Anda di halaman 1dari 208

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan modul pembelajaran ini sebagai tugas persyaratan
UAS mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan. Shalawat dan
salam kami junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan makna bagi kehidupan di dunia ini.

Penulisan modul pembelajaran ini merupakan perwujudan dari


hasil pemahaman kami berdasarkan dari beberapa sumber bacaan
yang telah kami baca dan kami telah berusaha menyajikan isi
modul sesuai yang diharapkan oleh dosen pembimbing. Modul ini
kami susun dengan judul “Pancasila dan Kewarganegaraan”

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, ini
disebabkan karena terbatasnya ilmu yang kami miliki. Untuk itu
masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
di masa mendatang.

Demikianlah modul ini kami susun, semoga dapat berguna dan


memberikan banyak manfaat khususnya bagi kami dan umumnya
bagi para pembaca untuk memperluas wawasan.

Surabaya, 03 Desember 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................ ii
Bab 1 ............................................................................................. 1
Identitas Nasional dan Politik Identitas ......................................... 1
Bab 2 ........................................................................................... 17
Pancasila sebagai Ideologi dan Identitas Nasional ...................... 17
Bab 3 ........................................................................................... 37
Negara dan Konstitusi ................................................................. 37
Bab 4 ........................................................................................... 55
Hubungan Negara dan Warga Negara ......................................... 55
Bab 5 ........................................................................................... 63
Demokrasi Indonesia ................................................................... 63
Bab 6 ........................................................................................... 81
Negara Hukum dan HAM ........................................................... 81
Bab 7 ........................................................................................... 91
Politik dan Strategi Nasional ....................................................... 91
Bab 8 ......................................................................................... 109
Geopolitik Indonesia ................................................................. 109
Bab 9 ......................................................................................... 117
Wawasan Nusantara .................................................................. 117
Bab 10 ....................................................................................... 140
Ketahanan Nasional dan Geostrategi......................................... 140
Bab 11 ....................................................................................... 161
Integritas Nasional, Bela Negara dan Globalisasi ..................... 161
Bab 12 ....................................................................................... 179
Pendidikan Anti Korupsi ........................................................... 179
Daftar Pustaka ........................................................................... 201
Tim Penyusun ............................................................................ 204
Koordinator Tim Penyusun ....................................................... 206

ii
BAB 1
Identitas Nasional dan Politik Identitas

A. Pengertian Identitas Nasional


Istilah “Identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri
yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang
demikian ini maka setiap bangsa di dunia akan memiliki identitas
sendiri-senduiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri, serta karakter
dari bangsa tersebut. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan
oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Berdasarkan hakikat “identitas nasional” sebagaimana telah
dijelaskan diatas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat
dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut
sebagai kepribadian suatu bangsa. 1
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai identitas. Yaitu, manusia
lebih mudah dipahami manakala bersama-sama dengan manusia
lainnya yang merupakan suatu kelompok tertentu, sehingga dapat
teridentifikasi perilaku, kebiasaan, dan sifat ketika bersentuhan
dengan manusia lain.
Jikalau kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka
persoalannya adalah bagaimana pengertian suatu bangsa itu.
Bangsa pada hakikatnya adalah Sekelompok besar manusia yang
mernpunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, Sehingga
mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk
bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu
sebagai suatu “kesatuan nasional”. 2
Sedangkan, kepribadian dalam identitas nasional dapat dikatakan
sebagai watak atau karakter yang kuat dalam suatu bangsa yang

1
Kaelan, Pednidikan Pancasila (Yogyakarta: PARADIGMA,2014),
Halaman 40-41.
2
It. at. 39.

1
terbentuk melalui proses sejarah yang lama untuk mendiami
wilayah sebagai “kesatuan nasional”.
Berdasarkan pendapat tokoh besar ilmu pengetahuan yang
mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa tersebut adalah dari
beberapa disiplin ilmu, antara lain antropologi, psikologi dan
sosiologi. Margareth Mead, Ruth Benedict, Ralph Linton,
Abraham Kardiner, David Riesman.maka pengertian kepribadian
sebagai suatu identitas nasional suatu bangsa, adalah keseluruhan
atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur
yang membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu pengertian
identas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan
pengertian “Peoples Character", "National Character” atau
"National Identity”. Dalam hubungannya dengan identitas nasional
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia kiranya sangat sulit
jikalau hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik Hal ini
mengingat bangsa Indonesia itu terdiri atas berbagai macam unsur
etnis, ras, suku, kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak
asalnya memang memiliki suatu perbedaan. Oleh karena itu
kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu identitas nasional
secara historis berkembang dan menemukan jati dirinya setelah
Proklamasi Kemrdekaan 17 Agustus 1945 3
Identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional
Indonesia harus dipahami konteks dinamis yaitu bagaimana bangsa
itu melakukan akselerasi dalam pembangunan, termasuk proses
interaksinya secara global dengan bangsa-bangsa lain di dunia
internasional. Menurut Robert de Ventos sebagaimana dikutip oleh
Manuel Castells dalam bukunya, The Power of Identity (dalam
Suryo, 2002), mengemukakan bahwa selain faktor etnisitas,
teritorial, bahasa, agama serta budaya, juga faktor dinamika suatu

3
Op. cit. 40-41.

2
bangsa tersebut dalam proses pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional
Indonesia belum menunjukkan perkembangan ke arah sifat kreatif
serta dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami kemerdekaan
17 Agustus 1945, berbagai perkembangan ke arah kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi
identitas nasional. Pada masa mempertahankan kemerdekaan
bangsa Indonesia dihadapkan pada kemelut kenegaraan sehingga
tidak membawa kemajuan bangsa dan negara.
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 bangsa Indonesia kembali ke
UUD 1945. Pada saat itu dikenal periode Orde Lama dengan
penekanan kepada kepemimpinan yang sifatnya sentralistik. Pada
periode tersebut partai komunis semakin berkembang dengan
subur,yang menimbulkan pecahnya peristiwa G 30 S PKI Maka
munculah gerakan aksi dari para pemuda, pelajar dan mahasiswa
untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari bahaya negara
atheistik.4
Kejatuhan kekuasaan Orde Lama diganti dengan kekuasaan Orde
Baru dengan munculnya pemimpin kuat yaitu Jendral Soeharto.
Memang sudah banyak yang dilakukan Soeharto melalui
Pembangunan yang banyak dinikmati rakyat, namun dalam
kenyataannya pemerintah saat itu banyak melakukan hutang ke
dana moneter Internasional.Yang paling memprihatinkan saat itu
adalah berkembangnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN), yang mengakar pada pejabat pemerintahan negara,
sehingga konsekuensinya identitas nasional Indonesia saat itu
dikenal sebagai bangsa yang “korup”.
Secara umum dapat dikatakan behwa pemilu-pemilu orde baru
tidak berfungsi secara ideal. Pemilu yang sejatinya berfungsi

4
It. at. 42.

3
sebagai mekanisme untuk mengganti pemerintahan, tidak lebih
dari sekadar pemberi legitmasi bagi pemerintahan Orde Baru.
Pasca kekuasaan Orde Baru bangsa Indonesia melakukan suatu
gerakan nasional yang populer disebut sebagai "gerakan
reformasi". Rakyat dengan ditokohi oleh kalangan elit politik, para
intelektual termasuk mahasiswa melakukan reformasi dengan
tujuan seharusnya adalah peningkatan kesejahteraan atas
kehidupan rakyat. Diharapkan pada era reformasi dewasa ini
kehidupan rakyat menjadi semakin bebas, demokratis dan yang
terlebih penting lagi adalah meningkat kesejahteraannya baik lahir
maupun batin. Akibatnya munculah berbagai konflik perbedaan
yang bahkan ditandai dengan konflik fisik di antara elemen-elemen
masyarakat yang menimbulkan korban jiwa sebagai pembentuk
bangsa Indonesia.. Dengan ini, Bangsa Indonesia di dunia
Internasionai mendapat identitas yang negatif sebagai bangsa yang
berbudaya dan beradab.
Dalam hubungan dengan konteks identitas nasional secara dinamis
dewasa ini nampaknya bangsa Indonesia tidak merasa bangga
dengan bangsa dan negaranya di dunia internasional. Sebagai
contoh fakta kongkrit, anak-anak kita sering berprestasi
internasional dalam Olympiade Ilmu Pengetahuan. Terlebih lagi
dewasa ini muncul budaya “mudah menyalahkan orang lain” tanpa
diimbangi dengan ide serta soIusi yang realistik menyebabkan
pandangan negatif negara lain terhadap bangsa Indonesia.
B. Faktor-faktor pendukung Kelahiran identitas Nasional
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas.
serta keunikan sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-
faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut.
Adapun faktor-. faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional bangsa Indonesia (1) faktor objektif, yang meliputi faktor
geografis-ekologis dan demografis, (2) faktor subjektif, yaitu

4
faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia (Suryo, 2002).5
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Casteils dalam
bukunya, The Power of Identity (Suryo, 2002), mengemukakan
teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai
hasil interaksi historis antara empat yaitu, Faktor penting yaitu
faktor primer mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan
yang sejenisnya. Faktor pendorong meliputi pembangunan
komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern
dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara,faktor penarik
mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi,
tumbunya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional.
Dan faktor reaktif meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian.
Nasionalisme melahirkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Perumusan pancasila sebagai ideologi negara terjadi dalam sidang
BPUPKI. Dalam sidang ini, Soekarno mencetuskan ide yang
merupakan perkembangan dari pemikirannya tentang persatuan
tiga aliran besar: Nasionalisme, islam, dan marxis. Dalam sebuah
artikel yang ditulisnya, dia menyatakan, “saya tetap nasional, tetap
islam, tetap Marxis, …” dalam artikel itu, dia juga menjelaskan
bahwa islam telah menebalkan rasa dan haluan nasionalisme. Cita-
cita islam untuk mewujudkan persaudaraan umat manusia dinilai
Soekarno tidak bertentangan dengan konsep nasionalisme. 6
Dengan dasar pemikiran itulah, Soekarno mengusulkan lima asas
untuk negara Indonesia merdeka. Kelima asas itu adalah
1)Kebangsaan Indonesia 2) Internasionalisme atau
perikemanusiaan 3)Mufakat atau demokrasi 4) Kesejahterahan

5
It. at .44.
6
Thomas Pureklolon, Nasionalisme Supremasi Perpolitikan negara
(Jakarta: PT. Gramedia,2017 ),halaman 9.

5
sosial dan 5)Ketuhanan. Kelimanya lalu disempurnakan menjadi
pancasila.
Pencarian identitas. nasional bangsa Indonesia pada dasarnya
melekat erat dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk
membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama Indonesia.
Bangsa dan negara Indonesia ini dibangun dari unsur-unsur
masyarakat lama dan dibangun menjadi suatu kesatuan bangsa dan
negara dengan prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu
pembentukan identitas nasional Indonesia melekat eratdengan
unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama
serta geografis melalui suatu proses yang cukup panjang. 7
C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada


hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
Jadi filsafat Pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan
dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa. melainkan melalui
suatu fase historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum
dirumuskan secara formal yuridis dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai dasar filsafat negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada
pada bangsa Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu
pandangan hidup, sehingga. materi Pancasila yang berupa nilai-
nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Nilai-
nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal
oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar negara
Republik Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara
formal tersebut dilakukan dalam. Sidang-sidang BPUPKI pertama,
sidang "Panitia 9", sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan
Secara formal yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia8

7
It. at. 46.
8
It. at. 47.

6
Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional
Kepribadian, jati diri, serta identitas nasional Indonesia yang
tecumuskan dalam filsafat Pancasila harus dilacak dan dipahami
melalu sejarah terbentuknya bangsa Indonesia sejak zaman Kutai,
Sriwijaya, Majapahit serta kerajaan lainnya sebelum penjajahan
bangsa asing di Indonesia.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu:
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan,
dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara.
Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu
proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-
kerajaan pada abad ke -IV, ke-V kemudian dasar-dasar kebangsaan
Indonesia telah mulai nampak pada abad ke-VII, yaitu ketika
timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di
Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa
Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. Proses terbentuknya
nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut Yamin
diistilahkan sebagai fase terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh
karena itu secara objektif sebagai dasar identitas nasonalisme
Indonesia. 9
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin
dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan
yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada
tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada
tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa
Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri,
membentuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada

9
It. at. 48.

7
tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian diproklamsikan sebagai
suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.
D. Negara Kebangsaan Sebagai Identitas Nasional Indonesia
Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia
adalah sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang memiliki sifat
kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan dan
juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang
lain Oleh karena itu dalam upaya untuk merealisasikan harkat dan
martabatnya secara sempurna maka manusia membentuk suatu
persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki
suatu tujuan tertentu. Dalam pengenlan inilah maka manusia
membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut sebagai bangsa,
dan bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki
tujuan tertentu maka pengertian ini disebut sebagai negara.10
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara di
dunia memiliki suatu ciri khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai
yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu negara modern.
Sifat persekutuan hidup yang disebut negara maka bangsa
Indonesia mendasarkan pada suatu pandangan hidup yang telah
dimilikinya yaitu Pancasila. Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara
Persatuan, suatu Negara Kebangsaan serta suatu Negara yang
Bersifat integralistik. Hal itu sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV, sebagai berikut
"Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah

10
Ibid 48.

8
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipirnpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia".
E. Identitas Nasional Indonesia sebagaimana Terkandung Dalam
UUD 1945
1. Negara Indonesia sebagai Negara Kepulauan Nusantara

Sebagaimana dipahami dalam pengertian negara salah satu


unsurnya adalah wilayah, sebagai ruang untuk hidup dan
kehidupan rakyat sebagai unsur subjek negara. Sebagaimana
terkandung dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 25A, bahwa ". Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah
yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang**).
Mengingat eksistenisinya sebagai nusantara, maka yang menjadi
wawasan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
wawasan nusantara. Pengertian wawasan nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan merupakan suatu nilai
kesatuan Wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara untuk mencapai suatu
tujuan bersama, yaitu kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. 11
2. Kebudayaan sebagai Identitas Nasional

11
It. at. 52.

9
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, yang
mendiami beribu-ribu pulau di wilayah nusantara. Konsekuensinya
keanekaragaman suku bangsa dan adat-istiadat Juga memiliki
keanekaragaman kebudayaan, sehingga bangsa Indonesia memiliki
kekayaan budaya yang beraneka ragam.
Dalam pasal 32 UUD 1945 ayat (l) disebutkan bahwa “ ..Negara
memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya. Selain itu negara juga
menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai harta budaya
nasional.” Jadi berdasarkan Pasal 32 UUD 1945 negara ikut
memajukan kebudayaan nasional dalam arti memelihara
mengembangkan di tengah peradaban dunia. Negara memberikan
kebebasan kepada masyarakat dalam memelihara, memajukan dan
mengembangkan nilai-nilai kebudayaan daerah masing-masing,
termasuk bahasa daerah ayat (2) sebagai salah satu unsur
kebudayaan daerah
Kebudayaan manusia terdiri atas unsur-unsur yang membentuk
kebudayaan adalah, (1) bahasa, (2) sistem pengetahuan, (3)
organisasi sosial, (4) sistem teknologi, (5) sistem mata
pencaharian, (6) sistem religi, dan (7) kesenian. Unsur-unsur
kebudayaan ini ada dalam kekayaan budaya nasional Indonesia,
dan secara bersama-sama tumbuh dan berkembang Sesuai dengan
ciri khas serta karakternya masing-masing dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan dalam pengertian inilah maka secara
keseluruhan disebut sebagai kebudayaan nasional Indonesia. 12
3. Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan
sebagai Identitas Nasional.

12
It. at. 56.

10
a. Dalam pergaulan internasional setiap negara memiliki bendera
masing-masing dan setiap bendera dari setiap negara memiliki
makna, nilai serta sumber semangat bagi bangsa. Demikian pula
bangsa indonesia dalam Pasal 35 disebutkan bahwa Bendera
Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih.
b Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia yang termuat dalam
Pasal 36 UUD 1945. Para pemuda tokoh Pergerakan Nasional
Indonesia sebelum kemerdekaan, yaitu sejak 28 Oktober 1928,
telah membulatkan tekad melalui Sumpah Pemuda yang berikrar
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
c. Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika, sebagaimana terkandung dalam Pasal 36A
UUD 1945. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
lambang Negara, bendera serta lagu kebangsaan antara lain:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur
tentang kejahatan (tindak pidana) yang menggunakan Bendera
Merah Putih; penodaan terhadap bendera Negara sahabat;
penodaan terhadap Bendera Merah Putih dan Lambang negara
Garuda Pancasila; serta penggunaan bendera Merah Putih oleh
mereka yang tidak memiliki hak menggunakannya seperti terdapat
pada pasal 52 a; Pasal 142a; Pasal 154a; dan Pasal 473.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang
Negara
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang
Penggunaan Lambang Negara. 13

Ketentuan tentang Lambang Negara termuat dalam Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009. Adapun

13
It. at. 57.

11
makna Lambang Negara Garuda Pancasila yang terdapat dalam
UndangUndang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009.14
F. Politik Identitas
Secara teoretis politik identitas merupakan sesuatu yang bersifat
hidup atau ada dalam setiap etnis, di mana keberadaannya bersifat
laten dan potensial, dan sewaktu-waktu dapat muncul ke
permukaan sebagai kekuatan politik yang dominan. Secara
empiris, politik identitas merupakan aktualisasi partisipasi politik
yang terkonstruksi dari akar budaya masyarakat setempat, dan
mengalami proses internalisasi secara terus-menerus di dalam
kebudayaan masyarakatnya dalam suatu jalinan interaksi sosial.
Menurut Castells, politik identitas merupakan partisipasi
individual pada kehidupan sosial yang lebih ditentukan oleh
budaya dan psikologis seseorang. Identitas merupakan proses
konstruksi dasar dari budaya dan psikokultural dari seorang
individu yang memberikan arti dan tujuan hidup dari individu
tersebut, karena terbentuknya identitas adalah dari proses dialog
internal dan interaksi sosial (Castells, 2010: 6-7). 2010: 2-3),
politik identitas mengacu kepada praktik dan nilai politik yang
berdasarkan berbagai identitas politik dan sosial.
Politik identitas merupakan suatu alat perjuangan politik suatu
etnis untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dimana kemunculannya
lebih banyak disebabkan oleh adanya faktor-faktor tertentu yang
dipandang oleh suatu etnis sebagai adanya suatu tekanan berupa
ketidakadilan politik yang dirasakan oleh mereka. Berdasarkan
perasaaan senasib tersebut, maka mereka bangkit menunjukkan
identitas atau jati diri etnisnya dalam suatu perjuangan politik
untuk merebut kekuasaan dengan memanipulasi kesamaan
identitas atau karakteristik keetnisan tertentu yang tumbuh di
dalam kehidupan sosial budayanya.

14
Ibid.

12
Kristianus (2009: 255) mengemukakan bahwa “politik identitas
berkaitan dengan perebutan kekuasaan politik berdasarkan
identitas etnis maupun agama”. Perjuangan politik identitas pada
dasarnya ialah perjuangan kelompok atau orang-orang pinggiran
(periferi), baik secara politik, sosial, maupun budaya dan ekonomi.
Kristianus selanjutnya mengutip Lukmantoro, yang mengatakan
bahwa:
“politik identitas adalah tindakan politik untuk mengedepankan
kepentingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok
karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik
berbasiskan pada ras, etnisitas, jender, atau keagamaan”.
(Kristianus, 2009: 255) 15
Perbedaan merupakan salah satu unsur penting dalam konteks
memahami adanya suatu politik identitas. Hal ini relevan dengan
pendapat Latif (dalam Setyanto dan Pulungan, 2009:40), bahwa
politik identitas adalah “politic of diference yang didasarkan pada
pencarian perbedaan”. Dikatakan lebih lanjut oleh Latif, bahwa di
seluruh dunia, politik identitas yang mengukuhkan perbedaan
etnis, agama, dan bahasa, mengalami gelombang pasang. 16

G. Perbedaan Politik Identitas dan Nasionalisme


Politik identitas berbeda dengan nasionalisme. Dalam lingkup
bangsa (nation), kehadiran politik identitas menciptakan
tekanantekanan dari kaum reduksionis (reductionist), sehingga
dapat memperlemah identifikasi individu sebagai anggota dari
suatu bangsa. Sebagai contoh, aeseorang merasa dirinya sebagai
anggota kelompok dari minat yang sama terlebih dahulu, dan

15
Astuti Buchari, Sri. 2014. Kebangkitan Etnis Menuju POLITIK
IDENTITAS. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hlm 19 – 20.
16
Ibid.

(Artikel dalam Wikipedia; navigation, 2005).

13
berikutnya baru memperhatikan kebutuhan negara dan masyarakat
yang lebih luas, seperti pemyataan berikut:
“Minority influence is a central component of Identity politics.
Minority influence is a form of social influence, which lakes place
when a majority is being influenced to accept the beliefs or
behavior of a minority” (Artikel dalam Wikipedia; navigation,
2005).
Calhoun dalam Castell (2010:6) menyebutkan:
“we know of no people without names, no languages or culture: in
which some manner of distinctions between self and other; we and
they are not made…Self knowledge always a construction no
matter how much it feels like a discovery is never altogether
separable from claims to be known in specific ways by others.”
Sebagaimana makna yang dikandung dalam istilah politik, maka
politik identitas esensinya adalah upaya untuk mencapai kekuasaan
tertentu dalam kehidupan dan panggung politik, dimana pengakuan
dan keberadaan wakil-wakil dari kelompok etnis merupakan
bagian penting dari perjuangan politik yang dilakukan demi
kepentingan kelompok etnisnya.

H. Makna Identitas dalam Politik Identitas


Dalam hubungan ini, Brown (Subianto, 2009: 335) mengatakan
bahwa identitas kelompok menunjang konstruksi sosial untuk
mempromosikan keterwakilan kepentingan kelompoknya.
Perilaku sosial politik menjadi terkait dengan identitas
kelompoknya untuk pada Buntu momen tertentu dibangkitkan
demi kepentingan kelompok. 17
Suparian (2004: 25) mengatakan identitas atau jati diri itu muncul
dan ada dalam interaksi. Seseorang mempunyai jati dirii tertentu

17
(Artikel dalam Wikipedia; navigation, 2005).

(Subianto, 2009: 335)

Suparian (2004: 25)

14
karena diakui keberadaannya oleh orang lain dalam suatu
hubungan yang berlaku. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka
bahwa seseorang atau sekelompok orang membutuhkan jati diri
untuk digunakan dalam interaksi. lni berarti, dalam setiap interaksi,
pelaku mengambil sesuatu posisi. Selanjutnya, berdasarkan atas
posisi tersebut, si pelaku menjalankan peranannya sesuai dengan
corak atau struktur interaksi yang berlangsung. Di dalam kenyataan
sehari-hari, setiap orang akan memiliki lebih dari satu jati diri.
Artinya, semakin banyak peranan yang dijalankan dalam
kehidupan sosial seseorang, maka yang bersangkutan akan
semakin banyak pula jati diri yang dimilikinya.

I. Kebangkitan Politik Identitas


Merujuk pada beberapa pendapat di atas, politik identitas adalah
aliran politik yang ingin melibatkan seseorang atau kelompok
masyarakat yang memiliki kesamaan karakteristik, seperti suku,
agama, etnisitas, gender, jenis kelamin, dan orientasinya. Dalam
kasus di Kalimantan Barat, politik identitas tercermin secara aktual
dalam dinamika politik lokal melalui keterlibatan etnis Dayak
dalam Pilkada Gubernur Kalimantan Barat tahun 2007, secara
total. Dalam hubungan ini, kebangkitan kesadaran daerah untuk
mengatur diri sendiri dengan mengaspirasikan nilai-nilai budaya
lokal menjadi bagian penting dan terpisahkan dari datangnya era
baru dalam perpolitikan di Indonesia, yakni era otonomi daerah
yang di dalamnya termaktub penerapan asas desentralisasi dan
demokrasi. 18
Nilai-nilai budaya lokal yang secara instrinsik merupakan sumber
daya sosial melekat di dalam sistem nilai kemasyarakatan suatu
masyarakat-bangsa sekaligus merupakan sosok kultural yang
menjadi dinamika pokok perkembangannya. Di dalam masyarakat

18
Pureklolon, Thomas T. 2017. NASIONALISME Supremasi Perpolitikan
Negara. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.

15
lokal (daerah), sosok kultural tersebut yang berdimensi politik,
ekonomi, dan sosial tidak berkembang secara sehat dan wajar,
karena secara sosial dan politik tidak diberi ruang gerak yang
memadai disebabkan tidak berlangsungnya sistem demokrasi.
Sistem demokrasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena
diterapkannya sistem pemerintahan terpusat (sentralistis), yang
berakibat matinya dinamika ekspresi masyarakat lokal (daerah).

16
BAB 2
Pancasila sebagai Ideologi dan Identitas Nasional

A. Pengertian Pancasila
Secara etimologis, Pancasila berdasar dari bahasa Sansekerta.
Panca artinya lima, sedangkan sila artinya dasar, sendi, atau unsur.
Jadi, Pancasila mengandung arti lima dasar, lima sendi, atau lima
unsur.19
Secara Historis Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik
Indonesia yang resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan
dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama
dengan batang tubuh UUD 1945. 20
Dalam sejarah keberadaan Pancasila sebagai filosofi dasar negara
Republik Indonesia mengalami berbagai interpretasi dan
manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi solid
dan menjunjung tinggi kekuatan yang berteduh di belakang
ideologi. dari ideologi negara Pancasila. Dengan kata lain, dalam
posisi ini Pancasila tidak lagi ditempatkan sebagai dasar filosofi
dan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia tetapi
dikurangi, dibatasi, dan dimanipulasi untuk kepentingan politik
penguasa pada waktu itu.
Berdasarkan fakta-fakta yang disebutkan di atas gerakan reformasi
berupaya untuk mengembalikan posisi dan fungsi Pancasila, yaitu
sebagai dasar Republik Indonesia, yang diwujudkan melalui
Keputusan Sidang MPR 1998 No. XVIII / MPR / 1999 disertai
dengan pencabutan P-4 dan pada saat yang sama pencabutan
Pancasila sebagai satu-satunya prinsip Orsospol di Indonesia.
Keputusan ini juga mencabut mandat MPR yang diberikan kepada
Presiden atas wewenangnya untuk membudayakan Pancasila
melalui P-4 dan prinsip tunggal Pancasila. Monopoli Pancasila

19
Asep Sulaiman, Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan,
(Bandung, CV Arfino Raya, 2015), hlm 13
20
Prof. Dr. H. Kaelan, MS. Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta:
Paradigma, 2016), hlm 1.

17
untuk kepentingan kekuasaan oleh pihak berwenang harus segera
diakhiri, maka dunia pendidikan tinggi memiliki tugas untuk
belajar dan memberikan pengetahuan kepada semua siswa untuk
benar-benar dapat memahami Pancasila secara ilmiah dan
objektif21.
Dampak yang cukup serius pada manipulasi Pancasila oleh para
penguasa di masa lalu, hari ini banyak elit politik dan beberapa
orang menganggap bahwa Pancasila adalah label politik Orde
Baru. Jadi mengembangkan dan mengkaji Pancasila dianggap
untuk mengembalikan otoritas Orde Baru. Pandangan sinis dan
upaya pelemahan peran ideologi Pancasila di era Reformasi saat
ini akan berakibat fatal bagi rakyat Indonesia, yaitu melemahnya
kepercayaan masyarakat terhadap ideologi negara yang pada
gilirannya mengancam persatuan dan keutuhan bangsa Indonesia
yang telah sudah sejak lama dibina, diasuh dan diidam-idamkan
oleh rakyat Indonesia.
Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil
reformasi yang telah dilakukan selama ini, belum menunjukkan
hasil yaitu kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh rakyat secara
luas, nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat bangsa
Indonesia dipandang rendah di masyarakat internasional22.
Berdasarkan alasan dan fakta obyektif yang disebutkan di atas,
telah menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara
untuk mengembangkan dan mempelajari Pancasila sebagai hasil
dari karya besar bangsa kita yang berada pada tingkat yang sama
dengan worldism atau isme dunia yang hebat seperti Liberalisme,
Sosialisme, Komunisme. Upaya untuk mempelajari dan
mempelajari Pancasila terutama berkaitan dengan tugas besar
rakyat Indonesia untuk memulihkan ketertiban negara kita yang
tidak lagi menghadirkan filosofi bangsa saat ini. Reformasi menuju
terwujudnya masyarakat dan bangsa yang makmur tidak cukup
hanya dengan mengembangkan dan membangkitkan kebencian,
menyalakan sikap dan kondisi konflik antar elit politik, tetapi

21
Id. at 1
22
Id. at 2

18
dengan segala kemampuan intelektual dan sikap moral yang bijak
demi perdamaian dan kesejahteraan bangsa dan negara
sebagaimana dicontohkan oleh pendiri bangsa dan Republik
Indonesia.
Jika kita mau jujur sebenarnya dewasa ini banyak tokoh serta elit
politik yang hurang memahami filsafat hidup serta pandangan
hidup bangśa kita Pancasila namun bersikap seakan-akan
memahaminya. Akibatnya dalam proses reformasi dewasa ini
diartikan kebebasan memilih ideologi di negara kita, kemudian
pemikiran apapun yang dipandang menguntungkan demi
kekuasaan dan kedudukan dipaksakan untuk diangkat dalam sistem
kenegaraan kita. Misalnya seperti kebebasan pada masa reformasi
dewasa iní yang jelas-jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita
miliki dipaksakan pada rakyat sehingga akibatnya dapat kita lihat
sendiri berbagai macam gerakan massa secara brutal tanpa
mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku melakukan
aksinya, menjarah, merusak, menganiaya bahkan menteror
nampaknya dianggap sah-sah saja. Negara melalui aparat
keamanan tidak mampu berbuat banyak karena akan berhadapan
dengan penegak HAM yang mendapat dukungan kekuatan
internasional.23.
Dewasa ini kehidupan kenegaraan Indonesia sistem politik,
kedaulatan rakyat, realisasi bentuk negara, sistem demokrasi,
kekuasaan negara, partai politik, serta otonomi daerah, nampak
tidak konsisten dengan dasar filosofis negara Pancasila.
Nampaknya sistem iiberalisme das sein (dalam kenyataannya)
dihayati bagaikan agama dalam kehidupan kenegaraan dan
kebangsaan Indonesia. Kedaulatan negara yang seharusnya
diletakkan pada rakyat, namun dalam kenyataannya berhenti pada
kekuasaan elit politik negara, penguasa negara, partai politik serta
kalangan kapitalis24. Karena itu, akan menjadi tugas yang sulit bagi
para intelektual untuk memulihkan sistem negara.

23
Ibid
24
Ibid

19
B. Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, ‘cita-cita’, dan logos yang berarti ‘ilmu’.
Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa yunani ‘eidos’ yang artinya
‘bentuk’. Di samping itu ada kata idein yang artinya melihat. Maka
secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide
(the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian
dasar. Dalam pengertian sehari-hari, ‘idea’ disamakan artinya
dengan ‘cita-cita’. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang
bersifat tetap, yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat
tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau faham.
Memang pada hakikatnya antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya
dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena ada cita-
cita yang mau dicapai. Sebaliknya, cita-cita ditetapkan berdasarkan
atas suatu landasan, asas atau dasar yang telah ditetapkan pula.
Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea,
pengertian dasar, gagasan-gagasan, dan cita-cita.25
Ketika ditelusuri dalam hal ide, itu pertama kali digunakan dan
diajukan oleh seorang Prancis, Destutt de Tracy, pada 1796. Seperti
Leibnitz, de Tracy memiliki aspirasi untuk membangun sistem
pengetahuan. Jika Leibnitz menyebut mimpinya sebagai 'satu
sistem kebenaran yang hebat', di mana semua cabang ilmu
pengetahuan dan semua kebenaran ilmu pengetahuan
digabungkan, maka de Tracy menyebutkan 'ideologi', yaitu 'Ilmu
ide', sebuah program yang diharapkan membawa perubahan
institusional dalam masyarakat Prancis. Tapi Napoleon diejek
sebagai fantasi belaka, yang tidak memiliki arti praktis. Hal
semacam itu hanyalah mimpi yang tidak akan menemukan
kenyataan.
Perhatian terhadap konsep ideologi berkembang lagi sebagian
karena pengaruh Karl Marx. Ideologi menjadi vocabular penting
dalam pemikiran politik dan ekonomi. Karl Marx mendefinisikan
ideologi sebagai cara hidup yang dikembangkan berdasarkan
kepentingan kelas sosial tertentu atau kelas dalam bidang politik
atau sosial ekonomi. Dalam pengertian ini, ideologi menjadi

25
Id. at 111

20
bagian dari apa yang ia sebut Uberbau atau superstruktur
(bangunan atas) yang didirikan pada kekuatan yang memiliki
faktor-faktor produksi yang menentukan gaya mereka dan
karenanya mencerminkan pola ekonomi tertentu. Karena itu
tingkat kebenarannya relatif, dan hanya untuk kelompok tertentu.
Dengan demikian ideologi kemudian membentuk keseluruhan ide
yang relatif, karena mencerminkan kekuatan strata tertentu.
Seperti halnya filsafat, ideologi pun memiliki pengertian yang
berbeda-beda. Begitu pula dapat ditemukan berbagai macam
definisi, batasan pengertian tentang ideologi. Hal ini antara lain
disebabkan juga tergantung dari filsafat apa yang dianut, karena
sesungguhnya ideologi itu bersumber kepada suatu filsafat26.
Pengertian "Ideologi" secara umum dapat dikatakan sebagai
kumpulan ide-ide, kepercayaan, kepercayaan yang menyeluruh
dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur perilaku kelompok
orang tertentu di berbagai bidang kehidupan. Hal ini menyangkut:
a. Politik (termasuk pertahanan dan keamanan)
b. Sektor sosial
c. Budaya
d. Bidang agama
Masalah ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita
yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan Bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya
merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri sebagai
berikut :
a. Mempunyai derajad yang tertinggi sebagai nilai hidup
kebangsaan dan kenegaraan.
b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan
dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang
dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada
generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban27.

26
Id. at 112
27
Id. at 113

21
C. Jenis – Jenis Ideologi
Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (System of thought), maka
ideologi terbuka itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka.
Sedangkan ideologi tertutup itu merupakan suatu sistem pemikiran
tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari beberapa ciri
khas. Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam
masyarakat, melainkan merupakan cita-cita satu kelompok orang
yang mendasari suatu program untuk mengubah dan memperbarui
masyarakat. Dengan demikian adalah menjadi ciri ideologi
tertutup, bahwa atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-
pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat. Demi ideologi
masyarakat harus berkorban, dan kesediaan itu untuk menilai
kepercayaan ideologi para warga masyarakat serta kesetiaannya
masing-masing sebagai warga masyarakat. 28
Tanda lain dari pengakuan ideologi tertutup adalah bahwa isinya
tidak hanya dalam bentuk nilai-nilai dan cita-cita tertentu, tetapi
pada dasarnya terdiri dari beton keras dan tuntutan operasional,
yang diajukan secara mutlak. Jadi karakteristik dari ideologi
tertutup adalah bahwa tidak peduli seberapa besar perbedaan antara
tuntutan berbagai ideologi yang mungkin hidup dalam masyarakat
itu, akan selalu ada tuntutan mutlak bahwa orang harus mematuhi
ideologi ini. Dan itu juga berarti bahwa orang harus mematuhi elit
yang membawanya, mematuhi tuntutan ideologis. Permintaan
kepatuhan adalah mutlak, dan orang tidak diperbolehkan
mempertanyakannya lagi, misalnya berdasarkan hati nurani
mereka, tanggung jawab atas hak-hak dasar mereka. Kekuatannya
selalu condong ke arah total. Jadi bersifat totaliter dan akan
melibatkan semua aspek kehidupan.
Sesuatu yang berlaku bagi ideologi tertutup, tidak berlaku bagi
ideologi terbuka. Ciri khas ideologi terbuka adalah bahwa nilai-
nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali
dan diambil dari suatu kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat itu sendiri. Dasarnya bukan keyakinan ideologis
sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan konsensus
dari masyarakat tersebut. Ideologi terbuka tidak diciptakan oleh

28
Ibid

22
negara malainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu
sendiri. Oleh karena itu, ideologi terbuka adalah milik seluruh
rakyat; dan masyarakat dalam menemukan 'dirinya',
kepribadiannya' di dalam ideologi tersebut29.
Sebuah ideologi terbuka tidak hanya dibenarkan, tetapi juga
dibutuhkan. Agaknya dalam semua sistem politik yang tidak
ideologis dalam arti ideologi tertutup, kita akan menemukan bahwa
administrasi negara didasarkan pada pandangan dan nilai-nilai
dasar tertentu. Terkadang dasar normatif tidak dirumuskan secara
eksplisit. Namun di sebagian besar negara, konstitusi mengandung
bagian yang merumuskan dasar normatif. Basis normatif juga
dapat disebut sebagai dasar filsafat negara, yang diperlukan
sebagai dasar untuk mengatur negara. Dan ini adalah kesepakatan
bersama berdasarkan nilai-nilai dasar cita-cita masyarakat. Jadi itu
adalah ciri dari ideologi terbuka yaitu bahwa isinya tidak
operasional. Ini hanya akan menjadi operasional jika telah
diterjemahkan ke dalam instrumen dalam bentuk konstitusi atau
undang-undang dan peraturan lainnya. Oleh karena itu, setiap
generasi baru dapat mengeksplorasi kembali filosofi dasar negara
untuk mengetahui apa implikasinya bagi setiap situasi atau era.

D. Hubungan Antara Filsafat dan Ideologi


Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatya merupakan
sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini
sehingga dijadikan dasar atau pedoman bagi manusia dalam
memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa,
dan negara, tentang makna hidup serta sebagai dasar dan pedoman
bagi mauusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan. Filsafat dalam pengertian yang demikian ini telah
menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief-
system) yang telah menyangkut praksis, karena dijadikan landasan
bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam

29
Id. at 114

23
berbagai bidang kehidupannya. Hal itu berarti bahwa filsafat telah
beralih dan menjelma menjadi ideologi30.
Setiap ideologi sebagai satu set cita-cita fundamental dan
komprehensif yang terjalin dalam suatu sistem pemikiran logis,
berakar dalam filsafat. Dengan kata lain, ideologi sebagai sistem
pemikiran mencari nilai, norma dan cita-cita yang berasal dari
filsafat, yang mendasar dan berwujud untuk mengaktualisasikan
makna yang berpotensi memiliki kemungkinan implementasi yang
tinggi, sehingga dapat memberikan pengaruh positif, mampu
membangkitkan dinamika masyarakat jelas menuju kemajuan.
Ideologi juga dapat dikatakan sebagai konsep operasionalisasi dan
pandangan atau filosofi hidup akan menjadi norma ideal yang
mendasari ideologi, karena norma tersebut akan dituangkan dalam
perilaku, juga dalam institusi sosial, politik ekonomi, pertahanan,
keamanan dan sebagainya. Jadi filsafat sebagai dasar dan sumber
bagi perumusan ideologi yang juga menyangkut strategi dan
doktrik, dalam menghadapi permasalahan yang timbul di dalam
kehidupan bangsa dan negara; termasuk di dalamnya menentukan
sudut pandang dan sikap dalam menghadapi berbagai aliran atau
sistem filsafat yang lain.31.
Dari uraian di atas, masalah ideologis adalah masalah yang selain
bersifat filosofis serta melibatkan praksis. Ideologi memiliki
tingkat filosofis karena itu adalah cita-cita dan norma, dan pada
saat yang sama praksis karena melibatkan operasionalisasi,
strategi, dan doktrin. Karena ideologi juga melibatkan hal-hal yang
didasarkan pada pengajaran yang komprehensif tentang makna dan
nilai-nilai kehidupan, ditentukan secara konkret bagaimana
manusia harus berperilaku dan bertindak. Ideologi tidak hanya
menuntut misalnya bahwa setiap orang bertindak adil, saling
membantu, menghormati satu sama lain di antara sesama manusia,
lebih mengutamakan kepentingan publik daripada kepentingan
pribadi atau kelompok, tetapi juga ideologi akan menuntut
kepatuhan konkret, harus melaksanakan ini atau itu, dan bahkan

30
Ibid
31
Ibid

24
seringkali menuntut bahwa orang mutlak harus berperilaku dan
bertindak.
Dan tradisi historis filsafat Barat dapat dibuktikan bahwa
pertumbuhan ideologi seperti liberalisme, kapitalisme, Marxisme
Leninisme, serta Nazisme dan fasisme, bersumber dari aliran
filosofis yang berkembang di sana. Persepsi kebebasan yang
tumbuh selama Renaissance dan Aufklarung menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan ideologi liberal dan kapitalis di
Barat. Demikian juga dengan ide-ide materialistis dan dialektis
historis dari Karl Marx dan Engels, ideologi Marxisme / Leninisme
/ Komunisme telah tumbuh di negara-negara sosialis komunis.
Begitu pula dengan pemikian Nietzche tentang Ulbermenshe
(supeiman) dan Wille zur Macht (kehendak untuk berkuasa) telah
mendorong Hittler untuk mengembangkan Naziisme yang
militeristis 32 . Namun, harus juga dinyatakan bahwa ada aliran
filosofis, terutama yang muncul di Barat yang tidak berfungsi
sebagai ideologi di suatu negara. Demikian juga negara-negara
yang tidak menganut ideologi tertentu. Hanya unsur-unsur mazhab
filosofis yang secara aktif dikembangkan, sistematis, dan
dijalankan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
ditransformasikan menjadi ideologi.

E. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup,
namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi
Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dan
senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara
kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk
memecahkan masalah-masalah baru dan aktual.33
Dalam sebuah ideologi terbuka ada cita-cita dan nilai-nilai
mendasar yang permanen dan tidak berubah serta tidak secara

32
Id. at 115
33
Id. at 116

25
langsung bersifat operasional dan karenanya harus dibuat eksplisit
setiap saat. Penjelasan dilakukan dengan mengkonfrontasi
pandangan hidup dari berbagai masalah yang selalu bergantian
melalui refleksi rasional mengungkapkan makna operasionalnya.
Dengan demikian terjemahan ideologi dilakukan dengan
interpretasi kritis dan rasional. Sebagai contoh keterbukaan (pers
Pancasila, terkait dengan pendidikan, ekonomi, sains, hukum,
budaya, dan bidang lainnya). Sebagai ideologi terbuka, Pancasila
memiliki dimensi sebagai berikut:
 Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam Pancasila yang sistematis dan rasional, yaitu sifat nilai-nilai
yang terkandung dalam lima prinsip Pancasila: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, masyarakat, dan keadilan, kemudian
dimensi idealistik dari Pancasila didasarkan pada nilai-nilai
filosofis Pancasila yaitu filosofi Pancasila. Karena itu, dalam setiap
ideologi filsafat kehidupan didasarkan pada nilai-nilai filosofis.
Kadar dan kualitas idealisme yang terkandung dalam ideologi
Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme serta mampu
menggugah motivasi yang dicita-citakan34.
 Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
perlu dijabarkan dalam sistem norma, sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang memiliki
posisi tertinggi dalam tatanan hukum Indonesia. Dalam pengertian
ini, Pembukaan yang berisi Pancasila dalam paragraf IV, terletak
sebagai 'staatsfundamentalnorm' (prinsip dasar negara), agar dapat
diterjemahkan ke dalam langkah-langkah operasional perlu
memiliki norma yang jelas.
 Dimensi realistis, suatu ideologi harus mampu mencerminkan
kenyataan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh
karena itu, Pancasila selain memiliki dimensi nilai ideal normatif,
Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik
dalam kaitannya dengan masyarakat maupun dalam semua aspek
administrasi negara. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi
terbuka bukan bersifat 'utopis' yang hanya berisi ide-ide melamun,

34
Ibid

26
tetapi itu adalah makna realistis yang dapat diterjemahkan ke
dalam kehidupan nyata di bidang berbagi.
Berdasarkan sifat ideologi Pancasila yang terbuka yang memiliki
tiga dimensi, ideologi Pancasila bukanlah 'utopis' yang hanya
merupakan sistem ide yang hanya normatif dan tertutup, demikian
juga ideologi ideologi Pancasila bukanlah ideologi pragmatis yang
hanya menekankan aspek-aspek praktis semata-mata realistis tanpa
idealisme rasional. Jadi ideologi Pancasila adalah permanen,
seperti untuk terjemahan dan realisasi, selalu eksplisit secara
dinamis, terbuka dan selalu mengikuti zaman.
Keterbukaan ideologi Pancasila juga menyangkut keterbukaan
dalam menerima budaya asing35. Manusia pada hakikatnya selain
sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama sehingga terjadi
akulturasi budaya. Karena itu Pancasila sebagai ideologi terbuka
selalu terbuka terhadap pengaruh budaya asing, tetapi nilai-nilai
esensial Pancasila bersifat permanen. Dengan perkataan lain
Pancasila menerima pengaruh budaya asing dengan ketentuan
hakikat atau substansi Pancasila, yaitu: Ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan bersifat tetap 36 . Secara
strategis keterbukaan Pancasila dalam menerima budaya asing
dengan menolak nilai-nilai yang bertentangan dengan Tuhan,
kemanusiaan, persatuan, masyarakat, dan keadilan serta menerima
nilai-nilai budaya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar
Pancasila.
Dengan demikian, bangsa Indonesia dengan ideologi Pancasila
sebagai bangsa yang berbudaya tidak menutup diri dalam
hubungan budaya antar bangsa di dunia. Ini bukan hanya kebijakan
budaya tetapi secara filosofis nilai-nilai budaya yang ada di bangsa
Indonesia sebagai penyebab materialis Pancasila yang memiliki
sifat terbuka. Kita telah mengetahui dalam sejarah bahwa proses
akulturasi telah dilakukan, yaitu menerima masuknya budaya asing
yang sesuai dan kemudian mengembangkannya dalam kehidupan
masyarakat sehingga merupakan kearifan lokal masyarakat

35
Id. at 117
36
Ibid

27
Indonesia. Misalnya masuknya budaya India dengan Hindu dan
Budha, yang pada gilirannya menghasilkan karya-karya besar
sebagai budaya bangsa seperti candi Borobudur, candi Prambanan,
dan sebagainya. Demikian juga pengaruh Islam, dengan
berkembangnya berbagai budaya Islam, seperti tempat įbadah,
karya sastra dan lainnya, demikian pula pengaruh Kristen dengan
berbagai bangunan tempat ibadah dan lain sebagainya.37.
Pancasila memiliki sebutan atau fungsi dan posisi dalam sistem
administrasi negara Indonesia. Pancasila berfungsi sebagai dasar
negara, ideologi nasional, filsafat negara, pandangan nasional
tentang kehidupan, cara hidup, dan masih banyak lagi fungsi
Pancasila. Orang Indonesia menganggap itu Pancasila sangat
penting karena keberadaannya bisa menjadi perekat bangsa,
pemersatu bangsa, dan tentu saja menjadi identitas nasional.
Pancasila hanya ada di Indonesia. Pancasila telah menjadi
keunikan Indonesia, artinya Pancasila menjadi ciri khas orang
Indonesia. Siapa pun orang Indonesia atau siapa mengaku sebagai
warga negara Indonesia, ia harus memilikinya memahami,
berperilaku, dan berperilaku sesuai dengan Pancasila. Dengan kata
lain, Pancasila sebagai identitas nasional memiliki makna bahwa
semua orang Indonesia harus menjadikan Pancasila sebagai
landasan berpikir, bertindak dan berperilaku dalam kehidupan
sehari-hari.

F. Pengertian Identitas Nasional


Istilah “identitas nasional’ secara terminologis adalah suatu ciri
yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang
demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri,
serta karakter dari bangsa tersebut. 38
Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional” sebagaimana
dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat

37
Id. at 118
38
Id. at 121

28
dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut
sebagai kepribadian suatu bangsa. Kenyataan yang demikian ini
merupakan suatu kenyataan objektif yang merupakan jati diri
bangsa Indonesia39.
Gagasan kepribadian sebagai identitas sebenarnya muncul dari
psikolog. Manusia sebagai individu sulit dipahami ketika mereka
terlepas dari manusia lain. Karena itu, manusia dalam berinteraksi
dengan individu lain selalu memiliki sifat, perilaku, dan karakter
khas yang membedakan manusia ini dari manusia lain. Namun,
secara umum, pengertian atau istilah kepribadian sebagai identitas
adalah keseluruhan atau totalitas faktor biologis, psikologis dan
sosiologis yang mendasari perilaku individu. Perilaku tersebut
terdiri dari kebiasaan, sikap, sifat dan karakteristik yang ada dalam
diri seseorang sehingga seseorang berbeda dari orang lain. Oleh
karena itu kepribadian tercermin dalam perilaku keseluruhan
seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Berdasarkan uraian di atas, pengertian kepribadian sebagai
identitas nasional suatu bangsa adalah keseluruhan atau totalitas
kepribadian individu sebagai unsur yang membentuk bangsa. Oleh
karena itu, pemahaman tentang identitas nasional suatu bangsa
tidak dapat dipisahkan dari pengertian "Karakter Rakyat",
"Karakter Nasional" atau "Identitas Nasional." Dalam kaitannya
dengan identitas nasional Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia
sangat sulit jika hanya dideskripsikan berdasarkan karakteristik
fisik. Hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai elemen etnis, ras, etnis, budaya, agama, dan karakter yang
berasal dari asal yang berbeda. Dengan lain perkataan bangsa
Indonesia memiliki satu asas kerokhanian, satu pandangan hidup,
dan satu ideologi yaitu Pancasila, yang ada dalam suatu negara
Proklamasi 17 Agustus 1945 40 . Oleh karena itu, kepribadian
bangsa Indonesia sebagai identitas nasional secara historis telah
berevolusi dan menunggu identitasnya setelah Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun, identitas nasional suatu

39
Ibid
40
Id. at 119

29
bangsa tidak cukup hanya dipahami secara statis karena bangsa
adalah kumpulan orang-orang yang selalu berinteraksi dengan
bangsa lain di dunia dengan semua produk budayanya. Status
nasional Indonesia juga harus dipahami dalam konteks yang
dinamis. Selain faktor etnis, wilayah, bahasa, agama, dan budaya,
dinamika suatu bangsa di proses pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Oleh karena itu, identitas nasional bangsa Indonesia
juga harus dipahami dalam arti yang dinamis, yaitu bagaimana
bangsa mempercepat pembangunan, termasuk interaksi globalnya
dengan bangsa lain di dunia internasional.
Seperti kita ketahui di dunia internasional bahwa negara-negara
besar yang telah mengembangkan identitas mereka secara dinamis
membawa nama bangsa baik di dunia sains maupun di dunia
pergaulan antar bangsa di dunia. Negara menempatkan diri di atas
golongan dan bagian masyarakat, dan mempersatukan diri dengan
seluruh lapisan masyarakat 41 . Kebesaran negara Inggris tidak
terlepas dari upaya dan kreativitas bangsa dalam mempercepat
pembangunannya. Dalam sejarah dunia kita tahu bahwa banyak
anak-anak Inggris menemukan sains, yang kemudian
dikembangkan melalui teknologi. Untuk pekerjaan besar ini
Inggris mengalami revolusi dalam kehidupan yaitu "Revolusi
Industri". Dengan revolusi industri, Inggris mulai menjelajahi
benua lain, sehingga di berbagai benua bangsa Inggris
menanamkan karya besar mereka yang dikembangkan karena
kreativitas bangsa. Ini dengan sendirinya tanpa mengabaikan aspek
negatif, yaitu bangsa Inggris yang menjajah berbagai benua di
dunia. Demi kehebatan penemuan bangsa Inggris, negara-negara di
seluruh dunia berniat memanfaatkan pengetahuan dan teknologi
mereka, sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa Inggris, yang
merupakan salah satu identitas nasional negara Inggris, dipelajari
oleh negara-negara di seluruh dunia.
Bangsa memiliki penanda, jati diri, atau identitas yang dapat
membedakan dengan bangsa lain. Faktor-faktor yang diperkirakan
menjadi identitas Bersama suatu bangsa meliputi primordial,

41
Id. at 122

30
sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, sejarah, perkembangan
ekonomi dan kelembagaan. 42
Bagi bangsa Indonesia, dimensi dinamis identitas nasional
Indonesia belum menunjukkan kemajuan menuju sifat kreatif dan
dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami kemerdekaan pada
17 Agustus 1945, berbagai perkembangan dalam arah kehidupan
berbangsa dan bernegara mengalami penurunan dalam hal identitas
nasional. Pada saat menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia
dihadapkan pada kekacauan negara sehingga tidak membawa
kemajuan bagi bangsa dan negara.
Setelah Keputusan Presiden pada 5 Juli 1959, rakyat Indonesia
kembali ke UUD 1945. Pada masa itu Orde Lama dikenal dengan
penekanannya pada kepemimpinan sentralistik. Selama periode ini
partai komunis berkembang bahkan ketika mencapai masa jayanya
dalam upaya untuk menggulingkan pemerintah Indonesia, yang
ditandai dengan munculnya gerakan G30S PKI. Orang Indonesia
menjadi semakin tidak menentu. Identitas dinamis rakyat
Indonesia pada waktu itu ditandai oleh perang saudara yang
memakan banyak waktu.

G. Faktor – Faktor Pendorog Kelahiran Identitas Nasional


Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki karakteristik,
karakteristik, dan keunikannya sendiri, yang sangat ditentukan oleh
faktor-faktor yang mendukung lahirnya identitas nasional itu.
Faktor-faktor yang mendukung lahirnya identitas nasional
Indonesia meliputi (l) faktor objektif, yang meliputi faktor
geografis-ekologis dan demografis, (2) faktor subyektif, yaitu
faktor historis, sosial, politik, dan budaya yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia.43
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai
kepulauan tropis dan terletak di persimpangan komunikasi antara
kawasan dunia di Asia Tenggara, juga memengaruhi

42
Asep, Op. Cit., 65
43
Prof. Dr. H. Kaelan, MS. Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta,
Paradigma, 2016), hlm 44.

31
perkembangan kehidupan demografis, ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat Indonesia. Selain itu, faktor historis yang dimiliki oleh
Indonesia juga memengaruhi proses pembentukan masyarakat dan
bangsa Indonesia serta identitasnya, melalui interaksi berbagai
faktor di dalamnya. Hasil interaksi dari berbagai faktor ini
melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara
bangsa bersama dengan identitas bangsa Indonesia, yang muncul
ketika nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad
kedua puluh.44
Teori tentang kemunculan identitas nasional suatu bangsa sebagai
hasil dari interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor
primer, penggerak faktor, faktor penarik dan faktor reaktif. Faktor
pertama, termasuk etnis, bahasa wilayah, agama, dan sejenisnya.
Bagi masyarakat Indonesia hal tersebut adalah satu kesatuan,
meskipun mereka berbeda satu sama lain. Berbagai elemen, yang
masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri, menyatukan
dirinya dalam aliansi hidup bersama, yaitu rakyat Indonesia.
Kesatuan ini tidak menghilangkan keberagaman, dan ini dikenal
sebagai Kesatuan dalam Keberagaman. Faktor kedua, termasuk
perkembangan komunikasi dan teknologi, kelahiran angkatan
bersenjata modern dan perkembangan lainnya dalam kehidupan
Negara. Dalam hubungan ini untuk suatu negara, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan pengembangan bangsa dan bangsa
juga merupakan identitas nasional yang dinamis. Oleh karena
proses pembentukan identitas nasional yang dinamis sangat
ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi rakyat Indonesia
dalam membangun bangsa dan negara mereka. Dalam hubungan
ini, persatuan dan kesatuan nasional diperlukan serta langkah yang
sama dalam memajukan bangsa dan negara Indonesia. Faktor
ketiga termasuk kodifikasi bahasa dalam tata bahasa resmi,
pertumbuhan birokrasi, dan penguatan sistem pendidikan nasional.
Bagi masyarakat Indonesia unsur bahasa telah menjadi bahasa
persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah
menjadi bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Demikian juga
birokrasi dan pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian

44
Id. at 45

32
rupa walaupun sampai sekarang masih terus dikembangkan. Faktor
keempat, termasuk penindasan, dominasi, dan pencarian identitas
alternatif melalui memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia, yang
telah dikuasai selama hampir tiga setengah abad. Penderitaan, dan
kesengsaraan hidup dan hasrat bersama dalam memperjuangkan
kemerdekaan adalah faktor yang sangat strategis dalam
membentuk memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan,
pengorbanan, menjunjung tinggi kebenaran bisa menjadi identitas
untuk memperkuat persatuan dan keutuhan bangsa dan negara
Indonesia.45
Keempat faktor ini pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah
berkembang dari sebelum bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan dan kolonialisme dari bangsa lain. Pencarian
identitas nasional bangsa Indonesia pada dasarnya terkait erat
dengan perjuangan rakyat Indonesia untuk membangun bangsa dan
negara dengan konsep nama Indonesia. Bangsa dan negara
Indonesia dibangun dari unsur-unsur masyarakat lama dan
dibangun menjadi satu kesatuan bangsa dan negara dengan prinsip-
prinsip nasionalisme modern. Oleh karena itu pembentukan
identitas nasional lndonesia sangat melekat pada unsur-unsur lain
seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama dan geografis, yang
saling terkait dan dibentuk melalui proses yang cukup panjang.46

H. Pancasila Sebgai Identitas Nasional


Jika definisi budaya ini ditarik ke dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, maka negara Indonesia membutuhkan rencana masa
depan untuk bangsa sehingga masyarakat dapat beradaptasi dengan
situasi dan lingkungan baru, yaitu kehidupan berbangsa yang
memperhatikan kepentingan individu. atau kelompok.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap bangsa mana pun di dunia ini
pasti memiliki identitas yang sesuai dengan latar belakang budaya
masing-masing. Budaya merupakan proses cipta, rasa, dan karsa

45
Id. at 46
46
Ibid

33
yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terus-menerus.
Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses
inkulturasi dan akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa
Indonesia merupakan konsekuensi dari proses inkulturasi dan
akulturasi tersebut.47
Budaya bangsa Indonesia adalah hasil dari inkulturasi, yang
merupakan proses mengintegrasikan berbagai elemen budaya
dalam kehidupan masyarakat sehingga membuat masyarakat
berkembang secara dinamis. J.W.M. Bakker menyebutkan adanya
beberapa saluran inkulturasi, yang meliputi: jaringan pendidikan,
kontrol, dan bimbingan keluarga, struktur kepribadian dasar, dan
ekspresi diri. Budaya Indonesia juga merupakan hasil akulturasi.
Akulturasi merupakan perubahan besar yang terjadi sebagai akibat
dari kontak budaya yang sudah lama ada. Hal-hal yang terjadi
dalam akulturasi meliputi:
1) Substitusi; penggantian elemen atau kompleks yang ada oleh
orang lain yang mengambil alih fungsinya dengan perubahan
struktural minimal;
2) Sinkretisme; mencampur unsur-unsur lama untuk membentuk
sistem baru;
3) Penambahan; elemen atau kompleks baru;
4) Originasi; pertumbuhan elemen baru untuk memenuhi
kebutuhan situasi yang berubah;
5) Penolakan; perubahan yang cepat dapat membuat sejumlah
besar orang tidak dapat menerimanya, menyebabkan perlawanan
total atau pemberontakan atau gerakan kebangkitan.
Penjelasan tentang Pancasila sebagai identitas nasional atau juga
disebut sebagai identitas bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam
berbagai literatur, baik dalam bentuk diskusi tentang sejarah
bangsa Indonesia maupun dalam bentuk diskusi tentang
pemerintahan di Indonesia. Setelah bangsa Indonesia lahir dan
menyelenggarakan kehidupan bernegara selanjutnya mulai
dibentuk dan disepakati apa saja yang dapat dijadikan identitas

47
Paristiyanti dkk, Pendidikan Pancasila. (Jakarta, Dirjen Pembelajaran
dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi,
2016), hlm 61.

34
nasional Indonesia 48 . As'ad Ali dalam buku Negara Pancasila;
Jalan Kemashlahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila
sebagai identitas budaya dapat dilacak dari kehidupan keagamaan
yang ada di masyarakat Indonesia. Karena tradisi dan budaya
bangsa Indonesia dapat dilacak melalui peran agama besar.
Proses Pancasila tidak seperti ideologi lain, yang hanya merupakan
hasil dari pikiran seseorang tetapi melalui proses kasualitas, itu
menjadi nilai-nilai Pancasila dasar negara dalam kehidupan sehari-
hari sebagai pandangan hidup suatu bangsa, dan sekaligus sebagai
filosofi kehidupan Indonesia. Dalam hal ini bangsa Indonesia
sebagai penyebab materialis Pancasila. Perspektif kehidupan dan
filosofi hidup adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang diyakini oleh
orang Indonesia sebagai kebenaran yang telah menyebabkan tekad
mereka untuk mewujudkannya dalam sikap dan perilaku mereka.
Pandangan hidup dan filosofi hidup adalah kekuatan pendorong
untuk tindakan dan tindakan dalam mencapai tujuannya. Dari
pandangan hidup ini, dapat dilihat cita-cita yang harus dicapai oleh
bangsa, apa saja gagasan kejiwaan yang harus diwujudkan dalam
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kegiatan
tersebut terjadi interaksi antaretnis, antarbudaya, antarbahasa,
antargolongan yang terus menerus dan akhirnya menyatu
berafiliasi dan memperkokoh NKRI49.
Ketika para pendiri negara Indonesia bersiap untuk pembentukan
negara Indonesia yang merdeka, mereka sepenuhnya sadar untuk
menjawab pertanyaan mendasar ‘atas dasar apa negara Indonesia
merdeka didirikan? ' Dengan jawaban yang mengandung makna
hidup bagi rakyat Indonesia sendiri, yang merupakan perwujudan
dan manifestasi dari nilai-nilai yang mereka miliki, mereka
diyakini hidup dengan kebenaran mereka sepanjang masa dalam
sejarah perkembangan dan pertumbuhan masyarakat. bangsa sejak
lahir.
Nilai-nilai ini adalah hasil pemikiran dan ide dasar masyarakat
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik. Cara berpikir,

48
Id. at 37
49
Ibid

35
bersikap, dan berperilaku bangsa Indonesia tersebut menjadi
pembeda dari cara berpikir, bersikap, dan berperilaku bangsa
lain. 50 Realitas ini adalah realitas objektif yang merupakan
identitas nasional Indonesia.

50
Id. at 42

36
BAB 3
Negara dan Konstitusi

A. Pengertian Negara
Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiaap warga mayarakat
menjadi anggota dari suatu negara dan harus tunduk pada
kekuasaan negara. Melalui kehidupan bernegara dengan
pemerintah yang ada di dalamnya, masyarakat ingin mewujutkan
tujuan-tujuan tertentu seperti terwujudnya kertentaraman,
ketertiban, dan kesejahteraan masyarakat.
Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur
kehidupan masyarakat tidak bertindak seenaknya, maka ada
system aturan tersebut menggambarakan suatu hierakhi atau
pertindakan dalam aturan yang paling tinggi tingkatanya sampai
pada aturan yang paling rendah.
Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan
bangunan, negara sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri
kokoh tanpa pondasi yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir
setiap negara mempunyai konstitusi, terlepas dari apakah
konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan optimal atau belum.
Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya tak
bisa dipandang sebelah mata.

B. Pengertian Bangsa dan Negara


Negara adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki
identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama,
budaya, dan sejarah. Dalam pengertian lainnya, bangsa adalah
sekelompok manusia yang dipersatukan karena memiliki
persamaan sejarah dan cita-cita yang mana mereka terikat di dalam
satu tanah air. Sedangkan, pengertian bangsa dalam arti
sosiologis/antropologis adalah perkumpulan orang yang saling
membutuhkan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama
dalam suatu wilayah. Sedangkan, dalam arti politis Pengertian
Bangsa adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama
dan tunduk pada kedaulatan negara sebagai satu kekuasaan
tertinggi ke luar dan ke dalam.

37
Dalam Insiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman
dalam mengatur kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan
Negara yang mencakup berbagai kehidupan. Dasar Negara yang di
gunakan di Indonesia adalah Pancasila, nilai-nilai luhur yang
terkandung. Pancasila telah ada dalam kalbu bangsa jauh sebelum
Indonesia merdeka.
Secara historis pengertian Negara senantiasa berkembang sesuai
dengan kondisi masyarakat pada saat ini. Pengertian tentang
Negara telah banyak didefinisikan oleh para ahli filsuf Yunani
Kuno, para ahli abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa
pendapat tersebut antara lain:
a. Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah
komunitas keluarga dan kumpulan keluarga yang sejahtera demi
kehidupan yang sempurna dan berkecukupan.
b. Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan
yang tertata dengan baik dari beberapa keluarga serta kepentingan
bersama mereka oleh kekuasaan berdaulat.
c. Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan
Achmad Zubaidi, 2007), negara adalah alat atau wewenang yang
mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama
masyarakat.
d. Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara
adalah asosiasa yang menyelenggarakan penertiban dalam suatu
wilayah berdasarkan system hukum diselenggarakan oleh
pemerintah diberi kekuasaan memeksa.
e. Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial
yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil
menuntut dari warganya untuk ketaatan melalui kekuasaan yang
sah. Plato bahwa negara organic bukanlah rakyat semata yang
menjadi badan politik, juga bukan orang yang 2.

C. Teori Terjadinya Negara


a. Teori Teokrasi
Menurut teori ini, negara berdasarkan kehendak Tuhan. Paham ini
muncul bahwa keyakinan keagamaan bahwa Tuanlah maha
pencipta di langit dan bumi, pemegang kekuasaan tertinggi, tiada
kekuasaan di dunia ini yang tidak berasal dari tuhan, termasuk

38
negara. Penganut teori ini Thomas Aquinas, Agustinus, FJ. Sthal,
maupun Hegel.
b. Teori Organik
Teori ini pertama kali diperkenalakan oleh tinggal di wilayah
geografis saja, tapi negara harus ada ikatan yang muncul yaitu
keadilan. Negara muncul karena ada kebutuhan yang sangat
banyak dan beragam.
c. Teori Perjanjian
Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu Negara
karena adanya perjanjian masyarakt.
d. Teori Kekuasaan
Menurut teori kekuasan, siapa yang berkemampuan untuk
memiliki kekuasaan atau berhasil mencapai kekuasaan, selayaknya
memegang pucuk pemerintahan.
e. Teori Kedaulatan
Teori kedaulatan rakyat memandang keberadaan Negara karena
adanya kekuasaan tertinggi yang mampu mengatur kehidupan
bersama masyarakat (negara).

D. Bentuk Negara
1. Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara kesatuan adalah Negara yang tersusun tunggal, Negara
yang hanya berdiri satu Negara saja, tidak terdapat Negara dalam
suatu Negara.Dalam pelaksanaan pemerintah derah di nrgara
kesatuan dapat di laksanakan dengan dua alternative system,
yaitu:Sistem desantralisasi, dimana daerah-daerah diberikan
keleluasaan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya
sendiri (otonomi) Sistem sentralisasi: dimana segala sesuatu urusan
dalam Negara tersebut langsung diatur an di urus oleh pemerintah
pusat, termasuk segala hal yang menyangkut pemerintahan dan
kekuasaan di daerah.
2. Negara Serikat (Federasi)
Negara serikat adalah Negara yang merupakan gabungan dari
beberapa, kemudian menjadi negara-negara bagian dari pada suatu
Negara serikat.

39
A. Unsur-Unsur Negara
Menurut Oppenheim-Lauterpacht, unsur-unsur negara adalah:
1. Unsur pembentuk negara (konstitutif): wilayah/daerah, rakyat,
pemerintah yang berdaulat
2. Unsur deklaratif: pengakuan oleh negara lain
A. Wilayah/Daerah
51
Pasal 25A UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebuah Negara kepulauan yang berciri nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
Undang-Undang. Wilayah negara Indonesia berdasarkan
Konferensi Meja Bundar (KMB)
pada tanggal 27 Desember 1949 yang ditandatangani oleh
pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda, meliputi seluruh
daerah bekas jajahan Hindia Belanda. Sedang batas-batasnya
ditentukan dengan perjanjian antarnegara tetangga, baik yang
diadakan sebelum maupun sesudah merdeka. Derah yang
merupakan tempat tinggal rakyat dan tempat pemerintah
melakukan kegiatan merupakan wilayah Negara dengan batas-
batas tertentu. Batas-batas wilayah yang ditempati rakyat
Indonesia sebagai berikut ini :
1) Daratan
Wilayah daratan ada di permukaan bumi dalam batas-batas tertentu
dan di dalam tanah di bawah permukaan bumi. Artinya, semua
kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi dalam batas-batas
negara adalah hak sepenuhnya negara pemilik wilayah.
Batas-batas wilayah daratan suatu negara dapat berupa:
 Batas alam, misalnya: sungai, danau, pegunungan, lembah
 Batas buatan, misalnya: pagar tembok, pagar kawat berduri,
parit
 Batas menurut ilmu alam: berupa garis lintang dan garis bujur
peta bumi
2) Lautan

51
Ibnu Hurri, H., S.Sos., M.Pd, Asep Munajat, M.Pd,
PENDIDIKANsKEWARGANEGARAAN, hal 44

40
Lautan yang merupakan wilayah suatu negara disebut laut teritorial
negara itu, sedangkan laut di luarnya disebut laut terbuka (laut
bebas, mare liberum). Tidak ada ketentuan dalam hukum
internasional yang menyeragamkan lebar laut teritorial setiap
negara. Kebanyakan negara secara sepihak menentukan sendiri
wilayah lautnya. Tentang batas lautan diantaranya sebagai berikut:
1. Batas laut territorial setiap negara berdaulat atas lautan teritorial
yang jaraknya sampai 12 mil laut, diukur dari garis lurus yang
ditarik dari pantai.
2. Batas zona bersebelahan di luar batas laut teritorial sejauh 12
mil laut atau 24 mil dari pantai.
3. Batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). ZEE adalah wilayah laut
suatu negara pantai yang batasnya 200 mil laut diukur dari pantai.
4. Batas landas benua. Landas benua adalah wilayah lautan suatu
negara yang batasnya lebih dari 200 mil laut.
3) Udara
Wilayah udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan lautan
negara itu. Kekuasaan atas wilayah udara suatu negara itu pertama
kali diatur dalam Perjanjian Paris pada tahun 1919 (dimuat dalam
Lembaran Negara Hindia Belanda No.536/1928 dan
No.339/1933). Perjanjian Havana pada tahun 1928 yang dihadiri
27 negara menegaskan bahwa setiap negara berkuasa penuh atas
udara di wilayahnya. Hanya seizin dan atau menurut perjanjian
tertentu, pesawat terbang suatu negara boleh melakukan
penerbangan di atas negara lain. Demikian pula Persetujuan
Chicago 1944 menentukan bahwa penerbangan internasional
melintasi negara tanpa mendarat atau mendarat untuk tujuan transit
dapat dilakukan hanya seizin negara yang bersangkutan.
Sedangkan Persetujuan Internasional 1967 mengatur tentang
angkasa yang tidak bisa dimiliki oleh negara di bawahnya dengan
alasan segi kemanfaatan untuk semua negara dan tujuan
perdamaian.
4) Wilayah Ekstrateritorial
Suatu wilayah atau daerah karena ketetapan hukum internasional,
maka dianggap sebagai wilayah atau bagian wilayah dari suatu
Negara. Hal – hal yang termasuk dalam ketetapan hukum
internasional tersebut yakni, kapal -kapal yang berlayar di laut
41
terbuka di bawah bendera Negara tertentu dan tempat atau daerah
kerja perwakilan diplomatik.

B. Rakyat
52
Rakyat (Inggris: people; Belanda: volk) adalah kumpulan
manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat penghuni
suatu negara, meskipun mereka ini mungkin berasal dari keturunan
dan memiliki kepercayaan yang berbeda. Selain rakyat, penghuni
negara juga disebut bangsa. Para ahli menggunakan istilah rakyat
dalam pengertian sosiologis dan bangsa dalam pengertian politis.
Rakyat adalah sekelompok manusia yang memiliki suatu
kebudayaan yang sama, misalnya memiliki kesamaan bahasa dan
adat istiadat. Sedangkan bangsa – menurut Ernest Renan – adalah
sekelompok manusia yang dipersatukan oleh kesamaan sejarah dan
cita-cita. Hasrat bersatu yang didorong oleh kesamaan sejarah dan
cita-cita meningkatkan rakyat menjadi bangsa. Dengan perkataan
lain, bangsa adalah rakyat yang berkesadaran membentuk negara.
Suatu bangsa tidak selalu terbentuk dari rakyat seketurunan,
sebahasa, seagama atau adat istiadat tertentu kendati kesamaan itu
besar pengaruhnya dalam proses pembentukan bangsa. Sekadar
contoh, bangsa Amerika Serikat sangat heterogen, banyak ras,
bahasa dan agama; bangsa Swiss menggunakan tiga bahasa yang
sama kuatnya; bangsa Indonesia memiliki ratusan suku, agama,
bahasa dan adat istiadat yang berbeda.
Secara geopolitis, selain harus memiliki sejarah dan cita-cita yang
sama, suatu bangsa juga harus terikat oleh tanah air yang sama.
Beberapa istilah yang erat pengertiannya dengan rakyat:
1. Rumpun (ras), diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
merupakan suatu kesatuan karena berciri jasmaniah yang sama,
misalnya: warna kulit, warna rambut, bentuk badan, wajah, etc.
2. Bangsa (volks), diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
merupakan suatu kesatuan karena kesamaan kebudayaan,
misalnya: bahasa, adat/ kebiasaan, agama dan sebagainya.

52
Teuku Saiful Bahri Johan, Perkembangan Ilmu Negara dalam
Peradaban Globalisasi Dunia, hal 120

42
3. Nation (natie), diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
merupakan suatu kesatuan karena memiliki kesatuan politik yang
sama.
Rakyat merupakan unsur terpenting dalam negara karena
manusialah yang berkepentingan agar organisasi negara dapat
berjalan dengan baik. Rakyat suatu negara dibedakan antara: a)
penduduk dan bukan penduduk; b) warga negara dan bukan warga
negara. Penduduk ialah mereka yang bertempat tinggal atau
berdomisili tetap di dalam wilayah negara. Sedangkan bukan
penduduk ialah mereka yang ada di dalam wilayah negara, tetapi
tidak bermaksud bertempat tinggal di negara itu. Warga negara
ialah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari
suatu negara. Sedangkan bukan warga negara disebut orang asing
atau warga negara asing (WNA).
George Jellinek mengemukakan empat status bangsa, yaitu:
1. Status positif, yaitu status yang memberikan hak kepada warga
negara untuk menuntut tindakan positif negara mengenai
perlindungan atas jiwa raga, hak milik, kemerdekaan, dan
sebagainya;
2. Status negatif, yaitu status yang menjamin warga negara bahwa
negara tidak ikut campur terhadap hak-hak azasi (hak-hak privat)
warga negaranya.
3. Status aktif, yaitu status yang memberikan hak kepada setiap
warga negara untuk ikut serta dalam pemerintahan, misalnya
melalui hak pilih (aktif: memilih, pasif: dipilih).
4. Status pasif, yaitu status yang memberikan kewajiban kepada
setiap warga negara untuk taat dan tunduk kepada negara.

C. Pemerintah yang Berdaulat


Istilah Pemerintah merupakan terjemahan dari kata asing
Government (Inggris),Gouvernement (Prancis) yang berasal dari
kata Yunani κουβερµαν yang berarti mengemudikan kapal
(nahkoda). Dalam arti luas, pemerintah adalah gabungan dari
semua badan kenegaraan (eksekutif, legislatif, yudikatif) yang
berkuasa memerintah di wilayah suatu negara. Dalam arti sempit,
Pemerintah mencakup lembaga eksekutif saja.

43
Menurut Utrecht, istilah Pemerintah meliputi pengertian yang tidak
sama sebagai berikut:
1. Pemerintah sebagai gabungan semua badan kenegaraan atau
seluruh alat perlengkapan negara adalam arti luas yang meliputi
badan legislatif, eksekutif dan yudikatif.
2. Pemerintah sebagai badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa
memerintah di wilayah suatu negara (dhi. Kepala Negara).
3. Pemerintah sebagai badan eksekutif (Presiden bersama menteri-
menteri: kabinet).
Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari sovereignty
(Inggris), souveranete (Prancis),sovranus (Italia) yang semuanya
diturunkan dari kata supremus (Latin) yang berarti tertinggi.
Kedaulatan berarti kekuasan yang tertinggi, tidak di bawah
kekuasaan lain.
Pemerintah yang berdaulat berarti pemerintah yang memegang
kekuasaan tertinggi di dalam negaranya dan tidak berada di bawah
kekuasaan pemerintah negara lain. Maka, dikatakan bahwa
pemerintah yang berdaulat itu berkuasa ke dalam dan ke luar:
1. Kekuasaan ke dalam, berarti bahwa kekuasaan pemerintah itu
dihormati dan ditaati oleh seluruh rakyat dalam negara itu;
2. Kekuasaan ke luar, berarti bahwa kekuasaan pemerintah itu
dihormati dan diakui oleh negara-negara lain.
Jean Bodin (1530-1596), seorang ahli ilmu negara asal Prancis,
berpendapat bahwa negara tanpa kekuasaan bukanlah negara.
Dialah yang pertama kali menggunakan kata kedaulatan dalam
kaitannya dengan negara (aspek internal: kedaulatan ke dalam).
Kedaulatan ke dalam adalah kekuasaan tertinggi di dalam negara
untuk mengatur fungsinya. Kedaulatan ke luar adalah kekuasaan
tertinggi untuk mengatur pemerintahan serta memelihara keutuhan
wilayah dan kesatuan bangsa (yang selayaknya dihormati oleh
bangsa dan negara lain pula), hak atau wewenang mengatur diri
sendiri tanpa pengaruh dan campur tangan asing.
Grotius (Hugo de Groot) yang dianggap sebagai bapak hukum
internasional memandang kedaulatan dari aspek eksternalnya,
kedaulatan ke luar, yaitu kekuasaan mempertahankan
kemerdekaan negara terhadap serangan dari negara lain.
Sifat-sifat kedaulatan menurut Jean Bodin:

44
1. Permanen/ abadi, yang berarti kedaulatan tetap ada selama
negara masih berdiri.
2. Asli, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak berasal adari
kekuasaan lain yang lebih tinggi.
3. Tidak terbagi, yang berarti bahwa kedaulatan itu merupakan
satu-satunya yang tertinggi di dalam negara.
4. Tidak terbatas, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak dibatasi
oleh siapa pun, karena pembatasan berarti menghilangkan ciri
kedaulatan sebagai kekuasaan yang tertinggi.

D. Pengakuan Oleh Negara Lain


Pengakuan oleh negara lain didasarkan pada hokum internasional.
Pengakuan itu bersifat deklaratif/evidenter, bukan konstitutif.
Adanya pengakuan dari negara lain menjadi tanda bahwa suatu
negara baru yang telah memenuhi persyaratan konstitutif diterima
sebagai anggota baru dalam pergaulan antarnegara. Dipandang dari
sudut hukum internasional, faktor pengakuan sangat penting, yaitu
untuk:
 Tidak mengasingkan suatu kumpulan manusia dari hubungan-
hubungan
internasional;
 Menjamin kelanjutan hubungan-hubungan intenasional dengan
jalan mencegah kekosongan hukum yang merugikan, baik bagi
kepentingan-kepentingan individu maupun hubungan antarnegara.
Menurut Oppenheimer, pengakuan oleh negara lain terhadap
berdirinya suatu negara semata-mata merupakan syarat konstitutif
untuk menjadi an international person. Dalam kedudukan itu,
keberadaan negara sebagai kenyataan fisik (pengakuan de facto)
secara formal dapat ditingkatkan kedudukannya menjadi suatu
judicial fact (pengakuan de jure). Pengakuan de facto adalah
pengakuan menurut kenyataan bahwa suatu negara telah berdiri
dan menjalankan kekuasaan sebagaimana negara berdaulat
lainnya. Sedangkan pengakuan de jure adalah pengakuan secara
hukum bahwa suatu negara telah berdiri dan diakui kedaulatannya
berdasarkan hukum internasional.
Perbedaan antara pengakuan de facto dan pengakuan de jure antara
lain adalah:
45
1. Hanya negara atau pemerintah yang diakui secara de jure yang
dapat mengajukan klaim atas harta benda yang berada dalam
wilayah negara yang mengakui.
2. Wakil-wakil dari negara yang diakui secara de facto secara
hukum tidak berhak atas kekebalan-kekebalan dan hak-hak
istimewah diplomatik secara penuh.
3. Pengakuan de facto – karena sifatnya sementara – pada
prinsipnya dapat ditarik kembali.
4. Apabila suatu negara berdaulat yang diakui secara de jure
memberikan kemerdekaan kepada suatu wilayah jajahan, maka
negara yang baru merdeka itu harus diakui secara de jure pula.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia menyatakan
kemerdekaannya. Unsur-unsur negara terpenuhi pada tanggal 18
Agustus 1945. Pengakuan pertama diberikan oleh Mesir, yaitu
pada tanggal 10 Juni 1947. Berturut-turut kemerdekaan Indonesia
itu kemudian diakui oleh Lebanon, Arab Saudi, Afghanistan, Syria
dan Burma.
Pengakuan de facto diberikan Belanda kepada Republik Indonesia
atas wilayah Jawa, Madura dan Sumatra dalam Perundingan
Linggarjati tahun 1947. Sedangkan pengakuan de jure diberikan
Belanda pada tanggal 27 Desember 1949 dalam Konferensi Meja
Bundar (KMB).Pengakuan terhadap negara baru dalam
kenyataannya lebih merupakan masalah politik daripada masalah
hukum. Artinya, pertimbangan politik akan lebih berpengaruh
dalam pemberian pengakuan oleh negara lain. Pengakuan itu
merupakan tindakan bebas dari negara lain yang mengakui
eksistensi suatu wilayah tertentu yang terorganisasi secara politik,
tidak terikat kepada negara lain, berkemampuan menaati
kewajiban-kewajiban hukum internasional dalam statusnya
sebagai anggota masyarakat internasional.

a. Batas Negara
Pengertian Batas Negara
Wilayah negara adalah daerah atau lingkungan yang menunjukkan
batas-batas suatu negara, dimana dalam wilayah tersebut negara
yang bersangkutan dapat melaksanakan kekuasaannya, sehingga
menjadi tempat berlindung bagi rakyat sekaligus sebagai tempat

46
bagi tempat untuk mengorganisir dan penyelenggarakan
pemerintahannya. Sebagaimana diatur dalam pasal 1 Konvensi
Montovideo 1933, salah satu unsur yang harus dipenuhi oleh suatu
negara adalah wilayah yang tetap (a permanent territory). Wilayah
disini dimaksudkan sebagai tempat atau ruang bagi warga negara
atau penduduk untuk dapat hidup dan menjalankan aktivitasnya.
1. Wilayah daratan, wilayah daratan tidak sepenuhnya dapat
dimilliki sendiri oleh suatu negara. Perbatasan wilayah suatu
negara umumnya disepakati melalui suatu perjanjian antarnegara
(perjanjian internasional
2. Wilayah lautan, sebagaimana wilayah daratan, wilayah laut pun
memiliki batas-batasnya. Pada mulanya ada dua konsep dasar
mengenai wilayah lautan yaitu sebagai berikut:
 Res nullius, yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa laut dapat
diambil dan dimiliki oleh setiap negara.
 Res communis,yaitu konsepsi yang beranggapan bahwa laut
adalah milik masyarakat dunia, sehingga tidak dapat diambil atau
dimiliki setiap negara.
Saat ini, wilayah laut yang masuk dalam wilayah negara tertentu
disebut perairan wilayah atau laut teritorial. Diluar wilayah laut
merupakan laut bebas atau perairan internasional (mare liberum).
b. Fungsi dan Tujuan Negara
Fungsi Negara
Fungsi negara pada umumnya mencakup 4 hal, yaitu:
1. Fungsi keamanan dan ketertiban
2. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran
3. Fungsi pertahanan
4. Fungsi keadilan
Tujuan Negara
Adapun tujuan negara bermacam-macam antara lain:
1. Untuk memperluas kekuasaan
2. Untuk menyelenggarakan ketertiban hokum
3. Untuk mencapai kesejahteraan umum

E. Sejarah dan Pengertian Konstitusi

47
Konstitusi berasal dari bahasa Inggris “Constitution” atau dari
bahasa Belanda “Constitutie”, yang terjemahannya adalah
Undang-Undang Dasar. Lasalle berpendapat bahwa konstitusi
yang sesungguhnya menggambarkan hubungan antara kekuasaan
yang terdapat dalam masyarakat. Konstitusi merupakan sumber
pokok dari kelahiran pemerintah. Dengan demikian, konstitusi
adalah merupakan de hooghste politieke beslissing, yang berisi
segala sistem dan struktur politik berikut serta tata hidup
masyarakat negara. Fungsi dari konstitusi adalah mengantarkan
cita-cita manusia dalam hidup bernegara.
Menurut Kaelan dan Zubaidi, (2007:81-82) konsensus yang
menjamin tegaknya konstitusi dizaman modern dewasa ini pada
umumnya dipahami berdasarkan pada tiga elemen kesepakatan
atau consensus, yaitu :
1. Cita-cita bersama yang sangat menentukan tegaknya
konstitusialisme dan konstitusi dalam suatu negara.
2. Kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan
hukum dan konstitusi.
Di dalam sebuah negara, pastilah terdapat konstitusi karena
konstitusi adalah hal paling fundamental yang mengatur jalan nya
sebuah pemerintahan. Selain itu konstitusi juga mengatur tugas
atau pembagian wewenang/kekuasaan diantara legislatif, eksekutif
dan yudikatif. Indonesia memiliki konstitusi yaitu Undang-Undang
Dasar tahun 1945, maka UUD 1945 inilah yang menjadi landasan
atau acuan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan. Selain itu
undang undang 1945 ini adalah sumber hukum tertinggi dari
negara Indonesia. Undang-undang dasar atau konstitusi negara
tidak hanya berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah, akan
tetapi juga menggambarkan struktur pemerintahan suatu negara.
 Pengertian konstitusi menurut para ahli:
a. K.C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem
ketatanegaraaan suatu Negara yang berupa kumpulan peraturan
yang membentuk mengatur/memerintah dalam pemerintahan suatu
negara.
b. Herman Heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD.
Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan
politis.
48
c. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang
terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai
kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya kepala negara
angkatan perang, partai politik, dsb.
d. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis
maupun peraturan tak tertulis.
e. Koernimanto Soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa
latin cisme yang berarti bersama dengan dan statute yang berarti
membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan
secara bersama.
 Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian
yaitu;
1) Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum
dan semua organisasi yang ada di dalam Negara.
2) Konstitusi sebagai bentuk Negara.
3) Konstitusi sebagai faktor integrasi.
4) Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang
tertinggi di dalam Negara.
 Tujuan konstitusi yaitu:
a. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang-
wenang maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa,
konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan
penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak.
b. Melindungi HAM maksudnya setiap penguasa berhak
menghormati HAM orang lain dan hak memperoleh perlindungan
hukum dalam hal melaksanakan haknya.
c. Pedoman penyelenggaraan Negara maksudnya tanpa adanya
pedoman konstitusi Negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.
 Nilai konstitusi yaitu:
a. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh
suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku
dalam arti hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam
masyarakat dalam arti berlaku efektif dan dilaksanakan secara
murni dan konsekuen.
b. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum
berlaku, tetapi tidak sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan

49
pasal-pasal tertentu tidak berlaku/tidak seluruh pasal-pasal yang
terdapat dalam UUD itu berlaku bagi seluruh wilayah Negara.
c. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya
untuk kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan,
penguasa menggunakan konstitusi sebagai alat untuk
melaksanakan kekuasaan politik.
Lasalle dalam bukunya Uber Verfassungswesen, menggolongkan
konstitusi ke dalam dua pengertian. Pertama, konstitusi dalam arti
sosiologis antara kekuasaan yang ada dalam masyarakat dengan
golongan yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan. Inilah yang
di sebutnya dengan “riele macht factoren”. Dalam pendapat Lasalle
ini, dapat diterangkan dua arti yang menunjukan pada pengertian
konstitusi, yang pertama berarti bahwa dengan adanya organisasi
yang dilegalisir oleh pemerintah, maka ia dapat menjalankan
fungsinya, hal itu sudah merupakan konstitusi. Kedua, konstitusi
dalam arti yuridis yang dapat diterjemahkan sebagai suatu naskah
yang memuat suatu bangunan Negara dan sendi-sendi
pemerintahan. Kelihatannya para penyusun UUD 1945 menganut
pemikiran sosiologis tersebut, sebab dalam penjelasan UUD 1945
dikatakan :
“Undang-Undang Dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dari
hukumnya dasar Negara itu. Undang-Undang Dasar ialah dasar
yang tertulis, sedang disamping Undang-Undang Dasar itu berlaku
juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan
Negara, meskipun tidak tertulis.”
 Konstitusi suatu negara pada umumnya memuat atau berisi
tentang hal-hal berikut.
1. Gagasan politik, moral, dan keagamaan, serta perjuangan
bangsa. Contohnya, Pembukaan UUD Republik Indonesia 1945.
2. Ketentuan organisasi negara, memuat ketentuan-ketentuan
mengenai pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif, maupun dengan badan-badan negara yang lain.
3. Ketentuan hak-hak asasi manusia, memuat aturan-aturan yang
menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia bagi warga
negara pada negara yang bersangkutan.

