OLEH
ANDRA PUTRA
FAHLUL SHIIDIQ
FANDI KURNIAWAN
DINAS PENDIDIKAN
1
LAPORAN
OLEH
ANDRA PUTRA
FAHLUL SHIDDIQ
FANDI KURNIAWAN
Disetuji oleh:
................................ ........................
Mengetahui :
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kita sehingga Laporan Praktek Kerja Usaha/Magang Siswa Kelas XII di
sekolah SMK PP Negeri Padang Mengatas telah dapat di selesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun sebagai Laporan Pelaksanaan Praktek Usaha/Magang bagi Siswa
kelas XII Tahun Ajaran 2021/2022 SMK-PP Negeri Padang Mengatas dalam pelaksanaan
Program Praktek Kerja Usaha /Magang SMK-PP Negeri Padang Mengatas tahun 2022.
1. Bapak Syarbaini, S.Pt MP selaku kepala sekolah menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan
Negeri Padang Mengatas.
4. Dan semua pihak lain yang ikut serta dalam menyelesaikan laporan ini.
Harapan Kami mudah-mudahan kerja keras dan dukungan dari semua pihak akan
bernilai ibadah di sisinya,semoga Laporan kegiatan Praktek Kerja usaha Tahun 2021/2022 dapat
di selesaikan dengan baik, atas bantuan dan sarannya serta semua pihak yang terkait dalam
pelaksanaan kegiatan ini, atas partisipan semua pihak kami ucapkan terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
3
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ ………………..7
BAB 2 PERSIAPAN
A. Rencana Kegiatan ..................................................................................................... 9
B. Kegiatan-Kegiatan : ....................................................................................................11
1. KP…………………………………………………………..... ………………………….11
3 IPM ……………………………………………………………………………………….11
4
A. Kesimpulan ............................................................................................................19
B. Saran .......................................................................................................................19
DOKUMENTASI…………………………………………………………….…...20
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
5
Gambar 1 : Prolapsus Vagina ...........................................................
BAB I
6
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskeswan adalah suatu tempat yang memberikan pelayanan kesehatan hewan sesuai
wilayah kerja yang ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan hewan sehingga
produksi dan reproduksi ternak dapat ditingkatkan secara optimal. ada beberapa puskeswan
dikabupaten Solok diantaranya adalah puskeswan Muara panas , puskeswan Sumani, puskeswan
Gunung Talang, puskeswan Alahan Panjang.
Bukit Sundi, Lembang Jaya dan Payung Sekaki merupakan salah satu kecamatan di
kabupaten Solok yang memiliki jumlah ternak yang banyak, dimana mayoritas penduduk di
kecamatan Bukit Sundi, Lembang Jaya dan Payung Sekaki tersebut adalah sebagai peternak dan
petani. Hewan yang dipelihara sebagai ternak meliputi sapi, kerbau, dan ayam. Sedangkan
hewan kesayangan yang dipelihara adalah anjing,kucing. Bidang kesehatan hewan, khususnya
ternak menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh pemerintah.
Dengan adanya puskewan di kecamatan Bukit Sundi diharapkan menjadi pusat yang
dapat mencakup pelayanan kesehatan hewan di kecamatan Bukit Sundi mulai dari pengobatan,
pencegahan, monitoring penyakit dan meningkatkan produksi dari peternakan tersebut.
Dinas pertanian kabupaten Solok, melalui upt puskeswan memberikan kesempatan yang
besar untuk menunjang kegiatan praktek kerja Usaha/ Magang yang dilaksanakan oleh
siswa/mahasiswa untuk membantu siswa dan mahasiswa agar lebih mengetahui fungsi dan
tugasnya sebagai calon dokter hewan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Praktek Kerja Usaha/Magang bertujuan agar kami memiliki jiwa dan semangat
wirahusaha serta mampu mengelola di bidang pertanian dan perternakan secara profesional
dengan memperhatikan situasi, kondisi dan potensi wilayah.
