Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“ Negara dan Sistem Konstitusi “


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila
Dosen Pengampu : (Taufik Hidayat EY, M.Pd )

Disusun oleh :
Kelompok 5-2A PGSD
Dea Devila Ranila Tosa (2102101011)
Akbar Ligna Husada (2102101015)
Galuh Puspitasari (2102101034)

PRODI STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2021/2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayahnya sehingga makalah yang berjudul “Negara dan Sistem Konstitusi” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan SD sesuai dengan ketentuan dan arahan yang diberikan oleh
Bapak Taufik Hidayat EY,M.Pd. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan SD.

Selama pelaksanaan penyusunan makalah ini,kami tidak lepas dari kesulitan dan
hambatan hambatan yang dihadapi. Namun atas bantuan bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak,akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu dengan
kerendahan hati kami ucapkan terimakasih.

“Tiada gading yang tak retak”,demikian kata pepatah. Oleh karena itu,tegur sapa yang bersifat
membangun sangat dinantikan demi perbaikan penyusunan makalah yang akan datang.
Akhirnya,semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca.

Madiun, 25 April 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………………………………………………….4
2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
3. Tujuan .................................................................................................................................
5

BAB 2 : PEMBAHASAN

1. Pengertian Negara Beserta Unsurnya……………………………………………….…….6


2. Pengertian Konstitusi……………………………………………………………….……..8
3. Konstitusi Negara Indonesia………………………………………………………………9
4. Sistem Pemerintahan………………………………………………………………….…17

BAB 3 : PENUTUP

1. Kesimpulan………………………………………………………………………………19
2. Daftar Pustaka…………………………………………………………………………...20

2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide
demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu
konstitusi dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara
ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi
sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut
gagasan tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide,
gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini
terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar
belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan
kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut
masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat
yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat
berbagai teori besar dari para ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat
dan karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya yang
berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam bahasa inggris).
Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan negara?
2. Apakah yang dimaksud dengan konstitusi?

2
3. Apa konstitusi negara Indonesia?
4. Bagaimana sistem negara Indonesia?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian negara

2. Untuk mengetahui pengertian konstitusi


3. Untuk mengetahui konstitusi negara Indonesia
4. Untuk mengetahui system pemerintahan negara Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Negara
Menurut etimologi Negara berasal dari bahasa asing "the State" (bahasa Inggris) atau "de
Staat" (bahasa Belanda), "der Staat" (bahasa Jerman), bahasa Prancis "l`Etat" dan bahasa Italia
"lo stato". Istilah staat mula-mula digunakan di Eropa Barat pada abad XV. Kata staat, state, dan
etat berasal bahasa Latin "Status" atau "Statum" yang berarti menempatkan dlam keadaan
berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan. Kata status dapat diartikan sebagai suatu keadaan
yang menunjukkan sifat atau keadaan tegak dan tetap.

Kata "negara" yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta "nagari"
atau "negara" yang berarti wilayah, kota, atau penguasa. Sedangkan menurut bahasa suku-suku
di Indonesia negeri atau negara artinya tempat tinggal. Dalam buku Negara Kertagama karangan
Mpu Prapanca tahun 1365 menjelaskan tentang Negara Majapahit. Dalam buku digambarkan
tentang pemerintahan Majapahit yang menghormati musyawarah, hubungan antardaerah, dan
hubungan dengan negara-negara tetangga. Jadi negara adalah organisasi yang di dalamnya ada
rakyat, wilayah yang permanen, dan pemerintahan yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar.
Dalam arti luas negara merupakan kesatuan sosial yang diatur secara konstitusional untuk
mewujudkan kepentingan bersama.

Pengertian tentang Negara telah banyak didefinisikan oleh para ahli filsuf Yunani Kuno, para
ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa pendapat tersebut antara lain:
a. Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan
kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan berkecukupan.
b. Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara adalah asosiasa yang
menyelenggarakan penertiban dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum
diselenggarakan oleh pemerintah diberi kekuasaan memeksa.

2
c. Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya
diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warganya untuk ketaatan
melalui kekuasaan yang sah.