50
4. Ketentuan prosedur mengubah undang-undang dasar, memuat
aturan-aturan mengenai prosedur dan syarat dalam mengubah
konstitusi pada negara yang bersangkutan.
5. Ada kalanya konstitusi memuat larangan mengenai mengubah
sifat-sifat tertentu dari undang-undang dasar.

F. Sejarah Konstitusi di Indonsesia


Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus
dirumuskan. Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah
Negara yang berdaulat. Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari
setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang
bahannya diambil dari rancangan undang-undang yang disusun
oleh panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945.
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya
hampir seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh panitia
perancang UUD tanggal 16 Juni 1945.
3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno
sebagai presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai
wakil presiden.
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi komite
Nasional.
5. Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-
Undang Dasar 1945 itu, maka secara formal Indonesia sempurna
sebagai sebuah Negara, sebab syarat yang lazim diperlukan oleh
setiap Negara telah ada yaitu adanya:
 Rakyat, yaitu bangsa Indonesia.
 Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang
hingga ke merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan
kecil.
 Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan
Indonesia.

51
 Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya
sebagai pucuk pimpinan pemerintahan Negara
 Tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan pancasila. Bentuk Negara yaitu Negara kesatuan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, konstitusi atau Undang-
Undang Dasar telah mengalami beberapa perubahan dan masa
berlakunya sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, dengan
rincian sebagai berikut:
1. 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945;
2. 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlaku konstitusi RIS
1949;
3. 17 Agustus 1950-5 Juli 1959 berlaku UUD Sementara 1950;
4. 5 Juli 1950-19 Oktober 1999 berlaku kembali UUD 1945;
5. 19 Oktober 1999-Sekarang berlaku UUD 1945 (hasil
perubahan).

G. Klasifikasi Konstitusi
Perlu kita ketahui konstitusi dapat diklasifikasikan. Bagaimana
UUD 1945 dilihat dari 5 macam klasifikasi yang akan dijabarakan
sebagai berikut Macam-macam klasifikasi menurut K.C Wheare :
a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written
constitution and no written constitution)
b. Kosntitusi fleksibel dan kosntitusi rijid (flexible constitution
and rigid constitution)
c. Kosntitusi derajat-tinggi dan konstitusi tidak derajat-tinggi
(supreme cosntitution dan not supreme constitution)
d. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan (federal constitution
and unitary constitution)
e. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi
sistem pemerintahan parlementer (presidental executive and
parliamentary exacutive constitution).
Pertama, yang dimaksud konstitusi tertulis ialah suatu konstitusi
(UUD) yang dituangkan dalam sebuah dokumen atau beberapa
dokumen formal. Sedangkan konstitusi yang bukan dalam bentuk
tertulis ialah suatu konstitusi yang tidak dituangkan dalam suatu
dokumen formal. Contohnya konstitusi yang berlaku di Inggris,
Israel dan New Zealand.

52
Kedua, James Bryce dalam bukunya Studies in History and
Jurispridence memilah konstitusi fleksibel dan konstitusi rijid
secara luas. Pembagian ini didasarkan atas kriteria atau berkaitan
dengan “cara dan prosedur perubahannya”. Jika suatu konstitusi itu
mudah dalam mengubahnya, maka ia digolongkan pada konstitusi
yang fleksibel. Apabila cara dan prosedur perubahannya sulit,
maka ia termasuk jenis konstitusi yang rijid. Menurut Bryce, ciri
khusus dari konstitusi fleksibel adalah elastis, diumumkan dan
diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang. Sedangkan
untuk ciri konstitusi yang rijid yaitu mempunyai kedudukan dan
derajat lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan yang lain
dan hanya dapat diubah dengan cara yang khusus atau istimewa
atau dengan persyaratan berat. Dalam konteks ini, UUD 1945
dalam realitanya termasuk konstitusi yang rijid.
Ketiga, yang dimaksud dengan konstitusi derajat tinggi adalah
suatu konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam
negara. Di samping itu, jika dilihat dari segi bentuknya, konstitusi
ini berada di atas peraturan perundang-undangan yang lain.
Demikian juga syarat untuk mengubahnya lebih berat
dibandingkan dengan yang lain. Sementara konstitusi tidak derajat
tinggi ialah suatu konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan
serta derajat seperti konstitusi derajat tinggi. Persyaratan untuk
mengubah konstitusi jenis ini sama dengan persyaratan yang
dipakai unttuk mengubah peraturan-peraturan yang lain,
umpamanya undang-undang. Sehingga dalam hal ini UUD 1945
termasuk dalam konstitusi derajat tinggi, hal ini juga dapat dilihat
untuk kedudukan UUD 1945 dalam hirarki peraturan
perundangundangan yang diatur dalam Pasal 7 UU n0 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Keempat, klasifikasi yang berkaitan erat dengan bentuk suatu
Negara. Artinya, jika bentuk suatu negara serikat, maka akan
didapatkan sistem pembagian kekuasaan antara pemerintah Negara
serikat dengan pemerintah Negara bagian. Pembagian kekuasaan
tersebut diatur dalam konstitusi atau undang-undang dasarnya.
Dalam negara kesatuan pembagian kekuasaan tersebut tidak
dijumpai, karena seluruh kekuasaanya tersentralkan di pemerintah
pusat, walaupun dikenal juga sistem desentralisasi. Hal ini juga

53
diatur dalam konstitusi kesatuannya. Seperti tercantum dalam
Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945 bahwa Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik. Sehingga dalam hal ini UUD
termasuk dalam konstitusi kesatuan.
Kelima atau terakhir klasifikasi sistem pemerintahan presidensial
dan sistem pemerintahan parlementer. Untuk sistem pemerintahan
presidensial mempunyai ciri-ciri pokok yaitu
a. Mempunyai kekuasaan nominal sebagai Kepala Negara,
Presiden juga berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan (yang
belakang ini lebih dominan)
b. Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan
tetapi dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih seperti
Amerika Serikat
c. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.
d. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan
legislatif dan tidak dapat memerintahkan diadakan pemilihan.
Sedangkan untuk sistem pemerintahan parlementer yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kabinet yang dipilih oleh perdana menteri dibentuk atau
berdasarkan kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen.
b. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya, mungkin sebgaian
adalah anggota parlemen.
c. Perdana menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada
parlemen.
d. Kepala Negara dengan saran atau nasihat perdana menteri dapat
membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakannya
pemilihan umum.
Berdasarkan klasifikasi konstitusi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa UUD 1945 termasuk dalam klasifikasi konstitusi tertulis
dalam arti dituangkan dalam dokumen, konstitusi rijid, konstitusi
berderajat tinggi, konstitusi kesatuan, dan yang terakhir termasuk
konstitusi yang menganut sistem pemerintahan campuran. Karena
dalam UUD 1945 di samping mengatur ciri-ciri pemerintahan
presidensial, juga mengatur beberapa ciri sistem pemerintahan
parlementer. Di sinilah keunikan negara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

54
BAB 4
Hubungan Negara dan Warga Negara

A. Hubungan negara dan warga Negara


1) Hakikat hubungan negara dan warga negara
Membicarakan hubungan antara negara dan warga negara pada
hakikatnya adalah membicarakan seuatu hubungan kekuasaan,
ialah anatara yang berkekuasaan dan yang dikuasai 53 . Dalam
banyak pembicaraan, ‘negara’ yang terpersonifikasi dalam rupa
para pejabat penyelenggara kekuasaan negara, baik yang
berkedudukan dalan jajaran yang sipil maupun yang militer itulah
yang sering diidentifikasi sebagai sang penguasa. Sementara itu,
yang seringkali hendak diidentifikasi sebagai pihak yang dikuasai
tidaklah lain daripada si ‘masyatakat’, atau tepatnya para ‘warga
negara’.
Sebagai warga negara, bentuk ketertarikan kita terhadap negara
adalah adanya hak dan kewajiban secara timbal balik
(resiprokalitas). Warga negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap negara, sebaliknya pula negara pula memiliki hak dan
kewajiban terhadap warga negara. Hak dan kewajiban warga
negara merupakan isi konsitusi negara perihal hubungan antara
warga negara dengan negara. Di indonesia, peraturan hak dan
kewajiban warga negara diatur dalan UU NRI 1945. Hubungan
antara warga negara dan negara, menurut Kuncoro Purbopranoto
(Cholisin, 1999:21) dapat dilihat dari perspektif hukum, politik,
kebudayaan dan kesusilaan. Namun perspektif yang aktual dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara adalah perspektif hukum dan
politik.
Pandangan dari perspektif hukum didasarkan pada konsepsi bahwa
warga negara adalah seluruh individu yang mempunyai ikatan
hukum dengan suatu negara (Isjwawra, 1980:90). Hubungan
hukum antara warga negara dan negara dibedakan atas: pertama,
hubungan sederajat dan tidak sederajat dan kedua, hubungan
timbal balik timbang timpang.

53
Prof. Dr. H. Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
perguruan tinggi. Yogyakarta. Paradigma.

55
Hubungan hukum yang cocok antara warga negara dan negara
dengan pemerintah yang berasaskan kekeluargaan adalah sederajat
dan timbal balik. Pendapat ini didasarkan pada pendapat Kuncoro
Purbopranoto (Choloson, 1999:22) tentang governants dan
governies atau yang memerintah dan yang diperintah. Dalam
konteks pemerintahan seperti ini,tidak lagi dikenal perbedaan sifat
atau hakikat, tetapi yang ada adalah perbedaan fungsi, yang pada
hakikatnya merupakan kesatuan. Governants dan governies
merupakan komponen yang hakikatnya sama-sama berwujud
manusia, oleh karena itu keduanya sudah seharusnya merupakan
satu kesatuan didalam mewujudkan kehidupan negara yang
manusiawi atau berpihak pada manusia 54 . Sedangkan perbedaan
fungsi keduanya adalah perbedaan fungsi yang berimplikasi pada
perbedaan tugas.
Dalam konteks hubungan yang timbal balik, warga negara dan
negara memiliki kedudukan yang tidak sederajat dan timpang
timpang, dapat berakibat pada sulitnya penciptaan hubungan yang
harmonis antara keduanya. Karena pihak yang diletakkan pada
kedudukan yang lebih tinggi cenderung akan melakuakan tindakan
yang berbau dominasi dan hegemoni terhadap pihak yang
diletakkan pada kedudukan yang lebih rendah.
Menurut Hadjoen (Cholisin, 1999:23) hubungan hukum yang
sederajat dan timbal balik, sesuai dengan elemen atau ciri negara
hukum Pancasila, yang meliputi (a) Keserasian hubungan antara
pemerintah dengan rakyat berdasarkan asa kerukunan: (b)
hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga
negara: (c) prinsip penyelesaian masalah secara musyawarah dan
peradilan merupakan sarana terakhir, (d) keseimbangan antara hak
dan kewajiban. Sifat hubungan hukum antara warga negara dengan
pemerintah Indonesia dapat diformulasikan sebagai hubungan
hukum yang bersifat sederajat, timbal balik dan keseimbangan
antara hak dan kewajiban. Di dalam pelaksanaan hukum tersebut
harus disesuaikan juga dengan tujuan hukum di negara Pancasila
yaitu memelihara dan mengembangkan budi pekerti, kemanusiaan

54
Ibid.

56
serta cita-cita moral rakyat yang luhur berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa.

2) Wujud Hubungan Negara dan Warga negara


Wujud hubungan warga negara dengan negara pada dasarnya
berupa peranan (role)55. Peranan pada dasarnya merupakan tugas
apa yang dilakukan sesuai dengan tugas yang dimiliki dalam status
sebagai warga negara. Suatu peranan tertentu, menurut Soerjono
Sukanto dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur sebagai berikut:
(a) Peranan yang ideal (ideal role); (b) peranan yang seharusnya
(expected role); (c) peranan menurut diri sendiri (perceined role);
(d) peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role). Dilihat dari
status warga negara, yang meliputi status pasif, aktif, negatif, dan
positif, maka peranan warga negara juga bersifat aktif, pasif,
negatif dan positif secara komprehensif56.
Peranan pasif, merupakan kepatuhan terhadap peraturan perunang-
undangan yang berlaku, sbagai cerminan seorang warga negara
yang taat, patuh dan loyal kepada negara. Peranan aktif, merupakan
aktivitas warga negara untuk berpartisipasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, terutama dalam ikut serta mempengaruhi
kebijakan pemerintah. Peranan positif merupakan aktivitas warga
negara untuk meminta pelayanan kepada negara yang memang
memiliki fungsi pelayanan umum (public service) untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidup warganya. Peranan negatif, merupakan
aktivitas warga negara untuk menolak campur tangan negara
(pemerintah) dalam persoalan atau hak yang bersifat pribadi.

B. Hak dan kewajiban negara dan warga negara.


1) Hak dan kewajiban warga negara terhadap negara.
Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh
warga negara guna melakukan sesuatu sesuai peraturan
perundangundangan.Dengan kata lain hak warga negara

55
Ibid.
56
Sulaiman. M.A, 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan
tinggi. Banda Aceh. Yayasan PeNA.

57
merupakan suatu keistimewaan yan menghendaki agar warga
negara diperlakukan keistimewaan tersebut. Sedangkan Kewajiban
warga negara adalah suatu keharusan yang tidak boleh
ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan bermasyarkat
berbangsa dan bernegara 57 . Kewajiban warga negara dapat pula
diartikan sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus diperbuat
oleh seseorang warga negara sesuai keistimewaan yang ada pada
warga lainnya 58 . Hak dan kewajiban warga negara ditetapkan
dalam UUD 1945 dalam pasal 27 * sampai pasal 34. Berikut
dijelaskan beberapa hak dan kewajiban tersebut 59 :
Hak warga negara dari Negara.
1) Hak kesamaan kedudukan dihadapkan hukum dan
pemerintahan. Tercantum dalam Pasal 27 ayat (1), yaitu: “tiap-tiap
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.”
2) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan, tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945, yaitu:
“tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.”
3) Hak berpendapat/kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945, yaitu: “kemerdekaan
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan
maupun tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.”
4) Kemerdekaan dalam memeluk agama, tercantum dalam Pasal 29
ayat (1) dan (2) UUD 1945, yaitu: ayat (1) menyatakan “Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selanjutnya
penjelasan UUD 1945 menyebutkan bahwa atas ini menyatakan

57
Prof. Dr. H. Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
perguruan tinggi. Yogyakarta. Paradigma.
58
Sulaiman. M.A, 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan
tinggi. Banda Aceh. Yayasan PeNA.
59
Ibid.

58
kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ayat (2) menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing masing dan beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
5) Hak dan kewajiban membela negara, tercantum dalam Pasal 30
ayat (1) UUD 1945, yaitu: “setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
6) Hak mendapatkan pengajaran/pendidikan, tercantum dalam
Pasal 31 ayat (1) dan (2), yaitu: ayat (1) menetapkan “tiaptiap
warga negara berhak mendapat pendidikan.” Untuk itu, pemerintah
menyenggarakan Indonesia dan dipertegas sistemnya dengan ayat
(2) menetapkan “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur
dengan undang-undang.”
7) Hak mengembangkan kebudayaan Nasional Indonesia,
tercantum dalam Pasal 32 ayat (1) UUD 1945, yaitu: “Pemerintah
memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.”60
8) Hak atas kesejahteraan sosial, tercantum dalam Pasal 33 terdiri
dari tiga ayat (1), (2), dan (3), yaitu:
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang


menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
c. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.61
9) Hak untuk mendapatkan keadilan sosial, tercantum dalam Pasal
34 UUD 1945, yaitu: “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.”

60
Ibid.
61
Ibid

59
a) Kewajiban warga negara terhadap Negara.
Setelah memperoleh hak dari negara tentu terdapat pula kewajiban
warga negara terhadap negara. Adapun kewajiban tersebut sebagai
berikut:
1) Kewajiban menaati hukum dan pemerintah, tercantum dalam
Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yaitu:
“tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”62
2) Kewajiban membela negara, tercantum dalam Pasal 27 ayat (3),
yaitu: “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.”
3) Kewajiban menghormati hak asasi manusia orang lain,
tercantum dalam Pasal 28J ayat (1) mengatakan, yaitu: “Setiap
orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain”.63
4) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis Pasal 28J ayat (2) UUD 45.
5) Kewajiban usaha pertahanan dan keamanan negara, tercantum
dalam Pasal 30 ayat (1) UUD 1945. Menyatakan: “Tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”64

2) Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara.

62
Ibid.
63
Yasin Johan. 2016. Hak azasi manusia dan hak serta kewajiban warga
negara dalam hukum positif Indonesia.
64
Sulaiman. M.A, 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan
tinggi. Banda Aceh. Yayasan PeNA

60
Selain hak dan kewajiban warga negara terhadap negara terdapat
pula kewajiban negara terhadap warga negara. Srijanti, dkk (2007)
menjelaskan, hak dan kewajiban negara adalah menggambar apa
yang seharusnya diterima dan dilakukan oleh negara atau
pemerintah dalam melindungi dan menjamin kelangsungan
kehidupan negara serta tercapainya cita-cita dan tujuan nasional
sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945.65

a. Hak negara atau pemerintah adalah sebagai berikut:


1) Menciptakan peraturan dan Undang-Undang yang dapat
mewujudkan ketertiban dan keamanan bagi seluruh rakyat.
2) Melakukan monopoli terhadap sumber daya yang menguasai
hajat hidup orang banyak.66
b. Kewajiban negara atau pemerintah sebagaimana tersebut dalam
tujuan negara dalam pembukaan UUD 2945 (point a, b, c, dan d)67
dan kewajiban negara menurut undang-undang serta UUD
meliputi:
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Indonesia.
2) Memajukan kesejahteraan umum.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia beradasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Selanjutnya sehubungan dengan hak dan kewajiban negara
terhadap warga negara, menurut Winarno (2014), adalah sebagai
berikut:
1) Hak negara untuk ditaati hukum.
2) Hak negara untuk dibela.

65
Yasin Johan. 2016. Hak azasi manusia dan hak serta kewajiban warga
negara dalam hukum positif Indonesia.
66
Soerjono Soekanto Sosiologi suatu Pengantar, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta 1990 Hlm 269.
67
Nuwardani, Paristiyanti. 2016. Buku ajar mata kuliah wajib umum
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Ristekdikti.

61
3) Hak negara untuk menguasai bumi air dan kekayaan untuk
kepentingan rakyat.
4) Kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil.
5) Kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara.
6) Kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan
nasional untuk rakyat.
7) Kewajiban negara memberikan jaminan sosial.
8) Kewajiban negara memberikan kebebasan beribadah.68
Berdasarkan uraian tersebut memberikan wawasan kepada warga
negara tentang kedudukannya dalam negara. Sebagai warga negara
yang baik tentu tidak selalu menuntut haknya dari negara, namun
ia memikirkan “apa yang bisa aku berikan untuk negara ku.” Ia
lebih banyak menuntut hak dari pada kewajiban. Perlu
diperhatikan bahwa terdapat satu hal paling penting yang diberikan
oleh negara, yaitu pengakuan atau status kewarganegaraan. Setelah
status kewarganegaraan diberikan, maka baru kemudian diikuti
oleh hak-hak lain, jika tidak maka dalam ini tiada hubungan apa-
apa antara orang tersebut dengan negara.69 Negara hanya berhak
memberikan perlindungan hukum dan hak-hak lain kepada warga
negaranya.

68
Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta 1990 Hlm 269.
69
Ibid.

62
BAB 5
Demokrasi Indonesia

A. Definisi Demokrasi
1. Definisi Secara Etimologis dan Terminologis
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani Kuno,
yakni “demos” dan “kratein”. Istilah demokrasi secara
termonilogis berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata, yaitu;
demos (rakyat) dan cratein atau critos (kekuasaan dan kedaulatan).
Perpaduan kata demos dan cratein atau critos membentuk kata
demokrasi, secara umum memiliki pengertian sebagai bentuk
pemerintahan rakyat (goverment of the people) yang mana
kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat dan dilakukan secara
langsung oleh rakyat melalui wakil rakyat melalui mekanisme
pemilihan yang berlangsung secara bebas.
2. Definisi Menurut Para Ahli70
Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi
dan dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan
terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang
merupakan pemegang kekuasaaan untuk membuat undang-
undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam
melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-
undang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara
independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
a. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
b. Demokrasi menurut Aristoteles yaitu prinsip demokrasi ialah
kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap warga
negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam negaranya.
Aristoteles pun mengatakan apabila seseorang hidup tanpa
kebebasan dalam memilih cara hidupnya, maka sama saja seperti
budak.

70
Astawa, I. putu. (2017). Demokrasi indonesia. materi kuliah
kewarganegaraan, 5-6.

63
3. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk
pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan pemerintahan melekat
pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk
mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap
paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
4. Demokrasi menurut International Commission of Juris adalah
bentuk pemerintahan dimana hak dalam membuat suatu keputusan
politik harus diselenggarakan oleh rakyat melalui para wakil yang
terpilih dalam suatu proses pemilu.
5. Henry B. Mayo, yang dimaksud dengan demokrasi adalah suatu
sistem di mana kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas
oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.

B. Unsur unsur dalam demokrasi71


Subandi (2001), menjelaskan terdapat empat belas unsur-unsur
penerapan demokrasi, yaitu:
1) Demokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat.
2) Demokrasi berdasarkan kepentingan umum.
3) Demokrasi menampilkan sosok negara hukum.
4) Negara demokratis menggunakan pemerintahan yang terbatas
kekuasaannya.
5) Semua negara demokrasi menggunakan lembaga perwakilan. (di
Indonesia; MPR, DPR, dan DPD).
6) Negara demokrasi mengakui hak asasi manusia.
7) Kelembagaan negara didasarkan pada pertimbangan yang
bersumber pada kedaulatan rakyat.
8) Setiap demokrasi memiliki tujuan dalam bernegara.
9) Setiap demokrasi memiliki mekanisme pelestariannya.
10) Setiap demokrasi memiliki lembaga eksekutif (di Indonesia;
presiden dan menteri).

71
Sulaiman. (2016). Pendidikan kewarganeraan untuk perguruan negeri.
banda aceh: yayasan PeNA Banda Aceh.hal 85-86

64
11) Setiap demokrasi memiliki kekuasaan kehakiman.
12) Setiap demokrasi, kedudukan warga negaranya sama.
13) Setiap demokrasi memberikan kebebasan dalam menyalurkan
aspirasi rakyat.
14) Setiap demokrasi menggariskan tata cara menggerakkan
negara yang demokratif sifatnya.

C. Prinsip dalam demokrasi


Penerapan demokrasi akan terlaksana secara efektif tentunya jika
didukung oleh prinsip dasar dalam demokrasi. Agus Dwiyono dkk
(2004) 72 , menjelaskan terdapat tujuh prinsip dasar dalam
demokrasi, yaitu:
1) Pemerintahan berdasarkan konstitusi, artinya dalam
melaksanakan pemerintahannya, kekuasaan pemerintah harus
dibatasi oleh konstitusi atau UUD.
2) Pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil.
3) Hak asasi manusia dijamin.
4) Persamaan kedudukan di hadapan hukum.
5) Peradilan yang tidak memihak.
6) Kebebasan berserikat/berorganisasi dan mengeluarkan
pendapat.
7) Kebebasan pers/media massa.

D. Norma-norma dalam demokrasi


Muhammad Erwin mengutip dari Henry B. Mayo, menyatakan
bahwa demokrasi itu haruslah didasari oleh beberapa norma, yaitu
1) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara
melembaga
2) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam
suatu masyarakat yang sedang berubah.
3) Menyelenggarakan pergantian pemimpian secara teratur.
4) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.

72
Sulaiman. (2016). Pendidikan kewarganeraan untuk perguruan negeri.
banda aceh: yayasan PeNA Banda Aceh.hal 86-87

65
5) Mengakui serta menganggap secara wajar adanya
keanekaragaman dalam masyarakat yang tercermin dalam
keanekaragaman pendapat, kepentingan, serta tingkah laku.73

E. Demokrasi indonesia
Demokrasi Indonesia merupakan suatu bentuk demokrasi yang
utuh bagi Indonesia, yaitu demokrasi dibidang politik dan
ekonomi yang tidak mengandung paham individualisme.
Demokrasi yang utuh bagi Indonesia diartikan pula oleh bung
Hatta sebagai demokrasi yang disesuaikan dengan tradisi
masyarakat asli Indonesia, yakni demokrasi yang menjungjung
nilai kebersamaan dan kekeluargaan. Sifat demokrasi asli
Indonesia bersumber dari semangat kebersamaan dan
kekeluargaan yang hidup dalam hati sanubari setiap anggota
masyarakat asli ini, dimana kehidupan seseorang dianggap
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Manisfestasi dari ciri kebersamaan dan kekeluargaan ini adalah
tradisi melaksanakan rapat/musyawarah untuk mengatasi suatu
permasalahan, yang diikuti dengan pengembalian keputusan
dengan secara mufakat. Selain itu juga dimanifestasikan dalam
bentuk tradisi tolong-menolong dalam menjalani kehidupan
sehari-hari kebiasaan melakukan protes terhadap kebijakan
penguasa yang dianggap tidak adil dan kebiasaan menyingkir dari
wilayah kekuasaannya penguasa yang dianggap lalim. Semua ciri
kehidupan masyarakat asli Indonesia tersebut, dijadikan sendiri
untuk mengembangkan tantanan demokrasi dalam Indonesia
merdeka.
Menurut soekarno dan hatta, 74 demokrasi yang diinginkan
Negara Indonesia yang pada waktu itu sedang diperjuangkan
kemerdekaannya, yakni, bukan demokrasi liberal yang biasanya

73
Ibid.
74
Almuchtar, p. s., hajar, i., & munajat, a. (2016). Pendidikan
kewarganegaraanpanduan untuk mahasiswa,pendidik, dan masyarakat
secara umum. bekasi: penerbit nurani.hal 77-79

66
memihak golongan yang kuat sosial ekonominya. Selain itu bung
karno menandaskan bahwa Negara Indonesia tidak didirikan
sebagai tempat merajalelanya kaum kafitalis sehingga
kesejahteraan hanya terpusat pada segelintir golongan tertentu.
Indonesia didirikan untuk menjamin meratanya kesejahteraan
seluruh rakyatnya. Negara ini didirikan juga untuk mewujudkan
terjaminnya hak sosial kewarganera dan tercapai nya suatu
demokrasi ekonomi sebagai mana penegasan bung Karno bahwa
“saudara-saudara, saya usulkan: kalau kita mencari demokrasi
hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang
memberi hidup, yakni poltiek-ekomische democratie yang
mampu mendatangkan kesejahteraan sosial.” Demokrasi
Indonesia adalah kedaulatan rakyat sebagaimana tercantum pada
pasal 1 ayat 2 amandemen ke 3 UUD 1945. Kedaulatan rakyat
dalam rangka Indonesia menurut bung Hatta berarti; “bahwa
kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht peraturan-
peraturan negeri) haruslah bersandar pada perasaan keadilan dan
kebenaran yang hidup dalam hati rakyat yang banyak, dan aturan
kehidupan harulah sempurna dan berbahagia bagi rakyat kalau ia
beralaskan kedaulatan rakyat.” Sementara bila dihubungkan
dengan filsafat bangsa Indonesia pada hakiktnya demokrasi
Indonesia itu merupakan demokrasi yang dijiwai dan di
integrasikan denagan sila-sila yang terkandung pada Pancasila
sebagaai dasar Negara. Hal itu berarti bahwa hak-hak demokrasi
haruslah selalu disertai dengan rasa tanggung jawab kepada
Tuhan Yang Maha Esa, haruslah menjungjung tinggi nilai-nilai
kemanusian sesuai dengan harkat dan martabat manusia, haruslah
menjamin dan mempersatukan bangsa, dan haruslah pula
dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan sosial.

F. Perkembangan demokrasi indonesia75

75
Almuchtar, p. s., hajar, i., & munajat, a. (2016). pendidikan
kewarganegaraanpanduan untuk mahasiswa,pendidik, dan masyarakat
secara umum. bekasi: penerbit nurani.hal 79-80
67
1) Demokrasi masa revolusi (1945-1950) -> Demokrasi
pluralistik liberal Kebersamaan dibidang politik, sosial dan
ekonomi
2) Demokrasi masa orde lama (1950-1959) -> Demokrasi
parlementer
a. Di dominasi partai politik dan DPR
b. Kabinet-kabinet terbentuk tidak dapat bertahan lama
c. Koalisi sangat gampang pecah
d. Destabilisasi politik nasional
e. Tentara tidak memperoleh tempat dalam konstelasi politik
3) Demokrasi masa orde lama (1959-1968) -> Demokrasi
terpimpin
a. Didominasi presiden
b. Berkembangnya pengaruh komunis
c. Pembentukan kepemimpinan yang inkonstitusional
d. Melusnya peranan ABRI sebagai insur sospol
e. Pers yang dianggap menyimpang dari “rel revolusi” ditutup76
4) Demokrasi masa orde baru (1968-1998)
a. Dominanya peranan ABRI
b. Dominannya peranan golongan karya
c. Birokratisasi dan sentralistik dalam pengambilan keputusan
d. Pengibaran peran dan fungsi partai-partai politik
e. Campur tangan Negara dalam urusan partai-partai politik
f. Pers yang dianggap tidak sesuai dengan pemerintah “dibredel”
5) Demokrasi masa reformasi (1998-sekarang)
a. Reposisi TNI dalam kaitan dengan keberadaannya
b. Diamandemennya pasal-pasal yang dipandang kurang
demokratis dalam UUD 1945
c. Adanya kebebasan pers.

G. Partai Politik dan Pemilihan Umum (PEMILU)77

76
Ibid.
77
Sulaiman. (2016). Pendidikan kewarganeraan untuk perguruan negeri.
banda aceh: yayasan PeNA Banda Aceh.hal 93-101

68
Winarno (2007) menjelaskan, terdapat tujuh sendi-sendi pokok
dari sistem demokrasi politik di negara Republik Indonesia yaitu:
1) Ide kedaulatan rakyat. Bahwa yang berdaulat di negara
demokrasi adalah rakyat. Ide ini menjadi gagasan pokok dari
demokrasi. Tercermin pada pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 yang
berbunyi “kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut
ketentuan UUD”.
2) Negara berdasar atas hukum. Negara demokrasi adalah juga
negara hukum. Negara hukum Indonesia dalam arti materiil (luas)
untuk mencapai tujuan nasional. Tercermin pada Pasal 1 Ayat (3)
UUD 1945 yang berbunyi “negara Indonesia adalah negara
hukum”.
3) Bentuk republik. Negara bentuk republik untuk
memperjuangkan realisasi kepentingan umum (republika). Negara
Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan kepentingan
umum. Tercermin pada Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi
“negara Indonesia adalah negara kesatuan, yang berbentuk
republik”.
4) Pemerintahan berdasarkan konstitusional. Penyelenggaraan
pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
dan berdasarkan konstitusi atau undang-undang dasar yang
demokratis. Tercermin pada Pasal 4 Ayat (1) UUD 1945, bahwa
“Presiden republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar”.
5) Pemerintahan yang bertanggung jawab. Pemerintah selaku
penyelenggara negara merupakan pemerintah yang bertanggung
jawab atas segala tindakannya. Berdasarkan demokrasi Pancasila,
pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat dan ke atas
bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6) Sistem perwakilan. Pada dasarnya, pemerintah menjalankan
amanat rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Demokrasi
yang dijalankan adalah demokrasi perwakilan atau tidak langsung.
Para wakil rakyat dipilih melalui pemilu.
7) Sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah
penyelenggara negara tertinggi. Presiden adalah kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan. Demikian sendi-sendi sistem
politik demokrasi.

69
1. Partai politik78
Partai politik merupakan suatu wadah yang menjembatani
partisipasi masyarakat dalam konteks demokrasi di negara. A.
Ubaedillah (2015) menjelaskan, keberadaan partai politik dalam
praktek sistem demokrasi sangat penting. Partai politik memiliki
kedudukan yang strategis terhadap proses demokratisasi. Selain
sebagai struktur kelembagaan politik yang anggotanya bertujuan
mendapatkan kekuasaan dan kedudukan politik, partai politik
adalah wadah bagi menampung aspirasi rakyat. Peran tersebut
merupakan implementasi nilai-nilai demokrasi, yaitu keterlibatan
rakyat untuk melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara
melalui partai politik. Melalui partai-partai politik itulah selaga
aspirasi rakyat beraneka ragam dapat disalurkan secara
konstitusional. Terkait dengan partai politik adalah sistem
kepartaian yang berada pada setiap negara:
a. Sistem satu partai. Sistem ini sama seperti tidak ada partai
politik karena hanya ada satu partai politik untuk menyalurkan
aspirasi rakyat. Seperti partai komunis di Cina, Unit Sovyet, dan
Vietnam, dan Partai fasis di Italia.
b. Sistem dwipartai, adalah sistem dua partai sebagai wadah
penyalur aspirasi rakyat. Seperti Amerika Serikat, ada partai
Republik dan partai demokrat.
c. Sistem banyak partai. Sistem ini terdiri lebih dari dua partai.
Negara menganut sistem multipartai antara lain; Jerman, Perancis,
Malaysia, dan Indonesia. Dalam sistem multipartai, jika tidak ada
partai yang meraih suara mayoritas, maka dibentuk pemerintahan
koalisi yang terdiri dari banyak partai politik.
Indonesia dalam sistem partai mengacu pada poin ketiga, yaitu
sistem multipartai, bahkan sistem demokrasi di Indonesia sangat
menghargai dan memberi peluang besar untuk lahirnya partai-
partai baru untuk memfasilitasi aspirasi rakyat.
Praktek pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara
demokrasi dewasa ini umum mengacu pada dua sistem, yaitu

78
Id.at. 94

70
proporsional disebut juga dengan multi-member constituency, dan
sistem distrik di sebut pula dengan Single-member constituency.
Berikut dirincikan kedua sistem tersebut, sebagaimana dijelaskan
Ni’matul Huda (2009)79, yaitu:
Sistem proporsional adalah suatu sistem pemilihan di mana kursi
yang tersedia di parlemen dibagikan kepada partai-partai politik
(organisasi peserta pemilihan umum) sesuai dengan imbangan
perolehan suara yang di dapatkan partai politik/ organisasi
pemilihan bersangkutan. Sisi positif (kelebihan)dari sistem
proporsional (berimbang) adalah (1) suara yang terbuang sangat
sedikit, dan (2) partai-partai politik kecil/minoritas, besar
kemungkinan mendapat kursi di parlemen. Sedangkan negatif
(kekurangannya) adalah: (1) sistem ini mempermudah fragmentasi
partai politik dan timbulnya partai-partai baru, (2) setiap calon
yang terpilih menjadi anggota parlemen merasa dirinya lebih
terikat pada partai politik yang mencalonkan dan kurang merasa
loyalitasnya kepada rakyat yang telah memilihnya, (3) banyak
partai politik mempersukar dalam membentuk pemerintah yang
stabil, dan (4) Terjadinya pencerminan pendapat yang salah tingkat
pertama (the first stage of distortion of opinion).
Sistem distrik adalah suatu sistem yang wilayah negaranya dibagi
atas distrik-distrik pemilihan, yang jumlahnya sama dengan jumlah
kursi yang tersedia di parlemen.80 setiap distrik pemilihan hanya
memilih satu orang wakil dari calon-calon yang diajukan oleh
masing-masing partai politik/organisasi peserta pemilihan umum.
Sisi positif (kelebihan) adalah (1) hubungan antari si pemilih
dengan wakilnya sangat dekat, karena itu partai politik tidak berani
mencalonkan orang yang tidak populer/tidak dikenal di distrik itu,
(2) sistem ini mendorong bersatunya partai-partai politik, karena
calon yang dipilih hanya satu, beberapa partai politik
dipaksakan/terpaksa bergabung untuk mencalonkan seorang yang
lebih populer dan berkualitas, serta berbakat di antara calon-calon
yang lain, (3) sistem pemilihan ini akan mengakibatkan terjadinya

79
Id.at 95.
80
Id.at 96.

71
penyederhanaan jumlah partai politik, dan (4) organisasi
penyelenggaraan pemilihan dengan sistem ini lebih sederhana,
tidak perlu memakai banyak orang untuk duduk dalam panitia
pemilihan dan menghematkan biaya. Sementara sisi negatif
(kelemahan) adalah (1) kemungkinan akan ada suara yang
terbuang. Bahkan ada kemungkinan calon terpilih calon terpilih
mendapat suara minoritas lawan-lawannya, (2) sistem ini akan
menyulitkan partai-partai kecil dan golongan minoritas. Sukar bagi
mereka mempunyai wakil di lembaga parlemen, dan (3) terjadinya
pencerminan pendapat yang salah tingkat pertama dan kedua (the
First and the second stage of distorition of opinion).
Sistem pemilihan umum yang dilaksanakan di Indonesia mengacu
pada sistem proporsional (multi-member constituency), di mana
jumlah anggota parlemen seimbang dengan jumlah banyaknya
rakyat Indonesia.

