Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HUBUNGAN NEGARA DENGAN WARGA NEGARA


Mata Kuliah Kewarganegaraan

Dosen Pengampu
(Dr. Sri Uchtiawati, M.Si.)

Disusun oleh:
1. Alifiya Ayu Firnanda (200301070)
2. M. Yusril Izha Putra (200301086)
3. Senja Sulistyo Rini (200301091)
4. Putri Iyliana Natasha (200301115)
5. Iqbal Syamsiar Alam (200301119)
6. Muhammad Ainul Yaqin (200301120)

KELAS: MANAJEMEN B PAGI

PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. Yang memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan selesainya makalah yang memaparkan tentang Hubungan
Negara dengan Warga Negara, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, antara
lain :
1. Bapak Suwarno, S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
2. Ibu Anita Handayani, S.E., M.S.M, selaku Kaprodi Manajemen.
3. Ibu Dr. Sri Uchtiawati, M.Si, selaku Dosen Mata Kuliah
Kewarganegaraan.
4. Teman-teman, serta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Semoga atas jerih payah dan sumbangsih pemikirannya diterima oleh
Allah SWT, Amin, dan penulis berharap, semoga makalah ini bagi pembaca
dapat dijadikan sebagai sumber bacaan yang berguna untuk menambah ilmu
pengetahuan mengenai hubungan negara dengan warga negara.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan penulisan selanjutnya.

Gresik, 30 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................. 3

BAB II : PEMBAHASAN........................................................................ 4
2.1 Definisi Negara dan Warga Negara....................................... 4
2.2 Definisi Hak dan Kewajiban................................................. 8
2.3 Hubungan Negara dengan Warga Negara............................. 10

BAB III : STUDI KASUS.......................................................................... 13


3.1 Contoh Kasus ........................................................................ 13
3.2 Pemecahan Masalah.............................................................. 14

BAB IV : PENUTUP................................................................................. 16
4.1 Kesimpulan........................................................................... 16
4.2 Saran..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara dengan warga negara mempunyai hubungan timbal balik

dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana, negara memiliki

tanggung jawab kepada warga negaranya dan begitu pula warga negara

terhadap negaranya. Dalam hal ini, negara dan warga negara memiliki

peran penting demi keberlangsungan hidup di suatu negara tersebut.

Dijelaskan sebuah definisi, menurut Miriam Budiarjo (Suryo,

2008:49) “Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya di

perintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga

negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan melalui

penguasaan monopolitis terhadap kekuasaan yang sah.”

Sedangkan, pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

bertuliskan beberapa hal yang menjadi tujuan negara Indonesia, yakni

“Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan social.” Dalam hal ini, dapat dilihat

bahwa hubungan antara negara dan warga negaranya memiliki relevansi

dalam aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

1
Namun, negara yang berkewajiban dalam memenuhi hal-hak

warga negaranya tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya

dukungan dari warga negaranya. Dukungan tersebut, dapat berbentuk

pelaksanaan kewajiban sebagai warga negara. Disamping itu, warga

negara juga harus menunjukkan sikap patuh terhadap peraturan yang

diberlakukan oleh negara. Hal tersebut agar terjadi kesinambungan yang

baik antara negara dengan warga negara.

Karena dengan menjadi warga negara yang baik, merupakan

suatu hasil yang diharapkan dari hubungan negara dengan warga negara.

Warga negara yang baik adalah yang tahu akan hak dan kewajibannya,

mampu memkritisi, parsipatif, dan penuh tanggung jawab dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, diharap warga

negara mampu melaksanakan serta memahami akan keseimbangan

antara hak dan kewajibannya. Maka terbentuklah masyarakat yang

mandiri sering disebut madani.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan terdapat rumusan masalah yaitu sebagai

berikut :

1. Apa definisi negara dan warga negara?

2. Apa definisi hak dan kewajiban?

3. Bagaimana hubungan negara dengan warga negara?

1.3 Tujuan

2
Dari beberapa rumusan masalah, terdapat tujuan yang diuraikan sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui definisi negara dan warga negara.

2. Untuk mengetahui definisi hak dan kewajiban.

3. Untuk mengetahui hubungan negara dengan warga negara.

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan, terdapat beberapa manfaat yaitu :

1. Agar mengetahui definisi negara dan warga negara.

2. Agar mengetahui definisi hak dan kewajiban.

3. Agar mengetahui hubungan negara dengan warga negara.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Negara dan Warga Negara

Pada keterkaitan antara negara dengan warga negara, tentunya

melibatkan dua aspek penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Aspek

tersebut adalah, negara itu sendiri dengan komponen didalamnya, yakni

warga negara. Sebelum itu, kita harus mampu menelaah makna tiap-tiap

arti kata tersebut.