Untuk membentuk satu kesatuan yang utuh, tentu negara membutuhkan unsur tertentu.
Dimana unsur-unsur tersebut saling melengkapi satu sama lain agar menjadi negara yang
sempurna. Nah, mengacu pada pengertian negara diatas, maka unsur-unsur yang harus dipenuhi
suatu negara agar menjadi kesatuan yakni:

 Menduduki Suatu Wilayah

Dikatakan sebagai negara tentu apabila mendiami suatu wilayah. Dimana wilayah ini
merupakan suatu daerah yang ditempati serta dikuasai oleh sekelompok orang. Selain itu,
wilayah ini juga dimiliki secara kedaulatan melalui batas teritorial. Adapun wilayah yang
dimaksud ini meliputi 3 bagian, yakni darat, laut dan udara.

 Penduduk/Rakyat

Untuk membentuk negara juga dibutuhkan penduduk yang tinggal di dalamnya. Dimana
penduduk atau rakyat ialah sekumpulan orang yang menetap dalam suatu wilayah, yang
disebutkan dalam poin pertama, dalam periode waktu tertentu yang cukup lama. Dimana rakyat
ini sendiri merupakan unsur yang paling penting dalam suatu negara, sebab suatu negara akan
terbentuk jika terdapat kesepakatan para penduduknya.

 Pemerintahan yang Berdaulat

Dalam suatu negara, tentu harus terdapat pemerintahan. Nah, pemerintah yang berdaulat
ini artinya suatu lembaga pada suatu negara yang memegang kekuasaan secara penuh dan
tertinggi, serta dibentuk guna melaksanakan jalannya pemerintahan negara.

 Pengakuan dari Negara Lain

Setelah memenuhi 3 unsur diatas, tentu tak akan disebut negara tanpa pengakuan dari
negara lain. Dimana pengakuan ini sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya ancaman dari
dalam atau disebut dengan kudeta, maupun campur tangan dari negara lain. Selain itu, dengan

2
adanya pengakuan dari negara lain ini, juga akan membantu negara tersebut untuk menjalin
hubungan kerjasama satu sama lainnya, baik dalam bidang politik, ekonomi, pertahanan,
keamanan ataupun sosial budaya.

2. Pengertian Konstitusi

Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis dikenal
dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah constitutio, dalam Bahasa
Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa Belanda digunakan istilah constitutie, dalam
bahasa Jerman dikenal dengan istilah verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan
istilah masyrutiyah (Riyanto, 2009). Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk,
pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negara.
Kontitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara atau dengan kata
lain bahwa konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai negara
(Prodjodikoro, 1970), pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara
(Lubis, 1976), dan sebagai peraturan dasar mengenai pembentukan negara (Machfud MD, 2001).

Merujuk pandangan Lord James Bryce yang dimaksud dengan konstitusi adalah suatu
kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang menetapkan lembaga-
lembaga yang tetap dengan mengakui fungsi-fungsi dan hak-haknya. Pendek kata bahwa
konstitusi itu menurut pandangannya merupakan kerangka negara yang diorganisasikan melalui
dan dengan hukum, yang menetapkan lembaga-lembaga yang tetap (permanen), dan yang
menetapkan fungsi-fungsi dan hak-hak dari lembaga-lembaga permanen tersebut. Sehubungan
dengan itu C.F. Strong yang menganut paham modern secara tegas menyamakan pengertian
konstitusi dengan undang-undang dasar. Rumusan yang dikemukakannya adalah konstitusi itu
merupakan satu kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah,
dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang diperintah dalam konteks hak-hak asasi
manusia). Konstitusi semacam ini dapat diwujudkan dalam sebuah dokumen yang dapat diubah
sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi dapat pula berupa a bundle of separate laws yang
diberi otoritas sebagai hukum tata negara.

Kedudukan Konstitusi
Kedudukan konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan pada suatu negara sangat penting
karena menjadi ukuran kehidupan dalam bernegara dan berbangsa untuk mengetahui aturan-
2
aturan pokok yang ditujukan baik kepada penyelenggara negara maupun masyarakat dalam
ketatanegaraan. Kedudukan tersebut adalah sebagai berikut.
 Sebagai hukum dasar : konstitusi memuat aturan-aturan pokok mengenai penyelengara
negara
 Sebagai hukum tertinggi : konstitusi memiliki kedudukan yang lebih tinggi terhadap
peraturan-peraturan yang lain dalam tata hukum pada suatu negara

Jenis – jenis konstitusi


Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam.
 Konstitusi tertulis  Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang dasar.
 Konstitusi tidak tertulis  Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan konvensi.

