Anda di halaman 1dari 27

` `+-Makalah Memahami Negara Dan Konstitusi

Disusun untuk memenuhi tugas “Civic Education”


Dosen Pengampu : Dadi Nurjaman., M.Kom

Disusun Oleh :
RAJA FIRMANSYAH
RUSTAN NANA
NUR FEBRY IRAWAN

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH MOHAMMAD NATSIR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Civic
Education yang berjudul “Memahami Negara Dan Konstitusi” dapat selesai seperti waktu
syang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ustadz Dadi Nurjaman., M.Kom dosen mata kuliah Civic Education Sekolah Tinggi
Ilmu Dakwah Mohammad Natsir
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat terselesaikan
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah
ini dapat di selesaikan
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Civic Education tentang “Peran Umat Islam
Dalam Proses Kemerdekaan Indonesia”
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk
penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Bekasi, 30 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. MEMAHAMI NEGARA ................................................................... 2
a. Defenisi Negara........................................................................ 2
b. Sifat-sifat Negara...................................................................... 3
c. Unsur-unsur Negara..................................................................... 3
d. Tujuan dan Fungsi Negara........................................................ 4
e. Bentuk Negara.......................................................................... 5
B. KONSTITUSI..................................................................................... 6
a. Definisi konstitusi..................................................................... 6
b. Tujuan konstitusi...................................................................... 7
c. Manfaat konstitusi.................................................................... 8
d. Latar belakang lahirnya konstitusi............................................ 8
e. Perubahan konstitusi undang-undang dasar 1945..................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam percakapan sehari-hari kita sering mengucapkan atau mendengar kata atau
istilah “Negara” . Walaupun begitu akrab dalam kehidupan kita, sebenarnya istilah ini
adalah bersifat abstrak, tidak pernah melihatnegara itu seperti apa, yang kita lihat hanyalah
bendera suatu negara, orangnya, lambangnya, atau mendengar bahasa nasionalnya, lagu
kebangsaannya, atau juga mengetahui idiologinya.

Di indosnesia kata “negara” telah di pergunakan jauh lebih dahulu dari pada kata
“stato” di eropa. Pada awal abad ke-5 kitatelah mengenal kerajaan yang berenama
Tarumanegara, ialah negara yang daerahnya daerah sekitar lembah sungai Citarum di
jawa Barat di bawah pimpinan Raja Purnawarman.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Negara
2. Sifat-sifat Negara
3. Unsur-unsur Negara
4. Tujuan Dan Fungsi Negara
5. Bentuk Negara
6. Defenisi Konstitusi
7. Tujuan konstitusi
8. Manfaat Konstitusi
9. Latar Belakang Lahirnya Konstitusi
10. Perubahan Konstitusi Menurut UUD 1945

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. MEMAHAMI NEGARA
Pembahasan ini di mulai dengan kata negara secara etimologis dan pertumbuhannya
dalam sejarah. Akan di telaah pula beberapa konsepsi yang melekat pada kata seperti
pengertian negara, tujuan negara dan fungsi negara, unsur-unsur negara, dan bentuk-
bentuk negara dan pemerintahan.

Terbentuknya negara dapat terjadi karena adanya hukum alam. Teori hukum alam
mengungkapkan jika hukum alam tidak dibuat oleh negara, tetapi karena adanya kehendak
dari alam. Thomas Aquinas memaparkan jika pembentukan serta keberadaan negara tidak
dapat lepas dari hukum alam. Karena secara hukum alam, manusia harus saling
berdampingan serta bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak hanya itu,
secara alami, manusia merupakan makhluk sosial dan politis yang perlu mendirikan
komunitas untuk mengemukakan pendapat serta menyumbangkan pemikiran.

1. Pengertian Negara

Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi yang
didalamnya terdapat suatu pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya,
pertahanan keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal terdapat unsur-
unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari
negara lain.

Bangsa adalah sekumpulan manusia yang bersatu pada satu wilayah dan memunyai
keterikatan dengan wilayah tersebut. Keinginan membentuk nation bersama muncul
karena adanya persamaan nasib dan sejarah sehingga menimbulkan persatuan dalam suatu
komunitas masyarakat membentuk kesadaran berbangsa.

Kesamaan itu meliputi aspek budaya, bahasa, agama dan tradisi. Inilah proses yang
mendasari terbentuknya sebuah kesadaran bersatu, bergabung dan berbangsa di mana pun
di seluruh dunia.

5
Dalam arti sosiologis – Bangsa -kelompok yang secara di takdirkan untuk bersama,
senasib sepenanggungan dalam suatu negara

a. Roger H. Soltau: ”Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority)


yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama
masyarakat.”
b. Harold J. Laski: ”Negara adalah suatu masyarakat yang di integrasikan
karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah
lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari
masyarakat itu.”
c. Max Weber: ”Negara suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secarasah dalam suatu wilayah.:
d. Robet M. Maclver: ”Negara adalh asosiasi yang menyelenggarakn
penertiban di dalam suatu masyarakat dalam satu wilawah dengan
berdasarkan sistim hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
untuk maksudtersebut di berikan kekuasaan memaksa.”