Yang pertama ialah Negara. Negara merupakan suatu organisasi

dari sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah tertentu dan

mengetahui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan

keselamatan kelompok tersebut. Atau juga dapat diartikan sebagai, suatu

perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang

mengikat masyarakatnya demi ketertiban sosial.

Adapun beberapa tugas utama Negara, yakni :

1. Mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam

masyarakat yang berbeda satu dengan yang lainnya.

2. Mengatur dan menertibkan kegiatan manusia dan golongan

untuk menciptakan tujuan bersama yang telah sesuai dan

diarahkan pada tujuan Negara.

4
lalu berikutnya, mengenai makna dari Warga Negara. Warga

negara merupakan sekumpulan orang yang terkait dengan sistem hukum

Negara dan mendapat perlindungan Negara. Atau pada makna lain

mengatakan, Warga Negara merupakan orang yang tinggal di dalam

sebuah negara dan mengakui semua peraturan yang terkandung di dalam

negara tersebut.

Sedangkan menurut Pasal 26 UUD 1945 adalah, orang-orang

bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan Undang-Undang

sebagai warga Negara. Dalam Undang-Undang No.12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, menjelaskan mana yang

menjadi Warga Negara Indonesia (WNI), dengan kriteria sebagai

berikut :

1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah

menjadi WNI.

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu

WNI.

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah

WNI dan ibu warga negara asing (WNA), atau sebaliknya.

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu

WNI dan ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau

hukum negara asal sang ayah tidak memberikan

kewarganegaraan kepada anak tersebut.

5
5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah

ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan

ayahnya itu seorang WNI.

6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.

7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA

yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan

pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18

tahun atau belum kawin.

8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang

pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan

ibunya.

9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara

Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.

10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia

apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan

atau tidak diketahui keberadaannya.

11. Anak yang lahir dilahirkan di luar wilayah Republik

Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari

Negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan

kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.

12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan

permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau

6
ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau

janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi :

1. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum

berusia 18 tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh

ayahnya yang berkewarganegaraan asing.

2. Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat

secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan

pengadilan.

3. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada

dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang

ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

4. Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat

anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak

oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia pun dapat diperoleh bagi seseorang

yang berada pada situasi berikut ini :

1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada

dan bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang

ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

7
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun,

yang diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan

sabagai anak oleh warga negara Indonesia.

Jadi, warga negara adalah orang yang tinggal di suatu negara

dengan keterkaitan hukum dan peraturan yang ada dalam negara tersebut

serta diakui oleh negara. Baik warga asli negara tersebut atau pun warga

asing dan negara tersebut memiliki ketentuan kepada siapa yang akan

menjadi warga negaranya.

2.2 Hak dan Kewajiban

Hubungan antara negara dengan warga negara identik dengan

adanya hak dan kewajiban, Baik bagi negara kepada warga negaranya

ataupun sebaliknya. Negara memiliki kewajiban untuk memberikan

keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga negaranya serta

memiliki hak untuk dipatuhi dan dihormati. Sebaliknya warga negara

wajib membela negara dan berhak mendapatkan perlindungan dari

negara.

Pengertian dari hak sendiri merupakan sesuatu yang mutlak

menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.

Contohnya seperti, hak mendapat pembelaan, hak mendapat kebebasan,

dan lain sebagainya. Menurut Prof. Dr. Notonagoro “Hak ialah kuasa

guna menerima atau melakukan sesuatu yang semestinya diterima atau

dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain

8
manapun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa

olehnya.”

Sedangkan, kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilakukan

dengan penuh rasa tanggung jawab. Cotohnya seperti, melaksanakan tata

tertib di sekolah atau pun di kantor. Namun, pada dasarnya kata

kewajiban memiliki kata dasar wajib yang memiliki makna lebih dalam.

Sebagaimana dikatakan oleh Prof. Dr. Notonagoro, wajib adalah beban

untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan

melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang

pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.

Adapun hak dan kewajiban yang telah dicantumkan dalam UUD

1945 pada pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-

orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang

disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan

pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan

ditetapkan dengan undang-undang.

2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), tiap-

tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan.

9
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan sebagiannya

ditetapkan dengan undang-undang.