Tujuan Konstitusi
Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan penyelenggara
negara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta dapat menjamin hak-hak warga negara.
Tujuan konstitusi ini merupakan suatu gagasan yang dinamakan dengan konstitusionalisme.
Maksud dari konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang pemerintah
(penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan
atas nama rakyat.

3. Konstitusi Negara Indonesia

Sejak tanggal 18 Agustus 1945 hingga sekarang (tahun 2008/2009) negara Indonesia
pernah mempergunakan tiga macam konstitusi/UUD dengan periodesasinya sebagai berikut :

NO PERIODE KONSTITUSI/UUD

1 18 – 08 – 1945 s/d 27 – 12 – 1949 UUD 1945

2 27 – 12 – 1949 s/d 17 – 08 – 1950 Konstitusi RIS 1949

3 17 – 08 – 1950 s/d 05 – 07 – 1959 UUDS 1950

4 05 – 07 – 1959 s/d 19 – 10 – 1999 UUD 1945

2
5 19 – 10 – 1999 s/d Sekarang UUD 1945 (Hasil Amandemen)

Dengan demikian di Indonesia telah pernah dipergunakan tiga jenis konstitusi/UUD dalam lima
periode.

 Periode Pertama (18 Agustus 1945 s/d 27 Desember 1949)

Pada saat Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, negara RI belum memiliki
konstitusi/UUD. Namun sehari kemudian, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan
sidang pertama yang salah satu keputusannya adalah mengesahkan UUD yang kemudian disebut
UUD 1945. Pada saat itu UUD 1945 belum ditetapkan oleh MPR sebagaimana diatur dalam
Pasal 3 UUD 1945, sebab pada saat itu MPR belum terbentuk dan PPKI dianggap sebagai badan
resmi yang mewakili seluruh bangsa Indonesia. Naskah UUD yang disahkan oleh PPKI tersebut
disertai penjelasannya yang dimuat dalam Berita Negara RI No. 7 tahun II 1946. UUD 1945
tersebut terdiri atas tiga bagian yaitu Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan. Batang Tubuh
terdiri dari 16 bab yang terbagi dalam 37 pasal, serta 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan
Tambahan.

Bentuk negara diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan, “Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Sebagai negara kesatuan, maka di
negara RI hanya ada satu kekuasaan pemerintahan negara, yakni di tangan Pemerintah Pusat. Di
sini tidak ada pemerintah negara bagian sebagaimana yang berlaku di negara yang berbentuk
negara serikat (federasi). Sebagai negara yang berbentuk republic, maka kepala negara dijabat
oleh Presiden yang diangkat melalui suatu pemilihan, bukan berdasarkan keturunan seperti di
kerajaan.

Kedaulatan negara diatur dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan,
“Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”. Atas dasar itu, maka
kedudukan MPR sebagai lembaga tertinggi negara, sedangkan kedudukan lembaga-lembaga
tinggi negara yang lain berada di bawah MPR. Sistem pemerintahan negara diatur dalam pasal 4
ayat (1) yang berbunyi, “Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD”. Pasal
ini menunjukkan bahwa sistem pemerintahan menganut sistem presidensial. Dalam sistem ini,
Presiden selain sebagai kepala negara juga sebagai kepala pemerintahan. Menteri-menteri

2
sebagai pelaksana tugas pemerintahan adalah pembantu Presiden yang bertanggung-jawab
kepada presiden, bukan kepada DPR.

Perlu diketahui lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi negara menurut UUD 1945
(sebelum amandemen) adalah :

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

2) Presiden

3) Dewan Pertimbangan Agung (DPA)

4) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

6) Mahkamah Agung (MA).

 Periode Kedua (27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950)

Perjalanan negara baru Republik Indonesia tidak luput dari rongrongan pihak Belanda yang
menginginkan menjajah kembali Indonesia. Belanda berusaha memecah belah bangsa Indonesia
dengan cara membentuk negara-negara “boneka” seperti Negara Sumatera Timur, Negara
Indonesia Timur, Negara Pasundan, dan Negara Jawa Timur di dalam Negara RI. Bahkan
kemudian Belanda melancarkan agresi atau pendudukan terhadap ibu kota Jakarta, yang dikenal
dengan Agresi Militer I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Agresi Militer II atas kota Yogyakarta
pada tanggal 19 Desember 1948, sehingga mengakibatkan timbulnya Perang Kemerdekaan
pertama dan kedua.

Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RI, lalu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
turun tangan dengan menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda
pada tanggal 23 Agustus – 2 November 1949. Konferensi ini dihadiri oleh wakil-wakil dari RI,
BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg, yaitu gabungan negara-negara boneka bentukan
Belanda), dan Belanda serta sebuah Komisi PBB untuk Indonesia. KMB tersebut menghasilkan
tiga buah persetujuan pokok yaitu :

1) Didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat.

2) Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat.


2
3) Didirikan Uni antara RIS dengan Kerajaan Belanda.

Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat mengharuskan adanya
penggantian UUD. Oleh karena itu, disusunlah naskah UUD/Konstitusi RIS, yang rancangannya
dibuat oleh delegasi RI dan delegasi BFO pada KMB. Setelah kedua belah pihak menyetujui
rancangan tersebut, maka mulai tanggal 27 Desember 1949 diberlakukan suatu UUD yang diberi
nama Konstitusi RIS. Konstitusi ini terdiri dari Mukadimah yang berisi 4 alinea, Batang Tubuh
yang berisi 6 bab dan 197 pasal, serta sebuah lampiran. Mengenai bentuk negara dinyatakan
dalam pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS yang berbunyi, “RIS yang merdeka dan berdaulat adalah
negara hukum yang demokratis dan berbentuk federasi”. Dengan berubah menjadi negara
serikat/federasi, maka di dalam RIS terdapat beberapa negara bagian, yang masing-masing
memiliki kekuasaan pemerintahan di wilayah negara bagiannya. Negara-negara bagian itu adalah
: negara RI, Indonesia Timur, Pasundan, Jawa Timur, Madura, Sumatera Timur, dan Sumatera
Selatan. Selain itu terdapat pula satuan-satuan kenegaraan yang berdiri sendiri, yaitu : Jawa
Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan
Tenggara, dan Kalimantan Timur. Selama berlakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945 tetap
berlaku tetapi hanya untuk negara bagian RI yang wilayahnya meliputi Jawa dan Sumatera
dengan ibu kota di Yogyakarta.

Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa itu adalah sistem parlementer,
sebagaimana diatur dalam pasal 118 ayat (1) dan (2) Konstitusi RIS. Pada ayat (1) ditegaskan
bahwa, “Presiden tidak dapat diganggu gugat”. Artinya, Presiden tidak dapat dimintai
pertanggung-jawaban atas tugas-tugas pemerintahan. Sebab, Presiden adalah kepala negara,
tetapi bukan kepala pemerintahan. Pada ayat (2) ditegaskan bahwa, “Menteri-menteri
bertanggung-jawab atas seluruh kebijakan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya
maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”. Dengan demikian, yang melaksanakan
dan mempertanggung-jawabkan tugas-tugas pemerintahan adalah menteri-menteri. Dalam hal
ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri.

Perlu diketahui bahwa lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS adalah sebagai
berikut :

1) Presiden

2
2) Menteri-menteri

3) Senat

4) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR/Parlemen)

5) Mahkamah Agung (MA)

6) Dewan Pengawas Keuangan (DPK)

 Periode Ketiga (17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959)

Pada awal Mei 1950 terjadi penggabungan negara-negara bagian dalam negara RIS, sehingga
hanya tinggal tiga negara bagian yaitu Negara RI, Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara
Sumatera Timur (NST).

Perkembangan berikutnya adalah munculnya kesepakatan antara RIS yang mewakili NIT
dan NST dengan RI untuk kembali ke bentuk negara kesatuan. Kesepakatan tersebut kemudian
dituangkan dalam Piagam Persetujuan tanggal 19 Mei 1950. Untuk mengubah negara serikat
menjadi negara kesatuan diperlukan UUD negara kesatuan, yakni dengan cara memasukkan isi
UUD 1945 ditambah bagian-bagian yang baik dari Konstitusi RIS.