2. Pemilihan umum81
Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di mana
rakyat dapat memilih pemimpin politik secara langsung. Yang
dimaksud dengan pemimpin politik disini adalah wakil-wakil
rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik
di tingkat pusat maupun daerah dan pemimpin lembaga eksekutif
atau kepala pemerintahan seperti presiden, gubernur, atau
bupati/walikota.
1) Pemilihan umum pertama (1955)
Pemilu pertama sejak kemerdekaan Indonesia, dilaksanakan pada
tahun 1955, yaitu pada masa pemerintahan parlementer untuk
memilih anggota DPR dan badan Konstituante. Terdapat 28 partai
politik yang ikut dalam pemilu ini, namun terdapat empat partai
yang hampir menguasai kursi seimbang, yaitu; Masyumi PNI, NU,
dan PKI.
Peserta pemilu tahun 1955, diikuti oleh 28 Partai, yaitu; Peratai
Nasional Indonesia (PNI), Majlis Syuro Muslim Indonesia
(Masyumi), Nahdatul ulam (NU), Partai Komunis Indonesia (PKI),

81
Id.at 97.

72
Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Partai Kristen Indonesia
(Parkindo), Partai Katolik, AKUI, PPTI, Partai Sosialis Indonesia
(PSI), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai
Islam Perti, PRN, Partai Buruh, PRI, PPPRI, PRD, PRIM, Partai
Murba, Baperki, PIR Wongsonegoro, Permai, Garindra, Persatuan
daya, Partai Hazairin, Acoma, Partai R. Soedjono Prawiro
Soedarmo, dan DPPS.136
2) Pemilu orde baru (1971,1977, 1982, 1987, 1992, 1997)82
Pada masa demokrasi terpimpin Indonesia tidak melaksanakan
pemilu, barulah pada masa demokrasi Pancasila orde baru tahun
1971, dilaksanakan kembali pemilu dengan peserta 10 Orsospol.
Golkal mendapat suara mayoritas mutlak. Sistem pemilu tang
digunakan adalah sistem proporsional dengan stelsel dafatar
(perwakilan berimbang dengan stelsel daftar). Pada pemilu orde
baru, tidak semua anggota DPR di pilih, sebagaian diangkat dari
ABRI dan non-ABRI. Namun setelah asas tunggal Pancasila
diterapkan, hanya dari golongan ABRI saja diangkat, yaitu
seperlima dari jumlah anggota DPR. Pemilu masa orde baru tidak
berjalan secara kompetitif, karena pemerintah berkeinginan
stabilitas politik dengan dukungan mayoritas DPR/MPR. Untuk
itu, Golkar harus dimenangkan dengan berbagai cara dalam setiap
kali pemilihan umum orde baru.
Peserta pemilu 1971 diikuti oleh 10 partai, yaitu; Golongan Karya
(Golkar), Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdatul Ulama (NU),
Partai Katolik, Partai Murba, Partai Syarikat Islam Indonesia
(PSII), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai
Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Muslim Indonesia (Parmusi),
dan Partai Islam Perti. Sementara Peserta pemilu 1977-1997 diikuti
oleh tiga partai, yaitu; Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai
Demokrasi Indonesia (PDI), dan Golongan Karya (Golkar).137
3) Pemilu era reformasi (1999, 2004, 2009, 2014)83
Pemilihan umum setelah era reformasi sampai sekarang telah
sukses dilaksanakan empat kali. Nuansa pelaksanaan pemilu di era

82
Ibid.
83
Id.at 98.

73
reformasi berbeda degan pemilihan umum pada era orde baru.
Berikut uraian singkat terkait pelaksanaan pemilu pasca reformasi,
sebagaimana dijelaskan A. Ubaedillah (2015), yaitu:
1. Pemilu tahun 1999 merupakan pemilu pertama yang dilakukan
di era reformasi yang diikuti oleh sebanyak 48 peserta partai
politik. Pada pemilu ini, meskipun diikuti 48 partai politik,
mekanisme pemilihan presiden dan wakilnya masih dilakukan
melalui mekanisme perwakilan melalui sidang di Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR).

2. Pemilu tahun 2004 dilaksanakan secara serentak pada 5 April


2004. Pada pemilu kedua di era reformasi ini, rakyat tidak hanya
terlibat secara langsung dalam pemilihan wakil mereka yang duduk
di DPR, DPD, dan DPRD, tetapi rakyat dapat langsung memilih
presiden dan wakilnya periode 2004-2009. Sebanyak 24 partai
politik menjadi peserta pemilu 2004 dan diikuti oleh lima pasang
calon presiden dan wakil presiden. Pada Pilpres langsung yang
pertama di era reformasi ini dilakukan melalui dua putaran. Hal ini
dilakukan karena pada putaran pertama yang diselenggarakan pada
5 Juli 2004 tidak diperoleh satu pasangan peserta Pilpres yang
memperoleh lebih dari 50% suara. Putaran kedua Pilpres dilakukan
pada tanggal 20 September 2004 yang memenangkan pasangan H.
Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla terpilih
menjadi presiden dan wakil presiden Pemilu 2004. Pasangan ini
merupakan presiden dan wakil presiden pertama Indonesia yang
dipilih secara langsung oleh rakyat di era reformasi. Pelaksanaan
Pilpres secara langsung 2004 menjadi tonggak sejarah baru bagi
pelaksanaan pemilihan kepada daerah dan wakil kepada daerah
(Pilkada) secara langsung di tingkat provinsi dan kabupaten kota.

3. Pemilu 2009 merupakan pemilihan umum ketiga di era


reformasi, diikuti oleh 38 partai politik nasional dan 6 partai lokal
dari daerah pemilihan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan
berhasil menghantarkan pasangan H. Susilo Bambang Yudhoyono
dan Boediono sebagai presiden dan wakil presiden.

74
Pemilu 2014 merupakan pemilihan umum keempat di era
reformasi untuk memilih presiden dan wakil presiden. Pilpres
tahap ini hanya diikuti oleh dua pasangan; Joko Widodo-
Muhammad Jusuf Kalla dan pasangan Prabowo Subianto-M. Hatta
Rajasa. Pilprel 2014 berhasil menghantarkan pasangan Joko
Widodo-Muhammad Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil
presiden Indonesia masa bakti 2014-2019. Nuansa demokrasi di
Indonesia mengalami kemajuan yang pesat terutama sekali di era
reformasi. Kebijakan tentang otonomi daerah yang digulirkan pada
tahun 1999 baru terlaksana setelah setahun Pilpres 2004, yaitu
Pilkada untuk memilih gubernur-wakilnya, bupati-wakilnya, dan
walikota-wakilnya mulai dilaksanakan di Indonesia. Pelakasanaan
Pilkada berdasarkan UU. No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah di mana pasangan calon peserta Pilkada dicalonkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik.
3) Pilkada Serentak84
Pemilihan kepada daerah (Pilkada) serentak di seluruh tanah air
merupakan salah langkah maju dalam upaya menegakkan dan
melestarikan demokrasi di Indonesia. Pelaksanaan Pilkada secara
serentak bertujuan untuk menjamin pelaksanaan pemilihan kepala
daerah; gubernur, bupati, dan walikota secara demokrasi. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam pertimbangan presiden republik
Indonesia “bahwa untuk menjamin pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota dilaksanakan secara demokratis sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka kedaulatan rakyat
serta demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat wajib
dihormati sebagai syarat utama pelaksanaan pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota.”
UU Pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak
mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2015 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang pemilihan

84
Id.at 100.

75
gubernur, bupati, dan walikota Pasal 3 Ayat (1) menetapkan
“Pemilihan dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali secara
serentak di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.” 85 UU Nomor 8 tahun 2015 menegaskan bahwa
pemilihan kepala daerah di seluruh wilayah negara republik
Indonesia dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Kebijakan ini
merupakan bentuk keseriusan pemerintah memberi dukungan
terhadap kedaulatan rakyat untuk memilih kepala daerahnya
masing-masing.
Pelaksanaan pemilihan kepada daerah secara serentak di Indonesia
pertama kali dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015.
Selanjutnya, upaya memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat
Indonesia untuk memilih kepala daerahnya masing-masing,
pemerintah menetapkan tanggal 9 Desember 2015 sebagai hari
libur nasional.
Penetapan hari libur tersebut berdasarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2015 tentang Hari
Pemungutan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota
Tahun 2015 Sebagai Hari Libur Nasional.141 Adapun isinya adalah
“menetapkan hari Rabu tanggal 9 Desember 2015 sebagai hari
libur nasional dalam rangka pemilihan gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wakil bupati serta walikota dan wakil
walikota secara serentak.”142 Kebijakan ini, ditandatangani oleh
Presiden Joko Widodo pada tanggal 23 November 2015.
Keputusan tersebut bertujuan untuk memberikan dukungan
terhadap partisipasi seluruh rakyat Indonesia agar pada 9
Desember 2015 dapat melaksanakan pemilihan kepada daerah
secara demokrasi.

H. Nilai nilai demokrasi indonesia86


Nilai substansial dalam sistem demokrasi di Indonesia tidak lepas

85
Ibid.
86
Almuchtar, P. S., Hajar, i., & Munajat, A. (2016). Pendidikan
kewarganegaraanpanduan untuk mahasiswa,pendidik, dan masyarakat
secara umum. bekasi: penerbit nurani.hal 90-92
76
dari nilai filossofis yang terkadung dalam Pancasila dan landasan
konstitusional UUD NKRI Tahun 1945. Berikut ini “Sepuluh Pilar
Demokrasi Pancasila” yang dipesankan oleh para pembentuk
negara RI, sebagaimana diletakkan di dalam UUD NRI Tahun
1945.
1. Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Seluk beluk sistem serta menyelenggarakan kenegaraan RI harus
taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-
kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Demokrasi dengan Kecerdasan.
Mengatur dan menyelenggarakan demokrasi menurut UUD 1945
itu bukan dengan kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan
massa semata-mata. Pelaksanaan demokrasi itu justru lebih
menuntut kecerdasan rohaniah, kecerdasan rasional, dan
kecerdasan emosional.
3. Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat.
Kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah
yang memiliki/memegang kedaulatan itu. Dalam batas-batas
tertentu kedaulatan rakyat itu dipercayakan kepada wakil-wakil
rakyat di MPR (DPR/DPD) dan DPRD.
4. Demokrasi dengan Rule of Law.
Kekuasaan negara RI harus berdasarkan kebenaran hukum (legal
truth), memberikan keadilan hukum (legal justice), menjamin
kepastian hukum (legal security), dan mengembangkan manfaat
atau kepentingan hukum (legal interest). 87
5. Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan.
Demokrasi menurut UUD 1945 bukan saja mengakui kekuasaan
negara RI yang tidak tak terbatas secara hukum, melainkan juga
demokrasi itu dikuatkan dengan pembagian kekuasaan negara dan
diserahkan kepada badan-badan negara yang bertanggung
jawab. Jadi, demokrasi menurut UUD 1945 mengenal semacam
division and separation of power, dengan sistem check and
balance.
6. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia.

87
Id.at 91.
77
Demokrasi menurut UUD 1945 mengakui hak asasi manusia
yang tujuannya bukan saja menghormati hak-hak asasi
tersebut, melainkan terlebih-lebihuntuk meningkatkan
martabat dan derajat manusia seutuhnya
7. Demokrasi dengan Pengadilan yang Merdeka.
Demokrasi menurut UUD 1945 menghendaki
diberlakukannya sistem pengadilan yang merdeka
(independen) yang memberi peluang seluas-luasnya kepada
semua pihak yang berkepentingan untuk mencari dan menemukan
hukum yang seadil-adilnya.
8. Demokrasi dengan Otonomi Daerah.
Pembatasan atas kekuasaan Presiden. UUD 1945 secara jelas
memerintahkan dibentuknya daereah-daerah otonom besar dan
kecil, yang ditafsirkan daerah otonom I dan II. Dengan Peraturan
Pemerintah daerah-daerah otonom itu dibangun dan disiapkan
untuk mampu mengatur dan menyelenggarakan urusan-urusan
pemerintahan sebagai urusan rumah tangganya sendiri yang
diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepadanya.
9. Demokrasi dengan Kemakmuran.
Demokrasi menurut UUD 1945 itu ternyata ditujukan untuk
membangun negara kemakmuran (Welvaarts Staat) oleh dan untuk
sebesar-besarnya rakyat Indonesia. Bukan hanya soal kebebasan,
hak, dan keadilan hukum.
10. Demokrasi yang Berkeadilan.
Demokrasi menggariskan keadilan sosial di antara berbagai
kelompok, golongan, dan lapisan masyarakat. Tidak ada golongan,
lapisan, kelompok, satuan, atau organisasi yang menjadi anak
emas, yang diberi berbagai keistimewaan atau hak-hak khusus.

I. Pendidikan demokrasi
Udin dalam Winarno (2014)88 menjelaskan pendidikan demokrasi
adalah upaya sistematis yang dilakukan oleh negara dan
masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negara agar
memahami, menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan

88
Sulaiman. (2016). Pendidikan kewarganeraan untuk perguruan negeri.
banda aceh: yayasan PeNA Banda Aceh.hal 101-103
78
konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status dan
perannya di masyarakat.
Mengacu pada pandangan tersebut maka dapat simpulkan bahwa
pendidikan demokrasi harus dikembangkan melalui sosialisasi
serius yang dilakukan pemerintah dan masyarakat secara bersama-
sama dengan tujuan untuk membekali nilai-nilai demokrasi kepada
masyarakat dan diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat
Sosialisi pendidikan demokrasi dapat dilakukan melalui berbagai
program, baik program pelatihan dan melalui pendidikan formal di
sekolah. Pemerintah dan masyarakat harus bergerak secara
bersama-sama untuk memberikan pendidikan demokrasi kepada
masyarakat.
Secara formal formulasi pendidikan demokrasi wajib
diinternalisasikan dalam kurikulum pendidikan di sekolah. Guru
dalam segala kegiatan mengajarnya haruslah membekali dan
mentransfer nilai-nilai demokrasi kepada peserta didiknya.
Srijanti dkk (2013) 89 menjelaskan bahwa untuk pembelajaran
demokrasi di sekolah dan di perkuliahan, maka terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh guru dan dosen, yaitu:
1. Menjadikan siswa dan mahasiswa sebagai subjek atau teman
dalam proses belajar atau perkuliahan. Memberikan kesempatan
kepada siswa dan mahasiswa untuk mengungkapkan pendapatnya
sendiri dan menjawab suatu pertanyaan.
2. Sebagai pendidik baik guru maupun dosen, sebaiknya belajar
untuk berlapang dada dalam menerima kritikan murid. Usahakan
kritikan dianggap sesuatu yang wajar terjadi, dan sebagai koreksi
untuk memperbaiki kinerja guru dan dosen.
3. Guru dan dosen mengembangkan sikap adil, terbuka, konsisten,
dan bijaksana dalam memberikan hukum kepada murid dan
mahasiswa yang bersalah.
4. Guru dan dosen sebaiknya menghindari mencaci-maki atau
memarahi murid dan mahasiswa di hadapan teman-temannya,
karena harga diri mereka akan terkoyak.

89
Id.at 102

79
Secara operasional guru dan dosen merupakan penggerak utama di
sekolah dan di perguruan tinggi terhadap pembentukan sikap
demokrasi siswa dan mahasiswa. Fuad (2003)90 menjelaskan, nilai-
nilai demokrasi harus ditanamkan tanpa memandang perbedaan
satu sama lainnya dan saling menghargai dan menghormati antar
sesama.145 Oleh karena demikian, guru dan dosen harus
meningkatkan kualitasnya agar dapat menjadi sosok yang
konsisten dan bertanggung jawab dalam melahirkan generasi
bangsa yang demokratis.

90
Id. at 103.

80
BAB 6
Hukum dan HAM

A. Pengertian Negara Hukum


Negara hukum adalah terjemahaan dari istilah Rechtstaat atau Rule
of Law. 91 Istilah Rechtstaat diberikan oleh ahli hukum Eropa
Kontinenta, sedangkan istilah Rule of Law diberikan ahli hukum
Anglo-Saxon. Rechtstaat atau Rule of Law itu sendiri dapat
dikatakan sebagai Constitutional State berdasarkan bentuk
perumusan yuridis. Oleh karena itu, konstitusi dan negara (hukum)
merupakan dua lembaga yang tidak bisa dipisahkan.
Secara sederhana yang dimaksud dengan negara hukum adalah
negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Sehingga segala tindakan dari pemerintah
dan Lembaga-lembagai lainnya harus dilandasi oleh hukum dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dalam negara
hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan didasarakan oleh
kedaulatan hukum (supremasi hukum) demi tercapainya ketertiban
hukum. Konsep Rechtstaat atau negara hukum adalah konsep yang
berparadigma bahwa negara dan alat kekuasaannya (yang disebut
pemerintah) tak dibenarkan bertindak atas dasar kekuasaan belaka,
melainkan harus ditumpukan pada dasar kebenaran hukum. Seperti
apa yang dikemukakan oleh Dicey bahwa hukum menduduki
tempat tertinggi, lebih tinggi dari kedudukan raja, terhadapnya raja
dan pemerintahannya harus tunduk, dan tanpa hukum maka tidak
ada raja dan tidak ada pula kenyataan hukum ini.92
Dari sinilah lahir sekurang kurangnya tiga karakter konsep
Rechtstaat dalam kehidupan bernegara bangsa. Pertama, bahwa
apa yang disebut hukum itu harus didalam wujudnya yang positif
yang disebut iuscontitutum. Kedua, hukum yang bentuknya positif
itu harus merupakan hasil proses kesepakatan golongan-golongan

91
Bagir Manan, Pers, Hukum, dan Hak Asasi Manusia. Dewan Pers.
Jakarta, 2016. Hlm. 59
92
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern. Refika Aditama.
Bandung, 2009. Hlm. 2

81
dalam suatu negeri yang disebut proses legislasi. Ketiga, hukum
yang telah diwujudkan dalam bentuk undang undang.
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal
yang tertinggi (supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum.
Supremasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar
hukum yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian atau tiga tujuan
hukum, yakni keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Oleh karena
itu, pelaksanaan hukum negara harus memperhatikan tiga hal
tersebut.
Ada dua unsur dalam negara hukum. Yang pertama yaitu hubungan
antara yang memerintah dan diperintah tidak berdasarkan
kekuasaan, melainkan berdasarkan suatu norma objektif yang juga
mengikat pihak yang memeritah. Kedua, norma objektif harus
memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan
dapat dipertahankan berhadapan dengan ide hukum.
Di dalam negara hukum, hukum sebagai dasar diwujudkan dalam
peraturan perundangan-undangan yang berpuncak pada konstitusi.
Konstitusi negara juga harus berisi gagasan atau ide tentang
konstitusionalisme. Dengan demikian, didalam negara hukum
kekuasaan negara berdasar atas hukum bukan kekuasaan belaka,
serta pemerintahaan negara berdasar pada konstitusi yang
berpaham konstitusionalisme.
Negara hukum adalah unik sebab negara hendak dipahami sebagai
suatu kosep hukum. Sebagai suatu konsep yang unik sebab tidak
konsep, misalnya negara politik, negara ekonomi, dan sebagaimya.
Dalam negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan sistem
hukum yang berpuncak pada konstitusi atau undang-undang dasar.
Dengan adanya sistem hukum maka penyelenggaraan negara dan
rakyat dapat bersatu di bawah dan tunduk pada sistem yang
berlaku.93

B. Ciri Negara Hukum


Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum
formil atau negara hukum dalam arti sempit. Pada uraian

93
Khelda Ayunita dan Abd. Rais, Hukum Tata Negara Indonesia. Mitra
Wacana Media. Jakarta, 2016. hlm. 12.
82
sebelumnya telah dikumakakan bahwa negara hukum adalah
terjemahaan dari istilah Rechtstaat atau Rule of Law. Friedrich
Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental
memberikan ciri-ciri Rechtstaat sebagai berikut:
a) Hak asasi manusia
b) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak
asasi manusia yang biasa dikenal dengan Trias Politika94.
c) Pemerintahan berdasarkan peraturan peraturan.
d) Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Sedangkan A.V. Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo-Saxon


menjelasakan tiga elemen Rule of Law sebagai berikut,
a) Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-
wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jka melanggar
hukum.
b) Kedudukan yang sama didepan hukum baik bagi rakyat biasa
maupun pejabat.
c) Terjaminya hak hak manusia dalam undang undang atau
keputusan pengadilan.95

Ciri ciri Rechtstaat dan Rule of Law diatas masih dipengaruhi oleh
konsep negara hukum formil atau negara hukum dalam arti sempit.
Dari perincian diatas peranan pemerintah hanya sedikit, karena ada
dalil bahwa “pemerintahan yang paling sedikit adalah
pemerintahan yang paling baik”.
Dengan munculnya konsep negara hukum materiil pada abad-20
maka perumusan ciri ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan
oleh Stahl dan Dicey di atas kemudian ditinjau lagi sehingga dapat
menggambarkan perluasan tugas pemerintahan yang tidak boleh
lagi bersifat pasif. Sebuah komisi yang terdiri dari 106 hakim dari
16 negara di wilayah. Asia Tenggara dan Pasifik yang tergabung
dalam “International Commission of Jurists” pada konferensinya
dibangkok tanggal 15-19 Februari tahun 1965 merumuskan ciri ciri

94
Fajlurrahman Judli, Teori Negara Hukum. SETARA Press. Malang,
2016. hlm. 46.
95
I Dewa Gede Atmadja, Teori Konstitusi & Konsep Negara Hukum.
SETARA Press. Malang, 2015. hlm. 143.
83
pemerintahan yang demokratis dibawah Rule of Law yang dinamis.
Ciri cirinya adalah:
a) Perlindungan konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain
daripada menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara
prosedural untuk memperoleh perlndungan atas hak-hak yang
dijamin.
b) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
c) Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
d) Pemilihan umum yang bebas.
e) Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
f) Adanya pendidikan kewarganegaraan 96

Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti diatas, ada


pula berbagai pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang
dikemukakan oleh ahli yang bernama Soetandyo
Wignjosoebroto97. Negara hukum itu memiliki tiga karakterisitik,
yaitu: Pertama, apa yang disebut ‘hukum’ dalam negara hukum
harus berwujud positif, hukum harus dibentuk dalam deskripsi –
deskripsi yang menjelaskan sebab akibat antara perbuatan dengan
akibat hukumnya. Kedua, hukum tersebut harus merupakan hasil
kesepakatan kontraktual antara golongan partisan dalam suatu
negeri, langsung ataupun melalui wakil – wakilnya, melalui suatu
proses yang disebut ‘proses legislasi’. Ketiga, hukum yang telah
diwujudkan dalam bentuk undang – undang dan bersifat
kontraktual itu akan mengikat warga bangsa secara mutlak.

C. Negara Hukum di Indonesia


1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum
sekarang ini tertuang dengan jelas pada Pasal 1 Ayat 3 UUD
1945. 98 dengan dikemukakannya landasan ini ke dalam bagian
pasal UUD 1945 menunjukan semakin kuatnya dasar hukum serta

96
Id.at 144.
97
Fajlurrahman Judli, Teori Negara Hukum. SETARA Press. Malang,
2016. hlm. 45.
98
Khelda Ayunita dan Abd. Rais, Hukum Tata Negara Indonesia. Mitra
Wacana Media. Jakarta, 2016. hlm. vii.
84
menjadi amanat negara bahwa negara Indonesia adalah dan harus
merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia kita temukan
dalam bagian Penjelasan umum UUD 1945 tentang Sistem
Pemerintahan Negara sebagai berikut:
1. Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum
(Rechtstaat). Negara Indonesia berdassar atas hukum (Rechtstaat),
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat)
2. Sistem kontitusional. Pemerintah berdasarkan sistem konstitusi
(hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas).

Berdasarkan perumusan diatas oleh para pendiri Negara, untuk


negara hukum Indonesia digunakan istilah Rechtstaat yang
dipengaruhi oleh konsep hukum belanda yang termasuk dalam
Negara wilayah eropa kontinetal.
Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan
supremasi hukum untuk menegakan kebenaran dan keadilan.
Negara hukum akan terlihat dengan ciri-cirinya adanya:
1) jaminan perlindungan hak asasi manusia.
2) kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka.
3) legalitas dalam arti hukum yaitu baik penyelenggara Negara
maupun warga Negara dalam bertindak berdasar atas hukum.

Konsekuensi dari ketentuan di atas bahwa setiap sikap dan perilaku


penyelenggara dan warga negara harus berdasarkan hukum.
Ketentuan itu juga dimaksudkan untuk menjaga penyalahgunaan
kekuasaan dan tindakan sewenang-wenang baik yang dilakukan
penyelanggra negara maupun warga negara.

2. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia


Operasionalisasi dari konsep Negara hukum Indonesia dituangkan
dalam kontitusi Negara yaitu UUD 1945. UUD 1945 merupakan
hukum Negara yang menempati posisi sebagai hukum dasar dan
tertinggi dalam tuntunan hukum di Indonesia.
Hukum di Indonesia juga memiliki sebuah sistem. Sistem hukum
Indonesia tersusun berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia

85
1945 kemudian dijabarkan ke dalam peraturan hukum yang lebih
rendah. Sistem hukum di Indonesia sekarang ini sebagaimana
tergambar dalam undang-undang No. 12 tahun 2011 tentang
Peraturan Perundang-undangan.
Jenis dan hierarki peraturan perundangan 99 , menurut pasal 7
Undang-Undang yaitu:
1. UUD 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. UU;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi;
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Menurut Jurdi,100 Pembukaaan UUD 1945 yang memuat Pancasila
menjadi dasar falsafah negara yang melahirkan cita hukum dan
dasar hukum tersendiri sesuai dengan jiwa Bangsa Indonesia. 4
kaidah penuntun hukum yang mengalir dari dasar Negara
Pancasila. Pertama, hukum Indonesia yang dibuat haruslah
bertujuan membangun dan menjamin integrasi Negara dan bangsa
Indonesia. Kedua, hukum Indonesia yang dibuat haruslah
berdasarkan demokrasi dan nomokrasi. Ketiga, hukum Indonesia
yang dibuat haruslah bertujuan untuk membangun keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Keempat hukum yang dibuat
haruslah didasarkan pada toleransi beragama yang berkeadaban.

D. Hakikat Hak Asasi Manusia


1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan di
miliki setiap manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa. Mustafa Kamal Pasha menyatakan bahwa yang
dimaksut dengan hak asasi manusia adalah hak – hak dasar yang

99
Fajlurrahman Judli, Teori Negara Hukum. SETARA Press. Malang,
2016. hlm. 40.
100
Id. at 77
86
dbawa sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah
Allah SWT. Pendapat lain yang senada menyatakan bahwa hak
asasi manusia adalah hak – hak dasar yang dibawa sejak lahir dan
melekat dengan potensinya seagai mahklik dan wakil Tuhan.
Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, yaitu :
a. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia,
bahwa kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya. Semua
manusia adalah sederajat tanpa membedakan ras, agama, suku,
bahasa, dan sebagaya, dan
b. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam, yakni Tuhan
menciptakan manusia. Bahwa semua manusia adalah mahkluk dari
pencipta yang sama, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu di
hadapan Tuhan manusia adalah sama kecuali nanti pada amalnya.
Hak artinya kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang
atas sesuatu di luar dirinya. Kebalikan dari hak adalah kewajiban
yang berarti tugas yang harus dijalankan manusia untuk mengakui
kekuasaan itu. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama
yang berarti kebebasan dan kewenangan dia untuk menganut suatu
agama, sedang orang lain memiliki kewajiban untuk mengakui
kewenangan orang tersebut.hubungan ini akan terjadi bilamana ada
pengakuan yang sama antar manusia itu sendiri.

2. Macam Hak Asasi Manusia


Berdasarkan pada Undang – Undang No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, 101 dinyatakan bahwa hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, di junjung tinggi.
Dan dilindungi oleh Negara hukum, pemerintahan, dan setiap
orang demi kehormatan, serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Berdasarkan pada pengertian hak asasi manusia, maka ciri pokok
dari hakikat hak asasi manusia adalah:

101
Khelda Ayunita dan Abd. Rais, Hukum Tata Negara Indonesia. Mitra
Wacana Media. Jakarta, 2016. hlm. 143.
87
a. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun
diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
b. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang jenis kelamin, asal usul, ras, agama, etnik, dan
pandangan politik.
c. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorangpun
mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain.
Setiap orang tetap memiliki hak asasi manusia meskipun sebuah
Negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar
hak asasi manusia.

Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari manusia. Menurut


Firdiansyah,102 hak dasar manusia itu senantiasa berubah menurut
ukuran zaman dan perumusannya. Beberapa contoh hak dasar
tersebut adalah:
Hak asasi manusia menutrut Piagam PBB tentang Deklarasi
Univrsal Hak Asasi Manusia 1948, meliputi :
a) Hak Berpikir Dan Mengeluarkan Pendapat,
b) Hak Memiliki Sesuatu,
c) Hak Mendapatkan Pendidikan Dan Pengajaran,
d) Hak Menganut Aliran Kepercayaan Atau Agama,
e) Hak Untuk Hidup,
f) Hak Untuk Kemerdekaan Hidup,
g) Hak Untuk Memperoleh Nama Baik,
h) Hak Untuk Memperoleh Pekerjaan,
i) Hak Untuk Mendapatkan Perlindungan Hukum.
Hak asasi manusia menurut Undang – Undang No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, meliputi :
a) Hak Untuk Hidup,
b) Hak Berkeluarga,
c) Hak Mengembangkan Diri,
d) Hak Keadilan
e) Hak Kemerdekaan,

102
Firdiansyah, dkk., 2016. Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi
manusia, Bumi Aksara. 2016. hlm. 22.
88
f) Hak Berkomunikasi,
g) Hak Keamanan,
h) Hak Kesejahteraan
i) Hak Perlindungan.

E. Hak Asasi Manusia di Indonesia


1. Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum
dalam UUD 1945 dan Pancasila yang sebenarnya lebih dahulu ada
dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada 10
Desember 1984 lalu dikembangkan dengan beberapa UU yang
mengatur HAM tersebut, yaitu:103
a. Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama
b. Pancasila sila ke-4
c. Batang tubuh UUD 1945
d. Undang – Undang No.3 Tahun 1999
e. Undang – Undang No.26 Tahun 2000

2. Penegakan Hak Asasi Manusia


Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap HAM,
di samping dibentuk aturan-aturan hukum, juga dibentuk
kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan dengan
penegakkan HAM antara lain:
a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KomNas HAM)
dibentuk berdasar Keppres No. 50 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni
1993 yang kemudian dikukuhkan lagi melalui Undang – Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
b. Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang – undang No.
26 Tahun 2000 tentang Pengadilan hak asasi manusia.
c. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Undang-Undang
No. 26 Tahun 2000 memberikan alternatif bahwa penyelesaian
pelanggaran HAM berat dapat dilakukan di luar pengadilan HAM,
yaitu melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk
berdasarkan undang-undang, yakni Undang-Undang No. 27 Tahun

103
Khelda Ayunita dan Abd. Rais, Hukum Tata Negara Indonesia. Mitra
Wacana Media. Jakarta, 2016. hlm. 153.
89
2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Namun dalam
perkembangannya, undang undang ini dicabut dan dinyatakan
tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat oleh Mahkamah
Konstitusi (MK).
Tidak hanya dari pihak pemerintah, masyarakat juga dapat dapat
berpartisipasi dalam upaya penegakan HAM. Partisipasi
masyarakat tersebut tertuang dalam Bab VIII Undang-Undang No.
39 tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut:
Pasal 100
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga
kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.
Pasal 101
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi,
lembaga studi, atau lembaga kemasyarakatan lainnya, baik secara
sendiri-sendiri maupun bekerja sama dengan Komnas HAM dapat
melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi
mengenai hak asasi manusia. 104
Pasal 102
Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga
kemasyarakatan lainnya, berhak untuk mengajukan usulan
mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan hak
asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya.

104
Firdiansyah, dkk., 2016. Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi
manusia, Bumi Aksara. 2016. hlm. 177.
90
BAB 7
Politik dan Strategi Nasional

A. Hakekat Politik dan Strategi Nasional


Politik strategi nasional tersusun dari dua istilah dasar. Yakni,
politik dan strategi nasional. Berikut penjelasan singkat mengenai
politik dan strategi nasional.

1. Pengertian Politik
Pengertian ‘politik’ 105 berasal dari kosa kata politics, yang
memiliki makna bermcam – macam kegiatan dalam suatu sistem
politik atau negara yang menyangkut proses penentuan –
penentuan tujuan – tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan
pelaksanaan tujuan - tujuan itu. Singkatnya politik adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan suatu tujuan.
Politik selalu menyangkut tujuan – tujuan dari seluruh
masyarakat(publics goals), dan tidak hanya tujuan pribadi
seseorang (privat goals). Selain itu politk menyangkut kegiatan
berbagai kelompok termasuk partai politik, Lembaga masyarakat
maupun perorangan.
Berikut ini beberapa arti politik dari segi kepentingan penggunaan,
yaitu :

a) Dalam arti kepentingan umum (politics)


Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk
kepentingan umum, baik yang berada dibawah kekuasaan negara
di Pusat maupun di Daerah, lazim disebut Politik (Politics) yang
artinya adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan,
cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara
dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita
inginkan.

105
PROF. DR. Kaelan, M.s. , Pendidikan Pancasila, 2016. Hlm.88.

91
b) Dalam arti kebijaksanaan (Policy) 106
Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu
yang yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha,
cita-cita/keinginan atau keadaan yang kita kehendaki.

c) Menurut marcus E. Ethridge dan howard handeman


Politik 107 adalah proses membuat keputusan kolektif didalam
sebuah komunitas, masyarakat, atau kelompok, dengan
menggunakan pengaruh dan kekuasaan.
d) Menurut kantaprawira
Sitem politik atau politik adalah hubungan antara manusia yang
menyangkut soal kekuasaan, aturan, dan wewenang.108
e) menurut kamus besar bahasa Indonesia
politik adalah (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau
kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar
pemrintahan) atau bisa juga diartikan sebagai cara bertindak
(dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).
2. Fungsi – Fungsi Dan Struktur Politik
Dalam penyesuaian dan perubahan lingkungan supaya tetap hidup,
maka setiap sistem politik melaksanakan fungsi-fungsi dasar
tertentu. Kata fungsi dimaksudkan adalah pengertian berbagai-
bagai (bahasa Inggris). Ada pula yang mengatakan kegiatan yang
bersifat alamiah untuk sesuatu hal seperti dalam kata: “the function
of the heart” 109 (fungsi jantung yaitu untuk memompa darah ke
seluruh tubuh). Pula dalam kata the function of government adalah
mengandung arti pencapaian tujuan.

106
Sumarsono, S., Drs., MBA, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan”
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL”, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Hlmn. 1
107
Marcus e.wthridge dan howard Handelman, Politik dalam dunia yang
berubah, 2016. Hlm 9.
108
Toto pribadi, dkk, sistem politik Indonesia, 2017. Hlm.2.10
109
Abdulkadir B. Nambo dan Muhamad Rusdiyanto Puluhuluwa,
MEMAHAMI TENTANG BEBERAPA KONSEP POLITIK. Hlm 269.

92
Dalam arti luas fungsi menunjukkan akibat atau konsekuensi dari
suatu tindakan. Robert K. Merton (dalam Sukarna, 1977: 25)
mengemukakan bahwa: “fungsi menunjukkan konsekuensi
tindakan-tindakan yang menyebabkan suatu sistem tetap hidup,
sedang dysfunction menunjukkan bahwa suatu sistem itu hancur
atau terputus”.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan politik sebagaimana telah
diuraikan di atas, Gabriel A. Almond mengungkapkan: “kegiatan
politik sebagai fungsi-fungsi politik dalam dua kategori yaitu
fungsi-fungsi masukan (input function) dan fungsi-fungsi keluaran
(output function). Fungsi-fungsi masukan (input function) adalah:
“fungsi yang sangat penting dalam menentukan cara kerjanya
sistem dan yang diperlukan untuk membuat dan melaksanakan
kebijaksanaan dalam sistem politik (Moechtar Mas’oed, 1982: 29).
Fungsi-fungsi politik110 dimaksud adalah:

a) Sosialisasi Politik
Sosialisasi antara lain berarti proses sosial yang memungkinkan
seseorang menjadi anggota kelompoknya. Oleh karena itu ia
mempelajari kebudayaan kelompoknya dan peranan dalam
kelompok.
Jadi dengan demikian sosialisasi politik adalah merupakan proses
sosial yang menjadikan seseorang anggota masyarakat memiliki
budaya politik kelompoknya dan bersikap serta bertindak sesuai
dengan budaya politik tersebut. Dan sosialisasi dilakukan oleh
semua unsur dalam masyarakat, misalnya lingkungan pergaulan
dan pekerjaan, media massa, keluarga dan sekolah, juga instansi
resmi. Dengan demikian kebudayaan politik dapat berkembang
dan terpelihara sampai pada generasi berikutnya.

b) Rekruitmen Politik
Rekruitmen politik dimaksudkan adalah proses seleksi warga
masyarakat untuk menduduki jabatan politik dan administrasi.
Menurut Gabriel A. Almont setiap sistem politik mempunyai cara

110
Id.at. Hlm 262.
93
tersendiri dalam merekrut warganya untuk menduduki kedudukan
politik dan administrasi.

c) Artikulasi Kepentingan111
Fungsi ini merupakan suatu proses penentuan kepentingan yang
dikehendaki dari sistem politik. Hal ini rakyat menyatakan
kepentingan mereka kepada lembaga-lembaga politik dan
pemerintahan dengan melalui kelompok kepentingan yang
dibentuk bersama dengan orang lain yang memiliki kepentingan
yang sama, kadang-kadang rakyat secara langsung menyatakan
keinginannya kepada pejabat pemerintahan.

d) Agresi Kepentingan
Fungsi ini adalah proses perumusan alternatif dengan jelas dengan
jalan penggabungan atau penyesuaian kepentingan yang telah
diartikulasikan atau dengan merekrut calon-calon pejabat yang
menganut politik kebijaksanaan tertentu.
Agresi kepentingan dapat diselenggarakan oleh seluruh subsistem
dari sistem politik seperti lembaga-lembaga legislatif, eksekutif,
birokrasi, media komunikasi, partai-partai politik dan kelompok
kepentingan.

e) Komunikasi Politik112
Fungsi ini merupakan alat untuk penyelenggaraan fungsi-fungsi
lainnya. Artinya pihak lain mengambil bagian dalam sosialisasi
politik dengan menggunakan komunikasi.
Fungsi-fungsi keluaran (output functions), meliputi fungsi-fungsi
pembuatan aturan, pelaksanaan aturan dan pengawasan azas
pelaksanaan aturan-aturan. Ketiga fungsi ini oleh Gabriel A.
Almond sebagai fungsi-fungsi pemerintahan dan tidak dibahas
lebih lanjut karena pertimbangan ketidakpastian struktur formal
pemerintahan umumnya negara-negara non barat dan
penyimpangan besar dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi
pemerintahan dari konstitusi.

111
Id.at.Hlm 270.
112
Id.at. Hlm 271.
94
Sehubungan dengan hal di atas, di sini Almond mengemukakan
bahwa ditinggalkannya fungsi-fungsi ini disebabkan konsep yang
diajukannya kekurangan unsur yang esensial sebab fungsi
pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari pengertian politik.
Dengan demikian113, maka konsepsi yang dikemukakannya tidak
komprehensif seperti yang dikehendakinya dengan menggunakan
istilah sistem. Dimaksudkan dengan istilah sistem adalah
“dipergunakan untuk menunjukkan seperangkat sifat khusus yang
dimiliki oleh interaksi politik, yaitu: (1) komprehensif, (2)
kebebasan, dan (3) lingkungan. Sifat komprehensif berarti bahwa
sistem politik itu mencakup seluruh interaksi yang berkenaan
dengan input atau output yang mempengaruhi penggunaan
kekerasan atau ancaman kekerasan fisik.

3. Strategi Nasional
Strategi nasional adalah seni dan ilmu mengembangkan dan
menggunakan kekuatan – kekuatan (ipoleksosbudmil) dalam masa
damai maupun masa perang untuk mendukung pencapaian tujuan
yang ditetapkan politik nasional. Strategi pada dasarnya
merupakan kerangka rencan dan tindakan yang disusun dan
disiapkan dalam suatu rangkaian pertahapan yang masing – masing
merupakan jawaban yang optimal terhadap tantangan baru yang
mungkin terjadi akibat dari langkah sebelumnya dan keseluruhan
proses ini terjadi dalam suatu arah tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
4. Pengertian politik dan strategi nasional
Politik Strategi Nasional adalah asas, haluan, usaha serta
kebijaksanaan negara tentang pembinaan (perencanaan,
pengembangan, pemeliharaan dan pengendalian) serta penggunaan
secara kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
Dalam melaksanakan politik nasional maka disusunlah strategi
nasional. Misalnya strategi jangka penedek, jangka menengah dan
jangka panjang 114 . Strategi Nasional adalah cara melaksanakan

113
ibid.
114
Rowland B. F. Pasaribu, Politik dan Strategi Nasional, 2016. Hlm.
260.

95
politik nasional dalam mencapai sasaran-sasaran dan tujuan yang
ditetapkan oleh politik nasional.

5. Dasar pemikiran penyusunan politik strategi nasional


Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional
yang berdasarkan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional. Landasan pemikiran dalam
manajemen nasional sangat penting sebagai kerangka acuan dalam
penyususan politik strategi nasional, karena didalamnya
terkandung dasar negara, cita-cita nasional dan konsep strategi
bangsa Indonesia115.
Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional di itngkat
suprastruktur politik diatur oleh presiden/mandataris MPR.
Sedangkan proses penyusunan politik dan strategi nasional di
tingkat suprastruktur politk dilakukan setelah presiden
menerima GBHN. Strategi nasional dilaksanakan oleh para
menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen
berdasarkan petunjuk presiden, yang dilaksanakan oleh
presiden sesungguhnya merupakan politik dan strategi nasional
yang bersifat pelaksanaan.
Indonesia menuangkan politik nasionalnya dalam bentuk
GBHN karena GBHN yang merupakan kepanjangan dari Garis-
garis Besar Haluan Negara adalah haluan negara tentang
penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai
pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu di
tetapkan oleh MPR untuk lima tahun guna mewujudkan
kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Agar perencanaan
pelaksanaan politik dan strategi dapat berjalan dengan baik
maka harus dirumuskan dan dilakukan pemikiran-pemikiran
strategis yang akan digunakan.

