Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

HUBUNGAN NEGARA DAN WARGA NEGARA


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Linawati Handayani,SE.,MM

Disusun Oleh:
Kelompok 4

1. Kemal Maulana : 029PA19017


2. Misbahul Munir : 029PA19020
3. Safitri Laelasari : 029PA19026
4. Sri Wahyuni : 029PA19029
5. Syailla Zakiah : 029PA19031
6. Taufiq Iskandar : 029PA19032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Hubungan Negara dan
Warga Negara” dalam upaya memperdalam pengetahuan tentang mata kuliah
kewarganegaraan yang selanjutnya dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-
hari bagi diri sendiri dan lingkungan. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan
kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah mutu pelayanan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan dating. Semoga
makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Sukabumi, 28 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara dan Warga Negara ................................................. 2
2.2 Hubungan Negara dan Warga Negara.................................................. 2
2.3 Kategori Hubungan Warga Negara dan Negara................................... 4
2.4 Teori Hubungan Warga Negara dan Negara ........................................ 5
2.5 Asasi, Sifat, Wujud Hubungan Warga Negara dan Negara ................. 7
2.6 Hubungan Peranan Warga Negara dan Demokrasi Politik .................. 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 11
3.2 Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Warga negara memiliki peran yang vital bagi keberlangsungan
sebuah negara. Oleh karena itu, hubungan antara warga negara dan negara
sebagai institusi yang menaunginya memiliki aturan atau hubungan yang
diatur dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut. Agar dapat
memiliki status yang jelas sebagai warga negara, pemahaman akan
pengertian, sistem kewarganegaraan serta hal-hal lain yang menyangkut
warga negara hendaknya menjadi penting untuk diketahui. Dengan
memiliki status sebagai warga negara, orang memiliki hubungan dengan
negara. Hubungan ini nantinya tercermin dalam peran, hak dan kewajiban
secara timbal balik antara warga negara dengan negaranya. Negara, setiap
Individu mempunyai kebebasan penuh untuk melaksanakan keinginannya.
Dalam keadaan dimana manusia di dunia masih sedikit hal ini bisa
berlangsung tetapi dengan makin banyaknya Manusia berarti akan semakin
sering terjadi persinggungan dan bentrokan antara Individu satu dengan
lainnya.
Masalah Warga negara dan Negara perlu dikaji lebih jauh,
mengingat Demokrasi yang ingin ditegakkan adalah Demokrasi
berdasarkan Pancasila. Aspek yang terkandung dalam Demokrasi Pancasila
antara lain adalah adanya kaidah yang mengikat Negara dan Warga negara
dalam bertindak dan menyelenggarakan hak dan kewajiban serta
wewenangnya. Secara material adalah mengakui harkat dan martabat
Manusia sebagai makhluk Tuhan, yang menghendaki Pemerintahan untuk
membahagiakannya, dan memanusiakan Warga negara dalam Masyarakat
Negara dan masyarakat bangsa-bangsa.

1.2 Tujuan
1. Dapat mengatahui pengertian negara dan warga negara.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan negara dan warga negara.
3. Untuk mengetahui kategori tentang hubungan negara dan warga negara.
4. Dapat mengatahui teori hubungan negara dan warga negara.
5. Mahasiswa dapat mengatahui tentang asasi, sifat, dan wujud negara dan
warga negara.
6. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan peranan warga negara dan
demokrasi politik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara dan Warga Negara


Negara adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat rakyat,
wilayah yang permanen, dan pemerintahan yang sah. Dalam arti luas negara
merupakan social (masyarakat) yang diatur secara konstitusional
(berdasarkan undang-undang) untuk mewujudkan kepentingan bersama.
Sedangkan warga negara adalah orang-orang yang menurut hokum atau
secara resmi merupakan anggota resmi dari suatu negara tertentu atau
dengan kata lain warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2.2 Hubungan Negara dan Warga Negara


Negara merupakan Organisasi sekelompok Orang yang bersama-
sama mendiami dan tinggal di satu wilayah dan mengakui suatu
pemerintahan. Unsur-unsur terbentuknya suatu negara secara konstitutif
adalah wilayah, rakyat, dan pemerintahan. Sesuai dengan UUD 1945 pasal
26 ayat 1, warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang bertempat tinggal di Indonesia, dan
mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada NKRI
yang disahkan dengan UU.
Indonesia menganut sistem Pemerintahan Demokrasi sesuai dengan
Pancasila. Dimana Warga Negaranya diberi kebebasan untuk menyalurkan
Aspirasinya tetapi tentunya dalam konteks yang positif. Sistem demokrasi
ini menandakan bahwa Indonesia sangat menghargai Warga Negaranya
sebagai mahluk ciptaan Allah SWT dan mengakui persamaan derajat
Manusia. Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945. Tujuan Negara Republik
Indonesia :
1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa

2
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia
Tidak akan ada Negara tanpa Warga Negara. Warga Negara
merupakan unsur terpenting dalam hal terbentuknya Negara. Warga Negara
dan Negara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya
saling berkaitan dan memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang
berupa hubungan timbal balik. Warga negara mempunyai kewajiban untuk
menjaga nama baik negara dan membelanya. Sedangkan negara mempunyai
kewajiban untuk memenuhi dan mensejahterakan kehidupan warga
negaranya.
Sementara untuk hak warga negara memiliki hak untuk
mendapatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak dari negara,
sedangkan negara memiliki hak untuk mendapatkan pembelaan dan
penjagaan nama baik dari Warga Negaranya. Dapat disimpulkan bahwa hak
negara merupakan kewajiban warga negara dan sebaliknya kewajiban
negara merupakan hak warga negara. Selain itu, tentunya kita sebagai
Warga Negara Indonesia yang baik memiliki banyak kewajiban yang harus
kita laksanakan untuk Negara. Diantaranya yang terpenting adalah
mematuhi hukum-hukum yang berlaku. Negara membuat suatu peraturan
dan hukum, pasti bertujuan yang baik untuk kelangsungan hidup dan
tertatanya suatu Negara. Hukum di Indonesia jika diklasifikasikan menurut
wujudnya ada 2 :
1. Hukum tertulis (UUD, UU, Perpu, PP)
2. Hukum tidak tertulis (Inpres, Kepres, Adat).
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa
harus diperintah dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela Negara.
Membela Negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan
dengan cara yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti :
1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti Siskamling)
2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri
3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan

3
4. Mengikuti kegiatan Ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan
Pramuka.
Dan masih banyak lagi cara untuk membela negara. Selain itu
dengan melakukan kegiatan-kegiatan di atas kita juga dapat menumbuhkan
rasa bangga dan cinta terhadap tanah air Indonesia. Sikap saling menghargai
antar warga negara dan negaranya (pemerintah) sangat diperlukan untuk
terciptanya dan terwujudnya tujuan NKRI yang tercantum di UUD 1945.
Apabila warga negara mematuhi hukum dan peraturan negara, dan negara
(pemerintah) menanggapi dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan
negaranya, maka terwujudlah Indonesia yang aman, tentram, damai, dan
sejahtera. Marilah kita saling menghargai satu sama lain demi Indonesia.

2.3 KATEGORI HUBUNGAN WARGA NEGARA DENGAN NEGARA


Hubungan warga negara dengan negara dikategorikan sebagai :
a. Hubungan yang bersift emosional.
Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang bersifat
emosional menumbuhkan nilai nilai pada setiap warga negara dalam
dirinya suatu sikap berupa kebanggaan terhadap bangsa dan negara.
Cinta akan negara dan bangsa dan rela berkorban untuk bangsa dan
negara.
b. Hubungan yang bersifat formal.
Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang bersifat
formal, dibutuhkan seperangkat pengetahuan ilmu hukum,
ketatanegaraan, sejarah perjuangan bangsa, administrasi negara dan
ilmu politik yang membekali kesadaran hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
c. Hubungan yang bersifat fungsional.
Dalam wujud hubungan warga negara dengan negara yang bersifat
fungsional, lebih banyak menggambarkan peran, fungsi dan pertisipasi
warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4
2.4 Teori Hubungan Warga Negara dan Negara
1. Pluralis
Kaum pluralis berpandangan bahwa negara itu bagaikan sebuah
arena tempat berbagai golongan dalam masyarakat berlaga. Masyarakat
berfungsi memberi arah pada kebijakan yang diambil negara.
Pandangan pluralis persis sebagaimana dikatakan Hobbes dan John
Locke bahwa masyarakat itu mendahului negara. Mayarakat yang
menciptakan negara dan bukan sebaliknya, sehingga secara normatif
negara harus tunduk kepada masyarakat (Wibowo, 2000: 11-12).
2. Marxis
Teori Marxis berpendapat bahwa negara adalah serangkaian institusi
yang dipakai kaum borjuis untuk menjalankan kekuasaannya. Dari
pandangan ini, sangat jelas perbedaannya dengan teori pluralis. Kalau
teori pluralis melihat dominasi kekuasan pada warga negara, sedangkan
teori Marxis pada negara. Seorang tokoh Marxis dari Italia, Antonio
Gramsci, yang memperkenalkan istilah ‘hegemoni’ untuk menjelaskan
bagaimana negara menjalankan penindasan tetapi tanpa menyebabkan
perasaan tertindas, bahkan negara dapat melakukan kontrol kepada
masyarakat (Wibowo, 2000: 15).
3. Sintesis
Pandangan yang menyatukan dua pandangan tersebut adalah teori
strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens. Ia melihat ada
kata kunci untuk dua teori di atas yaitu struktur untuk teori Marxis dan
agensi untuk Pluralis. Giddens berhasil mempertemukan dua kata kunci
tersebut. Ia berpandangan bahwa antara struktur dan agensi harus
dipandang sebagai dualitas (duality) yang selalu berdialektik, saling
mempengaruhi dan berlangsung terus menerus. (Wibowo, 2000: 21).
Untuk menyederhanakan pandangan Giddens ini saya mencoba
mengganti istilah struktur sebagai negara dan agensi sebagai warga
negara. Negara mempengaruhi warga negara dalam dua arti, yaitu