Pada tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkanlah Undang-Undang Federal No. 7 tahun 1950
tentang Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950, yang berlaku sejak tanggal 17 Agustus
1950. Dengan demikian sejak tanggal tersebut Konstitusi RIS 1949 diganti dengan UUDS 1950,
dan terbentuklah kembali NKRI. UUDS 1950 terdiri dari Mukadimah dan Batang Tubuh yang
meliputi 6 bab dan 146 pasal.

Mengenai bentuk negara kesatuan tersebut terdapat dalam pasal 1 ayat (1) UUDS 1950
yang berbunyi, “RI yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan
berbentuk kesatuan”. Sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer,
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 83 ayat (1) UUDS 1950 bahwa, “Presiden dan Wakil
Presiden tidak dapat diganggu gugat”. Kemudian pada ayat (2) disebutkan, “Menteri-menteri
bertanggung-jawab atas seluruh kebijakan pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya
maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri”. Hal ini berarti yang bertanggung

2
jawab atas seluruh kebijakan pemerintahan adalah menteri-menteri yang bertanggung jawab
kepada parlemen atau DPR.

Adapun lembaga-lembaga menurut UUDS 1950 adalah :

1) Presiden dan Wakil Presiden

2) Menteri-menteri

3) DPR

4) MA

5) DPK

Sesuai dengan namanya, UUDS 1950 bersifat sementara yang nampakm pada rumusan
pasal 134 bahwa, “Konstituante (Lembaga Pembuat UUD) bersama-sama dengan pemerintah
selekas-lekasnya menetapkan UUD RI yang akan menggantikan UUDS ini”. Anggota
Konstituante dipilih melalui pemilu bulan Desember 1955 dan diresmikan tanggal 10 November
1956 di Bandung. Sekalipun Konstituante telah bekerja kurang lebih selama dua setengah tahun,
namun belum juga berhasil menyelesaikan sebuah UUD. Faktor penyebabnya adalah adanya
pertentangan pendapat di antara partai-partai politik yang ada di Konstituante dan di DPR serta
di badan-badan pemerintahan.

Pada tanggal 22 April 1959 Presiden Soekarno menyampaikan amanat yang berisi
anjuran untuk kembali ke UUD 1945, yang pada dasarnya saran tersebut dapat diterima oleh para
anggota Konstituante, tetapi dengan pandangan yang berbeda-beda. Karena tidak ada kata
sepakat, akhirnya diadakanlah pemungutan suara. Namun setelah tiga kali pemungutan suara,
ternyata jumlah suara yang mendukung anjuran Presiden tersebut belum memenuhi persyaratan
yaitu 2/3 suara dari jumlah anggota yang hadir.

Atas dasar hal tersebut, demi untuk menyelamatkan bangsa dan negara, pada tanggal 5
Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah Dekrit Presiden yang isinya adalah :

1) Menetapkan pembubaran Konstituante.

2) Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.

3) Pembentukan MPRS dan DPAS.


2
Dengan DP 5 Juli 1959, maka UUD 1945 berlaku kembali sebagai landasan
konstitusional dalam menyelenggarakan pemerintahan negara RI.

 Periode Keempat (5 Juli 1959 s/d 19 Oktober 1999)

Praktik penyelenggaraan negara pada masa berlakunya UUD 1945 sejak 5 Juli 1959 s/d
19 Oktober 1999 ternyata mengalami berbagai pergeseran, bahkan terjadinya beberapa
penyimpangan. Oleh karena itu pelaksanaan UUD 1945 selama kurun waktu tersebut dapat
dipilah menjadi dua periode yaitu Orde Lama (1959 – 1966) dan periode Orde Baru (1966 –
1999). Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintahan sering terjadi
penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang justru bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945. Artinya, UUD 1945 belum dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
Hal ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang Presiden
(Soekarno) dan lemahnya control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan
Presiden.

Selain itu muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga
situasi politik, keamanan dan kehidupan ekonomi semakin memburuk. Puncak dari situasi
tersebut adalah munculnya pemberontakan G-30-S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan
bangsa dan negara. Mengingat keadaan semakin membahayakan, Ir. Soekarno selaku Presiden
RI memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1966
(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan,
ketertiban dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan. Lahirnya Supersemar tersebut
dianggap sebagai awal masa Orde Baru (Soeharto).