4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban negara untuk ikut serta

dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan

pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

2.3 Hubungan Negara dengan Warga Negara

Di Indonesia, Masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan

budaya menjadi salah satu penyebab terjadinya kesenjangan antara

peranan negara dengan kehidupan warga negara. Trias politica ala

montesque dan UUD 1945 menjadi dasar untuk mencantumkan hak serta

kewajiban negara atas rakyatnya. Suara rakyat bisa tersampaikan melalui

badan legislatif, hak rakyat terpenuhi melalui badan eksekutif, aturan-

aturan pelaksanaan hak dan kewajiban dijelaskan oleh badan yudikatif.

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara negara

dengan warga negara.

1) Teori Marxis

Teori Marxis menjelaskan negara hanyalah sebuah panitia

yang mengelola kepentingan kaum borjuis, sehingga sebenarnya tidak

memiliki kekuasaan yang nyata. Justru kekuasaan nyata terdapat pada

kelompok atau kelas yang dominan dalam masyarakat (kaum borjuis

dalam sistem kapitalis dan kaum bangsawan dalam sistem feodal).

10
2) Teori Pluralis

Menurut teori pluralis, negara merupakan alat dari masyarakat

sebagai kekuatan eksternal yang mengatur negara. Dalam masyarakat

terdapat banyak kelompok yang berbeda kepentingannya, sehingga

tidak ada kelompok yang terlalu dominan. Untuk menjadi mayoritas,

kepentingan yang beragam ini dapat melakukan kompromi.

3) Teori Organis

Teori organis mendefinisikan negara bukan merupakan alat

dari masyarakatnya, tetapi merupakan alat dari dirinya sendiri. Negara

mempunyai misinya sendiri, yaitu misi sejarah untuk menciptakan

masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, negara harus dipatuhi oleh

warganya sebagai lembaga diatas masyarakat. Negaralah yang tahu apa

yang baik bagi masyarakat secara keseluruhan. Pandangan ini

merupakan dasar bagi terbentuknya negara-negara kuat yang seringkali

bersifat otoriter bahkan totaliter.

4) Teori Elite Kekuasaan

Teori elite kekuasaan timbul sebagai bentuk kritik terhadap teori

pluralis. Menurut teori ini, meskipun masyarakatnya terdiri dari

bermacam-macam kelompok yang pluralitas, tetapi dalam

kenyataannya kelompok elite penguasa datang hanya dari kelompok

masyarakat tertentu, meskipun secara hukum semua orang memang bisa

menempati jabatan-jabatan dalam negara/pemerintah.

Hubungan warga negara dengan negara memiliki asas, wujud dan

sifat. Asas hubungan warga negara dengan negara terdiri dari, asas

11
demokrasi (Pancasila, pembukaan UUD 1945 alinea III dan IV, pasal 33

UUD 1945) dan asas kekeluargaan (Batang tubuh UUD 1945 dan jiwa

kekeluargaan dalam hukum adat dan pembangunan). Sedangkan, sifat

hubungan warga negara dengan negaranya bersifat hukum dan politik.

Bersifat hukum seperti, adanya keserasian hubungan antara pemerintah

dengan rakyat berdasarkan asas kerukunan. Sedangkan pada sifat politik

seperti, turut sertanya warga negara Indonesia pada proses pembuatan

kebijakan atau menerima peraturan yang telah ditetapkan.

Hubungan warga negara dengan negaranya berwujud pasif, aktif,

positif, dan negatif. Peran pasif berwujud seperti membayar pajak, peran

aktif berwujud memberikan hak suara pada saat pemilu, peran positif

berwujud dengan mendirikan lembaga sosial masyarakat LSM. Peran

negatif berwujud kebebasan warga negara untuk memeluk ajaran agama

yang diyakininya.

12
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Contoh Kasus

 Kasus korupsi di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta – Penyidik Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa sejumlah saksi dari beberapa

perusahaan swasta terkait kasus dugaan korupsi proyek pengadaan alat-

alat kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Pemprov Banten.

2 saksi di antaranya adalah Direktur PT Alfa Sarana

Makmur Kaharmudin dan Direktur PT Global Jaya Medika Mohammad

Ridwan. Keduanya diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Tubagus

Chaeri Wardana alias Wawan.

“Jadi saksi untuk tersangka TCW,” ucap Kepala Bagian

Pemberitaan dan Publikasi KPK Priharsa Nugraha saat dikonfirmasi,

Kamis (2/10/2014).

Bersamaan dengan itu, KPK memeriksa saksi lain dari

perusahaan swasta. Mereka adalah staff marketing PT Matesu Abadi

Donniaanus Robby, karyawan PT Sarandi Karya Nugraha Nurraeni

Setya, dan karyawan PT Charma Polimental Santosa B Kusuma.