2. Sifat-sifat Negara

a. Sifat memaksa.
Agar peraturan perundang-undangan di taati dan dengan demikian penertiban dalam
masyrakat tercapai serta timbulnya anarki dicegah, maka negara memiliki sifat memaksa,
dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan. Sarana untuk ini adalah
polisi, tentara, dan sebagainya.
b. Sifat monopoli.
Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat.
Dalam rangka ini negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atu aliran
politik tertentu dilarang hidup dan disebarluaskan, oleh karena dianggap bertentangan
dengan tujuan masyarakat.
c. Sifat Mencakup Semua (all-encompassing, all-embracing).

6
Semua peraturan perundang-undangan (misalnya keharusan membayar pajak) berlaku
untuk semua orang tanpa terkecuali. Keadaan demikian memang perlu, sebab kalu
seseorang dibiarkan berada di laur ruang- lingkup aktivitas negara, maka usaha negara ke
arah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal.

3. Unsur-unsur Negara

a. Penduduk
Dengan penduduk sesuatu negara dimaksudkan semau orang yang pada suatu waktu
mendiami wilayah negara. Mereka itu secara sosiologis lazim disebut “rakyat” dari negara
itu. Rakyat dalam hubungan ini di artikan sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan
oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.

Setiap negara mempunya sejumlah individu yang menyebut dirinya warganegara,


rakyat dari negara itu. Jumlah itu biasanya relatif besar ataupun kecil. Penduduk negara-
negara di udnia memang berbeda-beda jumlahnya. Ada enam negara yang mempunyai
penduduk yang besar jumlahnya, yakni RRC, Idia, Rusia, Amerika Serikat, Jepang dan
Indonesia. Kualitas sesuatu negara sedikit banyaknya ditentukan oleh kuantitas
penduduknya.

b. Wilayah
Wilayah adalah landasan materil atau landasan fisik negara. Negara in concreto juga
tidak dapat dibayangkan tanpa landasan fisik ini. Bangsa-bangsa yang nomadis tidak
mungkin mendirikan negara, sekalipun sudah mengakui segelintir orang-orang sebagai
penguasa. Luas wilayah negara ditentukan oleh perbatasan-perbatasannya dan di dalam
batas-batas itu negara menjalankan yurisdiksi itu, misalnya perwakilan diplomatik negara
asing dengan harta benda mereka

Wilayah dalam hubungan ini dimaksudkan bukan hanya wilayah geografis atau
wilayah dalam arti sempit, tetapi wilayah dalam arti hukum atau wilayah dalam arti yang
luas. Wilayah hukum atau wilayah dalam arti luas ini merupakan wilayah di atas mana
dilaksanakan yrisdiksi negara dan meliputi baik wilayah geografis maupun udara di atas
wilayah itu sampai tinggi yang tidak terbatas (menurt asa usque ad coelum) dan laut di
sekitar pantai negara itu, yaitu apa yang disebut “laut teritorial”.

7
8
c. Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang mengatur dan memimpin negara. Tanpa
pemerintahan tidak mungkin negara itu berjalan dengan baik. Pemerintah menegakkan
hukun hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian dan menyelaraskan
kepentingan-kepentingan yang bertentangan.

d. Pengakuan Negara Lain


Pengakuan oleh negara lain didasarkan pada hukum internasional.: negara-negara
yang mengakui kemerdekaaan Indonesia:
 Mesir
Secara de facto, Mesir mengakui kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946.
Dukungan Mesir terhadap Indonesia disampaikan oleh Muhammad Abdul Mu'im, Konsul
Jenderal Mesir yang datang ke Yogyakarta pada 13 hingga 16 Maret 1947. Tujuan
kedatangannya ini adalah untuk menyampaikan pesan dari Liga Arab, organisasi yang
terdiri dari negara-negara Arab, yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Bahkan, Mesir
juga berhasil meyakinkan Suriah, Qatar, Irak, dan Arab Saudi untuk mendukung
kemerdekaan Indonesia
 India
India Tahun 1946, Indonesia melakukan diplomasi beras ke India. Indonesia
mengirim bantuan sebesar 500.000 ton beras kepada India yang saat itu mengalami krisis
pangan akibat jajahan Inggris. Karena bantuan diplomasi beras tersebut, India pun
membalas kebaikan Indonesia dengan mengakui kemerdekaan Indonesia.
 Australia
Australia meruapakan negara asing yang paling dekat dengan Indonesia, berbatasan
laut. Dari kondisi ini, membuat Australia turut terlibat menyuarakan dukungan
kemerdekaan Indonesia. Dukungan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia dilakukan
melalui Black Armada yang terjadi pada 24 September 1945.
 Suriah
Pasca-proklamasi Indonesia, Belanda masih terus melakukan Agresi Militer.
Suriah merupakan salah satu negara Liga Arab yang ikut memperjuangkan persoalan
Indonesia untuk dibahas dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1947. Akhirnya,
Agresi Militer Belanda di Indonesia pun berhasil dihentikan secara damai. Pada 2 Juli
1947, Agus Salim, perwakilan