5
memampukan (enabling) dan menghambat (constraining). Bahasa
digunakan oleh Giddens sebagai contoh. Bahasa harus dipelajari
dengan susah payah dari aspek kosakata maupun gramatikanya.
Keduanya merupakan rules yang benar-benar menghambat. Tetapi
dengan menguasai bahasa ia dapat berkomunikasi kepada lawan bicara
tanpa batas apapun. Contoh yang lebih konkrit adalah ketika kita
mengurus KTP. Harus menyediakan waktu khusus untuk menemui
negara (RT, RW, Dukuh, Lurah dan Camat) ini sangat menghambat,
namun setelah mendapatkan KTP kita dapat melamar pekerjaan,
memiliki SIM bahkan Paspor untuk pergi ke luar negeri (Wibowo,
2000, 21-22) Namun sebaliknya, agensi (warga negara) juga dapat
mempengaruhi struktur, misalnya melalui demonstrasi, boikot, atau
mengabaikan aturan. Istilah yang digunakan Giddens adalah dialectic
control.
Oleh karena itu dalam teori strukturasi yang menjadi pusat perhatian
bukan struktur, bukan pula agensi, melainkan social practice (Wibowo,
2000: 22). Tiga teori ini kalau digunakan untuk melihat hubungan
negara dan warga negara dalam konteks hak dan kewajiban
sebagaimana yang tertuang dalam UUD 1945, maka lebih dekat dengan
teori strukturasi. Meskipun dalam UUD 1945 tidak secara eksplisit
menyebutkan hak negara, namun secara implisit terdapat dalam pasal-
pasal tentang kewajiban warga negara. Negara memiliki hak untuk
ditaati peraturannya dan hal itu terlihat dalam social practice-nya.
Negara dan warga negara masing-masing memiliki hak dan kewajiban
sesuai porsinya. Negara memiliki kewenangan untuk mengatur warga
negaranya, namun warga negara juga memiliki fungsi kontrol terhadap
negara. Contoh yang bisa menggambarkan situasi tersebut adalah
kebijakan pemerintah untuk menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Beberapa kali pemerintah menaikkan BBM karena alasan
pertimbangan menyelamatkan APBN, namun pada kesempatan lain
atas desakan kuat dari masyarakat akhirnya kenaikan BBM dibatalkan.