6. Penyusunan politik dan strategi nasional

115
ibid

96
Proses penyusunan politik strategi nasional pada infrastruktur
politik 116 merupakan sasaran yang akan dicapai oleh rakyat
Indonesia. Sesuai dengan kebijakan politik nasional,
penyelenggara negara harus mengambil langkah-langkah
pembinaan terhadap semua lapisan masyarakat dengan
mencantumkan sasaran masing-masing sektor/bidang. Dalam era
reformasi saat ini masyarakat memiliki peran yang sangat besar
dalam mengawasi jalannya politik strategi nasional yang dibuat
dan dilaksanakan oleh Presiden.
Politik dan strategi nasional disusun berdasarkan sistem
kenegaraan menurut UUD 1945. Lembaga – lembaga yang berhak
menyusun politik dan strategi nasional yaitu, MPR, DPR, Presiden,
DPA, BPK, MA. Lembaga – lembaga tersebut dinamakan
“suprastruktur politik”.117

7. Kaitan otonomi daerah dengan politik strategi nasional


Otonomi dalam makna sempit dapat diartikan sebagai“mandiri”.
Makna yang lebih luas diartikan sebagai “berdaya”.Otonomi
daerah berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitanperbuatan
dan pengambilan keputusan mengenai kepentingandaerahnya
sendiri. Jika daerah sudah mampu mencapai kondisitersebut, maka
daerah dapat dikatakan sudah berdaya untukmelakukan apa saja
secara mandiri tanpa tekanan dari luar.
Pelaksanaan otonomi daerah kini memasuki tahapan baru setelah
direvisinya UU No. 22 Tahun 1999 118 tentang Pemerintahan
Daerah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah atau lazim disebut UU Otonomi Daerah (Otda). Perubahan
yang dilakukan di UU No. 32 Tahun 2004 bisa dikatakan sangat

116
Sumarsono, S., Drs., MBA, 2005, Pendidikan Kewarganegaraan”
POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL”, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Hlmn. 2

117
Rowland B. F. Pasaribu, Politik dan Strategi Nasional, 2016. Hlm.
260.
118
Id.at. Hlm. 265.

97
mendasar dalam pelaksanaan pemerintahan daerah. Secara garis
besar, perubahan yang paling tampak adalah terjadinya pergeseran-
pergeseran kewenangan dari satu lembaga ke lembaga lain. Konsep
otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap dijadikan acuan
dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang
paling dekat dengan masyarakat. Tujuan pemberian otonomi tetap
seperti yang dirumuskan saat ini yaitu memberdayakan daerah,
termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta
masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan.
Pemerintah juga tidak lupa untuk lebih meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan akuntabilitas penyelenggaraan fungsi-fungsi seperti
pelayanan, pengembangan dan perlindungan terhadap masyarakat
dalam ikatan NKRI. Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
seperti desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan,
diselenggarakan secara proporsional sehingga saling menunjang.
Dalam UU No. 32 Tahun 2004, digunakan prinsip otonomi seluas-
luasnya, dimana daerah diberi kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintah
pusat yakni119 :
1) Politik luar negeri,
2) Pertahanan dan keamanan,
3) Moneter/fiskal,
4) Peradilan (yustisi),
5) Agama
Pemerintah pusat berwenang membuat norma-norma, standar,
prosedur, monitoring dan evaluasi, supervisi, fasilitasi dan urusan-
urusan pemerintahan dengan ekstemalitas nasional. Pemerintah
provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan
pemerintahan dengan ekstemal regional, dan Kabupaten/Kota
berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan
dengan eksternalitas lokal.
Dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 (Amandemen) disebutkan,
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
Provinsi dan daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota,

119
Hj. Ruslina, Pendidikan Kewarganegaraan. Pontianak, 2017. Hlm.
93.

98
yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, dan Kota itu mempunyai
pemerintahan daerah yangdiatur dengan UU. Tampak nuansa dan
rasa adanya hierarki dalam kalimat tersebut. Pemerintah Provinsi
sebagai Wakil Pemerintah Pusat di daerah diakomodasi dalam
bentuk urusan pemerintahan menyangkut pengaturan terhadap
regional yang menjadi wilayah tugasnya.120
Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib
dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu
urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar
seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup
minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan
pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi
unggulan dan kekhasan daerah.
UU No. 32 Tahun 2004 mencoba mengembalikan hubungan kerja
eksekutif dan legislatif yang setara dan bersifat kemitraan.
Sebelum ini kewenangan DPRD sangat besar, baik ketika memilih
kepala daerah, maupun laporan penanggungjawaban (LPJ) tahunan
kepala daerah. Kewenangan DPRD itu dalam penerapan di
lapangan sulit dikontrol. Sedangkan sekarang, kewenangan DPRD
banyak yang dipangkas, misalnya aturan kepala daerah dipilih
langsung oleh rakyat, DPRD yang hanya memperoleh laporan
keterangan pertanggungjawaban, serta adanya mekanisme evaluasi
Gubernur terhadap rancangan Perda APBD agar sesuai
kepentingan umum dau peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.121
Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan
daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD
merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat
kemitraan. Hubungan kemitraan bermakna bahwa antara
Pemeriutah Daerah dan DPRD adalah sama-sama mitra sekerja

120
Rowland B. F. Pasaribu, Politik dan Strategi Nasional, 2016. Hlm.
264.
121
ibid.

99
dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi
daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua
lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling
mendukung bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama
lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing.
Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung
oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan. Pasangan calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah dapat dicalonkan baik oleh partai politik atau
gabungan partai politik peserta Pemilu yang memperoleh sejumlah
kursi tertentu dalam DPRD dan atau memperoleh dukungan suara
dalam Pemilu Legislatif dalam jumlah tertentu.
Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Komisi Pemilihan
Umum Daerah (KPUD) provinsi, Kabupaten, dan Kota diberikan
kewenangan sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah 122 .
Agar penyelengaraan pemilihan dapat berlangsung dengan baik,
maka DPRD membentuk panitia pengawas. Kewenangan KPUD
Provinsi, Kabupaten, dan Kota dibatasi sampai dengan penetapan
calon terpilih dengan berita acara yang selanjutnya KPUD
menyerahkan kepada DPRD untuk diproses pengusulannya kepada
Pemerintah guna mendapatkan pengesahan.
Dalam UU No 32 Tahun 2004 terlihat adanya semangat untuk
melibatkan partisipasi publik. Di satu sisi, pelibatan publik
(masyarakat) dalam pemerintahan atau politik lokal mengalami
peningkatan luar biasa dengan diaturnya pemilihan kepala daerah
(Pilkada) langsung. Dari anatomi tersebut, jelaslah bahwa revisi
yang dilakukan terhadap UU No. 22 Tahun 1999 dimaksudkan
untuk menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang selama ini
muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah. Sekilas UU No. 32
tahun 2004 masih menyisakan banyak kelemahan, tapi hams diakui
pula banyak peluang dari UU tersebut untuk menciptakan good
governance (pemerintahan yang baik).

122
Id.at. Hlm. 265.

100
8. Perwujudan politik dan strategi nasional yang berdasarkan
Pancasila
Menurut Perwujudan politik dan strategi nasional di bidang hukum
:123
1) Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat
untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka
supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.
2) Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu
dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat
serta memperbaharui perundang-undangan warisan kolonial dan
hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender
dan ketidaksesuaianya dengan reformasi melalui program
legalisasi.
3) Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin
kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta
menghargai hak asasi manusia.
4) Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional terutama yang
berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan bangsa dalam bentuk undang-undang.124
5) Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat
penegak hukum, termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia,
untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan
meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana
hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif.
6) Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari
pengaruh penguasa dan pihak manapun.
7) Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang
mendukung kegiatan perekonomian dalam menghadapi era
perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional.

123
Ibid.
124
Ibid.

101
8) Menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah,
murah dan terbuka, serta bebas korupsi dan nepotisme dengan tetap
menjunjung tinggi asas keadilan dan kebenaran125.
9) Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta
meningkatkan perlindungan. Penghormatan dan penegakan hak
asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan.
10) Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap
pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang belum ditangani
secara tuntas.

Perwujudan politk strategi nasional dibidang ekonomi.126


1) Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu
pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan
sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai
keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga terjamin
kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja, perlindungan
hak-hak konsumen, serta perlakuan yang adil bagi seluruh rakyat.
2) Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil serta
menghindarkan terjadinya struktur pasar monopolistik dan
berbagai struktur pasar distortif, yang merugikan masyarakat.
3) Mengoptimalkan peranan pemerintah dalam mengoreksi
ketidaksempurnaan pasar dengan menghilangkan seluruh
hambatan yang menganggu mekanisme pasar, melalai regulasi,
layanan publik, subsidi dan insentif, yang dilakukan secara
transparan dan diatur undang-undang.
4) Mengupayakan kehidupan yang layak berdasarkan atas
kemanusiaan yang adil bagi masayarakat, terutama bagi fakir
miskin dan anak-anak terlantar dengan mengembangkan sistem
dan jaminan sosial melalui program pemerintah serta
menumbuhkembangkan usaha dan kreativitas masyarakat yang
pendistribusiannya dilakukan dengan birokrasi efektif dan efisien
serta ditetapkan dengan undang-undang.

125
Id.at. Hlm. 266.
126
Ibid

102
5) Mengembangkan perekonomian yang berodentasi global sesuai
kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komperatif sebagai negara maritim dan
agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan di setiap daerah,
terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan,
pertambangan, pariwisata, serta industri kecil dan kerajinan
rakyat.127
6) Mengelola kebijakan makro dan mikro ekonomi secara
terkoordinasi dan sinergis guna menentukan tingkat suku bunga
wajar, tingkat inflasi terkendali, tingkat kurs rupiah yang stabil dan
realitis, menyediakan kebutuhan pokok terutama perumahan dan
pangan rakyat, menyediakan fasilitas publik yang memadai dan
harga terjangkau, serta memperlancar perizinan yang transparan,
mudah, murah, dan cepat.128
7) Mengembangkan kebijakan fiskal dengan memperhatikan
prinsip transparasi, disiplin, keadilan, efisiensi, efektivitas, untuk
menambah penerimaan negara dan mengurangi ketergantungan
dana dari luar negeri.
8) Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, efisien,
dan meningkatkan penerapan peraturan perundang-undangan
sesuai dengan standar internasional dan diawasi oleh lembaga
independen.
9) Mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri pemerintah
untuk kegiatan ekonomi produktif yang dilaksanakan secara
transparan, efektif dan efisien. Mekanisme dan prosedur
peminjaman luar negeri harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dan diatur dengan undang-undang.
10) Mengembangkan kebijakan industri perdagangan dan
investasi dalam rangka meningkatkan daya saing global dengan
membuka aksesibilitas yang sama terhadap kesempatan kerja dan
berusaha bagi segenap rakyat dan seluruh daerah melalui
keunggulan kompetitif terutama berbasis keunggulan sumber daya

127
Id.at. Hlm. 267.
128
bid

103
manusia dengan menghapus segala bentuk perlakuan diskriminatif
dan hambatan.129
11) Memperdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi
agar lebih efisien, produktif dan berdaya saing dengan
menciptakan iklim usaha yang kondusif dan peluang usaha yang
seluas-luasnya. Bantuan fasilitas dari negara diberikan secara
selektif terutama dalam bentuk perlindungan dari persaingan yang
tidak sehat, pendidikan dan pelatihan, informasi bisnis dan
teknologi, permodalan, dan lokasi berusaha.
12) Menata Badan Usaha Milik Negara secara efisien, transparan,
profesional terutama yang usahanya berkaitan dengan kepentingan
umum yang bergerak dalam penyediaan fasilitas publik, indutri
pertahanan dan keamanan, pengelolaan aset strategis, dan kerja
kegiatan usaha lainnya yang tidak dilakukan oleh swasta dan
koperasi. Keberadaan dan pengelolaan Badan Usaha Milik Negara
ditetapkan dengan undang-undang.
13) Mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk
keterkaitan usaha untuk yang saling menunjang dan
menguntungkan antara koperasi, swasta dan Badan Usaha Milik
Negara, serta antar usaha besar dan kecil dalam rangka
memperkuat struktur ekonomi nasional.130
14) Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis
pada keragaman budaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya
lokal dalam rangka menjamin tersedianya pangan dan nutrisi
dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang
terjangkau dengan memperhatikan peningkatan pendapatan petani
dan nelayan serta peningkatan produksi yang diatur dengan
undang-undang.
15) Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi
dan tenaga listrik yang relatif murah dan ramah lingkungan dan
secara berkelanjutan yang pengelolaannya diatur dengan undang-
undang.

129
ibid.
130
ibid.

104
16) Mengembangkan kebijakan pertanahan untuk meningkatkan
pemanfaatan dan penggunaan tanah secara adil, transparan, dan
produktif dengan mengutamakan hak-hak rakyat setempat,
termasuk hak ulayat dan masyarakat adat, serta berdasarkan tata
ruang wilayah yang serasi dan seimbang.
17) Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana publik, termasuk transportasi, telekomunikasi, energi
dan listrik, dan air bersih guna mendorong pemerataan
pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat dengan harga
terjangkau, serta membuka keterisolasian wilayah pedalaman dan
terpencil.131
18) Mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan
terpadu diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kemandirian
tenaga kerja, peningkatan pengupahan, penjamin kesejahteraan,
perlindungan kerja dan kebebasan berserikat.
19) Meningkatkan kuantitas dan kualitas penempatan tenaga kerja
ke luar negeri dengan memperhatikan kompetensi, perlindungan
dan pembelaan tenaga yang dikelola secara terpadu dan mencegah
timbulnya eksploitasi tenaga kerja.
20) Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa sendiri dalam dunia usaha,
terutama usaha kecil, menengah dan koperasi guna meningkatkan
daya saing produk yang berbasis sumber daya lokal.
21) Melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempercepat-
proses pengentasan masyarakat dari kemiskinan dan mengurangi
pengangguran, yang merupakan dampak krisis ekonomi.
22) Mempercepat penyelamatan dan pemulihan ekonomi guna
membangkitkan sektor riil terutama pengusaha kecil, menengah
dan koperasi melalui upaya pengendalian laju inflasi, stabilitas
kurs rupiah pada tingkat yang realistis, dan suku bunga yang wajar
serta didukung oleh tersedianya likuiditas sesuai dengan
kebutuhan.132

131
Id.at. Hlm. 268.
132
ibid.

105
23) Menyehatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
dengan mengurangi defisit anggaran melalui peningkatan disiplin
anggaran, pengurangan subsidi dan pinjaman luar negeri secara
bertahap, peningkatan penerimaan pajak progresif yang adil dan
jujur, serta penghematan pengeluaran.
24) Mempercepat rekapitulasi sektor perbankan dan
restrukturisasi utang swasta secara transparan agar perbankan
nasional dan perusahaan swasta menjadi sehat, terpercaya, adil,
dan efisien dalam melayani masyarakat dan kegiatan
perekonomian.
25) Melaksanakan restrukturisasi aset negara, terutama aset yang
berasal dari likuidasi perbankan dan perusahaan, dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara transparan dan
pelaksanaannya dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan
Rakyat, Pengelolaan aset negara diatur dengan undang-undang.
26) Melakukan renegoisasi dan mempercepat restrukturisasi
utang luar negeri bersama-sama dengan Dana Moneter
Internasional, Bank Dunia, Lembaga Keuangan Internasional
lainnya, dan negara donor dengan memperhatikan kemampuan
bangsa dan negara, yang pelaksanaanya dilakukan secara
transparan dan dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan
Rakyat.133
27) Melakukan secara proaktif negoisasi dan kerjasama ekonomi
bilateral dan multilateral dalam rangka meningkatkan volume dan
nilai ekspor terutama dari sektor industri yang berbasis sumber
daya alam, serta menarik investasi finansial dan investasi asing
langsung tanpa merugikan pengusaha nasional.
28) Menyehatkan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah terutama yang usahanya tidak berkaitan dengan
kepentingan umum didorong untuk privatisasi melalui pasar
modal.

Perwujudan politik strategi nasional di bidang politik :134

133
Id.at. Hlm. 269.
134
ibid

106
1) Memperkuat keberadaan dan kelangsungan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bertumpu pada kebhineka-tunggalikaan.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang mendesak dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bemegara, perlu upaya
rekonsiliasi nasional yang diatur dengan undang-undang.
2) Menyempurnakan Undang-Undang Dasar 1945 sejalan dengan
perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntutan
reformasi, dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan
bangsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.135
3) Meningkatkan peran Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan
lembaga-lembaga tinggi negara lainnya dengan menegaskan
fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip
pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
4) Mengembangkan sistem politik nasional yang berkedudukan
rakyat demokratis dan terbuka, mengembangkan kehidupan
kepartaian yang menghormati keberagaman aspirasi politik, serta
mengembangkan sistem dan penyelengaraan pemilu yang
demokratis dengan menyempurnakan berbagai peraturan
penlndang-undangan dibidang politik.
5) Meningkatkan kemandirian panai politik terutama dalam
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat serta
mengembangkan fungsi pengawasan secara efektif terhadap
kinerja lembaga-lembaga negara dan meningkatkan efektivitas,
fungsi dan partisipasi organisasi kemasyarakatan, kelompok
profesi dan lembaga swadaya masyarakat dalam kehidupan
bernegara.
6) Meningkatkan pendidikan politik secara intensif dan
komprehensif kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya
politik yaitu demokratis, menghormati keberagaman aspirasi, dan
menjunjmmg tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

135
ibid

107
7) Memasyarakatan dan menerapkan prinsip persamaan dan anti
diskriminatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
8) Menyelenggarakan pemilihan umum secara lebih berkualitas
dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya atas dasar prinsip
demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil, dan
beradab yang dilaksanakan oleh badan penyelenggara independen
dan nonpartisan selambat-lambatnya pada tahun 2004.
9) Membangun bangsa dan watak bangsa (nation and character
building) menuju bangsa dan masyarakat Indonesia yang maju,
bersatu, rukun, damai, demokratis, dinamis, toleran, sejahtera, adil
dan makmur.136

136
Id.at. Hlm. 270.

108
BAB 8
Geopolitik Indonesia

A. Pengertian Geopolitik
Istilah geopolitik dibagi menjadi dua, yaitu geopolitik sebagai ilmu
dan geopolitik sebagai ideologi. Geopolitik sebagai ilmu
memberikan wawasan objektif akan posisi kita sebagai suatu
bangsa yang hidup berdampingan dan saling berinteraksi dengan
negara lain dalam pergaulan dunia. Sedangkan geopolitik sebagai
ideologi adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik suatu negara
yang hendak menjadikan wawasan tersebut sebagai cara pandang
kolektif untuk melangsungkan, memelihara, dan mempertahakan
semangat kebangsaan.137
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang geopolitik, teori
tersebut ialah:
1) Teori Geopolitik Fredefich Ratzel
Pokok-pokok teori Ratzel, disebut Teori Ruang, menyebutkan
bahwa:
a. Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme
(makhluk hidup), yang memerlukan ruang hidup (lebensraum)
cukup agar dapat turnbuh dengan subur melalui proses lahir,
tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut, dan
mati.
b. Kekuatan suatu negara harus marnpu mewadahi
pertumbuhannya. Makin luas ruang dan potensi geografi yang
diternpati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan makin besar
kemungkinan kelompok politik itu tumbuh.
c. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
tidak terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul saja
yang dapat bertahan hidup terus dan berlangsung.
d. Apabila ruang hidup negara sudah tidak dapat memenuhi
keperluan, ruang itu dapat dipeluas dengan mengubah batas-batas
negara baik secara damai maupun melalui jalan kekerasan atau

137
Prof. Dr. H. Kaelan, MS. Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta:
Paradigma, 2016), hlm 147.

109
perang.
Pandangan Ratzel tentang geopolitik menimbulkan dua aliran
kekuatan, yaitu (1) berfokus pada kekuatan di darat (kontinental)
dan (2) berfokus pada kekuatan di laut (maritim). Melihat adanya
efek persaingan dua aliran kekuatan yang bersumber dari
teorinya, Ratzel meletakkan dasar-dasar suprastruktur geopolitik,
yaitu bahwa kekuatan suatu negara harus mampu mewadahi
tumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya. Dengan
demikian, esensi pengertian politik adalah penggunaan kekuatan
fisik dalam rangka rnewujudkan keinginan atau aspirasi nasional
suatu bangsa. Hal ini seiring kearah politik adu kekuatan dan adu
kekuasaan dengan tujuan ekspansi.

2) Teori Geopolitik Rudolf Kjellen


Pokok-pokok teori Kjellen dengan tegas menyatakan bahwa
negara adalah suatu organisme hidup. Pokok teori tersebut
terinspirasi oleh pendapat Ratzel vang menyatakan bahwa negara
adalah suatu organisme yang tunduk pada hukum biologi,
sedangkan pokok teori Ratzer mencoba menerapkan metodologi
biologi teori Evolusi Darwin yang sedang popular di Eropa pada
akhir abad ke-l9 ke dalam teori ruangnya.
Pokok-pokok teori Kjellen rnenyebutkan:
a. Negara merupakan satuan biologis, suatu organism hidup,
yang memiliki intelektualitas. Negara dimungkinkan untuk
mendapatkan ruang yang cukup luas agar kemampuan dan
kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara bebas.
b. Negara merupakan suatu sistem politik yang meliputi
geopolitik, ekonomi politik, demo politik, dan krato politik
(politik memerintah)
c. Negara harus mampu berswasembada serta memanfaatkan
kemajuan kebudayaan dan teknologi untuk meningkatkan
kekuatan nasionalnya: ke dalam untuk mencapai persatuan dan
kesatuan yang harmonis dan ke luar untuk mendapatkan batas-
batas negara yang lebih baik. Sementara itukekuasaan Imperium
Kontinental dapat mengontrol kekuatan maritim.

110
3) Teori Geopolitik Karl Haushofer
Pokok-pokok teori Haushofer pada dasarnya menganut teori
Kjellen dan bersifat ekspansionis serta rasial, bahkan dicurigai
sebagai teori yang menuju kepada peperangan. Teori Haushofer
berkembang di Jerman dan mempengaruhi Adolf Hitler. Teori ini
pun dikembangkan di Jepang dalam ajaran Hako Ichiu yang
dilandasi oleh semangat materialisme dan fasisme. Inti teori
Haushofer adalah:
a.Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
tidak terlepas dari hukum alam.
b.Kekuasaan Imperium Daratan dapat mengejar kekuasaan
Imperium Maritim untuk menguasai pengawasan di laut.
c.Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai
Eropa, Afrika, dan Asia Barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di
Asia Timur Raya.
d.Geopolitik adalah doktin negara yang menitikberatkan perhatian
kepada soal strategi perbatasan.
e.Ruang hidup bangsa dan tekanan kekuasaan ekonomi dan sosial
yang rasial mengharuskan pembagian baru dari kekayaan alam di
dunia.
f.Geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam
perjuangan mendapatkan ruang hidup.

4) Teori Geopolitik Sir Halford Mackinder


Pokok teori Mackinder menganut “konsep kekuatan darat” dan
mencetuskan Wawasan Benua. Teorinya menyatakan : Barang
siapa dapat menguasai “Daerah Jantung”, yaitu Eurasia (Eropa
dan Asia) akan dapat menguasai “Pulau Dunia”, yakni Eropa,
Asia, dan Afrika. Barang siapa dapat menguasai pulau dunia
akhirnya dapat menguasai dunia.

5) Teori Geopolitik Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan138


Pokok teori kedua ahli tersebut menganut “konsep kekuatan

138
Budi Juliardi, S.H., M.Pd. Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta:
RajaGrafindo, 2014), hlm. 149.

111
maritim” dan mencetuskan Wawasan Bahari, yaitu kekuatan di
lautan. Teorinya menyatakan: Barang siapa menguasai lautan
akan menguasai “perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti
menguasai “kekayaan dunia” sehingga pada akhirnya akan
menguasai dunia.

6) Teori Geopolitik William Mitchel, Albert Saversky, Gulio


Dauhet, dan John Frederick Charles Fuller
Keempat ahli geopolitik ini melahirkan teori Wawasan
Dirgantara, yaitu kekuatan di udara. Dengan pemikiran bahwa
di udara memiliki daya tangkis yang dapat diandalkan untuk
menangkis ancaman dan melumpuhkan kekuatan lawan.
7) Teori Geopolitik Nicholas J.Spykman
Pokok teori Spykman disebut “Teori Daerah Batas” atau
“Teori Wawasan Kombinasi”, yaitu teori yang menggabungkan
kekuatan darat laut, dan udara yang dalam pelaksanaannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi suatu negara.

B. Perkembangan Geopolitik di Indonesia


Perkembangan Geopolitik di Indonesia dipengaruhi adanya
Globalisasi dan kemajuan teknologi yang menyebabkan wilayah
kedaulatan suatu Negara terutama Negara Indonesia menjadi
semakin abstrak dan kurang pasti sehingga dapat dengan mudah
ditembus oleh para pelaku atau actor internasional. Kemudian
adanya proses politik dan demokratisasi. Akhir tahun 2004 juga
ditandai dengan keberhasilan bangsa Indonesia menyelenggarakan
Pemilu dengan sistem pemilihan langsung. Proses Pemilu yang
sangat transparan merupakan kunci keberhasilan KPU
menyelenggarakan pesta demokrasi ini.Selanjutnya munculah tiga
kasus besar, Pertama adalah gerakan separatis politik dan
bersenjata yang kini mengarah pada upaya pemisahan diri dari
NKRI yakni, gerakan separatis bersenjata di Aceh, Gerakan Aceh
Merdeka/GAM (yang telah sepakat untuk mengakui dan
bergabung kembali dalam NKRI), kelompok separatis politik
(KSP) dan kelompok separatis bersenjata (KSB/TPN) yang
berinduk di bawah OPM di Papua, serta upaya pembentukan
kembali Republik Maluku Selatan (RMS) melalui pembentukan

112
organisasi RMS gaya baru yakni Forum Kedaulatan Maluku
(FKM).
Sedangkan kasus yang kedua yaitu aksi kekerasan dan konflik
komunal. Meski langkah-langkah penegakkan hukum telah
diambil, namun diperkirakan kasus-kasus kekerasan dan konflik-
konflik komunal masih akan terjadi secara insidentil.
Penanganannya diawali dengan pendekatan pembangunan
kebangsaan, tanpa mengabaikan keberagaman budaya dan pada
saat yang sama dilaksanakan pembangunan kesejahteraan.
Meskipun upaya peningkatan kualitas proses politik dalam rangka
normalisasi dan stabilisasi kehidupan masyarakat di sejumlah
daerah konflik dan rawan konflik relatif berjalan Iambat, tetapi
perbaikan struktur dan proses politik menuju penyelesaian konflik
secara bertahap dapat berjalan dengan baik. Dan yang ketiga
adalah isu keamanan teritorial, perbatasan dan pulau terluar. Dalam
isu keamanan perbatasan baik perbatasan darat maupun laut,
terdapat sejumlah permasalahan tapal batas wilayah yang harus
segera diatasi. Isu keamanan perbatasan tersebut, juga meliputi
adanya kondisi pulau-pulau terluar yang berada dan berbatasan
langsung dengan beberapa negara tetangga yang sesungguhnya
berpotensi dapat lepas dari NKRI bila tidak dapat dipelihara dan
dijaga dengan baik.

C. Unsur-unsur Geopolitik 139


Geopolitik memiliki unsur-unsur dasar konsepsi Geopolitik atau
biasa disebut sebagai Wawasan Nusantara ada tiga,yaitu :
1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat nusantara
dengan kekayaan alam dan penduduk serta keanekaragaman
budaya. Bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud
suprastruktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat
adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infrastruktur politik.

139
Prof. Dr. H. Kaelan, MS. Pendidikan Kewarganegaraan, (Yogyakarta:
Paradigma, 2016), hlm 146

113
2. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan
cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di
masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di
atas bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi,
sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Isi menyangkut
dua hal, pertama realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan
bersama (konsensus nasional) dan perwujudannya, pencapaian
cita-cita dan tujuan nasional , kedua persatuan dan kesatuan dalam
ke-bhineka-an.
3. Tata laku (conduct)
Hasil dari interaksi antara sebuah wadah dengan isi maka akan
menghasilkan sebuah tata laku yang terdiri dari tata laku batiniah
yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari
bangsa Indonesia. Sedangkan tata laku lahiriah yaitu tercermin
dalam tindakan, perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia.
Kedua tata laku tersebut akan mencerminkan identitas jati
diri/kepribadian bangsa berdasarkan asas kekeluargaan dan
kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa
dan tanah air sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi
dalam semua aspek kehidupan nasional.

D. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia


Untuk membina dan menyelenggarakan kehidupan nasional,
bangsa Indonesia merumuskan suatu landasan visional yang dapat
membangkitkan kesadaran untuk menjamin persatuan dan
kesatuan dalam kebhinekaan yang menjadi cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya. Landasan visional ini
dikenal dengan istilah Wawasan Kebangsaan atau Wawasan
Nasional dan diberi nama Wawasan Nusantara. Wawasan
Nusantara adalah geopolitik Indonesia, yang diberi pengertian
sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis
dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dan tetap

114
menghargai serta menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek
kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

E. Implementasi Wawasan Nusantara dalam Geopolitik


Implementasi wawasan nusantara bertujuan untuk menerapkan
wawasan nusantara dalam kehidupan sehari – hari yang mencakup
berbagai aspek, yaitu politik, ekonomi, sosial budaya, serta
pertahanan dan keamanan nasional.
- Politik.
Dalam mengimplementasikan wawasan nusantara dalam bidang
politik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
• Pelaksanaan kehidupan politik yang diatur dalam undang –
undang.
• Pelaksanaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di
Indonesia harus sesuai dengan.
• Mengembangkan sikap hak asasi manusia dan sikap pluralisme
untuk mempersatukan berbagai suku, agama, dan bahasa yang
berbeda, sehingga menumbuhkan sikap toleransi.
• Memperkuat komitmen politik terhadap politik dan lembaga
pemerintahan untuk meningkatkan semangat kebangsaan dan
kesatuan.
• Meningkatkan peran Indonesia dalam kancah internasional dan
memperkuat korps diplomatic sebagai upaya penjagaan wilayah
Indonesia.

- Ekonomi
Dalam mengimplementasikan wawasan nusantara dalam bidang
ekonomi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
• Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusatara
diselenggarakan sebagai usaha Bersama dengan asas kekeluargaan
dalam system ekonomi kerakyatan untuk kemakmuran rakyat.
• Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di
semua daerah tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh tiap
– tiap daerah.

115
C. Kekayaan di wilayah nusanatara, baik potensial maupun efektif,
merupakan modal dan milik Bersama bangsa umtuk memenuhi
kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia seacara merata.

- Sosial Budaya
Dalam mengimplementasikan wawasan nusantara dalam bidang
social budaya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
• Tidak menghilangkan budaya Indonesia, walaupun banyaknya
budaya luar yang masuk ke Indonesia.
• Bangga akan hasil karya bangsa Indonesia.
• Melindungi budaya Indonesia, agar tidak diakusisi oleh negara
lain.

- Pertahanan dan Keamanan Nasional


Implementasi wawasan nusantara dalam bidang pertahanan
nasional yaitu dengan senantiasa menumbuhkan rasa cinta tanah
air serta membentuk sikap rela membela tanah air. Hal ini
khususnya harus ditanamkan bagi warga Indonesia yang berada di
perbatasan, mengingat keamanan di sana tidak cukup terjamin.

116
BAB 9
Wawasan Nusantara

A. Pengertian Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional (national
outlook) bangsa Indonesia yang selanjutnya dapat disingkat
Wasantara. Wawasan nasional merupakan cara pandang bangsa
terhadap diri dan lingkungan tempat hidup bangsa yang
bersangkutan. Cara bangsa memandang diri dan lingkungannya
tersebut sangat mempengaruhi keberlangsungan dan keberhasilan
bangsa itu menuju tujuannya. Bagi bangsa Indonesia, Wawasan
Nusantara telah menjadi cara pandang sekaligus konsepsi
berbangsa dan bernegara. Ia menjadi landasan visional Bangsa
Indonesia. Konsepsi Wawasan Nusantara, sejak dicetuskan melalui
Deklarasi Djuanda tahun 1957 sampai sekarang mengalami
dinamika yang terus tumbuh dalam praktek kehidupan
bernegara.140
Kesimpulan Kami
Wawasan Nusantara merupakan wawasan tentang bangsa
Indonesia yang berisi tentang pandangan diri dan lingkungannya.
A. Pengertian Wawasan Nusantara menurut para ahli
1. Hasnan Habib
Wawasan Nusantara adalah kebulatan wilayah nasional, termasuk
satu kesatuan bangsa, satu tujuan dan tekad perjuangan dan satu
kesatuan hukum, satu kesatuan sosial budaya, satu kesatuan
ekonomi dan satu kesatuan hankam
2. Wan Usman

140
RISTEKDIKTI, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016), hlm. 209

117
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan
semua aspek kehidupan yang beragam141
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1998
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
4. Lembaga Ketahanan Nasional Tahun 1999
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam
dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional142
Kesimpulan Kami
Menurut kami, Wawasan Nusantara berbagai macam definisi oleh
para ahli.

B. Pengertian Wawasan Nusantara secara khusus


Wawasan Nusantara bisa kita bedakan dalam dua pengertian yakni
pengertian etiomologis dan pengertian terminologi. Secara
etimologi, kata Wawasan Nusantara berasal dari dua kata wawasan
dan nusantara. Wawasan dari kata wawas (bahasa Jawa) yang
artinya pandangan. Sementara kata “nusantara” merupakan
gabungan kata nusa yang artinya pulau dan antara. Kata ”nusa”
dalam bahasa Sanskerta berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan
dalam bahasa Latin, kata ”nusa” berasal dari kata nesos yang dapat
berarti semenanjung, bahkan suatu bangsa. Merujuk pada
pernyataan tersebut, maka kata ”nusa” juga mempunyai kesamaan

141
RISTEKDIKTI, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016), hlm. 211
142
Id.at 212

118
arti dengan kata nation dalam bahasa Inggris yang berarti bangsa.
Dari sini bisa ditafsirkan bahwa kata ”nusa” dapat memiliki dua
arti, yaitu kepulauan dan Bangsa.143
Kata kedua yaitu ”antara” memiliki padanan dalam bahasa Latin,
in dan terra yang berarti antara atau dalam suatu kelompok.
”Antara” juga mempunyai makna yang sama dengan kata inter
dalam baha sa Inggris yang berarti antar (antara) dan relasi.
Sedangkan dalam bahasa Sanskerta, kata ”antara” dapat diartikan
sebagai laut, seberang, atau luar. Bisa ditafsirkan bahwa kata
”antara” mempunyai makna antar (antara), relasi, seberang, atau
laut. Dari penjabaran di atas, penggabungan kata ”nusa” dan
”antara” menjadi kata ”nusantara” dapat diartikan sebagai
kepulauan yang diantara laut atau bangsa-bangsa yang
dihubungkan oleh laut.144
Ada pendapat lain yang menyatakan nusa berarti pulau, dan antara
berarti diapit atau berada di tengah-tengah. Nusantara berarti
gugusan pulau yang diapit atau berada ditengah-tengah antara dua
benua dan dua samudra (Pasha, 2008).145
Berdasar pengertian terminologis, wawasan nusantara merupakan
pandangan bangsa Indonesia terhadap lingkungan tempat berada
termasuk diri bangsa Indonesia itu sendiri. Ibaratkan diri anda
sebagai individu. Ibaratkan diri anda sebagai individu. Apakah
anda juga memiliki pandangan terhadap diri anda atau wilayah
tempat anda berada? Anda memandang diri anda itu sebagai apa?
Apa pandangan anda terhadap diri anda sendiri? Ciri yang dimiliki
suatu daerah dapat digunakan sebagai pandangan atau sebutan
orang terhadap wilayah tersebut. Misal, daerah Pacitan yang

143
RISTEKDIKTI, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016), hlm. 212
144
Id.at 212-213.
145
Ibid.

119
banyak goa-goanya dikenal sebagai kota Seribu Goa, Bogor
dikenal sebagai kota Hujan, dan lain sebagainya.146
Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
tertuang dalam Wantanas (2018), negara kepulauan atau
archipelagic state diberi batasan sebagai: “A state constituted
wholly by one or more archipelagos and may include other
islands.” (Sebuah negara yang secara utuh mencakup satu
kepulauan atau lebih dan dapat pula mencakup pulau-pulau lain).
Sedangkan archipelago diberi makna “A group of islandsincluding
parts of islands, interconnecting waters and other natural features
which are so closely interrelated that such islands, waters and other
features form an intrinsic geographical, economic and political
entity, or which historically have been regarded as such.” (Sebuah
gugusan pulau-pulau termasuk bagian-bagian dari pulau-pulau itu,
perairan yang menghubungkan antar pulau-pulau itu, dan bentang
alam lainnya yang saling terkait satu sama lain sedemikian rupa,
sehingga pulau-pulau, perairan, dan fitur-fitur lainnya tersebut
membentuk sebuah entitas geografis, ekonomi, dan politik yang
intrinsik, atau yang telah dianggap demikian secara historis).147
Selanjutnya ditentukan bahwa “An archipelagic State may draw
straight archipelagic baselines joining the outermost points of the
outermost islands and drying reefs of the archipelago provided that
within such baselines are included the main islands and an area in
which the ratio of the area of the water to the area of the land,
including atolls is between one to one and nine to one. (Sebuah
negara kepulauan dapat menarik garis lurus landas
kepulauan/kontinen yang menghubungkan titik-titik terluar dari
pulau-pulau terluar dan batu karang yang mengering dari
kepulauan itu dengan ketentuan bahwa dalam garis dasar tersebut

146
RISTEKDIKTI, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016), hlm. 214
147
Kolonel I. S. Ferrijana, dkk., Modul Pelatihan Dasar Calon PNS:
Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara, (Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia, 2019), hlm. 8

120
tecakup pulau-pulau utama dan sebuah wilayah di mana rasio
antara wilayah perairan dengan wilayah daratan, termasuk pulau-
pulau karang yang ada, berada antara satu berbanding satu hingga
sembilan berbanding satu).148
Wawasan Nusantara merupakan penerapan konsep “archipelagic
state principle” (prinsip negara kepulauan) yang sudah diakui oleh
dunia. Dengan Wawasan Nusantara, maka wilayah Republik
Indonesia yang terdiri atas sebanyak 17.000 pulau lebih dengan
perairan yang menghubungkannya merupakan suatu negara
kesatuan. Lautan yang terdapat di antara pulau-pulau merupakan
penghubung antar pulau dan merupakan kesatuan dalam bingkai
NKRI.149
Kesimpulan Kami
Pengertian wawasan nusantara secara khusus dibagi menjadi 2,
yaitu etimologis dan terminologis. Secara etimologis, wawasan
nusantara dibagi menjadi wawas (pandangan), nusa (pulau), antara
(relasi/diapit). sedangkan menurut PBB, wawasan nusantara
merupakan penerapan dari konsep “archipelagic state principle”
(prinsip negara kepulauan).

C. Sejarah Wawasan Nusantara


Kata nusantara sendiri secara historis bermula dari bunyi Sumpah
Palapa dari Patih Gajah Mada yang diucapkan dalam upacara
pengangkatannya sebagai Mahapatih di Kerajaan Majapahit tahun
1336 M, tertulis di dalam Kitab Pararaton. Bunyi sumpah tersebut
sebagai berikut :
Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa,
sira Gajah Mada, “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti
palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring
Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, samana isun amukti palapa”.
Artinya:

148
Id.at 9
149
Ibid.

121
Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa.
Ia Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan nusantara, saya (baru
akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seran,
Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.150
Penamaan nusantara ini berdasarkan sudut pandang Majapahit
(Jawa), mengingat pada waktu itu belum ada sebutan yang cocok
untuk menyebut seluruh kepulauan yang sekarang bernama
Indonesia dan juga Malaysia. Nusantara pada waktu itu diartikan
pulau-pulau di luar Majapahit (Jawa). Dalam Kitab
Negarakertagama karangan Empu Tantular, arti nusantara ialah
pulau-pulau di luar Jawa dengan Majapahit sebagai ibu kotanya.
Selanjutnya kata Nusantara digunakan oleh Ki Hajar Dewantara
untuk mengggantikan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-
Indie). Pada acara Kongres Pemuda Indonesia II tahun 1928
(peristiwa Sumpah Pemuda), digunakan istilah Indonesia sebagai
pengganti Nusantara. Nama Indonesia berasal dari dua kata bahasa
Yunani, yaitu indo/indu yang berarti Hindu/Hindia dan nesia/nesos
yang berarti pulau. Dengan demikian kata nusantara bisa dipakai
sebagai sinonim kata Indonesia, yang menunjuk pada wilayah
(sebaran pulau-pulau) yang berada di antara dua samudra yakni
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dan dua benua yakni Benua
Asia dan Australia.151
Kesimpulan Kami
Istilah nusantara sudah ada sejak zaman kerajaan di indonesia.
Dalam sejarah, istilah wawasan nuswantara pernah ditemukan di
Kerajaan Majapahit tahun 1336 M, tertulis di dalam Kitab
Pararaton yang berisi tentang sumpah Gajah Mada.

150
RISTEKDIKTI, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016), hlm. 213

151
RISTEKDIKTI, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2016), hlm. 213-214

122
Kata nusantara juga pernah digunakan Ki Hajar Dewantara untuk
mengggantikan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie).

D. Fungsi Wawasan Nusantara


Fungsi Wawasan Nusantara adalah pedoman, motivasi, dorongan
serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan,
keputusan, tindakan dan perbuatan, baik bagi penyelenggara
negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat
dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. 152
Kesimpulan Kami
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman dan motivasi
dalam menentukan keputusan bagi seluruh rakyat Indonesia.

E. Tujuan Wawasan Nusantara


Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan nasionalisme
yang tinggi di segala bidang dari rakyat Indonesia yang lebih
mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan orang
perorangan, kelompok, golongan, suku bangsa/daerah. 153
Kesimpulan Kami
Tujuan wawasan nusantara untuk mewujudkan nasionalisme bagi
rakyat Indonesia.

F. Unsur Dasar Wawasan Nusantara


1. Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
meliputi seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba
nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam
budaya. Bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud
supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat

152
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 210
153
Ibid.