9
 Lebanon
Tanggal 21 Juli 1947, Indonesia melalukan misi diplomatik ke Lebanon. Dalam
kunjungan tersebut, Agus Salim berunding bersama Perdana Menteri Lebanon Riadh al
Solh. Setelah berunding, didapatkan hasil bahwa pemerintah Lebanon secara resmi
memberi pengakuan kemerdekaan kepada Indonesia pada 29 Juli 1947.
 Arab Saudi
Setelah Lebanon, misi selanjutnya adalah berkunjung ke Arab Saudi. Dalam
kunjungan ke Arab Saudi, Indonesia diwakili oleh Mohammad Rasjidi sebagai ketua
diplomat yang berunding dengan Raja Abdul Aziz al Saud. Perundingan keduanya pun
menghasilkan pengakuan kemerdekaan terhadap Indonesia pada 21 November 1947.
 Yaman
Yaman mengakui kemerdekaan RI pada 20 November 1947 yang disampaikan
oleh perwakilan Yaman di Liga Arab. Yaman sendiri menjadi negara Arab terakhir yang
mengakui kedaulatan Indonesia pada masa Revolusi Indonesia.
 Palestina
Palestina secara de facto mengakui kemerdekaan RI setahun sebelum proklamasi
kemerdekaan Indonesia, yaitu tanggal 6 September 1944. Pengakuan ini kemudian
disebarluaskan ke seluruh dunia Islam oleh mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin
Al-Husaini.
 Vatikan
Selain negara Arab, negara Eropa yang juga memberi pengakuan resmi
kemerdekaan Indonesia adalah Vatikan, pada 6 Juli 1947. Pengakuan Vatikan atas
kemerdekaan Indonesia ditandai dengan dibentuknya Apostolic Delegate atau Kedutaan
Besar Vatikan di Jakarta. Latar belakang dukungan Vatikan terhadap kemerdekaan
Indonesia adalah karena persamaan prinsip antara keduanya, yaitu: Mendukung
terciptanya perdamaian dunia Menolak pandangan ateisme di dunia Mendukung
terciptanya kerukunan antar umat beragama di dunia Menciptakan keadilan sosial bagi
seluruh umat manusia Memelihara kesejahteraan seluruh umat manusia

10
 Belanda
Setelah Vatikan, negara Eropa selanjutnya yang mengakui kemerdekaan Indonesia
adalah Belanda. Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda terjadi setelah Konferensi
Meja Bundar di Den Haag, Belanda, 23 Agustus 1949 hingga 2 November 1949. Dalam
KMB, Belanda bersedia mengakui kedaulatan RI secara penuh. Indonesia juga sepakat
untuk membentuk Uni Personal dengan Kerajaan Belanda.

• Tidak mengasingkan suatu kumpulan manusia dari hubungan-hubungan internasional;


• Menjamin kelanjutan hubungan-hubungan intenasional dengan jalan mencegah
kekosongan hukum yang merugikan, baik bagi kepentingan-kepentingan individu maupun
hubungan antarnegara.
Menurut Oppenheimer, pengakuan oleh negara lain terhadap berdirinya suatu
negara semata-mata merupakan syarat konstitutif untuk menjadikan international person.
Dalam kedudukan itu, keberadaan negara sebagai kenyataan fisik (pengakuan de facto)
secara formal dapat ditingkatkan kedudukannya menjadi suatu judicial fact (pengakuan de
jure). Pengakuan de facto adalah pengakuan menurut kenyataan bahwa suatu negara telah
berdiri dan menjalankan kekuasaan sebagaimana negara berdaulat lainnya.

4. Tujuan Dan Fungsi Negara

Tujuan negara R.I. sebagaimana tercantum di dalam pembahasan Undang-Undang


Dasar 1945 ialah: “untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia melindungi
segenap bangsa indonesia dan seluruh darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaain abadi dan keadilan sosial” dengan berdsarkan
kepada: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradap, Persatuan
Indonesia, dan kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pancasila).

Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan beberapa


fungsi minimum yang mutlak perlu yaitu:
a. Melaksanakan ketertiban (law and order); untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus
melaksanakan penertiban.

11
b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
c. Pertahanan; hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar.
Untuk ini negara dilengkapi dengan alat pertahanan.
d. Menegakkan keadilan; hal ini di laksanakan melalui badan-badan pengadilan.

5. Bentuk Negara
Dalam teori-teori modoren saat ini, bentuk negara yang terpenting adalah Negara
kesatuan (Unitarisme) dan Negara Serikat (Federasi).
Negara kesatuan adalah suatu negara yang merdeka dan berdaulat, yang berkuasa
satu Pemerintah Pusat yang mengatur seluruh daerah secara totalitas. Bentuk negara ini
tidak terdiri atas beberapa negara yang menggabungkan diri sedemikian rupa hingga
menjadi suatu negara, yang negara-negara itu mempunyai status bagian-bagian, seperti
pada bentuk Negara Federasi.