2. Tujuan khusus
1) Agar kami memiliki jiwa dan semangat wirausaha serta mampu untuk mengelolahnya secara
profesional dengan memperhatikan situasi,kondisi dan wilayah.
7
3) Melatih kami untuk menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan masyarakat, khususnya
petani agar menjadi mitra kerja yang mampu menyebarkan teknologi pertanian dan perternakan.
4) Dapat melaksanakan tes uji kompetensi sehingga mendapatkan sertifikat kompetensi yang
diketahui dan di kuasai.
3. Mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi secara baik dengan masyarakat sekitar khususnya
dunia peternakan.
4. Dapat menumbuhkan keinginan dan kemauan penulis atau pembaca untuk membuka usaha di
bidang peternakan.
8
BAB II
PERSIAPAN
A. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan merupakan suatu tununan atau arahan bagi penulis untuk
mempermudah langkah apa saja yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan Praktek
KerjaUsaha /Magang .Penulis memilih lokasi PKU di UPT Puskeswan di kecematan Bukit
Sundi,Nagari Muara Panas, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Sebelum memulai
praktek ,penulis menyusun terlebih dahulu rencana kegiatan yang kan peenulis lakukan selama
berada di lokasi kerja praktek tersebut.
1. Pada minggu pertama ,rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah berkenalan dengan
pegawai UPT Puskeswan ,beradaptasi dengan lingkungan kerja salah satunya dengan ikut serta
dalam kegiatan pelayanan kesehatan hewan di wilayah kerjanya.
2. Pada minggu kedua,rencana kegiatan Praktek Kerja Usaha /Magang adalah melaksanakan
tugas yang di berikan oleh Induk Semang, Contohnya:Melakukan kegiantan Sterilisasi Ruangan
dan alat, mengobati hewan dan IB(inseminasi buatan).
5. Pada minggu terakhir, pada minggu terakhir ini kita berpamitan dengan induk semang dan
membuat laporan akhir /laporan seminar.
9
B. Jadwal Kegitan
1. Jadwal pelaksanaan kegiatan vaksinasi PMK dan LSD di Kecamatan Bukit Sundi.
2. Jadwal pelaksanaan kegiatan vaksinasi PMK dan LSD di kecamatan Lembang Jaya.
3. Jadwal pelaksanaan kegiatan vaksinasi PMK dan LSD di kecamatan Payung Sekaki
Selatan: Kinari
Utara: panyakalan
D. Potensi Wilayah
Di Kecamatan ini terdapat banyak objek wisata, diantaranya pantai Batu Barajuik, Palo
Banda dan beberapa objek wisata lainnya.Selain itu,Kecamatan ini juga merupakan daerah
penghasil beras terutama di nagari Dilam, Muara Panas dan nagari Parambahan, Daerah
kecamatan ini adalah daerah peternakan yang sangat berkembang seperti ternak sapi.
10
BAB III
KP DAN IPM
B. Kegiatan-Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan selama magang adalah kerja pengalaman (KP) dengan induk
semang dan kegiatan integrasi dan partisipasi masyarakat (IPM) dilaksanakan dengan
mempelajari, mengikuti dan melaksanakan sistem kerja yang diterapkan induk semang dalam
pelayanan kesehatan hewan.
Gejala klinis LSD dipengaruhi oleh umur, ras dan status imun ternak. Tanda klinis utama
LSD adalah lesi kulit berupa nodul berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan daerah leher,
kepala, kaki, ekor dan ambing. Pada kasus berat nodul-nodulini dapat ditemukan di hampir
seluruh bagian tubuh. Munculnya nodul ini biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari
40.5oC. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif. Tanda
klinis lainnya yaitu lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus
subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. Selain itu, LSD juga dapat
meyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam
berkepanjangan.Diagnosis LSD di lapangan diawali dengan pengamatan gejala klinis dan
didukung dengan data historis lokasi kejadian. Diagnosis definitis LSD hanya dapat dikonfirmasi
melalui pemeriksaan laboratorium.