6
2.5 Asas, Sifat, Wujud Hubungan Negara dan Warga Negara
1. Asas Hubungan Warga Negara dengan Negara
Asas hubungan warga negara dengan negara ada 2 yaitu, asas
demokrasi dan asas kekeluargaan. Asas demokrasi meliputi:
a. Asas Pancasila
b. Asas Kedaulatan Rakyat
c. Asas Negara hokum
d. Asas kekeluargaan
e. Asas Pembagian Kekuasan
f. Pembukaan UUD 1945 alinea III dan IV
g. UUD 1945
h. Pasal 33 UUD 1945
Asas Kekeluargaan mencakup isi Batang Tubuh UUD 1945 dan
Jiwa kekeluargaan dalam hukum adat dan pembangunan.
2. Sifat Hubungan Warga Negara dengan Negara
a. Hubungan yang bersifat hokum
Hubungan hukum yang sederajat dan timbal balik, adalah
sesuai dengan elemen atau ciri-ciri negara hukum Pancasila yang
meliputi :
1) Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat
berdasarkan asas kerukunan
2) Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan
lembaga negara
3) Prinsip fungsional yang proporsional antara kekuasaan
lembaga negara
4) Prinisp penyelesaian snegketa secara musyawarah dan
peradilan merupakan sarana terakhir.
5) Keseimbangan antara hak dan kewajiban (Hadjoen, 1987: 90)
Di dalam pelaksanaan hubungan hukum tersebut harus di
sesuaikan juga dengan tujuan hukum di negara Pancasila yaitu “...
Memelihara dan mengembangkan budi pekerti kemanusiaan serta

7
cita-cita moral rakyat yang luhur berdasarkan ketuhanan yang maha
esa” (Klili Rasjididan Arief Sidharta, 1988: 172).
b. Hubungan yang bersifat politik
Kegiatan politik (Peran politik) warga negara ldama bentuk
partisipasi (mempengaruhi pembuatan kebijaksanaan) dan dalam
bentuk subyek (terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan) misalnya:
Menerima perauran yang telah di tetapkan.
Sifat hubungan politik antara warga negara dengan
pemerintah di Indonesia yang berdasarkan kekeluargaan, akan dapat
menunjang terwujudnya pengambilan keputusan politik secara
musyawarah mufakat, sehingga kehidupan politik yang dinamis
dalam kestabilan juga masih terwujud.
c. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara
1) peran pasif, yakni merupakan kepatuhan terhadap peraturan
perudnang-undangan yang berlaku sebagai cermin dari seorang
warga negara yang taat dan patuh kepada negara.
Contoh : membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas.
2) Peran aktif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk ikut
serta mengambil bagian dalam kehidupan bangsa dan negara.
Contoh : memberikan Hak suara pada saat pemilu
3) Peran positif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk
meminta pelayanan dari negara atau pemerintah sebagai
konskeuensi dari fungsi pemerintah sebagai pelayanan umum
(public service).
Contoh : mendirikan lembaga sosial masyarakat LSM)
4) Peran Negatif, yakni merupakan aktivitas warga negara untuk
menolak campr tangan pemerintah dalma persoalan yang
bersifat pribadi. Contoh : Kebebasan warga negara untuk
memeluk ajaran agama yang diyakininya.

8
2.6 Hubungan Peranan Warga Negara dengan Demokrasi Politik
Demokrasi merupakan sesuatu yang sangat penting, karena nilai
yang terkandung di dalamnya sangat diperlukan sebagai acuan untuk
menata kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Demokrasi di
pandang penting karena merupakan alat yang dapat di gunakan untuk
mewujudkan kebaikan bersama atau masyarakat dan pemerintahannya yang
baik (good society and good goverment).
Nilai-nilai Demokrasi memang sangat menghargai martabat
manusia, namun pilihan apakah demokrasi liberal atau demokrasi yang lain
yang akan di terapkan hal ini tidak dapat lepas dari konteks masyarakat yang
bersangkutan. Nilai-nilai demokrasi menurut Sigmund Neuman (Miriam
Budiardjo, ed, 1980:156) adalah : Sebagai zoon politikon, Setiap generasi
dan masyarakat harus menemukan alannya sendiri yang berguna untuk
sampai kepada kekuasaan. Kebesaran domokrasi terletak dalam hal ia
memberikan setiap hari kepada manusia untuk mempergunakan
kebebasannya serta dapat memenuhi kewajiban sehingga menjadikan
pribadi yang baik.
Henry B Mayo mengajukan beberapa nilai demokrasi antara lain :
a. Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela
b. Menjamin terjadinya perubahan secara damai
c. Pergantiaan penguasa dengan teratur
d. Penggunaan paksaan sedikit mungkin
e. Pengakuan terhadap nilai keanekaragaman
f. Menegakkan keadilan
Demokrasi Politik Literatur ilmu politik pada umumnya
memberikan konsep dasar demokrasi. Apapun label yang di berikan
kepadanya, Konsep demokrasi selalu merujuk pada pemerintahan oleh
rakyat. Menurut Henry B Mayo Sistem politik yang demokratis ialah di
mana kebijakan umum di tentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang di awasi oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang di
dasarkan atas prinsip kesamaan politik dan di selenggarakan dalam suasana