Negara Kesatuan dapat berbentuk:


a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasai, di mana segala sesuatu dalam negara
tersebut langsung di atur dan di urus oleh pemerintah pusat, dan daerah tinggal
melaksanakannya.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, di mana kepala daerah diberikan
kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi
daerah) yang di namakan daerah swatantra.

Negara Serikat (Federasi) adalah sesuatau negara yang merupakan gabungan dari
beberapa negara, yang menjadi negara-negara bagian dari negara serikat itu. Negara
bagian asal mulanya suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri sendiri.
Dengan menggabungkan diri dengan negara serikat, berarti ia melepaskan sebagian dari
kekuasaannnya dan menyerahkan kepada negara serikat itu.
Penyerahan kekuasaannya kepada negara serikat adalah hal-hal yang berhubungan
dengan hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan, dan urusan Pos, atau di sebut
pemerintahan (residuary powers).

12
6. Simbol Negara
Dalam mitologi Hindu, Garuda memiliki kisah dimana ia berhasil membebaskan
ibunya dari Gambar burung Garuda Pancasila dan artinya memiliki sejarah panjang
sebelum ditetapkan sebagai lambang negara Indonesia. Dalam UUD 1945 pasal 36 ayat A,
disebutkan bahwa lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
“Bhinneka Tunggal Ika”.

Desain awal lambang garuda pancasila dicetuskan pertama kali oleh Sultan Hamid II,
menteri zonder porto folio pada masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Tokoh-tokoh kemerdekaan lain, macam M. Yamin dan Ki Hajar Dewantara ikut terlibat
dalam perumusan lambang negara Indonesia ini. Akan tetapi, mengapa burung Garuda
dijadikan lambang negara Indonesia
Garuda dan Sejarah Indonesia Kuno

Berdasarkan catatan Museum Nasional Indonesia, lambang negara Indonesia banyak


terinspirasi dari arca Garuda Wisnu yang ditemukan di Trawas, Jawa Timur.Garuda
merupakan kendaraan atau wahana Dewa Wisnu dalam agama Hindu. Garuda
digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, dan bersayap merah. Paruh dan sayap
Garuda digambarkan mirip elang, tetapi memiliki tubuh seperti manusia. Garuda
berukuran besar hingga bisa menghalangi matahari.
Menurut Mohammad Yamin, dalam 6000 Tahun Sang Merah Putih (1951), simbol
burung garuda sebagai kendaraan Dewa Wisnu mulai dikenal orang-orang Nusantara sejak
abad kelima.. Kerajaan Hindu pada masa itu, Kerajaan Tarumanegara, diketahui memiliki
raja bernama Purnawarman yang merupakan penganut Hindu aliran Wisnu. Hal tersebut
menjadi bukti bahwa simbol garuda sudah dikenal orang Nusantara sejak masa
itu.cengkraman perbudakan.
Simbol Garuda kemudian menjadi simbol yang cukup populer. Simbol Garuda juga
ditemukan dalam arca dan relief candi-candi Hindu masa lalu seperti candi Prambanan,
Mendut, Sojiwan, Penataran, Belahan, Sukuh, dan Cetho. Simbol Garuda juga diketahui
dijadikan sebagai lambang beberapa kerajaan Hindu masa lalu. Kerajaan Airlangga di
abad ke-11 Masehi, misalnya, menggunakan Garuda sebagai lambang kerajaannya.
Lambang Garuda banyak ditemukan di bagian puncak prasasti-prasasti yang dibuat
pemerintahan Airlangga. Selain Kerajaan Airlangga, simbol Garuda juga dipakai oleh
kerajaan Janggala, yaitu pada masa pemerintahan raja Mapanji Garasakan, Alanjung
Ahyes, dan Samarotsaha.

13
Menjadi Lambang Negara Indonesia
Dinukil dari jurnal Proses Penetapan Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara
Indonesia Tahun 1949-1951 (2014)

Sultan Hamid II

, pada 10 Januari 1950, pemerintah RIS membuat sebuah panitia teknis bernama
Panitia Lambang Negara di bawah koordinator Menteri Zonder Porto Folio Sultan Hamid
II (Pria berdarah campuran Arab-Indonesia)
Muhammad Yamin didaulat menjadi ketua Panitia Lambang Negara, sedangkan Ki
Hajar Dewantara, M.A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan R.M. Ng. Purbatjaraka
menjadi anggotanya.