11
Uji laboratorium yang umum digunakan untuk konfirmasi kasus LSD adalah Polymerase
Chain Reaction (PCR).Sampel terbaik yang digunakan untuk uji adalah sampel dari lesi kulit.
Selain itu, sampel lain yang dapat digunakan yaitu darah (whole blood), swab hidung dan air
liur.Pencegahan secara spesifik dilakukan dengan vaksinasi. Sebagian besar vaksinLSD adalah
live attenuated, namun juga tersedia dalam bentuk inaktif. Vaksinasi untuk daerah bebas LSD
seperti Indonesia tidak dilakukan. Kewaspadaan terhadap penyakit LSD di Indonesia perlu
ditingkatkan dengan memperkuat sistem surveilans deteksi dini penyakit, memperketat
pemeriksaan lalu lintas hewan, dan meningkatkan kapasitas pengujian dan diagnosis penyakit
LSD.
Penyebab penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah disebabkan oleh virus bernama
Aphthovirus yang sangat menular. Virus tersebut bisa menyebar melalui cairan dari lepuh dan
oleh air liur hewan yang terinfeksi. Hewan bisa terinfeksi bila melakukan kontak dengan hewan
yang terinfeksi, bagian hewan yang terkontaminasi atau benda yang terkontaminasi seperti
peralatan peternakan. Virus PMK bisa bertahan dalam pakan, air dan di permukaan hingga satu
bulan, tergantung pada suhu dan kondisi tanah. Virus tersebut juga bisa bertahan dalam jaringan
hidup dan dalam napas, air liur, urin, dan ekskresi lain dari hewan yang terinfeksi. Dalam kondisi
tertentu, angin juga bisa menyebarkan virus. Inseminasi buatan dan biologis yang
terkontaminasi, seperti hormon atau vaksin, juga bisa menyebabkan penyebaran virus. Hewan
yang tidak sakit karena virus, seperti anjing dan kuda, bisa bersentuhan dengan virus dan
membawanya ke hewan yang rentan atau mencemari fasilitas atau peralatan ternak. Orang yang
memakai pakaian atau alas kaki yang terkontaminasi atau yang menggunakan peralatan yang
terkontaminasi juga bisa menularkan virus ke hewan lain.
Gejala penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah Masa inkubasi virus PMK pada hewan
yang rentan bisa berkisar antara dua hingga delapan hari, tetapi virus bias bertahan hingga 21
hari pasca infeksi. Hewan yang terinfeksi dapat menyebarkan virus satu sampai dua hari sebelum
timbulnya gejala klinis, dan selama tujuh sampai sepuluhhari setelah munculnya gejala klinis.
Sapi, babi, domba, kerbau, rusa, unta dan kambing yang terinfeksi PMK awalnya mungkin
menunjukkan demam, mengeluarkan air liur yang banyak dan enggan bergerak. Penyakit virus
ini juga menyebabkan lepuh berisi cairan (vesikel) terbentuk di bibir, lidah, langit-langit mulut,
kaki dan puting hewan yang terinfeksi. Lepuh ini kemudian pecah dan meninggalkan borok yang
menyakitkan dan membutuhkan waktu hingga 10 hari untuk sembuh.
12
Selain itu, gejala PMK yang juga umum terjadi pada hewan, antara lain tidak nafsu
makan, penurunan berat badan, berkurangnya produksi susu akibat mastitis, bibir bergetar,
mulut berbusa,pincang. Adapun upaya penanganan yang dapat dilakukan adalah Isolasi ternak
sakit, Pemberian antipiretik, analgesik Pemberian vitamin & suplemen ATPPemberian antibiotik
(Long Action) Kuku yang luka diberi obat semprot luka Bisa diberikan penguat lainnya (empon-
empon) Pemberian obat dan vitamin perlu diulang sampai ternak sembuh Ternak sakit
diupayakan bisa makan, meskipun nafsu makan menurun.