Semboyan Orde Baru pada masa itu adalah melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Apakah terwujud tekad tersebut ? Ternyata tidak. Dilihat dari
prinsip demokrasi, prinsip negara hukum dan keadilan social ternyata masih terdapat banyak hal
yang jauh dari harapan. Hampir sama dengan pada masa Orde Lama, sangat dominannya
kekuasaan Presiden dan lemahnya control DPR. Selain itu, kelemahan tersebut terletak pula pada
UUD 1945 itu sendiri, yang sifatnya singkat dan luwes (fleksibel), sehingga memungkinkan
munculnya berbagai penyimpangan. Tuntutan untuk merubah atau menyempurnakan UUD 1945
tidak memperoleh tanggapan, bahkan pemerintah Orde Baru bertekad untuk mempertahankan
dan tidak merubah UUD 1945.
2
 Periode Kelima (19 Oktober 1999 s/d Sekarang)

Pada tanggal 21 Mei 1998 merupakan momentum penting dalam ketatanegaraan RI,
dimana Presiden Soeharto turun dan diganti oleh Wakil Presiden, Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie.
Pergantian ini didasarkan pada pasal 8 UUD 1945 tentang keadaan presiden dan wakil presiden
RI berhalangan. Peristiwa tanggal 21 Mei 1998 menyiratkan adanya tiga hal penting yang
berkaitan dengan ketatanegaraan RI, yaitu :

1) Terjadinya penggantian presiden.

2) Runtuhnya kekuasaan Orde Baru dan munculnye Orde Reformasi

3) Perlunya mengevaluasi mekanisme penyerahan kekuasaan dari presiden dan wakil


presiden yang diatur oleh Tap. MPR No. VII/MPR/1973.

Runtuhnya Orde Baru dan lengsernya Presiden Soeharto merupakan keberhasilan


gerakan reformasi yang dilakukan oleh mahasiswa yang didukung oleh tokoh-tokoh reformasi.
Oleh karena itu pada tanggal 21 Mei 1998 disebut sebagai awal reformasi. Seiring dengan
tuntutan reformasi dan setelah lengsernya Presiden Soeharto sebagai penguasa Orde Baru, maka
sejak tahun 1999 dilakukan perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Sampai saat ini UUD
1945 sudah mengalami empat tahap perubahan, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001 dan 2002.

UUD 1945 telah mengalami perubahan yang cukup mendasar, yang menyangkut
kelembagaan negara, pemilihan umum, pembatasan kekuasaan presiden dan wakil presiden,
memperkuat kedudukan DPR, pemerintah daerah, dan ketentuan-ketentuan yang rinci tentang
HAM. UUD 1945 hasil amandemen memang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena
memang masa berlakunya belum lama dan masih dalam masa transisi. Namun setidaknya,
setelah perubahan ada beberapa praktek kenegaraan yang melibatkan rakyat secara langsung,
seperti dalam pemilihan Presiden, Wapres, Gubernur, Bupati dan Walikota. Hal ini tentu lebih
mempertegas prinsip kedaulatan rakyat yang dianut negara kita.

Perlu diketahui bahwa setelah perubahan UUD 1945 terdapat lembaga-lembaga negara
baru yang dibentuk serta ada pula yang dihapus seperti DPA. Adapun lembaga-lembaga negara
menurut UUD 1945 setelah amandemen adalah :

1) Presiden dan Wakil Presiden

2
2) MPR

3) DPR

4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

5) BPK

6) MA

7) Mahkamah Konstitusi (MK)

8) Komisi Yudisial

4. Jenis-jenis Sistem Pemerintahan Di Dunia

 Sistem Pemerintahan Presidensial


Secara singkat sistem pemerintahan presidensial berasal dari kata presiden. Dapat
disimpulkan bahwa semua pemerintahan serta negara diatur dan dikepalai oleh seorang
presiden.
 Sistem Pemerintahan Parlementer
Lain halnya dengan sistem pemerintahan presidensial. Dalam sistem
pemerintahan parlementer, suatu negara memiliki dua pemimpin, yaitu presiden dan
perdana menteri.
 Sistem Pemerintahan Semipresidensial
Sistem pemerintahan semipresidensial ini adalah bentuk dari gabungan antara
sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer. Sistem
pemerintahan ini juga kerap disebut dengan Sistem Pemerintahan Eksekutif Ganda atau
 Sistem Pemerintahan Komunis
Sistem pemerintahan komunis dipimpin dan berada dibawah kendali partai
komunis.
 Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal
Sistem pemerintahan demokrasi liberal atau yang biasa disebut dengan demokrasi
konstitusional ini memiliki sistem politik yang menganut paham kebebasan individu.
 Sistem Pemerintahan Liberal