123
adalah berbagai kelembagaan dalam wujud infra struktur politik.
154

2. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan
cita-cita serta tujuan nasional yang terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di
masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut
diatas bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan
kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional yang
berupa politik, ekonomi, social budaya dan hankam. Isi
menyangkut dua hal pertama realisasi aspirasi bangsa sebagai
kesepakatan bersama dan perwujudannya, pencapaian cita-cita dan
tujuan nasional persatuan, kedua persatuan dan kesatuan dalam
kebinekaan yang meliputi semua aspek kehidupan nasional. 155
3. Tata laku (Conduct)
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi wasantara
yang terdiri dari :
a. Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan
mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.
b. Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan
dan perilaku dari bangsa Indonesia. 156
Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas jati
diri/kepribadian bangsa berdasarkan kekeluargaan dan
kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa
dan tanah air sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi
dalam semua aspek kehidupan nasional. 157
Kesimpulan Kami
Wawasan nusantara memiliki 3 unsur dasar, yaitu wadah, isi, dan
tata laku. Wadah meliputi seluruh hal dalam bagian wilayah
Indonesia. Isi berisi aspirasi, cita-cita, dan tujuan nasional bangsa

154
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 208.
155
Id.at 209.
156
Ibid
157
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 209

124
Indonesia. Sedangkan tata laku merupakan hasil interaksi antara
wadah dan isi yang terdiri dari tata laku bathiniah dan lahiriah yang
mencerminkan indentitas bangsa Indonesia.

G. Hakekat Wawasan Nusantara


Hakekat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara/nasional,
dalam pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam
lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional. Berarti setiap
warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan
bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi
kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh
lembaga negara. 158
Kesimpulan Kami
Hakikat Wawasan Nusantara berarti seluruh rakyat Indonesia harus
bertingkah laku demi kepentingan bangsa Indonesia.

H. Asas Wawasan Nusantara


Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan dasar
yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar
terwujud demi tetap taat dan setianya komponen / unsur pembentuk
bangsa Indonesia (suku/golongan) terhadap kesepakatan
(commitment) bersama. 159
Asas wawasan nusantara terdiri dari:
1. Kepentingan/Tujuan yang sama
2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerjasama
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan 160

158
Id.at 209
159
Ibid
160
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 209

125
Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi
geografi serta memperhatikan perkembangan lingkungan strategis,
maka arah pandang wawasan nusantara meliputi :
1. Ke dalam
Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan
mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya
disintegrasi bangsa dan mengupayakan tetap terbina dan
terpeliharanya persatuan dan kesatuan. Tujuannya adalah
menjamin terwujudnya persatuan kesatuan segenap aspek
kehidupan nasional baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
2. Ke luar.
Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional
harus berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional dalam
semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan keamanan demi tercapainya tujuan nasional. Tujuannya
adalah menjamin kepentingan nasional dalam dunia yang serba
berubah dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia. 161
Kesimpulan Kami
Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan untuk
mewujudkan kesetiaan unsur pembentuk bangsa. Asas wawasan
nusantara terdiri dari 6 hal dengan arah pandangan baik kedepan
maupun kedalam.

I. Signifikansi Bangsa dalam Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara tidak hanya menyentuh perihal wilayah fisik
NKRI dalam bentuk perairan dan daratan. Wawasan Nusantara
adalah cara pandang Bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya sehingga diperlukan pemahaman tentang konsepsi
kebangsaan dalam memahami Wawasan Nusantara. Wawasan
nusantara berisi mengenai pengertian bangsa, syarat suatu bangsa,
bagaimana Indonesia memenuhi syarat sebagai suatu bangsa,

161
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 209-210

126
pengertian wawasan kebangsaan, dan perkembangan wawasan
kebangsaan memasuki abad ke-21.162
Kesimpulan Kami
Wawasan nusantara sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa
dan negara karena Wawasan nusantara meliputi syarat berdirinya
suatu bangsa sehingga sangat berpengaruh dalam perkembangan
bangsa

J. Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Pembangunan Nasional


Secara konstitusional, Wawasan Nusantara dikukuhkan dengan
Kepres MPR No. IV/MPR/1973, tentang Garis Besar Haluan
Negara Bab II Sub E, Pokok-pokok Wawasan Nusantara
dinyatakan sebagai Wawasan dalam mencapai tujuan
Pembangunan Nasional adalah Wawasan Nusantara mencakup:163
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik
dalam arti :
a. Bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan
kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang
hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan
menjadi modal dan milik bersama bangsa.
b. Bahwa Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan
berbicara dalam berbagai bahasa daerah, memeluk dan meyakini
berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
harus merupakan satu kesatuan bangsa yang bulat dalam arti
seluas-luasnya.
c. Bahwa secara psikologis, bahwa bangsa Indonesia harus merasa
satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta
mempunyai satu tekad di dalam mencapai cita-cita bangsa.

162
Kolonel I. S. Ferrijana, dkk., Modul Pelatihan Dasar Calon PNS:
Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara, (Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia, 2019), hlm. 10
163
Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi
Nasional, (2014), hlm. 4

127
d. Bahwa Pancasila adalah adalah satu-satunya falsafah serta
ideologi bangsa dan Negara, yang melandasi, membimbing dan
mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
e. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan
hokum dalam arti bahwa hanya ada satu hokum yang mengabdi
kepada kepentingan nasional. 164
2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Kesatuan Sosial dan
Budaya dalam arti:
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan
bangsa harus merupakan kaehidupan yang serasi dengan
terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat yang sama, merata dan
seimbang serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan
kemajuan bangsa.
b. Bahwa budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu,
sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan
kekayaan budaya yang menjadi 5 modal dan landasan
pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya
dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia. 165
3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan
Ekonomi dalam arti :
a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun
efektif adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa
keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh
wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di
seluruh daerah, tanpa meninggalkan cirri khas yang dimiliki oleh
daerah-daerah dalam mengembangkan ekonominya.
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan
Pertahanan dan Keamanan dalam arti:
a. Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakekatnya
merupakan ancaman bagi seluruh bangsa dan negara.

164
Ibid.
165
Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi
Nasional, (2014), hlm. 4-5

128
b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban
yang sama di dalam pembelaan Negara (Lemhanas, 1989: 7).166
Dengan ditetapkannya rumusan Wawasan Nusantara sebagai
ketetapan MPR, maka Wawasan Nusantara memiliki kekuatan
hukum yang mengikat semua penyelenggara Negara, semua
lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan, serta semua warga
negara Indonesia . Hal ini berarti bahwa setiap rumusan
kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan nasional harus
mencerminkan hakekat rumusan Wawasan Nusantara. 167
Kesimpulan Kami
Wawasan nusantara merupakan wawasan dalam mencapai tujuan
Pembangunan Nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan
Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik, Perwujudan Kepulauan
Nusantara sebagai Kesatuan Sosial dan Budaya, Perwujudan
Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Ekonomi, dan
Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Ekonomi.

K. Wawasan Nusantara dan Integrasi Wilayah


Wawasan nusantara sebagai “cara pandang” bangsa Indonesia
yang melihat Indonesia sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam merupakan landasan dan dasar bagi bangsa
Indonesia dalam menyelesaikan segala masalah dan hekikat
ancaman yang timbul baik dari luar maupun dari dalam segala
aspek kehidupan bangsa. Sebagai landasan kerja bagi
penyelenggaraan dan pembinaaan hidup kebangsaan serta hidup
kenegaraan perlu didasari oleh GBHN sebagai produk MPR (pasal
3 UUD 1945) dan APBN sebagai produk legeslatif dan eksekutif
(pasal 23 ayat 1 UUD 1945). Salah satu manfaat yang paling nyata
dari penerapan wawasan nusantara adalah di bidang politik,

166
Ibid.
167
Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi
Nasional, (2014), hlm. 5

129
khususnya di bidang wilayah. 168 Dengan diterimanya konsepsi
wawasan nusantara (Konsepsi Deklarasi Juanda) di forum
internasional terjaminlah 6 integrasi teritorial kita, yaitu “Laut
Nusantara, yang semula dianggap laut bebas” menjadi bagian
integral wilayah Indosia. Di samping itu pengakuan landas
kontinen Indonesia dan Zone Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE)
menghasilkan pertumbuhan wilayah Indonesia yang cukup besar,
sehingga menghasilkan luas wilayah Indonesia yang semula nomor
17 di dunia menjadi nomor 17 di dunia. 169
Pertambahan luas ruang hidup tersebut di atas menghasilkan
sumber daya alam yang cukup besar bagi kesejahteraan bangsa,
mengingat bahwa minyak, gas bumi, dan mineral lainnya banyak
yang berada di dasar laut, baik di lepas pantai (off shore) maupun
di laut dalam. Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima
oleh dunia internasional, termasuk tentangga dekat kita, yaitu
Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, India, Australia, dan
Papua Nugini yang dinyatakan dengan persetujuan yang
menyangkut laut teritorial maupun landas kontinen. Persetujuan
tersebut dapat dicapai karena Indonesia dapat memberikan
akomodasi kepada kepentingan negara-negara tetangga antara lain
bidang perikanan (traditional fishing right) dan hak lintas dari
Malaysia Barat ke Malaysia Timur atau sebaliknya.170
Penerapan wawasan nusantara di bidang komunikasi dan
transportasi dapat dilihat dengan adanya satelit Palapa dan
Microwave System serta adanya lapangan terbang perintis dan
pelayaran perintis. Dengan adanya proyek tersebut laut dan hutan
tidak lagi menjadi hambatan yang besar sehingga lalu lintas
perdagangan dan integrasi budaya dapat lancar jalannya.
Penerapan wawasan nusantara di bidang ekonomi juga lebih dapat
dijamin mengingat kekayaan alam yang ada lebih bisa dieksploitasi

168
Ibid.
169
Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi
Nasional, (2014), hlm. 5-6
170
Ibid.

130
dan dinikmati serta pemerataannya dapat dilakukan karena sarana
dan prasarana menjadi lebih baik. Penerapan di bidang sosial
budaya terlihat dari dilanjutkannya kebijakan menjadikan bangsa
Indonesia yang bhineka tunggal ika, sebangsa, setanah air, senasib
sepenanggung, dan berasaskan Pancasila. Tingkat kemajuan yang
sama merata dan seimbang terlihat dari tersedianya sekolah di
seluruh tanah air dan adanya universitas negeri di setiap
provinsi.171
Kesimpulan Kami
Wawasan nusantara sangat berpengaruh terhadap integrasi wilayah
karena dengan adanya wawasan nusantara, akan memberikan
dampak pada perkembangan bangsa Indonesia di wilayah NKRI.

L. Politik Perbatasan Dalam Konteks Wawasan Nusantara


Kebijakan politik untuk mengamankan wilayah perbatasan belum
seperti diharapkan, hal ini terbutkti banyak walayah yang tidak
dirurus oleh Jakarta sehingga diklaim oleh negara tentangga seperti
diungkapkan oleh Siswono (2005: 4) “ Tahun?tahun ini kita
dirisaukan oleh berita tentang rapuhnya batas-batas wilayah NKRI.
Setelah Pulau Pasir di Wilayah Timor diakui milik Austsralia dan
kita menerimanya, Sipadan dan Ligitan diputuskan Mahkamah
Internasional menjadi milik Malaysia, tapal batas di Kalimantan
digeser hingga 800 meter, pekerja pembuat Mercusuar di Ambalat
diintimidasi polisi perairan Malaysia. Lalu lintas batas yang bebas,
nelayan-nelayan asing yang mencuri ikan hingga merapat ke
pantai-pantai Sumatra (pulau-pulau Rondo di Aceh dan Sekatung
di Riau). Semua itu menunjukkan betapa lemahnya negara kita
dalam menjaga batas luar wilayah NKRI” (Kompas, 20 April 2005:
4).172
Pada tahun 2002 terpampang di surat kabar kapal ikan asing yang
meledak terbakar ditembak oleh kapal perang kita. Mengingat

171
Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi
Nasional, (2014), hlm. 6
172
Id.at 7.

131
setiap hari ribuan kapal asing mencuri ikan di wilayah RI ada
baiknya jika setiap bulan 10 kapal pencuri ikan ditembak meriam
kapal patroli AL, agar jera. Jikalau yang terjadi penyelesaian damai
di laut, maka pencurian ikan akan semakin hebat, dan
penghormatan bangsa dan negara lain akan merosot. 173
Potensi desharmoni dengan negara tetangga adalah masalah
perbatasan, tentu tidak nyaman jika diperbatasan selalu tegang.
Oleh karena itu perlu penegasan batas wilayah agar saling
menghormati wilayah masing-masing negara. Suasana yang
harmonis adalah kebutuhan hidup bertetangga dengan bangsa lain.
Kondisi disepanjang perbatasan Kalimantan dengan kehidupan
seberang perbatasan yang lebih makmur dapat mengurangi
kebanggaan warga di perbatasan pada negara kita. Pulau-pulau di
Kepulauan Riau yang ekonominya lebih berorientasi ke Singapura
dengan menerima dolar Singapura sebagai alat pembayaran juga
dapat merapuhkan rasa kebangsaan Indonesia pada para penghuni
pulau tersebut. Perekonomian di Pulau Mianggas dan Pulau
Marampit lebih berorientasi ke Filipina Selatan akan melemahkan
semangat kebangsaan warganya. 174
Pengelolaan wilayah perbatasan perlu segera ditingkatkan dengan
membentuk “Kementriaan Perbatasan” yang mengelola kehidupan
masyarakat perbatasan agar lebih makmur dan mendapat
kemudahan agar dapat mengakses ke daerah lain di wilayah NKRI.
Wilyan NKRI perlu dijaga dengan penegasan secara defakto
dengan menghadirkan penguasa local seperti lurah, camat seperti
polisi dan tentara sebagai simbul kedaulatan negara. Meskipun
memiliki ribuan pulau tetapi tidak boleh meremehkan eksistensi
salah satu pulau atau perairan yang sekecil apapun pulau atau

173
Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi
Nasional, (2014), hlm. 7
174
Ibid.

132
daratan, dan bila itu wilayah NKRI perlu dipertahankan dengan
jiwa dan raga seluruh bangsa ini. 175
Kasus Ambalat; Bermula dengan lepasnya Timor Timur 1999,
kemudian kekalahan diplomasi kita di Mahkamah Internasional
dengan kasus Sipadan dan Ligitan , 2002 sehingga kedua pulau
tersebut menjadi miliki Malaysia. Lepasnya kedua pulau Sipadan
dan Ligitan dengan waktu reltif singkat membuat rakyat Indonesia
menjadi trauma akan lepasnya blok Ambalat yang kaya minyak ke
tangan Malaysia. Kontruksi bangunan teritorial kita dilihat dari
kepentingan nasional begitu rapuh dalam beberapa tahun terakhir
ini. Sengketa dua blok wilayah Malaysia dan Indonesia kembali
memanas. Masing-masing mengklaim sebagai wilayah mereka.
Malaysia memberi nama Wilayah ND6 dan ND7 dan Indonesia
memberi nama blok Ambalat dan Ambalat Timur (Rusman
Ghazali, Kompas, 28 April 2005; 4).176
Menurut Prof. Azmi Hasan, ahli strategi politik Malaysia, bantahan
Indonesia sudah diatisipasi bahkan pemerintah Malaysia sudah
menyiapkan segala bantahan sengketa Ambalat. Pemerintahan
Malaysia tidak meragukan lagi kesahihan kepemilikan atas klaim
ND6 dan ND7 sebagai bagian meilikinya atas dasar peta pantas
benua 1979. Malaysia melakukan bantahan atas konsesei ekplorasi
minyak yang diberikan kepada perusahaan ENI dan Unicoal yang
diberikan oleh Pemerintah Indonesia. Bukan hanya itu, dalam
tulisannya Prof. Azmi membuat kalkulasi atas kekuatan militer
Indonesia jika harus berhadapan dengan kekuatan militer
Malaysia. Bahwa TNI tidak berada dalam keadaan optimal akibat
embargo militer AS sejak beberapa tahun yang lalu. Sebagai
contoh hanya 40% Jet tempur yang dimiliki TNI AU tidak dapat
digunakan, karena ketiadaan suku cadang untuk mengoperasikan
kekuatan secara penuh. Jet Sukoiw yang dimiliki Indonesia hanya
mempunyai kemampuam radar, tanpa dibantu kelengkapan
persenjataan yang lebih canggih lainnya. Pendek kata bahwa dalam

175
Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi
Nasional, (2014), hlm. 8
176
Ibid.

133
sengketa ini kekuatan militer TNI juga telah diperhitungkan
kekuatannya oleh para ahli strategi di Malaysia sebagai refrensi
pemerintah Malaysia dalam menentukan sikap terhadap sengketa
di wilayah Ambalat (Rusman Gazali, 2005: 4).177
Kesimpulan Kami
Dalam wawasan nusatara, terdapat apa yang dimaksud dengan
politik perbatasan. Politik ini digunakan untuk melindungi wilayah
negara yang merupakan bagian dari wawasan nusantara. Wilayah
perbatasan ini merupakan salah satu wawasan nusantara yang
cukup krusial posisinya karena dapat menimbulkan berbagai
macam konflik.

M. Kedudukan Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara merupakan ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh rakyat dengan tujuan agar tidak terjadi
penyesatan dan penyimpangan dalam rangka mencapai dan
mewujudkan tujuan nasional. Wawasan Nusantara dalam
paradigma nasional dapat dilihat dari hirarkhi paradigma nasional
sebagai berikut :178
1. Pancasila (dasar negara) sebagai Landasan Idil
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara
Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun
filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No.
10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD

177
Sigit Dwi Kusrahmadi, Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi
Nasional, (2014), hlm. 8-9
178
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 210

134
1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. 179
2. UUD 1945 (Konstitusi negara) sebagai Landasan Konstitusional
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan
utama dari penjabaran lima norma dasar negara (ground norms)
Pancasila beserta norma- norma dasar lainnya yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi
kerangka dasar hukum SANKRI pada umumnya, atau khususnya
sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek
kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya
manusianya. Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia disebut UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III
dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum
dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.180
3. Wasantara (Visi bangsa) sebagai Landasan Visional
4. Ketahanan Nasional (Konsepsi Bangsa) sebagai Landasan
Konsepsional
5. GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa) sebagai Landasan
Operasional 181
Kesimpulan Kami
Wawasan nusantara sendiri memiliki kedudukan dalam tata
susunan hirarkhi paradigma nasional. Wawasan nusantara berada
dibawah UUD 1945 dan diatas Ketahanan Nasinonal.

179
Kolonel I. Sammy Ferrijana, dkk., Modul Wawasan dan Nilai-Nilai
Dasar Bela Negara, (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia, 2015), hlm. 8
180
Id.at 9.
181
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 210

135
N. Implementasi Wawasan Nusantara
Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir,
pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan
kepentingan negara.182
1. Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan
iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis,
mewujudkan pemerintahan yang kuat, aspiratif, dipercaya.
2. Implementasi dalam kehidupan Ekonomi, adalah menciptakan
tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan
peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata
dan adil. 183
3. Implementasi dalam kehidupan Sosial Budaya, adalah
menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima
dan menghormati segala bentuk perbedaan sebagai kenyataan yang
hidup disekitarnya dan merupakan karunia sang pencipta. 184
4. Implementasi dalam kehidupan Pertahanan Keamanan, adalah
menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan membentuk sikap
bela negara pada setiap WNI.185
Kesimpulan Kami
Wawasan nusantara dapat diterapkan dengan berbagai macam
implementasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya,
serta pertahanan dan keamanan.

O. Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara


1. Pemberdayaan Masyarakat
John Naisbit dalam bukunya Global Paradox menyatakan negara
harus dapat memberikan peranan sebesar-besarnya kepada
rakyatnya. Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan
peranan dalam bentuk aktivitas dan partisipasi masyarakat untuk
mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh negara-

182
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 210
183
Ibid
184
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 211
185
Ibid

136
negara maju dengan Buttom Up Planning, sedang untuk negara
berkembang dengan Top Down Planning karena adanya
keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan
landasan operasional berupa GBHN. Kondisi nasional
(Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan
keterbelakangan dan ini merupakan ancaman bagi integritas.
Pemberdayaan masyarakat diperlukan terutama untuk daerah-
daerah tertinggal. 186
2. Dunia Tanpa Batas
a. Perkembangan IPTEK mempengaruhi pola, pola sikap dan pola
tindak masyarakat dalam aspek kehidupan. Kualitas sumber daya
Manusia merupakan tantangan serius dalam menghadapi tantangan
global. 187
b. Kenichi Omahe dalam bukunya Borderless Word dan The End
of Nation State menyatakan: dalam perkembangan masyarakat
global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografi dan politik
relatif masih tetap, namun kehidupan dalam satu negara tidak
mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi,
investasi, industri dan konsumen yang makin individual. Untuk
dapat menghadapi kekuatan global suatu negara harus mengurangi
peranan pemerintah pusat dan lebih memberikan peranan kepada
pemerintah daerah dan masyarakat. Perkembangan Iptek dan
perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan dunia tanpa
batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara, mengingat
perkembangan tsb akan dapat mempengaruhi masyarakat
Indonesia dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak di dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 188
3. Era Baru Kapitalisme
a. Sloan dan Zureker. Dalam bukunya Dictionary of Economics
menyatakan Kapitalisme adalah suatu sistim ekonomi yang
didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan

186
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 211
187
Ibid.
188
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 211-212

137
kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak
lain dan untuk berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi
yang dipilihnya sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta
untuk mencapai laba guna diri sendiri. Di era baru kapitalisme,
sistem ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan
melakukan aktivitasaktivitas secara luas dan mencakup semua
aspek kehidupan masyarakat sehingga diperlukan strategi baru
yaitu adanya keseimbangan.
b. Lester Thurow. Dalam bukunya The Future of Capitalism
menyatakan : untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme
harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan (balance) antara
paham individu dan paham sosialis. Di era baru kapitalisme,
negara-negara kapitalis dalam rangka mempertahankan
eksistensinya dibidang ekonomi menekan negara-negara
berkembang dengan menggunakan isu-isu global yaitu Demokrasi,
Hak Asasi Manusia, Lingkungan hidup. 189

4. Kesadaran Warga Negara


a. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban. Manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Hak dan kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
b. Kesadaran bela negara. Dalam mengisi kemerdekaan
perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non fisik untuk
memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial,
memberantas KKN, menguasai Iptek, meningkatkan kualitas
SDM, transparan dan memelihara persatuan. Dalam perjuangan
non fisik, kesadaran bela Negara mengalami penurunan yang tajam
dibandingkan pada perjuangan fisik. 190
Kesimpulan Kami
Dalam megimplementasikan wawasan nusantara, terdapat
berbagai macam tantangan yang harus dihadapi, terutama dari sisi
rakyat dan masyarakatnya sendiri. Tantangannya antara lain dalam
pemberdayaan masyarakat, dunia iptek yang tiada batas, masuknya

189
Ibid.
190
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan, hlm. 212

138
era baru, yaitu kapitalisme, dan kesadaran dari warga negaranya
sendiri.

P. Keberhasilan Implementasi Wasantara


Diperlukan kesadaran WNI untuk :
1. Mengerti, memahami, menghayati tentang hak dan kewajiban
warganegara serta hubungan warga negara dengan negara,
sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia.191
2. Mengerti, memahami, menghayati tentang bangsa yang telah
menegara, bahwa dalam menyelenggarakan kehidupan
memerlukan konsepsi wawasan nusantara sehingga sadar sebagai
warga negara yang memiliki cara pandang.
Agar ke-2 hal dapat terwujud diperlukan sosialisasi dengan
program yang teratur, terjadwal dan terarah.

Kesimpulan Kami
Syarat keberhasilan dari terimplentasinya wawasan nusantara
dapat diketahui dari kesadaran WNI sendiri sehingga sadar sebagai
bangsa Indonesia dan memiliki cara pandang dalam kehidupan
bernegara.

191
Id.at 213.

139
BAB 10
Ketahanan dan Geostrategi Nasional

A. Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional (national resilience) merupakan salah
satu konsepsi kenegaraan Indonesia. Ketahanan sebuah
bangsa pada dasarnya dibutuhkan guna menjamin serta
memperkuat kemampuan bangsa yang bersangkutan baik
dalam rangka mempertahankan kesatuannya, menghadapi
ancaman yang datang maupun mengupayakan sumber daya
guna memenuhi kebutuhan hidup. Dengan demikian,
ketahanan bangsa merupakan kemampuan suatu bangsa
untuk mempertahankan persatuan dan kesatuannya,
memperkuat daya dukung kehidupannya, menghadapi segala
bentuk ancaman yang dihadapinya sehingga mampu
melangsungkan kehidupannya dalam mencapai
kesejahteraan bangsa tersebut. Konsepsi ketahanan bangsa
ini dalam konteks Indonesia dirumuskan dengan nama
Ketahanan Nasional disingkat Tannas. Upaya
menyelenggarakan ketahanan nasional ini dapat diwujudkan
dengan belanegara. Berkarya untuk mempertahankan
Indonesia yang satu. Mampukah? menggali, membangun
argumentasi, dan mendeskripsikan kembali konsep
Ketahanan Nasional dan Bela Negara baik secara tulisan
maupun lisan.
Setelah melaksanakan pembelajaran ini, Anda sebagai calon
sarjana dan profesional diharapkan; bersikap ikhlas dalam
menghadapi tantangan penguatan ketahanan nasional bagi
Indonesia untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
Indonesia; berani dan siap menghadapi gangguan ketahanan
nasional dengan cara membangun komitmen kolektif yang
kuat dari seluruh komponen bangsa untuk mengisi
kemerdekaan Indonesia; mampu menganalisis urgensi dan
tantangan ketahanan nasional bagi Indonesia dalam
140
membangun komitmen kolektif yang kuat dari seluruh
komponen bangsa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia dan
mampu menyajikan hasil kajian kelompok mengenai suatu
kasus terkait tantangan ketahanan nasional bagi Indonesia
dalam membangun komitmen kolektif yang kuat dari seluruh
komponen bangsa untuk mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan Indonesia.192
Terdapat pula tiga perspektif atau sudut pandang terhadap
konsepsi ketahanan nasional. Ketiga perspektif tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Ketahanan nasional sebagai kondisi, perspektif ini melihat
ketahanan nasional sebagai suatu penggambaran atas
keadaan yang seharusnya dipenuhi.
2. Ketahanan nasional sebagai sebuah pendekatan, metode
atau cara dalam menjalankan suatu kegiatan khususnya
dalam pembangunan negara.
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional
merupakan salah satu konsepsi khas Indonesia yang berupa
ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan
bernegara. Sebagai doktrin dasar nasional, konsep ketahanan
nasional dimasukkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) agar setiap orang, masyarakat dan penyelenggara
negara menerima dan menjalankannya.

B. Pengertian Geostrategi
Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan
kondisi lingkungan didalam upaya mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi Indonesia

192
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016), hlm 239

141
dirumuskan dalam wujud ketahanan nasional, sehingga bisa
dikatakan geostartegi adalah ketahanan nasional itu sendiri.
Ketahanan nasional itu sendiri adalah suatu kondisi dinamik
suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi
segala ancaman, tantangan, hambatan maupun gangguan
yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam, yang
secara langsung maupun tidak langsung dapat
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup
bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan
nasional.
Menurut Lemhanas pada 1969, Ketahanan Nasional adalah
keuletan dan daya tahan kita menghadapi segala ancaman,
baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung
ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan negara
dan bangsa Indonesia.
Menurut SK Menhankam / Pangab No.SKEP/1382/XII/1974,
Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa
yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan,
tantangan baik yang datang dari dalam maupun dari luar,
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan nasional.

C. Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional


Sejak kapan dan bagaimana munculnya konsep Ketahanan
Nasional di Indonesia ini? Terdapat latar belakang sejarah,
sosiologis, dan kepentingan nasional sehingga muncul
konsep Ketahanan Nasional ini.
Secara historis, gagasan tentang ketahanan nasional bermula
pada awal tahun 1960-an di kalangan militer angkatan darat
di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi,
142
1997). Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme
yang berasal dari Uni Sovyet dan Cina. Pengaruh komunisme
menjalar sampai kawasan Indo Cina sehingga satu per satu
kawasan Indo Cina menjadi negara komunis seperti Laos,
Vietnam, dan Kamboja. Tahun 1960-an terjadi gerakan
komunis di Philipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Bahkan gerakan komunis Indonesia mengadakan
pemberontakan pada 30 September 1965 namun akhirnya
dapat diatasi. 193
Sejarah keberhasilan bangsa Indonesia menangkal ancaman
komunis tersebut menginspirasi para petinggi negara
(khususnya para petinggi militer) untuk merumuskan sebuah
konsep yang dapat menjawab, mengapa bangsa Indonesia
tetap mampu bertahan menghadapi serbuan ideologi
komunis, padahal negara-negara lain banyak yang
berguguran? Jawaban yang dimunculkan adalah karena
bangsa Indonesia memiliki ketahanan nasional khususnya
pada aspek ideologi. Belajar dari pengalaman tersebut,
dimulailah pemikiran tentang perlunya ketahanan sebagai
sebuah bangsa.
Pengembangan atas pemikiran awal di atas semakin kuat
setelah berakhirnya gerakan Gerakan 30 September/PKI.
Pada tahun 1968, pemikiran di lingkungan SSKAD tersebut
dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional)
dengan dimunculkan istilah kekuatan bangsa. Pemikiran
Lemhanas tahun 1968 ini selanjutnya mendapatkan kemajuan
konseptual berupa ditemukannya unsur-unsur dari tata
193
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016), hlm 254

143
kehidupan nasional yang berupa ideologi, politik, ekonomi,
sosial dan militer. Pada tahun 1969 lahirlah istilah Ketahanan
Nasional yang intinya adalah keuletan dan daya tahan suatu
bangsa untuk menghadapi segala ancaman. Kesadaran akan
spektrum ancaman ini lalu diperluas pada tahun 1972 menjadi
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG).
Akhirnya pada tahun 1972 dimunculkan konsepsi ketahanan
nasional yang telah diperbaharui. Pada tahun 1973 secara
resmi konsep ketahanan nasional dimasukkan ke dalam
GBHN yakni Tap MPR No IV/MPR/1978.
Berdasar perkembangan tersebut kita mengenal tiga
perkembangan konsepsi ketahanan nasional yakni ketahanan
nasional konsepsi 1968, ketahanan nasional konsepsi 1969,
dan ketahanan nasional konsepsi 1972. Menurut konsepsi
1968 dan 1969, ketahanan nasional adalah keuletan dan daya
tahan, sedang berdasarkan konsepsi 1972, ketahanan nasional
merupakan suatu kondisi dinamik yang berisi keuletan dan
ketangguhan. Jika dua konsepsi sebelumnya mengenal
IPOLEKSOM (ideologi, politik, ekonomi, sosial, militer)
sebagai Panca Gatra, konsepsi 1972 memperluas dengan
ketahanan nasional berdasar asas Asta Gatra (delapan gatra).
Konsepsi terakhir ini merupakan penyempurnaan
sebelumnya (Haryomataraman dalam Panitia Lemhanas,
1980).
Perkembangan selanjutnya rumusan ketahanan nasional
masuk dalam GBHN sebagai hasil ketetapan MPR yakni
dimulai pada GBHN 1973, GBHN 1978, GBHN 1983,
GBHN 1988, GBHN 1993 sampai terakhir GBHN 1998.
Rumusan GBHN 1998 sebagaimana telah dinyatakan di atas
merupakan rumusan terakhir, sebab sekarang ini GBHN tidak
lagi digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembangunan. 194

194
Id. at 255.

144
Sekarang ini sebagai pengganti Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN), yang pada hakekatnya merupakan
penjabaran dari visi, misi, dan program presiden terpilih.
Misalnya dokumen RPJMN 2010-2014 tertuang dalam
Peraturan Presiden RI No. 5 Tahun 2010. Pada dokumen
tersebut tidak lagi ditemukan rumusan tentang ketahanan
nasional bahkan juga tidak lagi secara eksplisit termuat istilah
ketahanan nasional.
Namun demikian, jika kita telusuri naskah RPJMN 2010-
2014 masih dapat kita temukan kata-kata yang terkait dengan
ketahanan nasional, misal istilah ketahanan pangan.
Menilik bahwa rumusan ketahanan nasional tidak ada lagi
dalam dokumen kenegaraan oleh karena GBHN tidak lagi
digunakan, apakah dengan demikian konsepsi ketahanan
nasional tidak lagi relevan untuk masa sekarang?
Dengan mendasarkan pengertian ketahanan nasional sebagai
kondisi dinamik bangsa yang ulet dan tangguh dalam
menghadapi berbagai ancaman, maka konsepsi ini tetaplah
relevan untuk dijadikan kajian ilmiah. Hal ini disebabkan
bentuk ancaman di era modern semakin luas dan kompleks.
Bahkan ancaman yang sifatnya nonfisik dan nonmiliter lebih
banyak dan secara masif amat mempengaruhi kondisi
ketahanan nasional. Misalnya, ancaman datangnya kemarau
yang panjang di suatu daerah akan mempengaruhi kondisi
ketahanan pangan di daerah yang bersangkutan.
Ketahanan Nasional tetap relevan sebagai kekuatan
penangkalan dalam suasana sekarang maupun nanti, sebab
ancaman setelah berakhirnya perang dingin lebih banyak
bergeser kearah nonfisik, antara lain; budaya dan kebangsaan
(Sudradjat, 1996: 1-2). Inti ketahanan Indonesia pada
dasarnya berada pada tataran “mentalitas” bangsa Indonesia
sendiri dalam menghadapi dinamika masyarakat yang
menghendaki kompetisi di segala bidang. Hal ini tetap
145
penting agar kita benar-benar memiliki ketahanan yang
benar-benar ulet dan tangguh. Ketahanan nasional dewasa ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi ketidakadilan sebagai
“musuh bersama”. (Armawi, 2012:90). Konsep ketahanan
juga tidak hanya ketahanan nasional tetapi sebagai konsepsi
yang berlapis, atau Ketahanan Berlapis yakni ketahanan
individu, ketahanan keluarga, ketahanan daerah, ketahanan
regional dan ketahanan nasional (Basrie, 2002).
Ketahanan juga mencakup beragam aspek, dimensi atau
bidang, misal istilah ketahanan pangan dan ketahanan energi.
Istilah-istilah demikian dapat kita temukan dalam rumusan
RPJMN 2010-2015. Dengan masih digunakan istilah-istilah
tersebut, berarti konsep ketahanan nasional masih diakui dan
diterima, hanya saja ketahanan dewasa ini lebih difokuskan
atau ditekankan pada aspek-aspek ketahanan yang lebih rinci,
misal ketahanan pangan dan ketahanan keluarga.
Sekarang ini, wajah ketahanan yang lebih ditekankan adalah
ketahanan sebagai kondisi. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk mengetahui dalam kondisi yang bagaimana suatu
wilayah negara atau daerah memiliki tingkat ketahanan
tertentu. Tinggi rendahnya ketahanan nasional amat
dipengaruhi oleh unsur-unsur ketahanan nasional itu sendiri.
Unsur-unsur tersebut dalam pemikiran Indonesia dikenal
dengan asta gatra yang berarti delapan unsur, elemen atau
faktor.
Sekarang ini, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI
sebagai lembaga negara yang mengembangkan konsep
ketahanan nasional Indonesia, sudah membuat badan khusus
yang yang bertugas mengukur tingkat ketahanan Indonesia.
Badan ini dinamakan Laboratorium Pengukuran Ketahanan
Nasional, sebagai bagian dari Lemhanas RI.

146
D. Fungsi Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi
Indonesia
Geostrategi Indonesia tiada lain adalah ketahanan nasional.
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamik suatu
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
yang langsung maupun tidak langsug membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara
serta perjuangan mengejar tujuan nasional. Tannas
diperlukan bukan hanya konsepsi politik saja melainkan
sebagai kebutuhan dalam menunjang keberhasilan tugas
pokok pemerintah, seperti Law and order, Welfare and
prosperity, Defence and security, Juridical
justice and social justice, freedom of the people.
Pada kesempatan ceramah di Chatham House, London
(24/6/2010) bertema Indonesian National Resilience in the
Framework of ASEAN, Gubernur Lemhannas mengakui
bahwa Ketahanan Nasional Indonesia secara alamiah lebih
bersifat defensif, less millitaristic, dan inward-looking.
Ketahanan Nasional secara sederhana diterjemahkan sebagai
kemampuan untuk pulih dari kondisi tak terduga. Ketahanan
Nasional memiliki berbagai model, seperti: engineering
resilience yakni kemampuan negara untuk keluar dari krisis
dan kembali pada situasi normal; ecological resilience yakni
kemampuan negara untuk mengadopsi dan mengadaptasi
perubahan positif dari pembangunan; serta anticipatory
resilience yaitu kemampuan untuk merasionalisasi,
memprediksi, dan mengantisipasi beragam tantangan dan
perubahan di masa mendatang.
Menurut Lemhannas, sistem kehidupan nasional akan selalu
berorientasi dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam
maupun lingkungan luar. Dalam proses interaksi tersebut,
147
dapat timbul berbagai dampak yang bersifat positif maupun
negatif. Oleh karena itu, diperlukan sikap mawas ke dalam
maupun ke luar. Mawas ke dalam bahwa Ketahanan Nasional
bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi
kehidupan nasional berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang
proporsional untuk meningkatkan kualitas harkat, martabat,
dan derajat bangsa agar memiliki kemampuan
mengembangkan kehidupan nasionalnya. Mawas ke luar
diperlukan untuk dapat mengantisipasi, menghadapi, dan
mengatasi dampak lingkungan strategis, terutama terhadap
kenyataan adanya saling interaksi dan ketergantungan
dengan dunia internasional. Dalam rangka menjamin dan
memperjuangkan kepentingan nasional, Ketahanan Nasional
harus mendukung upaya mawas ke luar dengan tujuan
mengembangkan kemampuan-kekuatan nasionalnya, serta
menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan
negara-negara lain. Ketahanan Nasional harus mengandung
tujuan mengembangkan kekuatan nasional yang dapat
memberikan dampak ke luar dalam bentuk daya saing.
Penyelenggaraan Ketahanan Nasional menggunakan asas
kesejahteraan dan keamanan yang senantiasa ada setiap saat
dalam kehidupan nasional, tergantung dari kondisi nasional
dan internasional serta situasi yang dihadapi. Pada suatu saat,
titik berat dapat diletakkan pada pendekatan keamanan; dan
di saat lain dialihkan ke pendekatan kesejahteraan.
Kesejahteraan dan keamanan merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, di mana penyelenggaraan
kesejahteraan memerlukan tingkat keamanan tertentu;
sebaliknya penyelenggaraan Priyono, Herman &
Yusgiantoro keamanan memerlukan tingkat kesejahteraan
tertentu.
Penyelenggaraan Ketahanan Nasional menghasilkan
gambaran tentang kesejahteraan dan sekaligus keamanan
nasional. Secara umum, geostrategi merupakan arah
148
geografis kebijakan luar negeri suatu negara; memiliki
karakter agresif, ofensif, dan outward-looking. Geostrategi
menggabungkan pertimbangan strategi dengan geopolitik
dan peran militer selalu ada di dalamnya. Sementara itu,
konsepsi Ketahanan Nasional sebagai geostrategi Indonesia
adalah strategi nasional bangsa Indonesia dalam
memanfaatkan wilayah NKRI sebagai ruang hidup untuk
merancang arahan tentang kebijakan, sarana, serta sasaran
pembangunan untuk mencapai kepentingan dan tujuan
nasional. Ketahanan Nasional sebagai strategi nasional lebih
bersifat pertahanan diri (defensif) dan inwardlooking, serta
berasas kesejahteraan dan keamanan. Jika diperbandingkan,
terdapat perbedaan yang mendasar antara keduanya sehingga
konsepsi Ketahanan Nasional perlu diuji falsifikasinya
sebagai geostrategi Indonesia.
Menurut penulis, Lemhannas 195 menggunakan penalaran
deduktif untuk menarik konsepsi Ketahanan Nasional ke
dalam geostrategi dengan logika silogistik berikut: (1)
strategi pengaturan kehidupan nasional dengan
memanfaatkan kondisi geografis untuk mencapai Tujuan
Nasional merupakan geostrategi; (2) Ketahanan Nasional
merupakan strategi bangsa Indonesia dalam upayanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup (tujuan nasional);
karena itu (3) Ketahanan Nasional merupakan geostrategi.
Penggunaan penalaran deduktif mengharuskan premis-
premis yang benar untuk mendapatkan simpulan yang benar,
meski harus diingat bahwa penalaran deduktif memiliki
keterbatasan. Kesimpulan silogisme tidak bisa melebihi isi
premis-premisnya sehingga harus dimulai dengan premis
yang benar agar dapat diperoleh kesimpulan yang dapat
dipercaya. Dalam hal ini, premis (1) yang dimunculkan oleh

195
Lemhannas, Ketahanan Nasional, (Jakarta: PT. Balai Pustaka dan
Lemhannas, 1997), hlm. 21.

149
Lemhannas patut dipertanyakan karena meninggalkan
pemaknaan geostrategi: sifat agresif ofensif, outward-
looking, dan peran militer. Sebagaimana Schnitzer, Lim,
Brzezinski, Grygiel, Ashrafpour, Rogers, dan Simón
mengemukakan bahwa geostrategi berkaitan dengan strategi,
baik perencanaan dan tindakan strategis serta arti penting
militer dalam upaya memengaruhi politik luar negeri.

E. Unsur Ketahanan Nasional


Hal yang menjadikan ketahanan nasional sebagai konsepsi
khas bangsa Indonesia adalah pemikiran tentang delapan
unsur kekuatan bangsa yang dinamakan Asta Gatra.
Pemikiran tentang Asta Gatra dikembangkan oleh Lemhanas.
Bahwa kekuatan nasional Indonesia dipengaruhi oleh
delapan unsur terdiri dari tiga unsur alamiah (tri gatra) dan
lima vunsur sosial (panca gatra).
dalam bukunya Politics Among Nations196: The Struggle for
Power and Peace, mengemukakan bahwa menurutnya ada
dua faktor yang memberikan kekuatan bagi suatu negara,
yakni faktor-faktor yang relatif stabil (stable factors), terdiri
atas geografi dan sumber daya alam, dan faktor-faktor Perihal
unsur-unsur ketahanan nasional ini telah mendapat banyak
kajian dari para ahli. Morgenthau yang relatif berubah
(dinamic factors), terdiri atas kemampuan industri, militer,
demografi, karakter nasional, moral nasional, kualitas
diplomasi, dan kualitas pemerintah.197
Alfred Thayer Mahan dalam bukunya The Influence
Seapower on History 198 , mengatakan bahwa kekuatan

196
Politics Among Nations, Jurnal Integrasi, (Makassar, 2015), hlm. 250.
197
Ibid, halaman 109.
198
Sony Santoso & Rinto Agustino (2018), ZAKAT SEBAGAI
KETAHANAN NASIONAL,hlm,68.