Pencegahan dengan cara biosekuriti adalah Perlindungan pada zona bebas dengan
membatasi gerakan hewan, lalu lintas pengawasan dan pelaksanaan pengawasan diupayakan
pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan-hewan yang kontak dengan
agen PMK. Desinfeksi aset dan semua bahan yang terinfeksi (perlengkapan kandang, mobil, baju
dll) Musnahkan bangkai, sampah dan semua produk hewan di area yang terinfeksi dan
pencegahan dengan cara medis Untuk daerah tertular : vaksin virus yang aktif mengandung
adjuvant Kekebalan 6 bulan setelah dua kali pemberian vaksin, sebagian tergantung pada antigen
yang berhubungan antara vaksin dan strain yang sedang mewabah.
3. Distokia Sapi
Distokia adalah suatu kondisi sapi yang mengalami kesulitan beranak, yang disebabkan
oleh faktor induk atau anak. Faktor induk yang menyebabkan distokia anak antara lain
peradangan rahim, ukuran panggul kecil, kekurangan nutrisi selama kebuntingan, ketidak
mampuan merejan, induk yang baru pertama melahirkan, kebuntingan pada umur terlalu muda
(kurang dari 1,5 tahun) ataupun kurang gerak selama kebuntingan dan Faktor anak yang
menyebabkan distokia antara lain ukuran anak terlalu besar (kawin suntik dari semen yang
berbeda bangsa dengan postur tubuh yang lebih besar dari induk), lahir kembar, sungsang,
kekurangan hormon serta kematian anak didalam rahim.
Faktor Lingkungan
1. Ternak yang diberi makan yang jelek dan berada dalam kondisi yang buruk maka dapat
mengalami kasus distokia yang tinggi, dan mengurangi daya hidup pedet. Pemberian pakan yang
terlalu banyak juga dapat menyebabkan meningkatnya berat fetus, timbunan lemak intrapelvis,
dan beresiko besar mengalami distokia. Namun pengurangan diet secara drastis pada beberapa
minggu terakhir kebuntingan juga harus dihindari karena fetus akan terus tumbuh, sedangkan
tubuh induk akan menjadi korban karena nutrisinya terserap ke fetus.
2. Hipokalsemia pada saat kelahiran adalah salah satu penyebab inersia uterine primer. Beberapa
penyakit lain seperti salmonellosis dan brucellosis juga dapat menyebabkan distokia.
13
Faktor Intrinsik
1. Umur, berat badan, ukuran pelvis induk : insiden distokia yang tinggi terjadi pada sapi dara,
yang dikawinkan sewaktu muda, dan pada kelahiran pertama sapi, namun hal ini dapat hilang
seiring bertambah besarnya induk. Diameter pelvis dan area pelvis juga meningkat seiring
pertumbuhan dari berat badan induk. Jarak eksternal diantara tuber coxae juga harus lebih besar
dari 40 cm sebelum sapi dara dikawinkan.
2. Lama kebuntingan : hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada beberapa ras continental
(Bos taurus) menunjukkan waktu kebuntingan lebih lama, sampai hampir 290 hari dibandingkan
waktu normal sapi yakni 283 hari. Pada sapi yang bunting lebih lama juga dapat meningkatkan
berat anak sapi rata-rata 0,5 kg per hari dan panjang tulang fetus juga meningkat.
3. Presentasi fetus : insiden distokia dan lahir mati juga kasus-kasus tertinggi dalam kasus
distokia.
Gejala Distokia yaitu Lama kelahiran durasi kelahiran sangat bervariasi, harus ada tanda-
tanda kemajuan yang terus-menerus selama pengeluaran fetus. Kelahiran mungkin menjadi
melambat pada keturunan-keturunan tertentu, seperti pada Charolais, atau jika anak sapi relatif
besar. Anak sapi dapat bertahan hingga 8 jam selama tahap kedua kelahiran tetapi waktu
pengeluaran biasanya lebih pendek. Penyimpangan dari kondisi normal yang tampak atau diduga
ada harus diperiksa. Indikasi dari terjadinya distokia meliputi:
4. Kegagalan anak sapi untuk dikeluarkan dalam waktu 2 jam setelah amnion tampak pada vulva.
5. Malpresentasi, malpostur atau maldiposisi yang nyata. Misalnya, tampaknya kepala fetus
tanpa kaki depan, ekor tanpa kaki belakang, kepala dan salah satu kaki depan.