Sedangkan Mohammad Yamin memberikan beberapa usulan lambang negara dengan tema
matahari terbit. Usulan

14
Lambang negara usulan Moh. Yamin

M. Yamin ini kemudian tidak dipilih karena dirasa mirip dengan bendera Jepang masa
itu. Usulan Sultan Hamid II ini kemudian yang dipilih pemerintah untuk menjadi lambang
negara dengan beberapa perbaikan. Pada saat itulah ditambahkan semboyan “Rancangan
awal lambang negara garuda
Panitia tersebut kemudian berhasil menghasilkan dua buah rancangan lambang
negara, satu rancangan dari Sultan Hamid II dan satu lagi dari M. Yamin.Usulan lambang
negara yang dibuat oleh Sultan Hamid II berbentuk burung garuda mememegang perisai
berlambangkan lima sila Pancasila. Wujud Garuda usulan Sultan Hamid ini menyerupai figur
Garuda dalam agama Hindu.Bhinneka Tunggal Ika” pada lambang Garuda dan dilakukan
penyesuaian bentuk Garuda hingga berbentuk seperti sekarang ini.
Kisah mitologi Garuda yang menyelamatkan ibunya dari perbudakan menjadi salah
satu alasan mengapa garuda dijadikan sebagai lambang negara Indonesia, Indonesia dirasa
memiliki kesamaan nasib dengan Garuda untuk membebaskan rakyatnya dari penjajahan dan
penindasan.Selain itu, Sultan Hamid II menjadikan Garuda sebagai inspirasi karena
kebesaran dan kegagahan burung mitologi tersebut. Sultan Hamid II berharap Indonesia yang
baru terbentuk itu dapat menjadi negara yang besar dan kuat sebagaimana burung Garuda.

Sejarah Lambang Garuda Pancasila


Bermula dari terpukul mundurnya Jepang oleh sekutu, kekalahan telak dimana-mana
hingga jantung kota strategis kota Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak dihantam Bom Atom
sekutu. Satu persatu wilayah kekuasaan Jepang direbut kembali oleh sekutu, dan Jepang pun
terdesak tak berdaya. Pada situasi terdesak ini Jepang mencoba menarik simpati rakyat
Indonesia untuk membantu kepentingannya. Ini merupakan strategi politik Jepang, namun
bagi bangsa Indonesia atau kaum pergerakan perjuangan Indonesia ini adalah kesempatan
yang penting untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Maka dibentuklah suatu badan untuk mempersiapkan segala hal-hal yang


berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia, dikenal dengan BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Badan ini merumuskan point-point dasar
negara yang kelak kemudian menjadi sila Pancasila. Setelah kesempatan memproklamirkan
kemerdekaan pada hari Jum’at, tanggal 9 Ramadhan 1364 Hijriyah bertepatan dengan 17
Agustus 1945, Belanda pun mengakui kedaulatan Indonesia dalam konferensi Meja Bundar
pada tahun 1949, lalu dirasakan perlunya Republik Indonesia Serikat waktu itu, memiliki
lambang negara.

1. Dibentuknya Panitia Lencana Negara


Kemudian dibentuklah Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara, pada tanggal 10
Januari 1950, di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II.
Adapun susunan panitia teknis yaitu Ketua dipimpin oleh Muhammad Yamin sedangkan
anggota antara lain : Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh. Natsir, dan RM Ng
Poerbatjaraka. Merekalah yang bertugas menyeleksi berbagai usulan rancangan lambang
negara untuk selanjutnya dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

15
Bung Hatta dalam bukunya “Bung Hatta Menjawab” menerangkan telah dilaksanakan
sayembara oleh Menteri Priyono sebagai pelaksana keputusan Sidang Kabinet tersebut. Maka
terpilihlah dua karya perancang lambang negara terbaik, yaitu karya putra sulung Sultan
Pontianak ke-6, Sultan Hamid II dan karya sang pelopor sumpah pemuda, Prof. Mr.
Mohammad Yamin, S.H. Kemudian pada proses selanjutnya rancangan Sultan Hamid II
diterima pemerintah dan DPR, sedangkan Karya M. Yamin mengandung unsur pengaruh
Jepang yaitu menyertakan sinar-sinar matahari pada rancangannya

Demi mematangkan dan menyempurnakan konsep rancangan yang telah terpilih,


Presiden RIS Soekarno dan perdana Menteri Mohammad Hatta melakukan dialog intensif
dengan Sultan Hamid II, selaku perancang. Kesepakatan terjadi pada perubahan pita yang
dicengkeram Garuda, warna putih polos dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” mengganti
rancangan pita merah putih sebelumnya. Selanjutnya Sultan Hamid II, selaku perancang yang
juga menjabat sebagai Menteri Negara RIS, mengajukan rancangannya kepada Presiden
Soekarno pada tanggal 8 Februari 1950.

Rancangan lambang negara ini sempat dikritik oleh Partai Masyumi ( Partai yang
beranggota muslim terbesar ), mereka mengajukan keberatan karena mengandung sifat
mitologis pada gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang
perisai. Sultan Hamid II menerima aspirasi positif ini kemudian menyempurnakan kembali
rancangannya menjadi bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila.

Melalui Moh. Hatta sebagai perdana menteri, Presiden Soekarno kemudian


menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS. Pada 11 Februari 1950 akhirnya
Sidang Kabinet RIS meresmikan rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II.
( “Sekitar Pancasila” buku karya AG Pringgodigdo terbitan Dep. Hankam, Pusat Sejarah
ABRI). Presiden Soekarno untuk pertama kalinya memperkenalkan lambang negara, Garuda
Pancasila berkepala “gundul”, kepada masyarakat umum di Hotel Des Indes Jakarta.