150
nasional suatu bangsa dapat dipenuhi apabila bangsa tersebut
memenuhi unsur-unsur: letak geografi, bentuk atau wujud
bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional, dan
sifat pemerintahan. Menurut Mahan, kekuatan suatu negara
tidak hanya tergantung luas wilayah daratan, akan tetapi
tergantung pula pada faktor luasnya akses ke laut dan bentuk
pantai dari wilayah negara. Sebagaimana diketahui Alferd T.
Mahan termasuk pengembang teori geopolitik tentang
penguasaan laut sebagai dasar bagi penguasaan dunia.
Cline dalam bukunya World Power Assesment, A Calculus
of Strategic Drift, melihat suatu negara dari luar sebagaimana
dipersepsikan oleh negara lain. Kekuatan sebuah negara
sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain merupakan
akumulasi dari faktor-faktor sebagai berikut; sinergi antara
potensi demografi dengan geografi; kemampuan militer;
kemampuan
ekonomi; strategi nasional; dan kemauan nasional atau tekad
rakyat untuk mewujudkan strategi nasional. Potensi
demografi dan geografi; kemampuan militer; dan
kemampuan ekonomi merupakan faktor yang tangible,
sedangkan strategi nasional dan kemauan nasional
merupakan faktor yang intangible. Menurutnya, suatu negara
akan muncul sebagai kekuatan besar apabila ia memiliki
potensi geografi besar atau negara secara fisik wilayahnya
besar, dan memiliki sumber daya manusia yang besar pula
(Armawi. 2012:10). Masih ada ahli lain, yang berpendapat
tentang unsur-unsur yang mempengaruhi ketahanan atau
kekuatan nasional sebuah bangsa. Mereka antara lain James
Lee Ray, Palmer & Perkins dan Parakhas Chandra.
Unsur-unsur ketahanan nasional model Indonesia terdiri atas
delapan unsur yang dinamakan Asta Gatra (delapan gatra),
yang terdiri dari Tri Gatra (tiga gatra) alamiah dan Panca
Gatra (lima gatra) sosial. Unsur atau gatra dalam ketahanan
nasional Indonesia tersebut, sebagai berikut;
151
Tiga aspek kehidupan alamiah (tri gatra) yaitu:
1) Gatra letak dan kedudukan geografi
2) Gatra keadaan dan kekayaan alam
3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
Lima aspek kehidupan sosial (panca gatra) yaitu:
1) Gatra ideologi
2) Gatra politik
3) Gatra ekonomi
4) Gatra sosial budaya (sosbud)
5) Gatra pertahanan dan keamanan (hankam)
Model Asta Gatra merupakan perangkat hubungan bidang-
bidang kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di
atas bumi ini dengan memanfaatkan segala kekayaan alam
yang dapat dicapai dengan menggunakan kemampuannya.
Model ini merupakan hasil pengkajian Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhanas). Adapun penjelasan dari masing-
masing gatra tersebut adalah sebagai berikut: Gatra letak
geografi atau wilayah menentukan kekuatan nasional negara.
Hal yang terkait dengan wilayah negara meliputi; Bentuk
wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulauan
atau negara continental.
1) Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas
dan negara dengan wilayah yang sempit (kecil) 2) Posisi
geografis, astronomis, dan geologis negara 3) Daya dukung
wilayah negara; ada wilayah yang habittable dan ada wilayah
yang unhabittable
Dalam kaitannya dengan wilayah negara, pada masa sekarang
ini perlu dipertimbangankan adanya kemajuan teknologi,
kemajuan informasi dan komunikasi. Suatu wilayah yang
pada awalnya sama sekali tidak mendukung kekuatan
nasional karena penggunaan teknologi, wilayah itu kemudian
bisa menjadi unsur kekuatan nasional negara. Sumber
kekayaan alam dalam suatu wilayah baik kualitas maupun
kuantitasnya sangat diperlukan bagi kehidupan nasional.
152
Oleh karena itu, keberadaannya perlu dijaga dan dilestarikan.
Kedaulatan wilayah nasional, merupakan sarana bagi
tersedianya sumber kekayaan alam dan menjadi modal dasar
pembangunan.
Pengelolaan dan pengembangan sumber kekayaan alam
merupakan salah satu indikator ketahanan nasional. Hal-hal
yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai
elemen ketahanan nasional, meliputi:
1) Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan;
mencakup sumber daya alam hewani, nabati, dan tambang
2) Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam
3) Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan
masa depan dan lingkungan hidup
4) Kontrol atau kendali atas sumber daya alam Gatra
penduduk sangat besar pengaruhnya terhadap upaya
membina dan mengembangkan ketahanan nasional. Gatra
penduduk ini meliputi jumlah (kuantitas), komposisi,
persebaran, dan kualitasnya. Penduduk yang produktif, atau
yang sering disebut sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas, mempunyai korelasi positif dalam pemanfaatan
sumber daya alam serta menjaga kelestarian lingkungan
hidup (geografi), baik fisik maupun sosial.
Gatra ideologi menunjuk pada perangkat nilai-nilai bersama
yang diyakini baik untuk mempersatukan bangsa. Bangsa
Indonesia yang bersatu sangat penting untuk mendukung
kelangsungan hidupnya. Hal ini dikarenakan Bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman
yang tinggi. Keadaan ini mempunyai dua peluang, yakni
berpotensi perpecahan, dan yang kedua berpotensi sebagai
kekayaan bangsa, menumbuhkan rasa kebanggaan, dan
bersatu. Unsur ideologi diperlukan untuk mempersatukan
bangsa yang beragam ini. Bagi bangsa Indonesia, nilai
bersama ini tercermin dalam Pancasila.

153
Gatra politik berkaitan dengan kemampuan mengelola nilai
dan sumber daya bersama agar tidak menimbulkan
perpecahan tetap stabil dan konstruktif untuk pembangunan.
Politik yang stabil akan memberikan rasa aman serta
memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional. Pada
gilirannya keadaan itu akan memantapkan ketahanan
nasional suatu bangsa. Gatra politik ini nantinya diwujudkan
dalam sistem politik yang diatur menurut konstitusi negara
dan dipatuhi oleh segenap elemen bangsa.
Gatra ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan
kekuatan nasional negara yang bersangkutan terlebih di era
global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung
dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga
negara. Kemajuan pesat di bidang ekonomi tentu saja
menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai
kekuatan dunia. Contoh Jepang dan Cina. Setiap negara
memiliki sistem ekonomi tersendiri dalam rangka
mendukung kekuatan ekonomi bangsanya. Ekonomi yang
kuat tentu saja dapat meningkatkan ketahanan ekonomi
negara yang bersangkutan.
Gatra sosial budaya. Dalam aspek sosial budaya, nilai-nilai
sosial budaya, hanya dapat berkembang di dalam situasi
aman dan damai. Tingginya nilai sosial budaya biasanya
mencerminkan tingkat kesejahteraan bangsa baik fisik
maupun jiwanya. Sebaliknya keadaan sosial yang timpang
dengan segala kontradiksi di dalamnya, memudahkan
timbulnya ketegangan sosial. Kondisi sosial budaya
masyarakat Indonesia disokong dengan baik oleh
seloka Bhinneka Tunggal Ika. Selama seloka ini dijunjung
tinggi maka ketahanan sosial budaya masyarakat relatif
terjaga.
Gatra pertahanan keamanan Negara. Unsur pertahanan
keamanan negara merupakan salah satu fungsi pemerintahan
negara. Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya
154
pertahanan negara sebagai bentuk dari hak dan kewajiban
warga negara dalam membela negara. Bangsa Indonesia
dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan
Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara. 199 Pertahanan negara Indonesia bersifat semesta
dengan menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai
komponen utama pertahanan didukung komponen cadangan
dan komponen pendukung, terutama dalam hal menghadapi
bentuk ancaman militer. Sedangkan dalam menghadapi
ancaman nonmiliter, sistem pertahanan menempatkan
lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi
dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

F. Upaya Bela Negara di Indonesia


Istilah bela negara, dapat kita temukan dalam rumusan
Pasal 27 Ayat 3 UUD NRI 1945. Pasal 27 Ayat 3 menyatakan
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”.
Dalam buku Pemasyarakatan UUD NRI 1945 oleh MPR
(2012) dijelaskan bahwa Pasal 27 Ayat 3 ini dimaksudkan
untuk memperteguh konsep yang dianut bangsa dan negara
Indonesia di bidang pembelaan negara, yakni upaya bela
negara bukan hanya monopoli TNI tetapi merupakan hak
sekaligus kewajiban setiap warga negara. Oleh karena itu,
tidak benar jika ada anggapan bela negara berkaitan dengan
militer atau militerisme, dan seolah-olahkewajiban dan
tanggung jawab untuk membela negara hanya terletak pada
Tentara Nasional Indonesia. Berdasarkan Pasal 27 Ayat 3
UUD NRI 1945 tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban setiap
negara Indonesia.

199
Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

155
Hal ini berkonsekuensi bahwa setiap warganegara berhak dan
wajib untuk turut serta dalam menentukan kebijakan tentang
pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan
sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang
berlaku termasuk pula aktifitas bela negara. Selain itu, setiap
warga negara dapat turut serta dalam setiap usaha pembelaan
negara sesuai dengan kemampuan dan profesi masingmasing.
Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan
negara”.
Dalam bagian penjelasan Undang-undang No. 3 Tahun 2002
tersebut dinyatakan bahwa upaya bela negara adalah sikap
dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia,
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Jika bela negara tidak hanya mencakup perang
mempertahankan negara, maka konsep bela negara memiliki
cakupan yang luas. Bela negara dapat dibedakan secara fisik
maupun nonfisik. Secara fisik yaitu dengan cara "memanggul
senjata" menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela
Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman
dari luar. Pengertian ini dapat disamakan dengan bela negara
dalam arti militer.
Sedangkan bela negara secara nonfisik dapat didefinisikan
sebagai "segala upaya untuk mempertahankan negara
kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan
156
terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan
bangsa dan negara, termasuk penanggulangan ancaman. Bela
negara demikian dapat dipersamakan dengan bela negara
secara nonmiliter.
Bela negara perlu kita pahami dalam arti luas yaitu secara
fisik maupun nonfisik (militer ataupun nonmiliter).
Pemahaman demikian diperlukan, oleh karena dimensi
ancaman terhadap bangsa dan negara dewasa ini tidak hanya
ancaman yang bersifat militer tetapi juga ancaman yang
sifatnya nonmiliter atau nirmiliter.
Yang dimaksud ancaman adalah “setiap usaha dan kegiatan
baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,
dan keselamatan segenap bangsa”. Ancaman militer adalah
ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,
dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman nirmiliter pada
hakikatnya adalah ancaman yang menggunakan faktor-faktor
nirmiliter, yang dinilai mempunyai kemampuan yang
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara,
dan keselamatan segenap bangsa.
Setelah mengenal jenis-jenis ancaman baik militer dan
nirmiliter, diperlukan identifikasi, bentuk-bentuk bela negara
apa sajakah yang dapat dilakukan warga negara. Tentu saja
bentuk atau wujud bela negara disesuikan dengan jenis
ancaman yang terjadi.
Beberapa ancaman yang dihadapi oleh Trigatra dan
Pancagatra Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Di dalam era globalisasi sekarang ini di masa yang akan
datang, tidak tertutup kemungkinan campur tangan asing
dengan alasan mengakkan nilai-nilai HAM, demokrasi,
penegakan hukum, dan lingkungan hidup di balik
kepentingan nasional mereka. Situasi seperti ini
157
kemungkinan besar dapat terjadi apabila unsusr-unsur utama
kekuatan Hankam dan komponen bangsa yang lain tidak
mampu mengatasi permasalahan dalam negeri. Untuk itu
anacaman yang paling realsistik adalah adanya hubungan
antara kekuatan dalam negeri dan kekuatan luar negeri.
2. Sistem free fight liberalisme yang hanya menguntungkan
pelaku ekonomi yang bermodal tinggi dan tidak
memungkinkan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
3. Sistem etatisme, dalam artian negara beserta aparatur
ekonomi negara bersifat dominan.
4. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam
bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.
5. Kedaulatan NKRI yang dua pertiga wilayahnya yang
terdiri atas laut menempatkan laut dan udara di atasnya
sebagai mandala perang yang pertama kali akan terancam
karena keduanya merupakan initial point, untuk memasuki
kedaulatan RI di darat. Ancaman dari luar senantiasa akan
menggunakan media laut dan udara di atasnya karena
Indonesia merupakan negara kepulauan. Dengan demikian
pembangunan postur kekuatan Hankam masa depan perlu
diarahkan ke pembangunan kekuatan secara proporsional dan
seimbang antara unsur-unsur utama kekuatan pertahanan,
yaitu TNI AD, TNI AL dan TNI AU serta unsur utama
keamanan, yaitu POLRI. Pesatnya kemajuan iptek membawa
implikasi meningkatnya kemampuan tempur, termasuk daya
hancur dan jarak jangkau. Dengan demikian ancaman masa
depan yang perlu diwaspadai adalah serangan langsung lewat
udara dari laut oleh kekuatan asing yang memiliki
kepentingan terhadap Indonesia.
6. Keberadaan Indonesia dipersilangan jalur pelayaran
strategis, memang selain membawa keberuntungan juga
mengandung ancaman. Sebab pasti dilirik banyak negara.
Karena itu sangat beralasan bila beberapa negara
memperhatikan dengan cermat setiap perkembangan yang
158
terjadi di Indonesia. Australia misalnya, sangat kuatir bila
Indonesia mengembangkan kekuatan angkatan laut, yang
pada gilirannya dapat memperketat pengendalian efektif
semua jalur pelayaran di perairan nusantara.Penetapan
sepihak selat Sunda dan selat Lombok sebagai perairan
internasional oleh Indonesia secara bersama-sama ditolak
oleh Amerika Serikat, Australia, Canada, Jerman, Jepang,
Inggris dan Selandia Baru. Tentu apabila dua selat ini
menjadi perairan teritorial Indonesia, maka semua negara
yang melintas di wilayah perairan ini harus tunduk kepada
hukum nasional Indonesia, tanpa mengabaikan kepentingan
internasional.
Ketahanan nasional diperlukan bukan hanya sebagai
konsepsi politik saja melainkan sebagai kebutuhan yang
diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok
pemerintahan, seperti: tegaknya hukum dan ketertiban (law
and order), terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran
(welfare and prosperity), terselenggaranya pertahanan dan
keamanan (defence and security), terwujudnya keadilan
hukum dan keadilan sosial (juridical justice and social
justice), serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk
mengaktualisasikan diri (freedom of the people) (Wahyono,
1996). Dalam lima tahun terakhir, posisi Indonesia dalam
kondisi kurang tangguh, hal ini berdasarkan hasil yang dirilis
oleh Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional.
Tantangan tersebut harus segera dicarikan solusinya, salah
satu yang harus ditingkatkan dan dioptimalkan yakni bela
negara. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 30 dan
Undang-Undang No. 3 tahun 2002, sudah diamanatkan
terkait dengan bela negara ini. Kondisi kekinian yang terjadi
di Indonesia, seharusnya bela negara dapat disesuaikan dalam
penerapannya dengan program-programnya melalui nilai-
nilai yang adaptif dengan kekinian. Penyesuaian ini
dilakukan supaya lebih menarik dan dapat menumbuhkan
159
sikap bela negara guna dicarikan solusinya dari berbagai
macam masalah di Indonesia. Bela negara dapat didefinisikan
sebagai suatu tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi
oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian
Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk
berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik yang dari
luar negeri maupun dari dalam negeri yang membahayakan
kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan
bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi, serta nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Azhar,
2001:32).200 Pendapat lainnya sebagaimana yang dijelaskan
oleh Wiyono dan Isworo (2007:3) mendefinisikan bela
negara sebagai suatu sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan
negara yang seutuhnya. Kedua pendapat tersebut, kemudian
diperkuat lagi dengan pendapat Winarno (2007:186), bahwa
sesungguhnya bela negara tidak selalu harus berarti
memanggul senjata untuk menghadapi musuh atau bela
negara yang bersifat militeristik. Dalam konteks bela negara
ini, kemudian dapat dipahami menjadi dua klasifikasi dalam
bela negara yakni ada yang fisik dan non fisik.

200
Ilham, “Strategi Politik Nasional”, diakses dari
http://ilhammajid56.blogspot.com/2019/01/, pada tanggal 01 Desember
2019 pukul 19.22.

160
BAB 11
Integrasi Nasional dan Bela Negara

A. Pengertian Integrasi Nasional


Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggrisnya adalah “national
integration”. "Integration" berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Kata ini berasal dari bahasa latin integer, yang berarti utuh atau
menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat
diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh
atau bulat. “Nation” artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan
dari orang-orang yang berbeda latar belakangnya, berada dalam
suatu wilayah dan di bawah satu kekuasaan politik. 201 Jadi
berdasrakan pengertian diatas Integrasi Nasional merupakan suatu
penyatuan, pembauran, keterpaduan, sebagai kebulatan dari unsur
atau aspek aspeknya.
Definisi integrasi nasional menurut beberapa ahli :
1. Menurut Howard Wrigins (1996)
Integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi
suatu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi bangsa dilihatnya sebagai
peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi suatu masyarakat
yang besar.
2. Saafroedin Bahar, (1998)
Mengintegrasikan berarti membuat atau menyempurnakan dengan
jalan terpusah-pisah. Integrasi nasional adalah upaya menyatukan
seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya.
3. Myron Weiner (1971)
Tentang integrasi memberikan lima definisi mengenai integrasi
yaitu :

201
Ahmad, Intan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Ristekdikti. hlm 55.

161
 Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial dalam suatu wilayah dan proses pembentukan
identitas nasional, membangun rasa kebangsaan dengan cara
menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang yang lebih sempit.
 Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang
kekuasaan nasional pusat diatas unit-unit sosial yang lebih kecil
yang betanggotakan kelompok-kelompok sosial budaya
masyarakat tertentu.
 Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara
pemerintah dengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-
perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan
massa.
 Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang
minimum yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial.
 Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang
terintegrasi dan yang diterima demi mencapai tujuan bersama.
4. Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok
masyarakat dapat terintegrasi apabila :
 Masyarakat dapat menentukan dan menyepapakati nilai-nilai
fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama.
 Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki
“croos cutting loyality”.
 Masyarakat berada saling ketergantungan diantara unit-unit
sosial yang terhimpun di dalamnya dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi.

B. Pentingnya Integrasi
Menurut Myron Weiner dalam Surbakti (2010), dalam negara
merdeka, faktor pemerintah yang berkeabsahan (legitimate)
merupakan hal penting bagi pembentukan negara-bangsa. Hal ini
disebabkan tujuan negara hanya akan dapat dicapai apabila
terdapat suatu pemerintah yang mampu menggerakkan dan
mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau bersatu dan
bekerja bersama. Kemampuan ini tidak hanya dapat dijalankan
melalui kewenangan menggunakan kekuasaan fisik yang sah tetapi
juga persetujuan dan dukungan rakyatnya terhadap pemerintah itu.
Jadi, diperlukan hubungan yang ideal antara pemerintah dengan
162
rakyatnya sesuai dengan sistem nilai dan politik yang disepakati.
Hal demikian memerlukan integrasi politik.202

C. Integrasi Versus Disintegrasi


Kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi
berarti penyatuan, keterpaduan antar elemen atau unsur yang ada
di dalamnya, disintegrasi dapat diartikan ketidakpaduan,
keterpecahan di antara unsur unsur yang ada. Jika integrasi terjadi
konsensus maka disintegrasi dapat menimbulkan konflik atau
perseturuan dan pertentangan. Disintegrasi bangsa adalah
memudarnya kesatupaduan antar golongan, dan kelompok yang
ada dalam suatu bangsa yang bersangkutan. Gejala disintegrasi
merupakan hal yang dapat terjadi di masyarakat. Masyarakat suatu
bangsa pastilah menginginkan terwujudnya integrasi. Namun,
dalam kenyataannya yang terjadi justru gejala disintegrasi.
Disintegrasi memiliki banyak ragam, misalkan pertentangan fisik,
perkelahian, tawuran, kerusuhan, revolusi, bahkan perang.203

D. Sejarah Integrasi Indonesia


a. Model Model integrasi imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium)
Majapahit. Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur
konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti
kerajaan (nagaragung): pulau Jawa dan Madura yang diperintah
langsung oleh raja dan saudarasaudaranya. Konsentris kedua
adalah wilayah di luar Jawa (mancanegara dan pasisiran) yang
merupakan kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah
sabrang) adalah negara-negara sahabat di mana Majapahit menjalin
hubungan diplomatik dan hubungan dagang, antara lain dengan
Champa, Kamboja, Ayudyapura (Thailand).

202
Ahmad, Intan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Ristekdikti. hlm 62.
203
Id. at 64.

163
b. Model integrasi kolonial
Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas
wilayah Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad
XX dengan wilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke.
Pemerintah kolonial mampu membangun integrasi wilayah juga
dengan menguasai maritim, sedang integrasi vertikal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina melalui jaringan
birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar
(pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak memiliki jaringan
dengan massa rakyat. Dengan kata lain pemerintah tidak memiliki
dukungan massa yang berarti. Integrasi model kolonial ini tidak
mampu menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia tetapi
hanya untuk maksud menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa
kolonial.

c. Model integrasi nasional Indonesia


Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya
bangsa Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. Integrasi
model kedua lebih dimaksudkan agar rakyat jajahan (Hindia
Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui penguatan
birokrasi kolonial dan penguasaan wilayah. Integrasi model ketiga
dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa
Indonesia yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan
(nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru.
Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran
berbangsa khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang
mengalami proses pendidikan sebagai dampak dari politik etis
pemerintah kolonial Belanda. Mereka mendirikan organisasi-
organisasi pergerakan baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan,
kedaerahan, politik, ekonomi perdagangan dan kelompok
perempuan. Para kaum terpelajar ini mulai menyadari bahwa
bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang harus berjuang meraih
kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa merdeka dan sederajat
dengan bangsa-bangsa lain. Mereka berasal dari berbagai daerah

164
dan suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan penderitaan
sehingga bersatu menggalang kekuatan bersama. 204

E. Faktor yang memengaruhi Integrasi


1) Adanya ancaman dari luar
Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi
masyarakat. Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku,
agama dan ras ketika menghadapi musuh bersama. Contoh, ketika
penjajah Belanda ingin kembali ke Indonesia, masyarakat
Indonesia bersatu padu melawannya. Suatu bangsa yang
sebelumnya berseteru dengan saudara sendiri, suatu saat dapat
berintegrasi ketika ada musuh negara yang datang atau ancaman
bersama yang berasal dari luar negeri. Adanya anggapan musuh
dari luar mengancam bangsa juga mampu mengintegrasikan
masyarakat bangsa itu

2) Gaya politik kepemimpinan


Gaya politik para pemimpin bangsa dapat menyatukan atau
mengintegrasikan masyarakat bangsa tersebut. Pemimpin yang
karismatik, dicintai rakyatnya dan memiliki jasa-jasa besar
umumnya mampu menyatukan bangsanya yang sebelumya tercerai
berai. Misal Nelson Mandela dari Afrika Selatan. Gaya politik
sebuah kepemimpinan bisa dipakai untuk mengembangkan
integrasi bangsanya

3) Kekuatan lembaga–lembaga politik


Lembaga politik, misalnya birokrasi, juga dapat menjadi sarana
pemersatu masyarakat bangsa. Birokrasi yang satu dan padu dapat
menciptakan sistem pelayanan yang sama, baik, dan diterima oleh
masyarakat yang beragam. Pada akhirnya masyarakat bersatu
dalam satu sistem pelayanan.

204
Id. at 68.

165
4) Ideologi Nasional
Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan
disepakati. Ideologi juga memberikan visi dan beberapa panduan
bagaimana cara menuju visi atau tujuan itu. Jika suatu masyarakat
meskipun berbeda-beda tetapi menerima satu ideologi yang sama
maka memungkinkan masyarakat tersebut bersatu. Bagi bangsa
Indonesia, nilai bersama yang bisa mempersatukan masyarakat
Indonesia adalah Pancasila. Pancasila merupakan nilai sosial
bersama yang bisa diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai bersama tidak harus berlaku secara nasional. Di
beberapa daerah di Indonesia terdapat nilai-nilai bersama. Dengan
nilai itu kelompok - kelompok masyarakat di daerah itu bersedia
bersatu. Misal “Pela Gadong” sebagai nilai bersama yang
dijunjung oleh masyarakat Maluku.

5) Kesempatan pembangunan ekonomi.


Jika pembangunan ekonomi berhasil dan menciptakan keadilan,
maka masyarakat bangsa tersebut bisa menerima sebagai satu
kesatuan. Namun jika ekonomi menghasilkan ketidakadilan maka
muncul kesenjangan atau ketimpangan. Orang–orang yang
dirugikan dan miskin sulit untuk mau bersatu atau merasa satu
bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta yang mendapatkan
kekayaan secara tidak adil. Banyak kasus karena ketidakadilan,
maka sebuah masyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa yang
bersangkutan. Dengan pembangunan ekonomi yang merata maka
hubungan dan integrasi antar masyarakat akan semakin mudah
dicapai205
Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok
masyarakat dapat terintegrasi, apabila:
1. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai
fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama. Jika
masyarakat memiliki nilai bersama yang disepakati maka mereka

205
Id. at 70.

166
dapat bersatu, namun jika sudah tidak lagi memiliki nilai bersama
maka mudah untuk berseteru.
2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki
“cross cutting affiliation” sehingga menghasilkan “cross cutting
loyality”. Jika masyarakat yang berbeda-beda latar belakangnya
menjadi anggota organisasi yang sama, maka mereka dapat bersatu
dan menciptakan loyalitas pada organisasi tersebut, bukan lagi
pada latar belakangnya.
3. Masyarakat berada di atas memiliki sifat saling ketergantungan
di antara unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi. Apabila masyarakat saling
memiliki ketergantungan, saling membutuhkan, saling kerjasama
dalam bidang ekonomi, maka mereka akan bersatu. Namun jika
ada yang menguasai suatu usaha atau kepemilikan maka yang lain
akan merasa dirugikan dan dapat menimbulkan perseteruan.
Pendapat lain menyebutkan, integrasi bangsa dapat dilakukan
dengan dua strategi kebijakan yaitu “policy assimilasionis” dan
“policy bhinneka tunggal ika” (Sjamsudin, 1989). Strategi pertama
dengan cara penghapusan sifatsifat kultural utama dari komunitas
kecil yang berbeda menjadi semacam kebudayaan nasional.
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk
kebudayaan baru. Apabila asimilasi ini menjadi sebuah strategi
bagi integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan
masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya
yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan
tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya
local.206
A. Pengertian Bela Negara
Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap dan
tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta
kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Bagi warganegara

206
Id. at 73.

167
Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia dengan
keyakinan pada Pancasila sebagai dasar serta berpijak pada UUD
1945 sebagai konstitusi negara. Wujud dari usaha bela negara
adalah kesiapan dan kerelaan setiap warganegara untuk berkorban
demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara serta
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah
Nusantara dan yaridiksi nasional, serta nilai – nilai pancasila dan
UUD 1945.
Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik,
secara fisik dengan mengangkat senjata menghadapi serangan atau
agresi musuh, secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala
upaya untuk mempertahankan Negara dengan cara meningkatkan
rasa nasionalisme, yakni kesadaran berbangsa dan bernegara,
menanamkan kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif
dalam memajukan bangsa dan negara.207
Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer.Bela
negara adalah pelayanan oleh seorang individu atau kelompok
dalam tentara atau milisi lainnya, baik sebagai pekerjaan yang
dipilih atau sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib
militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) meminta jumlah
tertentu dinas militer dari masing-masing dan setiap salah satu
warga negara (kecuali untuk kasus khusus seperti fisik atau
gangguan mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa
dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan
layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan
krisis perekrutan selama masa perang.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur
dengan undang-undang.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara.Spektrum bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling

207
Id. at 267.

168
keras.Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh
bersenjata.Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang
terbaik bagi bangsa dan negara.

B. Dasar Hukum Bela Negara


Dasar hukum bela negara di Indonesia memang sudah sangat
jelas termaktub dalam berbagai aturan perundang-undangan,
khususnya di dalam UUD NRI 1945. UUD NRI 1945 Pasal 30 ayat
1 dan ayat 2 menyatakan secara eksplisit tentang bela negara bagi
seluruh rakyat Indonesia, sebagai berikut:
 Pasal 30 ayat 1: “Setiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pertahanan dan keamanan negara”.
 Pasal 30 ayat 2: “Usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat
semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung”.208
 Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
- pendidikan kewarganegaraan;
- pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
- pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib; dan
- pengabdian sesuai dengan profesi.
 Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan
profesi diatur dengan undang-undang.
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa
harus dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela
negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi
bisa diwujudkan dengan cara lain seperti:

208
Id. at 270.

169
(1) Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti
siskamling);
(2) Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri;
(3) Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan atau PKn;
(4) Mengikuti kegiatan ekstraklurikuler seperti Paskibra, PMR dan
Pramuka
Setiap perilaku warga negara yang berbasis bela negara harus
mengacu pada unsur-unsur bela negara sebagai berikut: Cinta
Tanah Air, Kesadaran Berbangsa & bernegara, Yakin akan
Pancasila sebagai ideologi negara, Rela berkorban untuk bangsa
dan negara, dan Memiliki kemampuan awal bela negara.
Unsur Dasar Bela Negara
1) Cinta Tanah Air
2) Kesadaran Berbangsa & bernegara
3) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4) Rela berkorban untuk bangsa & negara
5) Memiliki kemampuan awal bela Negara209

Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :


1) Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan
Nusantara dan Keamanan Nasional.
2) Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok
Perlawanan Rakyat.
3) Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok
Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1988.
4) Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan
POLRI.
5) Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6) Amandemen UUD '45 Pasal 30 dan pasal 27 ayat 3.
7) Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

209
Puskom Publik Kemhan. 2017. Kewaspadaan Nasional, Bela Negara
Dan Integrasi Nasional. Jakarta: Kemhan. hlm 9.
170
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa
harus dikomando dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela
negara.
Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut
serta dalam bela negara dengan mewaspadai dan mengatasi
berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan pada NKRI / Negara Kesatuan Republik Indonesia
seperti para pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan
kesatuan NKRI. Sikap warga yang harus dimiliki apabila NKRI
terancam adalah waspada dan berusaha keras untuk mengatasi
berbagai ancaman dan gangguan terhadap berdirinya NKRI.
Contoh upaya bela negara yang dilakukan oleh rakyat, juga oleh
TNI antara lain mempertahankan kemerdekaan dari ancaman pihak
Belanda. Menumpas PRRI/PERMESTA, APRA, Gerakan
Separatis Aceh (GSA), Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan
contoh lainya.

a. Faktor Yang Memengaruhi Bela Negara


- Ideologi.
- Politik.
- Ekonomi.
- Sosial budaya. 210

b. Contoh keikutsertaan warganegara dalam usaha bela Negara


Keikutsertaan setiap warga negara dalam usaha pembelaan negara
bukan hanya merupakan hak tetapi juga kewajiban.Dalam usaha
pembelaan negara atau pun tindakan bela negara terbagi :

Sebelum Kemerdekaan

210
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ristekdikti.
2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta. hlm 102.

171
Tindakan bela negara sebelum kemerdekaan yang paling nampak
di perankan oleh TNI sejak perang kemerdekaan sampai masa
reformasi ini. Contohnya yang dilakukan TNI :
- Menghadapi ancaman agresi Belanda dan para penjajah
- Menghadapi ancaman federalis dan separatis
APRA,RMS,PRRI/PERMESTA,Papua Merdeka,Separatis Aceh
(GSA)
- Melawan PKI dan melawan DI/TII
- Kelaskaran yang kemudian dikembangkan menjadi barisan
cadangan pada periode perang kemerdekaan ke-I
- Pada periode perang kemerdekaan ke-II ada organisasi Pasukan
Gerilya Desa (Pager Desa) termasuk mobilisasi pelajar
(Mobpel)sebagai bentuk perkembangan dari barisan cadangan
- Mempertahankan negara NKRI dan menjaga keutuhan wilayah
negara Indonesia
- Pada saat masa penjajahan warga membantu perang dengan
bambu runcing

Dalam contoh tindakan bela negaara ini sebenarnya sangat banyak


kami akan menjelaskan hanya sebagiannya,yaitu :

1. Kedudukan warga negara dalam pertahanan dan keamanan


Berdasarkan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945, “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara”.
2. Sistem pertahanan dan keamanan
Adapun sistem pertahanan dan keamanan yang dianut adalah
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang lazim
disingkat Sishankamrata. Dalam Sishankamrata, Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(POLRI) merupakan kekuatan utama, sedangkan rakyat sebagai
kekuatan pendukung.
3. Tugas pokok TNI
TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara, sebagai alat negara dengan tugas pokok mempertahankan,
melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.
4. Tugas pokok POLRI

172
5. POLRI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat masyarakat, mempunyai tugas pokok
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan
hukum.

C. Pengertian Globalisasi
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa
dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini adalah,
“Bagaimana dampak pengaruh globalisasi bagi kehidupan bangsa
Indonesia? Tujuannya penulisan karya ilmiah ini adalah, untuk
mendeskripsikan dampak pengaruh globalisasi bagi kehidupan
bangsa Indonesia. Pendekatannya secara kualitatif deskriptif.
Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota
yang menjadi bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat
dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan transportasi,
perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-
cabangnya. Dampak positif dari globalisasi adalah terjadinya
perubahan tata nilai dan sikap, berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, tingkat kehidupan yang lebih baik. Sedangkan
dampak negatif dari globalisasi adalah, pola hidup konsumtif,
sikap individualistik, gaya hidup kebarat-baratan serta kesenjangan
sosial. Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali
sejak awal dilaksanakan pembangunan. Dengan kembalinya tenaga
ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri dan datangnya
tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang
berupa pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan
dilaksanakan sesuai dengan kondisi di Indonesia. Globalisasi
secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi
bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari
infrastruktur telekomunikasi, jaringan

173
transportasi, perusahaan-perusahaan berskala internasional serta
cabang-cabangnya.211
 Liberalisasi : Globalisasi juga diartikan dengan semakin
diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor
impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
 Universalisasi : Globalisasi juga digambarkan sebagai
semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh
dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman
seluruh dunia.
 Westernisasi : Westernisasi adalah salah satu bentuk dari
universalisasi dengan semakin menyebarnya pikir an dan budaya
dari barat sehingga mengglobal.
 Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas : Arti
kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat
definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan
status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global
memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-
negara.

D. Arti Penting Globalisasi Bagi Indonesia


Era globalisasi bukan hanya tantangan, tetapi sekaligus
mempunyai peluang. Tantangan merupakan fenomena yang
mengakibatkan batas – batas politik, ekonomi antar bangsa
menjadi samar dan hubungan antar bangsa menjadi sangat
transparan. Ditinjau dari perspektif kebangsaan, globalisasi
menumbuhkan kesadaran bahwa kita merupakan warga dari suatu
global dan mengambil manfaat darinya. Namun, di sisi lain, makin
tumbuh pula dorongan untuk lebih melestarikan dan memperkuat
jati diri dan identitas bangsa.

Dapat disimpulkan bahwa manusia Indonesia yang ideal adalah


manusia yang mampu menghadapi tantangan masa depan yang

211
Nurhaidah, M. Insya Musa. 2015. Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi
Kehidupan Bangsa Indonesia. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. hlm
1
174
semakin rumit dan tidak menentu. Mereka itu adalah yang
memiliki sifat sebagai berikut :
a. Mampu meningkatkan produktivitas kerja.
b. Memiliki kemampuan berpikir kreatif dan analitis.
c. Memiliki ilmu dasar yang luas serta keterampilan kerja yang
tinggi.
d. Kesiapan untuk belajar sepanjang hidup agar dapat
meningkatkan kemampuannya secara berkelanjutan.
e. Memiliki moralitas yang baik, yang bersumber pada agama
yang diyakini.

1. Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai
dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) JURNAL PESONA DASAR
Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No. 3, April 2015, hal 1- 14 ISSN:
2337-9227 7 Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan
mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Dampak Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang
kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat
mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan
yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat
mereka merasa tidak lagi membutuhkanorang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah
makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan

175
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia.
Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak
tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan
lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa
individu yang dapat mengikuti arus globalisasimaka akan
memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain
yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.212

E. Hubungan Integrasi, Bela Negara dan Globalisasi


Pembentukan Indonesia sebagai negara bangsa (nation state)
belum selesai. Pembentukannya masih dalam lintasan sejarah.
Globalisasi telah menghadirkan tantangan semakin berat dalam
pembentukannya. Serbuan globalisasi mengakibatkan terjadinya
pergulatan dalam sistem nilai masyarakat, yang mengakibatkan
krisis orientasi nilai masyarakat. Bangsa ini juga menghadapi
tantangan kemajemukan masyarakat. Kemajemukan masyarakat
berpotensi melahirkan konflik horizontal dan vertikal. Menghadapi
serbuan globalisasi dan kemajemukan masyarakat perlu dilakukan
revitalisasi nilai-nilai yang bersifat fundamental. Kesepakatan
terhadap nilai-nilai fundamental sangat krusial dan penting karena
mampu meredam kemungkinan berkembangnya konflik horizontal
dan vertical antar komponen bangsa. Nilai-nilai fundamental itulah
yang mampu menciptakan integtasi nasional yang kokoh. Integrasi
nasional dengan cara-cara hegemoni dan dominasi yang pernah
dipraktikkan pada masa lampu sudah seharusnya ditinggalkan.
Integrasi nasional dan nasionalisme yang kuat akan dapat dibangun
di atas landasan kesejahteraan masyarakat yang memadai.

212
Nurhaidah, M. Insya Musa. 2015. Dampak Pengaruh Globalisasi Bagi
Kehidupan Bangsa Indonesia. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. hlm.
8

176
Kemiskinan dan keterbelakangan sudah saatnya kita tempatkan
menjadi musuh bersama bangsa ini.
Selama ini berkembang anggapan yang salah bahwa kita
sebagai negara bangsa (nation state) sudah jadi sejak proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia hasil KMB (Konferensi Meja Bundar) akhir
1949. Sebagai negara bangsa tidak perlu lagi dibicarakan dan tidak
perlu lagi dipersoalkan. Menurut saya, anggapan seperti tidak
tepat. Sebenarnya, meskipun kita sudah menjadi bangsa sudah 88
tahun -- sejak ikrar Sumpah Pemuda 1928 -- dan sudah 71 tahun
kita menjadi negara (state), pembentukan ke-Indonesia-an kita
masih berproses dan selalu berproses. Berproses dalam lintasan
waktu dan ruang.Artinya, ke-Indonesia-an kita berproses dalam
lintasan sejarah.
Globalisasi telah menghadirkan tantangan yang semakin berat
dalam pembentukan ke-Indonesia-an kita sekarang ini. Bila pada
masa sebelum tahun 1945 kita menghadapi tantangan eksternal
berupa kolonialisme dan imperialisme, pada pasca kemerdekaan
kita sebagai disibukkan dengan tantangan internal berupa
pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah mulai dari
pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 hingga pemberontakan
PKI tahun 1965. Memasuki periode pemerintahan Orde Baru
“seakan-akan tenang.” Selama 32 tahun kita memasuki periode
pembangunan di semua sektor dengan pola pembangunan lima
tahun (Pelita). Namun, bisa dikatakan keberhasilan pembangunan
pada masa itu adalah semu. Integrasi nasional yang seolah-olah
kokoh, sebenarnya rapuh. Pemerintah Orde Baru berhasil
menciptakan integrasi nasional melalui penundukan atas
masyarakat sipil melalui asas tunggal, korporatisasi kelompok
kepentingan, P4, simplifikasi partai politik, dan bahkan melalui
kekuatan represif.
Lepasnya Propinsi ke-27 Timor Timur dari NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia) sempat mengoyak integrasi nasional
kita. Meskipun nuansa intervensi asing sangat kuat, melalui jajak
pendapat sebagian besar rakyat Timor Timur menentukan pilihan
untuk menjadikan Timor Timur sebagai negara berdaulat. Daerah
yang selama itu menjadi “anak emas” Indonesia lepas begitu saja.

177
Bukan hanya itu, kemerdekaan Timor Timur juga menjadi inspirasi
kelompok-kelompok di beberapa daerah seperti Aceh dan Papua
untuk melakukan hal yang sama. Beruntung konflik vertikal
berkepanjangan antara Indonesia dengan GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) dicapai perjanjian damai yang ditandatangani September
tahun 2005. Namun, konflik vertikal dengan OPM (Organisasi
Papua Merdeka) masih layaknya bara api dalam sekam.
Bagaimana dengan masa depan integrasi nasional Indonesia?
Menurut saya, sekarang ini integrasi nasional kita sedang
menghadapi dua tantangan sekaligus, yaitu: pertama, tantangan
eksternal berupa globalisasi, yang menebarkan pengaruhnya ke
seluruh aspek kehidupan masyarakat, dan kedua, kita dihadapkan
pada kenyataan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang
majemuk (pluralistic), baik secara vertikal maupun horizontal.

178
BAB 12
Pendidikan Anti Korupsi

A. Pengertian dari Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja
corrumpere berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik,
menyogok. Menurut Transparency International adalah perilaku
pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara
harfiah berarti: buruk, rusak, suka memakai barang (uang) yang
dipercayakan padanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya
untuk kepentingan pribadi). Adapun arti terminologinya, korupsi
adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau
perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
Sementara, disisi lain, korupsi (corrupt, corruptie, corruption) juga
bisa bermakna kebusukan, keburukan, dan kebejatan. Definisi ini
didukung oleh Acham yang mengartikan korupsi sebagai suatu
tindakan yang menyimpang dari norma masyarakat dengan cara
memperoleh keuntungan untuk diri sendiri serta merugikan
kepentingan umum. Intinya, korupsi adalah menyalahgunakan
kepercayaan yang diberikan publik atau pemilik untuk kepentingan
pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda yang
kontradiktif, yaitu memiliki kewenangan yang diberikan publik
yang seharusnya untuk kesejahteraan publik, namun digunakan
untuk keuntungan diri sendiri.
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh
perhitungan oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik
dan terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada situasi
dimana seseorang memegang suatu jabatan yang melibatkan
pembagian sumber-sumber dana dan memiliki kesempatan untuk
menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi. Nye
mendefinisikan korupsi sebagai perilaku yang menyimpang dari
tugas formal sebagai pegawai publik untuk mendapatkan
179
keuntungan finansial atau meningkatkan status. Selain itu, juga
bisa diperoleh keuntungan secara material, emosional, atau pun
simbol.
Kata korupsi telah dikenal luas oleh masyarakat, tetapi definisinya
belum tuntas dibukukan. Pengertian korupsi berevolusi pada tiap
zaman, peradaban, dan teritorial. Rumusannya bisa berbeda
tergantung pada titik tekan dan pendekatannya, baik dari perspektif
politik, sosiologi, ekonomi dan hukum. Korupsi sebagai fenomena
penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya, kemasyarakatan,
dan kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah secara kritis oleh banyak
ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, yang diikuti oleh
Machiavelli, telah merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai
korupsi moral (moral corruption).