6. Cairan amnion tercemar darah pada vulva. Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa hipoksia fetus
mungkin ada dan kematian fetus telah terjadi.
1. Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara didorong
(ekspulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi)
2. Penarikan paksa, apabila rahim lemah dan fetus tidak ikut bereaksi terhadap perejanan.
14
3. Pemotongan fetus (fetotomi), apabila presentasi, posisi dan postur fetus yang abnormal tidak
bisa diatasi dengan mutasi/penarikan paksa dan keselamatan induk yang diutamakan.
4. Operasi Sesar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak
berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomi) dengan alat dan kondisi
yang steril.
Mutasi dapat dilakukan melalui repulsi (pendorongan fetus keluar dari pelvis induk atau
jalan kelahiran memasuki rongga perut dan rahim sehingga tersedia cukup ruangan untuk
pembetulan posisi atau postur fetus dan ektremitasnya), rotasi (pemutaran tubuh pada sumbu
panjangnya untuk membawa fetus pada posisi dorsosakral), versi (rotasi fetus pada poros
transversalnya yaitu situs anterior atau posterior) dan pembentulan atau perentangan ekstremitas.
Terapi Pasca Penanganan Distokia Pemberian antibiotik spektrum luas perlu diberikan
pada sapi yang telah mengalami distokia saat partus hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi bakteri sebagai akibat dari proses kelahiran yang tidak steril. Pengunaan antibiotik
berbentuk bolus yang mengandung sulfadiazine dan trimethoprim umum digunakan Terapi
kasus-kasus reproduksi yang terjadi setelah melahirkan pada ternak dengan tujuan untuk
mengeliminasi bakteri yang menginfeksi uterus.Ternak yang mengalami distokia saat partus
dianjurkan untuk permberian supportif seperti pemberian multivitamin, untuk menjaga stamina
tubuh dan kuatkan otot yang lemah akibat melahirkan dan meningkatkan nafsu makan sehingga
asupan nutrisi yang di butuhkan tubuh tetap terpenuhi. Pada saat asupan nutrisi tercukupi maka
daya tahan tubuh akan semakin kuat sehingga memudahkan proses penyembuhan dan
mengurangi adanya infeksi sekunder. Salah satu multivitamin yang dapat di berikan yaitu Biosan
Tp Inj. Biosan Tp Inj merupakan larutan yang berisi ATP dan Vitamin.
4. Kelainan genetik
15
5. Ternak di kandang dengan bagian belakang lebih rendah daripada bagian depan.
Gejala klinis prolabsus uteri (Broyong) yaitu Nafsu makan dan minum turun,Ternak
gelisah,Ternak biasanya berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus menggantung ke
belakang,Selaput fetus dan atau selaput mukosa uterus terbuka dan biasanya terkontaminasi
dengan feses, jerami, kotoran atau gumapalan darah,Uterus biasanya membesar dan udematus
terutama bila kondisi ini telah berlangsung 4-6jam atau lebih.
Pencegahan prolabsus uteri (Broyong) yaitu membuat desain lantai yang tidak terlalu
miring,ternak di exercise ( Ternak di umbar), kontrol manajemen pakan sehingga ternak yang
bunting tidak mengalami kegemukan, jangan memelihara ternak yang pernah mengalami
kejadian prolabs vagina atau tektal pada saat bunting.