9
terjaminnya kebebasan politik. Dalam pandangan Lyman Tower Sargent
Prinsip-prinsip demokrasi meliputi :
1. Keterlibatan warga negara dalam perbuatan keputusan politik
2. Tingkat persamaan tertentu di antara warga Negara
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang di akui dan di pakai
oleh warga Negara.
4. Suatu sistem perwakilan.
5. Suatu sistem pemilihan kekuasaan masyarakat.
Dari berbagai pendapat di atas, tampak dua kata penting dalam
prinsip demokrasi tersebut, adalah persamaan dan kebebasan atau
kemerdekaan.
1. Persamaan mengandung 5 (lima) ide yang terpisah dalam kombinasi
yang berbeda yaitu persamaan politik di muka umum, kesempatan,
ekonomi, sosial atau hak.
2. Kebebasan atau Kemerdekaan mengacu pada kemampuan bertindak
tanpa pembatasan-pembatasan atau dengan pengengkangan yang
terbatas pada cara-cara khusus tertentu “kemerdekaan” biasanya
mengacu kepada kebebasan sosial dan politik. Sumber “hak” dapat
bersifat alamiah (hak asasi) dan yang berasal dari pemerintah (hak
sipil). Hak-hak sipil antara lain mencakup :
a. Hak untuk memilih/memberikan suara
b. Kebebasan berbicara
c. Kebebasan pers
d. Kebebasan beragama
e. Kebebasan bergerak
f. Kebebasan berkumpul
g. Kebebasan dari perlakuan sewenang-wenang oleh system politik
atau hukum

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Warga negara adalah orang yang mendiami suatu negara dan terkait
dengan peraturan negara tersebut. Sedangkan, negara adalah wilayah yang
permanen dan pemerintahan yang sah diatur secara konstitusional
berdasarkan undang-undang. Hubungan negara dan warga negara memiliki
kewajiban menaati peraturan yang dibuat negara dan negara memiliki
kewajiban mensejahterakan warga negaranya.
Hubungan antara negara dan warga negara juga telah diatur dalam
UUD 1945. Hubungan natara negara dan warga negara Indonesia tersebut
digambarkan dengan baik dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban.
Baik itu hak dan kewajiban warga negara terhadap negara maupun hak dan
kewajiban negara terhadap warganya. Ketentuan mengenai hak dan
kewajiban warga negara di berbagai bidang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dibawah undang-undang dasar.

3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa atau warga negara Indonesia seharusnya
saling merangkul satu dengan yang lain, saling membantu, dan saling
mengingatkan untuk melakukan hal yang positif atau yang bermanfaat
untuk negaranya serta dapat menghargai pendapat dan kritik yang sifatnya
untuk membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. http://sistempemerintahanindonesia.com/2013/09/pengertian-negara-unsur
fungsi tujuan.html. Diakses pada Sabtu, 28 Desember 2019.
2. http:/bangbiw.com/penjelasan-tentang-warga-negara-dan-negara-2/.
Diakses pada Sabtu, 28 Desember 2019.
3. http:/pandanwulan.com/2011/11/06/tugas-ilmu-sosial-dasar-warga-negara-
dan-warga-negara/. Diakses pada Sabtu, 28 Desember 2019.
4. http:/dendarasudiman.blogspot.co.id/2015/10/makalah-ilmu-sosial-dasar-
warga-negara.html. Diakses pada Sabtu, 28 Desember 2019.
5. Fadillah, Ega Nur. 2018. "Makalah Hubungan Negara dengan Warga
Negara”https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5c07cd146ddca
e3c30477e49/makalah-hubungan-negara-dengan-warga-negara?
page=all. Diakses pada Sabtu, 28 Desember 2019.
6. Martasuta,M. Umar Djani. 2011. " Pengantar Warga Negara"
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195202151
983011M._UMAR_DJANI_MARTASUTA/A%20Dikwar/1%20Pendidik
an%20Kewarganegaraan/PENGANTAR/WARGA%20NEGARA.pdf .
Diakses pada Sabtu, 28 Desember 2019.
7. "Pengertian Negara: Unsur-Unsur, Fungsi, Tujuan, dan Bentuk
Negara".https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-negara.html.
Diakses pada Sabtu, 28 Desember 2019.

12

Anda mungkin juga menyukai