Oleh karena itu, dengan adanya konstitusi maka pengaturan dalam Negara akan berjalan
dengan baik, lancar dan tertata sehingga dinamika dan proses pemerintahan Negara dapat
dibatasi dan dikendalikan serta dapat mewujudkan kehidupan dalam Negara yang dinamis
dan terkendali untuk kepentingan bersama.

10
DAFTAR PUSTAKA

F. Isjiwa, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan ke-9, (Jakarta: Binacipta,1992), hal. 90

Dr. Ni’matul Huda, S. H., M. Hum. Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal.1

Prof. Miriam Budiardjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik” (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hal; 17

Suryo Sakti Hadiwijoyo, Negara, Demokrasi dan Civil Society, (Edisi Pertama, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012), hal. 1-2

A. ubaedillah & abdul rozak, pancasila,demokrasi, ham, dan masyarakat madani, ( Jakarta :
prenadamedia group, 2013) hal 121

Ibid, hal 122

A. Ubaedillah dan Abdul rozak : Pendidikan kewarganegaraan/Demokraasi Hak Asasi


manusia dan masyarakat madani (Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2008)Cet. 3 hal.91

Dr. Ni’matul Huda, Loc. Cit , hal. 32

A. ubaedillah & abdul rozak, loc.cit, hal 126

11

Anda mungkin juga menyukai