Penangganan prolabsus uteri (Broyong) adalah Siapkan air bersih, sediakan sekitar 4
buah es batu (biasanya dibungkus plastik 1liter), siapkan alkohol, siapkan jarum jahit/ 1 set alat
jahit (kalau tidak ada, pakai jarum karung dan tali rafia – semuanya dicuci air panas dan
direndam dulu dalam alkohol 70%), cuci alat reproduksiyang keluar dengan air bersih sekalian
sisa placenta dan corpus luteum disingkirkan sekalian, lalu perlahan-lahan masukkan seluruh
organ reproduksi itu kedalam sampai masuk seluruhnya, tekan mulut vagina dan masukkan es
batu kedalam, untuk membekukan darah Jahit luka sobeknya dengan jarum dan tali rafia,
letakkan ternak pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah dari kaki belakang,
usahakan ternak berada dalam ruangan yang terbatas, ternak tidak dapat memutar, injeksi dengan
analgesik, antipiretika serta preparat calcium bila di perlukan (ambruk) dan gusanex, beri ternak
makan dan minum secukupnya, setelah 3 – 7 hari biasanya kandungan sudah mulai normal dan
jahitan sudah mengering, sehingga pada dasarnya jahitan boleh dilepas namun untuk
menghindari terjadinya khasus kembali jahitan tali raffia disarankan dilepas setelah 2 – 4
minggu.
5. Penyakit Myiasis
Myiasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke dalam suatu jaringan hidup hewan
berdarah panas termasuk manuasia. Myiasis adalah invasi belatung atau lalat pada jaringan tubuh
sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan tersebut. Myiasis berawal dari luka karena
trauma yang dibiarkan terbuka yang didukung oleh lingkungan kandang yang kurang bersih
sehingga memudahkan lalat kontak dengan luka.
Lalat adalah vektor yang bisa menyebabkan myiasis antara lain genus Chrisomya,
Choliphora, Lucilia dan Muska. Kasus Myiasis di indonesia cukup tinggi hal ini karena sistem
peternakan rakyat yang memungkinkan banyak lalat dikandang, sehingga umum dijumpai
kotoran sapi menjadi media subur bagi perkembangan lalat. Kondisi ini di perparah dengan
model kandang yang mendukung terjadinya luka permukaan tubuh karena terkena benda keras
atau gesekan.
16
Gejala Myiasis adalah Investasi lalat yang menembus kulit menyebabkan kesehatan sapi
terganggu, terlebih jika menembus otot dengan luka dalam bentuk celah. Jelas diketahui bahwa
banyak sekali menifestasi larva yang bisa sangat dalam menembus otot. Biasanya akan diikuti
oleh kondisi sapi yang stres, nafsu makan menurun, gelisah, menendang-nendang maupun
menggesek-gesekkan pada dinding kandang , bahkan kelumpuhan karena sakit yang luar biasa.
Myiasis dapat menyebabkan penurunan kondsi hewan dengan cepat, karena kerusakan jaringan
dan rasa sakit sehingga nafsu makanpun berkurang. Bila myiasis tidak cepat ditangani, bias
berakibat fatal dimana hewan yang terkena bisa mati karena shock, intoksikasi ataupun infeksi
general (sepsis).
Terapi dan Penanggulangan myiasis yang dilakukan oleh Medik dan paramedic adalah
mengeluarkan semua larva dari tubuh sapi dan memberikan semprotan kombinasi antiseptik dan
insektisida. Pengobatan myasis diantaranya adalah dengan pencucian menggunakan kalium
permanganate (PK), pencucian ini bertujuan melisiskann jaringan yang telah mengalami
nekrosis, Kemudian pengobatan dilanjutkan dengan pemberian anti biotik secara injeksi.
Pemberian antibiotic dimaksudkan untuk mencegah infeksi bakteri yang mungkin terjadi akibat
luka yang terbuka. Pemberian antibiotik preparat semprotan gusanex juga ampuh untuk
mengatasi ektoparasit.