2
Sistem pemerintahan liberal menjadikan kebebasan dari rakyat mereka sebagai
landasan dalam bernegara serta menjadi dasar dari penetapan kebijakan serta aturan yang
berlaku di negara tersebut. Para pejabat pemerintah yang ada di negara yang menganut
sistem pemerintahan ini tidak banyak membuat serta menetapkan kebijakan serta aturan,
jadi masyarakat tidak begitu terikat dengan pengaturan dan kebijakan.
Menurut sejarah, negara Indonesia pernah dan bahkan sampai saat ini masih
menggunakan sistem pemerintahan presidensial. Namun untuk penggunaan sistem
pemerintahan presidensial saat ini sudah dilakukan beberapa perubahan serta modifikasi.
Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan negara dan rakyat Indonesia. Beberapa
pokok sistem pemerintahan presidensial di Indonesia beserta dengan modifikasi yang
telah dilakukan.
1. Pokok sistem pemerintahan di Indonesia
 Negara Indonesia memiliki bentuk negara republik atau kesatuan dengan otonomi
daerah berwujud negara yang luas dibagi menjadi beberapa provinsi yang tersebar
di berbagai pulau.
 Negara Indonesia menetapkan republic sebagai bentuk pemerintahan negara.
Untuk sistem pemerintahannya menggunakan sistem pemerintahan presidensial.
 Kepala negara dan kepala pemerintahan seutuhnya hanyalah presiden.
Berdasarkan hal tersebut, rakyat yang memiliki presiden beserta dengan wakilnya.
 Presiden memiliki wewenang untuk membuat ataupun memberhentikan kabinet
serta mengangkat ataupun memberhentikan menteri-menterinya. Menteri dan
kabinet bekerja dengan sepenuhnya bertanggung jawab kepada presiden.
 Jumlah bagian parlemen adalah dua (bikameral), yaitu DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat) dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Dewan-dewan tersebut
anggotanya adalah anggota MPR.
 Mahkamah Agung serta badan peradilan lainnya menjalankan kekuasaan
yudikatif.
2. Modifikasi yang dilakukan terhadap sistem pemerintahan presidensial di Indonesia
 MPR dapat diberikan wewenang untuk memberhentikan presiden atas usul dari
DPR. Berdasarkan pernyataan tersebut, DPR memiliki wewenang untuk
mengawasi presiden walaupun tidak secara langsung.

2
 Diperlukan pertimbangan dan persetujuan matang dari DPR sebelum presiden
memutuskan untuk mengangkat pejabat.
 Diperlukan pertimbangan dan persetujuan dari DPR sebelum presiden
mengeluarkan kebijakan atau aturan.
 Lembaga legislatif diberi kekuasaan serta wewenang yang lebih besar dalam
perihal membuat undang-undang serta hak anggaran.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
 Negara merupakan organisasi yang di dalamnya ada rakyat, wilayah yang
permanen, dan pemerintahan yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar.
 Konstitusi merupakan satu kumpulan asas-asas mengenai kekuasaan pemerintah,
hak-hak yang diperintah, dan hubungan antara keduanya (pemerintah dan yang
diperintah dalam konteks hak-hak asasi manusia).
 Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.

II. Saran

2
Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca
buku yang berkaitan dengan Negara atau Konstitusi agar lebih memahami kedua
hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Fahri Zulfikar. 2021.Pengertian Konstitusi Lengkap Menurut Para Ahli


Abdillah. 2021.Sistem Pemerintahan Indonesia
Harissuwondo.PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
2022   Latihan Soal AKM - Asesmen Kompetensi Minimum public Latihan Soal AKM
https://www.academia.edu/12241890/
makalah_negara_dan_konstitusi_tugas_mata_kuliah_pendidikan_kewarganegaraan_

Anda mungkin juga menyukai