Namun Soekarno masih terus memperbaiki bentuk Lambang Negara ini, beliau beralasan
Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat. Maka
pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan, Dullah, sang pelukis istana untuk me-
redesain dengan menambahkan “jambul” pada kepala Garuda Pancasila. Tidak hanya itu,
selanjutnya posisi cakar kaki Garuda mencengkram di depan pita, sebelumnya ada di
belakang pita. Akhirnya Sultan Hamid II memfinalisasi gambar lambang negara dengan
menambah ukuran dan tata warna gambar lambang negara.

Dibentuklah masterpiece rancangan Garuda Pancasila berupa patung besar dari


perunggu berlapis emas kelak digunakan sebagai acuan, tersimpan rapi dalam Ruang
Kemerdekaan Monumen Nasional. Jadi inilah sekala bentuk 3 dimensi, kemudian ditetapkan
sebagai lambang negara Republik Indonesia, tanpa perubahan desain hingga kini. Dalam
mitologi Hindu, Garuda digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, ia
adalah raja burung yang berasal dari keturunan Kasyapa dan Winata, salah seorang putri
Daka ini memiliki paruh dan sayap mirip elang, tetapi tubuhnya seperti manusia.

16
Sedangkan, Prof. Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya “Api Sejarah” jilid 2,
menerangkan, Burung Garuda Pancasila bukanlah sebagai Burung Garuda Airlangga dari
Kediri, melainkan Burung Elang Rajawali Sayyidina Ali ra. Lalu darimanakah Sultan Hamid
II, sebagai sang pemenang rancangan Lambang Negara ini mendapatkan inspirasi?.

Berbagai nilai terkandung di dalam Pancasila dan seringkali dijadikan pedoman atau landasan
hukum di Indonesia seperti halnya yang dibahas dalam buku Insan Berkarakter Pancasila.

2. Kemiripan Lambang Garuda Pancasila dengan Lambang Kerajaan Samudera Pasai

Bersumber dari klaim R Indra S Attahashi yang merupakan keturunan silsilah Kerajaan
Samudera Pasai di Aceh. Menurutnya lambang Garuda Pancasila memiliki kemiripan dengan
lambang Kerajaan Samudera Pasai, sehingga dianggap meniru.

Kerajaan Samudera Pasai berdiri pada abad ke 13 atau pada tahun 1267 adalah sebuah
kerajaan Islam pertama di Indonesia dengan pendirinya Sultan Malikussaleh (Meurah Silu).

Seorang petualang bernama Ibnu Battutah menulis dalam bukunya Tuhfat Al Nazha, tentang
Kerajaan Samudera Pasai di kenal sebagai madrasah atau pusat studi Islam di kawasan Asia
Tenggara. Lambang kerajaan ini dirancang oleh Sultan Zainal Abidin, yang juga sebagai
sultan kerajaan Islam Samudera Pasai. Lambang ini adalah simbol yang bermakna SYIAR
ISLAM YANG KUAT.

Indra mencoba membandingkan lambang Garuda Pancasila dengan gambar dari warisan
Muluk Attahashi bin Teuku Cik Ismail Siddik Attahashi. Pasca Perang Cumbok Sultan Muda
Aceh, Teuku Raja Muluk Attahashi diangkat menjadi sultan pada 1945. Ketika itu berdiri
Kerajaan Sungai Iyu di Aceh Tamiang.

Jika kita perhatikan lukisan lambang peninggalan kerajaan Aceh itu, secara sekilas berbentuk
seperti burung, mirip dengan Garuda Pancasila. Tulisan-tulisan arab berwarna keemasan yang
dibentuk seperti seekor burung garuda.

Di bagian tengah badan burung ini, tampak seperti perisai bertuliskan rangkaian berwarna
merah dan biru.

Menurut Indra lambang negara Samudera Pasai berisi kalimat Tauhid dan Rukun Islam. Jadi
secara rinci kalimat “BASMALLAH” membentuk kepala burung, sedangkan sayap dan
kakinya merupakan ucapan dua kalimat Syahadat. Lalu kalimat Rukun Islam terdapat pada
badan burung.

17
Teuku Raja Muluk Attahashi adalah keturunan dari panglima Turki Utsmani, ketika itu turun
ke Aceh membantu sultan Iskandar Muda menghadapi Portugis. Teuku Raja Muluk Attahashi
melukis lambang tersebut sebagai simbol kerajaan.
Aswi Warman Adam selaku sejarawan LIPI, sempat menegaskan bahwa klaim ini bukan hal
yang negatif, ini menunjukkan bukti kecintaan bangsa Indonesia.

18
B. KONSTITUSI
1. Pengertian Konstitusi

Kata konstitusi secara literal berasal dari bahasa perancis Constituir, yang berarti
membentuk. Dalam konterks ketatanegaraan, konstitusi dimaksdukan dengan
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi
juga bisa berarti peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan suatu negara.
Dalam bahasa Belanda, istilah konstitusi dikenal dengan istilah Grondwet, yang
berarti undang-undang dasar(groun=dasar, wet=undang-undang). Di jerman istilah
konstitusi juga dikenal dengan istilah Grundgesetz, yang juga berarti undang-undang
dasar (grund=dasar dan gesetz=undang-undang).