“Sebetulnya pengertian korupsi sangat bervariasi. Namun


demikian, secara umum korupsi itu berkaitan dengan perbuatan
yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.”

B. Faktor Penyebab Korupsi


1. Aspek Individu Pelaku Korupsi
Apabila dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebab-sebab dia
melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya,
yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan, niat, atau
kesadarannya untuk melakukan. Sebab-sebab seseorang terdorong
untuk melakukan korupsi antara lain sebagai berikut:
a. Sifat Tamak Manusia
Kemungkinan orang yang melakukan korupsi adalah orang yang
penghasilannya sudah cukup tinggi, bahkan sudah berlebih bila
dibandingkan dengan kebutuhan hidupnya. Dalam hal seperti ini,
berapapun kekayaan dan penghasilan sudah diperoleh oleh
seseorang tersebut, apabila ada kesempatan untuk melakukan
korupsi, maka akan dilakukan juga
b. Moral Yang Kurang Kuat Menghadapi Godaan
Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung lebih mudah untuk
terdorong berbuat korupsi karena adanya godaan. Godaan terhadap

180
seorang pegawai untuk melakukan korupsi berasal dari atasannya,
teman setingkat, bawahannya, atau dari pihak luar yang dilayani

c. Penghasilan Kurang Mencukupi Kebutuhan Hidup Yang


Wajar
Apabila ternyata penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya yang wajar, maka mau tidak mau harus mencari
tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Usaha untuk mencari tambahan penghasilan tersebut sudah
merupakan bentuk korupsi, misalnya korupsi waktu, korupsi
pikiran, tenaga, dalam arti bahwa seharusnya pada jam kerja,
waktu, pikiran, dan tenaganya dicurahkan untuk keperluan dinas
ternyata dipergunakan untuk keperluan lain.
d. Kebutuhan Hidup Yang Mendesak
Kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan keluarga, kebutuhan
untuk membayar hutang, kebutuhan untuk membayar pengobatan
yang mahal, kebutuhan untuk membiayai sekolah anaknya,
merupakan bentukbentuk dorongan seseorang yang berpenghasilan
kecil untuk berbuat korupsi
e. Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup yang konsumtif di kota-kota besar, mendorong
seseorang untuk dapat memiliki mobil mewah, rumah mewah,
pakaian yang mahal, hiburan yang mahal, dan sebagainya. Gaya
hidup yang konsumtif tersebut akan menjadikan penghasilan yang
sedikit semakin tidak mencukupi. Hal tersebut juga akan
mendorong seseorang untuk melakukan korupsi bilamana
kesempatan untuk melakukannya ada.
f. Malas Atau Tidak Mau Bekerja Keras
Kemungkinan lain, orang yang melakukan korupsi adalah orang
yang ingin segera mendapatkan sesuatu yang banyak, tetapi malas
untuk bekerja keras guna meningkatkan penghasilannya.
g. Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar
Para pelaku korupsi secara umum adalah orang-orang yang
beragama. Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang
dianutnya, yang melarang korupsi. Akan tetapi pada kenyataannya
mereka juga melakukan korupsi. Ini menunjukkan bahwa banyak

181
ajaran-ajaran agama yang tidak diterapkan secara benar oleh
pemeluknya.

2. Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat.
Organisasi yang menjadi korban korupsi atau dimana korupsi
terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka
peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi. Diantara
penyebabnya adalah:
a. Kurang Adanya Teladan Dari Pemimpin
Dalam organisasi, pimpinannya baik yang formal maupun yang
tidak formal (sesepuhnya) akan menjadi panutan dari setiap
anggota atau orang yang berafiliasi pada organisasi tersebut.
Apabila pimpinannya mencontohkan gaya hidup yang bersih
dengan tingkat kehidupan ekonomi yang wajar, maka anggota-
anggota organisasi tersebut akan cenderung untuk bergaya hidup
yang sama.
b. Tidak Adanya Kultur Organisasi Yang Benar
Kultur atau budaya organisasi biasanya akan mempunyai pengaruh
yang sangat kuat kepada anggota-anggota organisasi tersebut
terutama pada kebiasaannya, cara pandangnya, dan sikap dalam
menghadapi suatu keadaan. Kebiasaan tersebut akan menular ke
anggota lain dan kemudian perbuatan tersebut akan dianggap
sebagai kultur di lingkungan yang bersangkutan. Misalnya, di
suatu bagian dari suatu organisasi akan dapat muncul budaya uang
pelicin, “amplop”, hadiah, dan lain-lain yang mengarah ke akibat
yang tidak baik bagi organisasi
c. Sistem Akuntabilitas di Instansi Pemerintah Kurang
Memadai
Pada organisasi dimana setiap unit organisasinya mempunyai
sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai yang kemudian setiap
penggunaan sumber dayanya selalu dikaitkan dengan sasaran yang
harus dicapai tersebut, maka setiap unsur kuantitas dan kualitas
sumber daya yang tersedia akan selalu dimonitor dengan baik. Pada
instansi pemerintah, pada umumnya instansi belum merumuskan
dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum

182
merumuskan dengan tepat tujuan dan sasaran yang harus dicapai
dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut. Demikian
pula dalam memonitor prestasi kerja unit-unit organisasinya, pada
umumnya hanya melihat tingkat penggunaan sumber daya (input
factor), tanpa melihat tingkat pencapaian sasaran yang seharusnya
dirumuskan dengan tepat dan seharusnya dicapai (faktor out-put).
Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian
apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasarannya atau tidak.
Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk
terjadi korupsi.
d. Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
Pada organisasi di mana pengendalian manajemennya lemah akan
lebih banyak pegawai yang melakukan korupsi dibandingkan pada
organisasi yang pengendalian manajemennya kuat. Seorang
pegawai yang mengetahui bahwa sistem pengendalian manajemen
pada organisasi di mana dia bekerja lemah, maka akan timbul
kesempatan atau peluang baginya untuk melakukan korupsi
e. Manajemen Cenderung Menutupi Korupsi Di Dalam
Organisasinya
Pada umumnya jajaran manajemen organisasi di mana terjadi
korupsi enggan membantu mengungkapkan korupsi tersebut
walaupun korupsi tersebut sama sekali tidak melibatkan dirinya.
Kemungkinan keengganan tersebut timbul karena terungkapnya
praktek korupsi di dalam organisasinya. Akibatnya, jajaran
manajemen cenderung untuk menutup-nutupi korupsi yang ada,
dan berusaha menyelesaikannya dengan cara-cara sendiri yang
kemudian dapat menimbulkan praktek korupsi yang lain.
3. Aspek Masyarakat Tempat Individu dan Organisasi
Berada
a. Nilai-Nilai Yang berlaku Di Masyarakat Ternyata Kondusif
Untuk Terjadinya Korupsi
Korupsi mudah timbul karena nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat kondusif untuk terjadinya hal itu. Misalnya, banyak
anggota masyarakat yang dalam pergaulan sehari-harinya ternyata
dalam menghargai seseorang lebih didasarkan pada kekayaan yang
dimiliki orang yang bersangkutan.

183
b. Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Yang Paling
Dirugikan Oleh Setiap Praktik Korupsi Adalah Masyarakat
Sendiri
Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa apabila terjadi
perbuatan korupsi, maka pihak yang akan paling dirugikan adalah
negara atau pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa
apabila negara atau pemerintah yang dirugikan, maka secara pasti
hal itu juga merugikan masyarakat sendiri.
c. Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Masyarakat
Sendiri Terlibat Dalam Setiap Praktik Korupsi
Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa apabila terjadi
perbuatan korupsi, yang terlibat dan yang harus bertanggung jawab
adalah aparat pemerintahnya. Masyarakat kurang menyadari
bahwa pada hampir setiap perbuatan korupsi, yang terlibat dan
mendapatkan keuntungan adalah termasuk anggota masyarakat
tertentu. Jadi tidak hanya aparat pemerintah saja.
d. Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Hanya Akan Berhasil Kalau
Masyarakat Ikut Aktif Melakukannya
Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan pemberantasan korupsi
adalah pemerintah. Pandangan seperti itu adalah keliru, dan ini
terbukti bahwa selama ini pemberantasan korupsi masih belum
berhasil karena upaya pemberantasan korupsi tersebut masih lebih
banyak mengandalkan pemerintah.
Masyarakat secara nasional mempunyai berbagai potensi dan
kemampuan diberbagai bidang, yang apabila dipergunakan secara
terencana dan terkoordinasi maka akan lebih memberikan hasil
pada upaya pemberantasan korupsi. Sebagai contoh, peran serta
secara aktif dari kalangan pemuka agama memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk berhasil mengurangi ketamakan manusia.
Demikian peran-serta secara aktif dari para pendidik.
Syed Hussein Alatas menjelaskan beberapa hal yang menjadi
penyebab korupsi, antara lain, yaitu:
a) Lemahnya/ tidak adanya kepemimpinan yang berpengaruh
dalam menjinakkan korupsi
b) Kurangnya pendidikan agama dan etika

184
c) Konsumerisme dan globalisasi
d) Kurangnya Pendidikan
e) Kemiskinan
f) Tidak adanya tindak hukuman yang keras
g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi
h) Struktur pemerintahan
i) Perubahan radikal/ transisi demokrasi
Sementara, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh bagian
Litbang Harian Kompas menunjukkan bahwa penyebab perilaku
korupsi, yaitu:
a) Didorong oleh motif-motif ekonomi, yakni ingin memiliki
banyak uang dengan cara cepat meski memiliki etos kerja yang
rendah
b) Rendahnya moral
c) Penegakan hukum yang lemah
“Lembaga transparency international yang bermakas di Berlin
pun mengumumkan peringkat indeks korupsi tahun 2005.
Hasilnya Indonesia menempati peringkat ke 137 dari 159 negara
di dunia. Sungguh luar biasa bangkrutnya bangsa ini. Data
tersebut membuat kita mengajukan pertanyaan mendasar, yaitu
benarkah kita sudah siap untuk bernegara dan berbangsa?
Tidak mudah memang menjawab pernyataan tersebut.”
C. Dampak Negatif Korupsi
Korupsi berdampak sangat buruk bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara karena telah terjadi kebusukan, ketidakjujuran, dan
melukai rasa keadilan masyarakat. Penyimpangan anggaran yang
terjadi akibat korupsi telah menurunkan kualitas pelayanan negara
kepada masyarakat. Pada tingkat makro, penyimpangan dana
masyarakat ke dalam kantong pribadi telah menurunkan
kemampuan negara untuk memberikan hal-hal yang bermanfaat
untuk masyarakat, seperti: pendidikan, perlindungan lingkungan,
penelitian, dan pembangunan. Pada tingkat mikro, korupsi telah
meningkatkan ketidakpastian adanya pelayanan yang baik dari
pemerintah kepada masyarakat.

185
D. Nilai-Nilai dan Prinsip Anti Korupsi
a) Nilai-Nilai
1. Kejujuran
Nilai kejujuran dalam kehidupan kampus yang diwarnai dengan
budaya akademik sangatlah diperlukan. Nilai kejujuran ibaratnya
seperti mata uang yang berlaku dimana-mana termasuk dalam
kehidupan di kampus. Jika mahasiswa terbukti melakukan
tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup akademik maupun
sosial, maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu untuk
mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai akibatnya mahasiswa
akan selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan
orang lain.
Hal ini juga akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang lain
karena selalu merasa curiga terhadap mahasiswa tersebut yang
terlihat selalu berbuat curang atau tidak jujur. Selain itu jika
seorang mahasiswa pernah melakukan kecurangan ataupun
kebohongan, akan sulit untuk dapat memperoleh kembali
kepercayaan dari mahasiswa lainnya. Sebaliknya jika terbukti
bahwa mahasiswa tersebut tidak pernah melakukan tindakan
kecurangan maupun kebohongan maka mahasiswa tersebut tidak
akan mengalami kesulitan yang disebabkan tindakan tercela
tersebut. Prinsip kejujuran harus dapat dipegang teguh oleh setiap
mahasiswa sejak masa-masa ini untuk memupuk dan membentuk
karakter mulia di dalam setiap pribadi mahasiswa.
“Nilai kejujuran harus dipegang teguh oleh semua pribadi ,
karena dari kebohonganlah tindakan korupsi sangat rentan
terjadi”

186
2. Kepedulian
Rasa kepedulian seorang mahasiswa harus mulai ditumbuhkan
sejak berada di kampus. Oleh karena itu upaya untuk
mengembangkan sikap peduli di kalangan mahasiswa sebagai
subjek didik sangat penting. Seorang mahasiswa dituntut untuk
peduli terhadap proses belajar mengajar di kampus, terhadap
pengelolalaan sumber daya di kampus secara efektif dan efisien,
serta terhadap berbagai hal yang berkembang di dalam kampus.
Mahasiswa juga dituntut untuk peduli terhadap lingkungan di luar
kampus, terhadap kiprah alumni dan kualitas produk ilmiah yang
dihasilkan oleh perguruan tingginya.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian di
antaranya adalah dengan menciptakan suasana kampus sebagai
rumah kedua. Hal ini dimaksudkan agar kampus menjadi tempat
untuk mahasiswa berkarya, baik kurikuler maupun ekstra-
kurikuler, tanpa adanya batasan ruang gerak. Selain itu dengan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya sebagai manusia yang
utuh dengan berbagai kegiatan di kampus, kegiatan-kegiatan
tersebut dapat meningkatkan interaksi antara mahasiswa satu
dengan mahasiswa yang lainnya sehingga hubungan saling
mengenal dan saling belajar dapat dicapai lebih dalam.
Hal ini akan sangat berguna bagi para mahasiswa untuk
mengembangkan karir dan reputasi mereka pada masa yang akan
datang. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan
kesempatan bagi mahasiswa untuk menggalang dana guna
memberikan bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang
membutuhkan. Dengan adanya aksi tersebut, maka interaksi
mahasiswa satu dengan lainnya akan semakin erat.
Tindakan lainnya adalah dengan memperluas akses mahasiswa
kepada dosen di luar jam kuliah melalui pemanfaatan internet dan
juga meningkatkan peran dosen sebagai fasilitator, dinamisator dan
motivator. Ini penting dilakukan karena hubungan baik mahasiswa
dengan dosen akan memberikan dampak positif bagi tertanamnya
nilai kepedulian. Pengembangan dari tindakan ini juga dapat
diterapkan dengan mengadakan kelas-kelas kecil yang
memungkinkan untuk memberikan perhatian dan asistensi lebih

187
intensif. Dengan adanya kelas-kelas ini, maka bukan hanya
hubungan antara mahasiswa dengan dosen tetapi hubungan antara
mahasiswa dengan banyak mahasiswa yang saling interaktif dan
positif juga dapat terjalin dengan baik dan di situ mahasiswa dapat
memberikan pelajaran, perhatian, dan perbaikan terus menerus.
Dengan demikian perhatian dan perbaikan kepada setiap
mahasiswa tersebut dapat memberikan kesempatan belajar yang
baik.
“Nilai kepedulian paling sederhana dapat diwujudkan dengan
mengikuti aturan aturan dan ketentuan yang diperlakukan di
dalam maupun di luar kampus”
3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi mahasiswa dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain
untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting
untuk masa depannya dimana mahasiswa tersebut harus mengatur
kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah tanggung
jawabnya sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri
(mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang lain.
Dengan karakter kemandirian tersebut mahasiswa dituntut untuk
mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan
bukan orang lain.
“Nilai nilai kemandirian dapat diwujudkan dengan mengerjakan
tugas tugas secara mandiri, maupun menyelenggarakan sebuah
acara yang dipanitiai sendiri”
4. Kedisiplinan
Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik maupun sosial
mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus
hidup seperti pola militer di barak militier namun hidup disiplin
bagi mahasiswa adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang
ada untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk
menyelesaikan tugas baik dalam lingkup akademik maupun sosial
kampus. Manfaat dari hidup yang disiplin adalah mahasiswa dapat
mencapai tujuan hidupnya dengan waktu yang lebih efisien.
Disiplin juga membuat orang lain percaya dalam mengelola suatu
kepercayaan. Misalnya orang tua akan lebih percaya pada anaknya
yang hidup disiplin untuk belajar di kota lain dibanding dengan

188
anak yang tidak disiplin. Selain itu disiplin dalam belajar perlu
dimiliki oleh mahasiswa agar diperoleh hasil pembelajaran yang
maksimal.
Tidak jarang dijumpai perilaku dan kebiasaan peserta didik
menghambat dan tidak menunjang proses pembelajaran. Misalnya,
sering kita jumpai mahasiswa yang malas, sering absen, motivasi
yang kurang dalam belajar, tidak mengerjakan tugas, melanggar
tata tertib kampus, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan masih
banyak mahasiswa yang tidak memiliki kedisiplinan. Dengan
kondisi demikian, dosen dituntut untuk mengembangkan sikap
disiplin mahasiswa dalam belajar dan berperilaku di kampus.
Mendisiplinkan mahasiswa harus dilakukan dengan cara-cara yang
dapat diterima oleh jiwa dan perasaan mahasiswa, yaitu dengan
bentuk penerapan kasih sayang. Disiplin dengan cara kasih sayang
ini dapat membantu mahasiswa agar mereka dapat berdiri sendiri
atau mandiri.
Saat ini perilaku dan kebiasan yang buruk/negatif dari mahasiswa
cenderung mengarah kepada suatu tindakan kriminalitas suatu
tindakan yang melawan hukum. Kenakalan mahasiswa dapat
dikatakan dalam batas kewajaran apabila dilakukan dalam
kerangan mencari identitas diri/jati diri dan tidak merugikan orang
lain. Peranan dosen dalam menanamkan nilai disiplin, yaitu
mengarahkan dan berbuat baik, menjadi teladan/contoh, sabar dan
penuh pengertian. Dosen diharuskan mampu mendisiplinkan
mahasiswa dengan kasih sayang, khususnya disiplin diri (self
discipline). Dalam usaha tersebut, dosen perlu memperhatikan dan
melakukan:
a) Membantu mahasiswa mengembangkan pola perilaku untuk
dirinya, misalnya waktu belajar di rumah, lama mahasiswa harus
membaca atau mengerjakan tugas.
b) Menggunakan pelaksanaan aturan akademik sebagai alat dan
cara untuk menegakan disiplin, misalnya menerapkan reward and
punishment secara adil, sesegera mungkin dan transparan
“Perilaku disiplin harus selalu diterapkan walau dengan
perilaku sederhana seperti mengatur waktu dengan baik , dan
fokus pada pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk membiasakan
diri tidak melawan hukum yang ada (kriminalitas).”

189
5. Tanggung Jawab
Mahasiswa adalah sebuah status yang ada pada diri seseorang yang
telah lulus dari pendidikan terakhirnya yang berkelanjutan
melanjutkan pendidikan dalam sebuah lembaga yang bernama
universitas. Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan
memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik
dibanding mahasiswa yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan mengerjakan
tugas dengan sepenuh hati karena berpikir bahwa jika suatu tugas
tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat merusak citra namanya
di depan orang lain. Mahasiswa yang dapat diberikan tanggung
jawab yang kecil dan berhasil melaksanakannya dengan baik
berhak untuk mendapatkan tanggung jawab yang lebih besar lagi
sebagai hasil dari kepercayaan orang lain terhadap mahasiswa
tersebut. Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi mudah untuk dipercaya orang lain dalam masyarakat
misalkan dalam memimpin suatu kepanitiaan yang diadakan di
kampus.
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah
perbuatan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan kesadaran akan
kewajiban menerina dan menyelesaikan semua masalah yang telah
di lakukan. Tanggung jawab juga merupakan suatu pengabdian dan
pengorbanan. Maksudnya pengabdian adalah perbuatan baik yang
berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan
kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua
itu dilakukan dengan ikhlas. Mahasiswa mempunyai banyak
kewajiban yang harus dipertanggung-jawabkan. Misalnya tugas-
tugas yang diberikan oleh dosen, tanggung jawab untuk belajar,
tanggung jawab untuk menyelesaikan perkuliahan sampai lulus,
tanggung jawab menjaga diri sendiri.
Sebagai seorang mahasiswa kita sudah dilatih oleh orang tua untuk
lebih mandiri dalam menjaga diri kita sendiri, karena dalam
perkulihan kita diajarkan untuk melakukan apaapa sendiri. Oleh
sebab itu orangtua sudah tidak bisa mengontrol aktifitas keseharian
anak-anaknya. Jadi sebagai mahasiswa harus bisa bertanggung
jawab dalam menjaga dirinya sendiri.

190
“Tanggung jawab memiliki peran yang sangat signifikan apabila
kita melakukannya dengan sungguh sungguh , seperti
menjalankan amanah untuk mengerjakan tugas tepat waktu.
Hal ini membuat kita terbiasa amanah dan menjauh dari
korupsi.”
Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan,
tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang
mundur. Adalah penting sekali bahwa kemauan mahasiswa harus
berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus menguasai diri
sepenuhnya lebih dulu untuk bisa menguasai orang lain. Setiap kali
seseorang penuh dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi
lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaannya.
Jika interaksi antara individu mahasiswa dapat dicapai bersama
dengan usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan
semakin optimum. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja
keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
Di dalam kampus, para mahasiswa diperlengkapi dengan berbagai
ilmu pengetahuan. Di situlah para pengajar memiliki peran yang
penting agar setiap usaha kerja keras mahasiswa dan juga arahan-
arahan kepada mahasiswa tidak menjadi sia-sia.
“Kerja keras mengajarkan kita untuk menghargai proses , bukan
hanya hasil semata saja“
Sederhana
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam
interaksi dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana
sebaiknya perlu dikembangkan sejak mahasiswa me-ngenyam
masa pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, setiap
mahasiswa dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai
dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan dengan
keinginan semata, padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan
keinginan dan sebaliknya.

191
Dengan menerapkan prinsip hidup sederhana, mahasiswa dibina
untuk memprioritaskan kebutuhan di atas keinginannya. Prinsip
hidup sederhana ini merupakan parameter penting dalam menjalin
hubungan antara sesama mahasiswa karena prinsip ini akan
mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak,
egois, dan yang sikap-sikap negatif lainnya lainnya. Prinsip hidup
sederhana juga menghindari seseorang dari keinginan yang
berlebihan.
“Kesederhanaan mengajarkan kita untuk selalu
memprioritaskan kebutuhan , bukan keinginan semata
saja.Prinsip ini menghindarkan kita dari masalah kesenjangan
sosial yang rawan terjadi.”
6. Keberanian
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang
sedang mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian,
untuk menumbuhkan sikap keberanian, mahasiswa dituntut untuk
tetap berpegang teguh pada tujuan. Terkadang mahasiswa tetap
diberikan pekerjaan-pekerjaan yang sukar untuk menambahkan
sikap keberaniannya.
Kebanyakan kesukaran dan kesulitan yang paling hebat lenyap
karena kepercayan kepada diri sendiri. Mahasiswa memerlukan
keberanian untuk mencapai kesuksesan. Tentu saja keberanian
mahasiswa akan semakin matang diiringi dengan
keyakinannya.Untuk mengembangkan sikap keberanian demi
mempertahankan pendirian dan keyakinan mahasiswa, terutama
sekali mahasiswa harus mempertimbangkan berbagai masalah
dengan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang mendalam
menimbulkan perasaan percaya kepada diri sendiri. Jika
mahasiswa menguasai masalah yang dia hadapi, dia pun akan
menguasai diri sendiri.
Di mana pun dan dalam kondisi apa pun sering kali harus diambil
keputusan yang cepat dan harus dilaksanakan dengan cepat pula.
Salah satu kesempatan terbaik untuk membentuk suatu pendapat
atau penilaian yang sebaik-baiknya adalah dalam kesunyian di
mana dia bisa berpikir tanpa diganggu. Rasa percaya kepada diri
sendiri adalah mutlak perlu, karena mahasiswa harus memelihara
rasa percaya kepada diri sendiri secara terus menerus, supaya bisa

192
memperkuat sifat-sifat lainnya. Jika mahasiswa percaya kepada
diri sendiri, maka hal ini akan terwujud dalam segala tingkah laku
mahasiswa.
“Perwujudan keberanian yang dimaksud adalah berani
mengungkapkan pendapat di depan publik. Hal ini
mempengaruhi kita untuk berani mengatakan kebenaran tanpa
rasa takut.”
7. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu
sekali dibina sejak masa perkuliahannya agar mahasiswa dapat
belajar mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil
dan benar. Di dalam kehidupan sehari-hari, pemikiranpemikiran
sebagai dasar pertimbangan untuk menghasilkan keputusan akan
terus berkembang seiring dengan pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki seseorang. Dalam masa perkuliahan setiap
mahasiswa perlu didorong untuk mencari pengalaman dan
pengetahuan melalui interaksinya dengan sesama mahasiswa
lainnya. Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat semakin
bijaksana dalam mengambil keputusan dimana permasalahannya
semakin lama semakin kompleks atau rumit untuk diselesaikan.
“Adil mendorong kita untuk bijaksana dalam mengambil
keputusan.Kita harus adil dalam hal sekecil apapun , karena
lama kelamaan kita akan terbiasa dan dapat bijaksana pada
keputusan yang lebih kompleks lagi.”
b) Prinsip
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan
kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya
sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun
konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga. Lembaga-lembaga tersebut
berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik, maupun
interaksi antara ketiga sektor. Akuntabilitas publik secara
tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk
mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara
memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban

193
(answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal. Selain itu
akuntabilitas publik dalam arti yang paling fundamental merujuk
kepada kemampuan menjawab kepada seseorang terkait dengan
kinerja yang diharapkan.
Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang yang
memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja. Akuntabilitas publik memiliki pola-pola
tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah akuntabilitas
program, akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan,
akuntabilitas outcome, akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas
politik. Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur
dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat
yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat
jangka panjang dari sebuah kegiatan.
“Prinsip akuntabilitas bisa diterapkan dalam berbagai macam
program program mahasiswa.Hal ini berakibat fatal apabila
aturan dan pelaksanaan kerja tidak sesuai.”
2. Transparasi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi
dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua proses
kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik (Prasojo : 2007). Selain
itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi
seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk
yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan
dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust)
karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi para mahasiswa untuk dapat
melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa kini dan
masa mendatang (Kurniawan : 2010).
Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses
penganggaran, proses penyusunan kegiatan, proses pembahasan,
proses pengawasan, dan proses evaluasi. Proses penganggaran
bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan

194
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja
anggaran. Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek
pembangunan terkait dengan proses pembahasan tentang sumber-
sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja). Proses pembahasan membahas tentang
pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi
penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme pengelolaan proyek
mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan
finansial dan pertanggungjawaban secara teknis. Proses
pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek
pembangunan berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih
khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat
sendiri. Proses lainnya yang penting adalah proses evaluasi. Proses
evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan
secara terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara
administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap out put
kerja-kerja pembangunan.
“Transparasi dibagi menjadi lima proses yaitu penganggaran ,
penyusunan kegiatan , pembahasan , pengawasan , dan
evaluasi.Transparasi sering kali diterapkan pada laporan ,
misalnya sebuah laporan harus bisa dilihat oleh semua orang.”
3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip
fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam
bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip
kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
Komprehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan
keseluruhan aspek, berkesinam-bungan, taat asas, prinsip
pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget),
sedangkan fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu
untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya
ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for money
untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya
prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan.

195
Selain itu, sifat penting lainnya adalah kejujuran. Kejujuran
tersebut mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan
maupun pengeluaran yang disengaja, yang berasal dari
pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan bagian
pokok dari prinsip fairness. Sifat yang terakhir dalam prinsip
kewajaran adalah informatif. Tujuan dari sifat ini adalah dapat
tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif. Sifat informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian
kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain itu
sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.
Dalam penerapannya pada mahasiswa, prinsip ini dapat dijadikan
rambu-rambu agar dapat bersikap lebih waspada dalam mengatur
beberapa aspek kehidupan mahasiswa seperti penganggaran,
perkuliahan, sistem belajar maupun dalam organisasi. Selain itu,
setelah pembahasan ini, mahasiswa juga diharapkan memiliki
kualitas moral yang lebih baik dimana kejujuran merupakan bagian
pokok dalam prinsip ini.
“Prinsip ini sangat dapat diterapkan di dalam kehidupan kampus
untuk dijadikan rambu rambu dalam mengatur penganggaran ,
sistem belajar , maupun organisasi.”
4. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini
berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-
undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang
kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol
terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan,
pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya
terkandung unsur-unsur yang terkait dengan persoalan korupsi dan
kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas

196
pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila
didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan lembaga pemasyarakatan.
Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap
hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur
kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi masyarakat
dalam pemberantasan korupsi.
“Kebijakan anti korupsi tidak melulu tentang undang undang
anti korupsi saja , tapi bisa juga undang undang anti monopoli ,
undang undang kebebasan , maupun lainnya.”
5. Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini,
akan dibahas mengenai lembaga-lembaga pengawasan di
Indonesia, self-evaluating organization, reformasi sistem
pengawasan di Indonesia, problematika pengawasan di Indonesia.
Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi.
Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol
terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan
pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa oposisi yaitu
mengontrol dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang
dianggap lebih layak.
Sedangkan kontrol kebijakan berupa revolusi yaitu mengontrol
dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai. Setelah
memahami prinsip yang terakhir ini, mahasiswa kemudian
diarahkan agar dapat berperan aktif dalam melakukan tindakan
kontrol kebijakan baik berupa partisipasi, evolusi maupun
reformasi pada kebijakankebijakan kehidupan mahasiswa dimana
peran mahasiswa adalah sebagai individu dan juga sebagai bagian
dari masyarakat, organisasi, maupun institusi.
“Kontrol kebijakan sudah bisa diterapkan dalam kehidupan
kampus seperti kontrol pada kegiatan kemahasiswaan , dari
pelaksanaan kegiatan hingga pelaporannya.”
E. Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti Korupsi Serta
Pemberantasannya

197
Prof. Nina Lubis (2008), seorang sejarawan menyatakan,
“... dahulu, musuh itu jelas: penjajah yang tidak memberikan ruang
untuk mendapatkan keadilan, kemanusiaan, yang sama bagi warga
negara, kini, musuh bukan dari luar, tetapi dari dalam negeri
sendiri: korupsi yang merajalela, ketidakadilan, pelanggaran
HAM, kemiskinan, ketidakmerataan ekonomi, penyalahgunaan
kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang lain,
suap-menyuap, dll.”
Dari penyataan ini tampak bahwa proses perjuangan untuk
menjaga eksistensi negara-bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai
cita-cita para pendiri negara-bangsa (the founding fathers),
belumlah selesai bahkan masih panjang. Oleh karena itu,
diperlukan adanya proses pendidikan dan pembelajaran bagi warga
negara yang dapat memelihara semangat perjuangan kemerdekaan,
rasa kebangsaan, dan cinta tanah air.
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia tercatat bahwa
mahasiswa mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan
tersebut tercatat dalam peristiwa-peristiwa besar yang dimulai dari
Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928,
Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun 1945, lahirnya Orde Baru
tahun 1996, dan Reformasi tahun 1998. Tidak dapat dipungkiri
bahwa dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil
di depan sebagai motor penggerak dengan berbagai gagasan,
semangat dan idealisme yang mereka miliki. Peran penting
mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik yang
mereka miliki, yaitu: intelektualitas, jiwa muda, dan idealisme.
Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang
penuh semangat, dan idealisme yang murni telah terbukti bahwa
mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan
bangsa ini telah terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting
sebagai agen perubahan (agent of change).
Dalam konteks gerakan anti-korupsi mahasiswa juga diharapkan
dapat tampil di depan menjadi motor penggerak. Mahasiswa
didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:
intelegensia, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki

198
tersebut mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan,
mampu menyuarakan kepentingan rakyat, mampu mengkritisi
kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu menjadi watch dog
lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi pada dasarnya
dapat dibedakan menjadi empat wilayah, yaitu: di lingkungan
keluarga, di lingkungan kampus, di masyarakat sekitar, dan di
tingkat lokal/nasional. Lingkungan keluarga dipercaya dapat
menjadi tolok ukur yang pertama dan utama bagi mahasiswa untuk
menguji apakah proses internalisasi anti korupsi di dalam diri
mereka sudah terjadi.Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti
korupsi di lingkungan kampus tidak bisa dilepaskan dari status
mahasiswa sebagai peserta didik yang mempunyai kewajiban ikut
menjalankan visi dan misi kampusnya. Sedangkan keterlibatan
mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di masyarakat dan di tingkat
lokal/nasional terkait dengan status mahasiswa sebagai seorang
warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan masyarakat lainnya.
Dengan demikian , strategi pemberantasan korupsi terdapat 3 (tiga)
unsur utama, yaitu: pencegahan, penindakan, dan peran serta
masyarakat. Pencegahan adalah seluruh upaya yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif. Pencegahan juga
sering disebut sebagai kegiatan Anti-korupsi yang sifatnya
preventif. Penindakan adalah seluruh upaya yang dilakukan untuk
menanggulangi atau memberantas terjadinya tindak pidana
korupsi. Penindakan sering juga disebut sebagai kegiatan Kontra
Korupsi yang sifatnya represif. Peran serta masyarakat adalah
peran aktif perorangan, organisasi kemasyarakatan, atau lembaga
swadaya masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi. Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah
dengan sadar melakukan suatu Gerakan Anti-korupsi di
masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang bertujuan
untuk menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat.
Dengan tumbuhnya budaya antikorupsi di masyarakat diharapkan
dapat mencegah munculnya perilaku koruptif. Gerakan Anti
Korupsi adalah suatu gerakan jangka panjang yang harus
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu

199
pemerintah, swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah peran
mahasiswa sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat
sangat diharapkan. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, pada
dasarnya korupsi itu terjadi jika ada pertemuan antara tiga faktor
utama, yaitu: niat, kesempatan dan kewenangan. Niat adalah unsur
setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu manusia,
misalnya perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang.
Sedangkan kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada.
Sementara itu, kewenangan yang dimiliki seseorang secara
langsung memperkuat kesempatan yang tersedia. Meskipun
muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi tidak diikuti oleh
kewenangan, maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan demikian,
korupsi tidak akan terjadi jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat,
kesempatan, dan kewenangan tidak ada dan tidak bertemu.
Sehingga upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya
untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga faktor
tersebut.
“PENS dituntut mampu menyiapkan tenaga kerja terampil
untuk mengisi keperluan pembangunan, mengubah status
mahasiswa dari status beban menjadi aset bangsa. PENS
berpendirian bahwa sumber daya manusia tidak boleh dianggap
sebagai pelengkap semata, tetapi harus menjadi kekuatan utama
bagi industri.”

200
Daftar Pustaka

Astawa, I Putu Ari. 2017. Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik


Indonesia: Universitas Udayana.
Astuti Buchari, Sri. 2014. Kebangkitan Etnis Menuju POLITIK
IDENTITAS. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Astawa, I Putu Ari. 2017. Demokrasi Indonesia. Universitas
Udayana.
Atmadja, I Dewa Gede. 2015. Teori Konstitusi & Konsep Negara
Hukum. Malang: SETARA Press.
Ayunita, Khelda, dan Abdul. 2016. Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Azra Azyumardi. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan (civic
education) Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi.
Jakarta: Kencana.
Badrun, Ubedilah. 2016. SISTEM POLITIK INDONESIA Kritik
dan Solusi Sistem Politik Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Denny Setiawan. 2016. Ilmu Kewarganegaraan. Medan: Larispa
Indonesia.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016.
Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Ristekdikti.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016.
Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Ristekdikti.
Firdiansyah, Nani, dkk. 2016. Jurnal HAM Komisi Nasional Hak
Asasi manusia. Jakarta: Komnas HAM.
Ferrijana, KIS. 2015. Modul Wawasan dan Nilai-Nilai Dasar Bela
Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.
Fuady, Munir. 2009. Teori Negara Hukum Modern. Bandung:
Refika Aditama.
Hurri, Ibnu dan Asep Munajat. 2016. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN (Panduan Untuk Mahasiswa, Pendidik
dan Masyarakat Secara Umum. Jakarta: CV. Nuran
Judli, Fajlurrahman. 2016. Teori Negara Hukum. Jakarta: Setara
Press

201
Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2016. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Paradigma.
Kaelan dan Zubaidi, Ahmad. 2016. Pendidikan
Kewarganergaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Kemendikbud RI. 2011. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan
Tinggi/Anti Korupsi. Jakarta: Kemendikbud.
Kemhan RI. 2017. WIRA Edisi Khusus Bela Negara. Jakarta:
Puskom Publik Kemhan.
Kusrahmadi, SD. 2014. Pentingnya Wawasan Nusantara dan
Integrasi Nasional. 1(1):1-13
Manan, Bagir. 2016. Pers, Hukum, dan Hak Asasi Manusia.
Jakarta: Dewan Pers.
Miftah, Ali. 2014. Penafsiran ayat-ayat korupsi menurut Tafsir
Ibnu Katsir dan Hamka.
Muhtad, ML. 2017. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi
Indonesia. Jakarta: Prenada Media
Munajat, Asep. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:
CV Arfino Raya
Nurhaidah, M. Insya Musa. 2015. Dampak Pengaruh Globalisasi
Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia. Banda Aceh: Universitas
Syiah Kuala.
Nuwardani, Paristiyanti. 2016. Buku ajar mata kuliah wajib umum
Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Ristekdikti.
Paristiyanti dkk. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Paristiyanti dkk. 2016. Pendidikan Pancasila. Jakarta: Dirjen
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi
dan Pendidikan Tinggi.
Pasaribu Payerli. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan:
Unimed Press.
Pattimura, Khelda, dan Abdul. 2016. Hukum Tata Negara
Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Priyono, Juniawan dan Purnomo Yusgiantoro. 2017. Geopolitik,
Geostrategi, Geoekonomi. Bogor: Universitas Pertahanan.
202
Prof. Dr. H. Kaelan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
perguruan tinggi. Yogyakarta. Paradigma.
Pureklolon, Thomas T. 2017. NASIONALISME Supremasi
Perpolitikan Negara. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Puskom Publik Kemhan. 2017. Kewaspadaan Nasional, Bela
Negara Dan Integrasi Nasional. Jakarta
Pasaribu, Rowland Bismark.F. Kewarganegaraan.
RISTEKDIKTI. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi
Ruslina.2017. Pendidikan Kewarganegaraan. Pontianak: IAIN
Pontianak Press.
Singgih Tri Sulistiyono. 2018. Nasionalisme, Negara-Bangsa, Dan
Integrasi Nasional Indonesia: Masih Perlukah?. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Sukemi. 2016. Memacu mutu, Peduli inovasi. Surabaya: Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya.
Sulaiman, Asep. 2015. Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan. Bandung: CV Arfino Raya.
Sulaiman. 2016. Pendidikan Kewarganeraan untuk Perguruan
Tinggi. Banda aceh: Penerbit Pena.
Sumbu, Telly. 2016. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Syaifullah, Chavchay. 2009. Generasi Muda Menolak Kemiskinan.
Klaten: Cempaka Putih.
Winarno. 2015. Paradigma Baru Pendidikan Kewaarganegaraan.
Jakarta: Bumi Aksara
Yasin Johan. 2016. Hak azasi manusia dan hak serta kewajiban
warga negara dalam hukum positif Indonesia. 1(3)1-18.

203
Tim Penyusun

Bab 1
Farid Nubaili (2210191018)
Muhammad Zulkifly Al Firdausy (2210191021)

Bab 2
M. Fatih A’isy (2210191013)
Furqonudin Toreh (2210191017)
Stefanus Adyan Mardhikaputra (2210191026)

Bab 3
Ryan Nala Kusuma (22010191008)
Alivia Haris (2210191028)

Bab 4
Ade imannurohma (2210191002)
Laurensius Yuda Wicaksono (2210191025)
Zaikhul Sulthon Suasono (2210191027)

Bab 5
Zacky Maulana Achmad (2210191016)
Cahyo Arissabano (2210191030)

Bab 6
Arya Andhika A. (2210191003)
Kevin Rafi Kurniawan (2210191011)
Lu’lu’ul Rihadatul Aisy (2210191022)

Bab 7
Bayu Julianto (2210191010)
Bagus Jumantoro (2210191020)

Bab 8
Vega Kurnia Garindra Wardhana (2210191004)
Soniya Jasmine Azzahra (2210191029)

204
Bab 9
Farid Abdul Aziz (2210191001)
Achmad Rafly R. (2210191024)

Bab 10
Filosofi Dwibakti (2210191006)
Ridho Fathoni Prasetya (2210191009)
Gusti Ayu Istiara Bukian (2210191014)

Bab 11
Ujang Supriyadi (2210191007)
Hamim Fadli (2210191023)

Bab 12
Rahmadillah Maulana (2210191005)
Araaf Ario Setyo Guritno (2210191019)

205
Koordinator Penyusun

Farid Nubaili (2210191018)


Stefanus Adyan Mardhikaputra (2210191026)
Ryan Nala Kusuma (22010191008)
Laurensius Yuda Wicaksono (2210191025)
Zacky Maulana Achmad (2210191016)
Kevin Rafi Kurniawan (2210191011)
Bagus Jumantoro (2210191020)
Vega Kurnia Garindra Wardhana (2210191004)
Farid Abdul Aziz (2210191001)
Gusti Ayu Istiara Bukian (2210191014)
Filosofi Dwibakti (2210191006)
Ujang Supriyadi (2210191007)
Rahmadillah Maulana (2210191005)

206

Anda mungkin juga menyukai