13
KPK sebelumnya, menetapkan Gubernur Banten non-

aktif Ratu Atut Chosiyah dan adiknya Tubagus Chaeri Wardana alias

Wawan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek

pengadaan alkes di lingkungan Dinas Kesehatan Pemprov Banten tahun

anggaran 2012-2013.

3.2 Pemecahan Masalah

Dalam kasus ini, Atut dan Wawan disangkakan

melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor)

juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Pada saat bersamaan, KPK juga mendalami kasua dugaan

korupsi proyek Pembangunan Wisma Atlet SEA Games di Jakabaring,

Palembang, Sumsel, dan proyek Pembangunan Gedung Serba Guna di

Pemprov Sumsel tahun anggaran 2010-2011. Pada kasus itu KPK telah

menetapkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Sumsel Rizal

Abdullah sebagai tersangka.

Untuk itu, hari ini KPK memeriksa bekas anak buah Rizal

di Dinas PU Cipta Karya Pemprov Sumsel, yakni M Arifin. “Dia jadi

saksi untuk tersangka RA,” ujar Priharsa.

KPK menetapkan Rizal Abdullah sebagai tersangka

dalam kasus dugaan korupsi proyek Pembangunan Wisma Atlet SEA

14
Games di Jakabaring, Palembang, Sumsel dan proyek Pembangunan

Gedung Serba Guna di Pemprov Sumsel tahun anggaran 2010-2011.

Penetapan tersangka terhadap Rizal yang sebelumnya

menjabat sebagai Ketua Komite Pembangunan Wisma Atlet dan Kadis

PU Cipta Karya Pemprov Sumsel itu merupakan pengembangan dari

kasus korupsi proyek Wisma Atlet di mana salah satunya menjerat bekas

Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Atas perbuatannya, anak buah Gubernur Sumsel Alex

Noerdin itu dijerat dengan Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat

1 ke-1 KUHP. (Yus)

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Negara merupakan suatu organisasi dari sekelompok manusia

yang mendiami suatu wilayah tertentu dan mengetahui adanya satu

pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan kelompok

tersebut. Adapun beberapa tugas utama Negara, yakni :

1. Mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam

masyarakat yang berbeda satu dengan yang lainnya.

2. Mengatur dan menertibkan kegiatan manusia dan golongan

untuk menciptakan tujuan bersama yang telah sesuai dan

diarahkan pada tujuan Negara.

Sedangkan warga negara merupakan, sekumpulan orang yang

terkait dengan sistem hukum Negara dan mendapat perlindungan Negara.

Yang termasuk warga negara Indonesia, terdiri dari beberapa macam :

1. Menurut Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia.

2. Pengakuan sebagai WNI.

16
3. Kewarganegaraan yang didapat akibat situasi.

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara

negara dengan warga negara. Diantaranya yakni teori Marxis, teori

Pluralis, teori organis, dan teori Elite Kekuasaan. Lalu dijelaskan pula,

adanya asas, sifat, dan wujud pada hubungan negara dengan warga

negara.

4.2 Saran

Dalam perannya sebagai warga negara Indonesia, kita haruslah

taat akan hukum dan tata tertib yang ada dan berlaku. Maka dari itu, akan

menimbulkan imbal balik yang sama, terhadap apa yang dilakukan

negara untuk warga negaranya. Tentunya, hal tersebut senantiasa

dilakukan atas dasar adanya sebuah hak dan kewajiban, baik negara

terhadap warga negara, ataupun sebaliknya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyatmi, Sri Harini, dkk.. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan.cet. 1.


Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Herdiawanto, Heri dan Jumanta Hamdayama. (2010). Cerdas,Kritis, dan Aktif
Berwarganegara. Jakarta:Erlangga
Pandanwulan. 2011. https://pandanwulan.wordpress.com/2011/11/06/tugas-ilmu-sosial-
dasar-warga-negara-dan-negara/. Diunduh pada hari Selasa, 30 Maret 2021.
Salim, Arkal dan A. Ubaidillah. (2000). Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani.
Jakarta: IAIN Jakarta Press Hidayat, Komaruddin dan Azra, Azyumardi.
Pendidikan Kewarganegaraan. (Jakarta : Kencana). 2010.
Wiralabut. 2014. https://wiralabut.wordpress.com/2014/04/15/hubungan-negara-dan-
warga-negaranya/. Diunduh pada hari Senin, 29 Maret 2021.
Liputan6.com. 2013. http://news.liputan6.com/read/2113308/saksi-kasus-alkes-banten-
dan-wisma-atlet-diperiksa-kpk. Diunduh pada hari Sabtu, 10 April 2021.

18

Anda mungkin juga menyukai