Penanganan myasis pada hewan cukup praktis dibandingkan dengan manusia yang
umumnya dilakukan dengan pembedahan (operasi) pada bagian tubuh yang terserang. Preparat
insektisida dapat digunakan untuk pengobatan myasis pada hewan, namun telah dilaporkan
menimbulkan resistensi. Lain halnya dengan manusia, pengobatan dapat dilakukan secara lokal
maupun sistemik. Pengobatan sistemik dilakukan bersama dengan pemberian antibiotik spektrum
luas atau sesuai dengan kultur dan resistensi kuman. Pemakaian kloroform dan minyak
turpentine dengan perbandingan 1:4 dapat digunakan untuk pengobatan lokal. Beberapa minyak
atsiri juga telah diuji di laboratorium sebagai obat alternatif myasis pada manusia dan hewan.
2. Obati dengan kapur barus atau tembakau yang telah di tumbuk halus
5. Pada hari berikutnya luka di bersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus kembali, biasanya
2 (dua) atau 3 (tiga) kali pengobatan sudah menunjukkan kesembuhan.
6. Bila belatung sudah terbasmi dapat diberikan Iodium tinctur atau Iodiun Povidon pada luka
untuk mempercepat kesembuhan.
17
Pencegahan Penyakit Myiasis yaitu Menjaga kebersihan kandang dan linkungannya serta
sanitasi yang baik akan membantu mengurangi populasi lalat didalam kandang. Pengenlaian lalat
sangat dianjurkan mengingat sumber utama adalah lalat. Namun perlu dingat bahwa penggunaan
insektisida harus dibatasi karena dapat menyebabkan toksik pada hewan ternak maupun residu di
dalam kandang. Dua factor penting penyebab timbulnya myasis adalah luka dan lalat. Luka
adalah luka terbuka yang bisa dihinggapi lalat, jadi hal utama dalam upaya mencegah myasis
adalah menangani luka dengan baik dan benar secara medis serta mengontrol kerumunan lalat.
BAB IV
2. Distokia sapi
Masalahnya disebabkan oleh 2 faktor yaitu ;
Pemecahannya, pengeluaran anak di bantu oleh petugas medis dan pemberian antibiotik
dan vitamin pada sapi serta meningkatkan nutrisi pakan pada induk sapi.
18
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja usaha (PKU) dimulai dari tanggal 1 September 2022
sampai dengan tanggal 10 Desember 2022 dapat disimpulkan sebagai berikut :
2. Siswa magang mengetahui cara-cara pelayanan dan pemeriksaan penyakit yang sering
ditangani.
3. Melalui praktek kerja usaha (PKU) ini keterampilan siswa dalam berwirausaha, berinteraksi
dan bersosialisasi menjadi lebih baik.
B. Saran
1. praktek kerja usaha (PKU) hendaknya siswa/siswi aktif bertanya tentang apa yang di ragukan,
seperti bagaimana cara mengobati hewan yang sedang sakit dan cara pemberian pakan yang
sehat pada ternak.
3. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit yang sering terjadi pada ternak dan hewan
kesayangan perlu ditingkatkan supaya masyarakat lebih paham cara memelihara dan merawat
ternak atau hewan kesayangan agar tidak mudah terkena penyakit yang dapat merugikan mereka.
4. Agar siswa/siswi dapat melakukan tugas praktek kerja usaha (PKU)/prakerin dengan sungguh-
sungguh dan tidak menyia-nyiakan waktu yang diberikan selama dilapangan sebaiknya siswa
dibekali dengan pelatihan terlebih dahulu agar dilapangan nanti lebih mudah dalam menjalankan
tugas
19
DOKUMENTASI
20
Gambar 5:Distokia Pada Sapi Gambar 6:Melakukan Inseminasi Buatan
21
Gambar 11: Myasis Pada Hidung Sapi Gambar 12: Inseminasi Buatan
Gambar 15: LSD Pada Sapi Gambar 16:Vaksinasi PMK dan LSD
22
Gambar 17: Melakukan Towing Gambar 18: Pemasangan Eartak
23
Gambar 21 : Melakukan Kegitan Vaksinasi LSD
24
Gambar 23: Foto Bersama Sesudah Vaksinasi
25