Istilah-istilah konstitusi:

a. Menurut Chairul Anwar adalah fundamenta laws tentang pemerintahan suatu


negara dan nilai-nilai fundamentalnya.
b. Menurut Sri Soemantri, konstitusi berarti suatu naskah yang memuat suatu
bangunan negara dan sendi-sendi sistem pemerintahan negara.
c. Menurut E.C.S. Wade konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan
tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan
pokok cara kerja badan.
d. Terminologi fiqh siyasah, konstitusi di kenal dengan dustur, yang pada mulanya
diartikan dengan seseorang yang memiliki ototritas, baik dalam bidang politik
maupun negara. Dustur dalam konteks konstitusi berarti kumpulan kaidah yang
mengatur dasar dan hubungan kerjasam antar sesama anggota masyarakat dalam
sebuah negara, baik yang tidak tertulis (konveksi) maupun yang tertulis
(konstitusi).
e. Menurut yuridis. Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat semua bangunan
negara dan sendi-sendi pemerintahan.

Dari pengertian di atas yang di maksud konstitusi adalah sejumlah aturan-aturan


dasar dan ketentuan hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga

19
pemerintahan termasuk dasar hubungan kerjasama antara negara dan masyarakat (rakyat)
dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Tujuan Konstitusi

Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk


dalam mengatur hubungan antar negara dan warga negara. Sovernin Lohman menjelaskan
bahwa dalam konstitusi harus memuat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat untuk membina


negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka;
b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga
negara sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-
alat pemerintahannya;
c. Konstitusi sebagai forma regimenis yaitu kerangka banguna pemerintahan (Solly
lubis, 1982: 48).

Tujuan adanya konstitusi tersebut secara ringkas dapat diklasifikasikan menjadi tiga
tujuan, yaitu:
a. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaligus pengawasan
terhadap kekuasaan politik;
b. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri;
c. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa
dalam menjalankan kekuasaannya.

20
3. Manfaat Konstitusi

Konstitusi atau undang-undang dasar merupakan suatu hal yang sangat penting
sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam
mengatur bagaimana kekuasaaan negara harus di jalankan. Konstitusi yang menjadi
barometer kehidupan bernegara dan berbangsa, serta memberikan arahan dan pedoman
bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara.

4. Latar Belakang Lahirnya Konstitusi Di Indonesia

Dalam sejarahnya, Undang-undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei1945 sampai


16 Juni 1945 oleh Badan P enyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
atau dalam bahasa jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yang
beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua
dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari jawa, 3 orang dari sumatra
dan masing-masing 1 dari wakil Kalimantan, Maluku,dan Sunda kecil. Badan tersebut
(BPUPKI) di tetapkan berdasarkan Maklumat Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan
ulang tahun Tenno Heika pada 29 April 1945 (Malian, 2001: 59).

Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
indonesia merdeka yang kemudian dikena dengan nama Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945).

Tokoh-Tokoh perumus konstitusi (UUD 1945) antara lain:

1. Dr. Radjiman Widiodiningrat,


2. Ki Bagus Hadikoesoemo,
3. Oto Iskandardinata
4. Pangeran Purboyo
5. Pangeran Soerjohamidjojo
6. Soetarjo Kartohamidjojo
7. Prop. Dr. Mr. Soepomo

21
8. Abdul Kadir
9. Drs. Yap Tjwan Bing
10. Dr. Mohammad Amir (Sumatra)
11. Dr. Ratulangi
12. Andi Pangerang (Keduanya dari Sulawesi)
13. Mr. Latuharhary
14. Mr. Pudja (Bali)
15. AH. Hamidan (Kalimantan)
16. R.P. Soeroso
17. Abdul Wachid Hasyim
18. Mr. Mohammad Hassan (Sumatra)

Latar belakang terbentuknaya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji jepang
untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa indonesia dikemudian hari. Janji tersebut
antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan Asia Timur Raya, Dai
Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerinta
Hindia Belanda. Tentara Dai Nippon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik
di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai saudara
muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus di semua bidang,
sehingga diharapkan Kelak Bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa
Asia Timur Raya.

Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama
menindas dan mengurus bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur tentara sekutu,
Jepang tak lagi ingat janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat
indonesia lebih bebas dan leluasa berbuat dan tidak bergantung pada jepang sampai saat
kemerdekaan tiba.

Setelah kemerdekaan diraih, kebutuan akan sebuah konstitusi resmi nampaknya


tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan. Sehingga lengkaplah
Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
sehari setelah ikrar kemerdekaaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengadakan sidangnya yang pertama kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai
berikut:

22
Dengan terpilihnya Presiden dan Wakilnya atas dasar Undang-Undang Dasar 1945
itu, maka secara formal Indonesia sempurna sebagai sebuah negara, sebab syarat yang
lazim diperlukan oleh seriap negara telah ada yaitu adanya:

a. Rakyat, yaitu bangsa Indonesia;


b. Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang hingga merauke
yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan kecil;
c. Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan Indonesia;
d. Pemerintah yaitu sejak terpilihnya Presiden dan Wakilnya sebagai pucuk
pimpinan pemerintahan negara;
e. Tujuan negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila;
f. Bentuk negara yaitu negara kesatuan.

5. Perubahan Konstitusi

Perubahan konstitusi merupakan sesuatu hal yang menjadi perdebatan panjang,


terutama berkaitan dengan hasil-hasil yang diproleh dari proses perubahan itu sendiri.

Dalam sistem ketatanegaraan modern, paling tidak ada dua sistem yang berkembang
dalam perubahan kosntitusi yaitu renewal (pembaharuan) dianut di negara-negara Eropa
Kontinental dan amandement (perubahan) seperti yang dianut di negara-negara Anglo-
Saxon. Sistem perubahan konstitusi dengan model renewal merupakan perubahan
konstitusi yang baru secara keseluruhan sehingga yang diberlakukan adalah konstitusi
yang baru secara keseluruhan. Diantar negara yang menganut sistem ini antara lain
Belanda, Jerman, dan Perancis.

Sedangkan perubahan yang menganut sistem amandement, adalah apabila suatu


konstitusi diubah (di-amandement), maka konstitusi yang asli tetap berlaku. Dengan kata
lain hasil amandemen tersebut merupakan bagian atau lampiran yang menyertai konstitusi
awal. Di antara negara yang menganut adalah Amerika Serikat.

Cara yang dapat digunakan untuk mengubah Undang-Undang Dasar atau Konstitusi
melalui jalan penafsiran, menurut K.C. Wheare ada empat (4)cara, yaitu:

23
1. Beberapa kekuatan yang bersifat primer (some primary forces);
2. Perubahan yang diatur dalam Konstitusi (formal amandement);
3. Penafsiran secara hukum (judicial interpretation);
4. Kebiasaan yang terdapat dalam bidang ketatanegaraan (us age and convention).

Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan cara perubahan
UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:

1. Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota MPR
harus hadir;
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang
hadir.

Pasal 37 tersebut mengandung 3 (tiga) norma, yaitu:

1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga
tertinggi negara;
2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang harus dipenuhi sekurang-kurangnya
adalah 2/3 dari seluruh jumlah anggota MPR;
3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.

Undang-undang Dasar 1945, pasal 37 ini merupakan bentuk konstitusi bersifat


“tegar”, karena selain tata cara perubahan yang tergolong sulit, juga di butuhkan prosedur
khusus yakni (by the poeple thrugh a referendum) dan ditambah dengan diberlakukannya
tap MPR No. IV/MPR/1938 jo UU No. 5 tahun 1985 yang mengatur tentang referendum.

Tingginya tingkat kesulitan untuk mengubah UUD 1945 ini menyebabkan kesulitan
dalam menambahkan aspek-aspek yang diperlukan dalam suatu konstitusi.

24
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar 1945
yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan masa
berlakunya sejak diproklamirkannya kemerdekaan Negara Indonesia, yakni dengan rincian
sebagai berikut:

1. Undang-undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);


2. Konstitusi Republika Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus 1950);
3. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 (17 Agustus 1950-5
Juli 1959);
4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000);
6. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9
November 2001);
7. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I,II dan III (9 November 2001-10
Agustus 2002);
8. Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, III dan IV (10 Agustus 2002).

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kita mengetahui tentang pentingnya memahami Negara dan Konstitusi maka terdapat beberapa poin kesimpulan yang
berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita diantaranya sebagai berikut:

1. Menambah wawasan untuk memeahami negara, karena sebagai warna negara yang baik dan cerdas maka akan
meningkatkan kepatuhan kita kepada negara
2. Mengetahui bahwa negara adalah organisasi yang besar dan memiliki bebearapa unsur yaitu wilayah, rakyat, dan
pemerintah yang menjalankannya untuk kepentingan seluruh rakya Indonesia
3. Mengetahui bahwasanya negara juga memiliki tujuan, sifat-sifat, dan bentuk negara
4. Mngetahui di dalam negara juga terdapat landasan dasar yang harus di taati seluruh rakyatnnya yaitu, konstitusi atau UUD
1945 yang berisi aturan-aturan tentang pemerintahan dan juga masyarakat
5. Mengetahui bahwasanya perjuangan untuk merdeka sangatlah berat dan mengetahui sejarah lahirnya konstitusi di Indonesia

Setelah kita mengetahui betapa pentingnya memahami apa itu negara dan konstitusi diharapkan bisa untuk menaati semua aturan
yang telah di perjuangkan dengan tetesan darah seluruh rakyat Indonesia.

26
Pustaka Daftar

Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Media, 1987.

Kansil, C.S.T., Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Aksara Baru, 1979.

Ubaidillah, Arskal Salim, Demokrasi, Ham dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000, cet. Ke-1.

Anwar,Chairul, Konstitusi dan Kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mnadiri,1999.

27

Anda mungkin juga menyukai