Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Dosen Pembimbing : Luly Triningsih, M.A.

Penyusun :

1. Ilham Tawakhal Al Auqash – 193140714111105


2. Annisa Larrassati – 193140714111095
3. Abdullah Hasan Mufid Fakhri – 193140714111097
4. Garin Dwi Rio – 193140714111108

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KOTA MALANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada penulis yang telah memberikan referensi dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 2 Oktober 2018

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
BAB II ISI ................................................................................................................................................... 3
A. Identitas Nasional ................................................................................................................. 3
B. Sumber Masalah Identitas Nasional ..................................................................................... 6
C. Dampak yang Dapat Terjadi Terhadap Kurangnya Identitas Nasional ............................... 6
D. Cara Mengembalikan Identitas Nasional ............................................................................. 8
BAB III ...................................................................................................................................................... 15
PENUTUP ................................................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15
B. Saran ................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era ini, identitas nasional merupakan suatu ciri khas yang perlu dimiliki
oleh setiap negara. Karena dengan memiliki identitas nasional, maka negara lain
dapat mengakui bahwa suatu negara tersebut dapat mempertahakan ciri khasnya,
dimana ciri khas merupakan suatu yang dipunya oleh suatu negara, namun tidak
dimiliki oleh negara lain. Hal ini membuat negara dengan ciri khas tersebut
terpandang spesial, karena jika suatu saat negara lain membutuhkan sesuatu yang
hanya dimiliki oleh suatu negara, maka negara itu dapat mendapatkannya dengan
mudah.

Identitas nasional merupakan suatu ciri khas negara dimana disetiap warganya
mengetahui akan ciri khas itu sendiri. Indonesia memiliki ciri khas berupa
Pancasila, pandangan hidup, UUD 1945, Bahasa Indonesia, lambang negara, suku
bangsa, kebudayaan, agama, sejarah. Namun sayangnya, tidak sedikit warga
negara Indonesia mengetahui akan identitas itu sendiri, bahkan tidak
menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Contohnya seperti, banyak
pelanggaran peraturan berdasarkan UUD 1945, kurangnya penerapan Pancasila di
kalangan masyarakat, diskriminasi agama, dan lain lain. Hal ini dapat berakibat
hilangnya identitas nasional perlahan lahan, dan bahkan dapat diambil oleh negara
lain.

Hilangnya identitas nasional didasari oleh kurangnya rasa peduli terhadap


negara, kurangnya aksi bela negara, nasionalisme, patriotisme, dan juga rasa
persatuan bangsa. Seiring berkembangnya zaman, identitas mulai memudar,
terlebih dengan adanya aksi terorisme, agresi militer, spionase, dan cyber crime
yang dapat menambah kehancuran suatu negara itu sendiri. Kemudian terdapat
dominasi kebudayaan luar negeri, seperti K-Pop dan juga musik musik barat yang
mendunia dan lebih diminati ketimbang karya anak bangsa.

1
Karena itu perlunya perhatian pemerintah dan kesadaran masyarakat sebagai
warga negara, untuk terus menjujung tinggi identitas nasional tanpa henti, agar
negara yang masih berkembang ini dapat terus maju hingga menjadi negara maju,
dan segala kualitas di negara ini meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu identitas nasional?
2. Apa yang menjadi sumber masalah krisis identitas nasional?
3. Apa dampak yang dapat terjadi terhadap kurangnya identitas nasional?
4. Bagaimana cara mengembalikan identitas nasional?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian identitas nasional
2. Untuk mengetahui sumber masalah krisis identitas nasional
3. Untuk mengetahui dampak yang dapat terjadi terhadap kurangnya identitas
nasional
4. Untuk mengetahui cara mengembalikan identitas nasional

2
BAB II
ISI
A. Identitas Nasional
Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan
nasional. Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati
diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain (ICCE, 2005:23). Sedangkan kata nasional (national) merupakan
identitas yang melekat pada kelompok kelompok yang lebih besar yang diikat
oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa maupun non
fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas
bangsa melahirkan tindakan kelompok (collective action yang diberi atribut
nasional) yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk organisasi atau pergerakan-
pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional (ICCE, 2005:25).

Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah


manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang
khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalamkehidupannya. Nilai-
nilai budaya yang berada dalam sebagian besarmasyarakat dalam suatu negara
dan tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang sudah
selesai dalam kebekuan normatif dandogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka
yang cenderung terus menerusberkembang karena hasrat menuju kemajuan yang
dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Implikasinya adalah bahwa identitas
nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.
Artinya, bahwa identitas nasional merupakan konsep yang terus menerus
direkonstruksi atau dekonstruksi tergantung dari jalannya sejarah.

Hal itu terbukti di dalam sejarah kelahiran faham kebangsaan (nasionalisme)


di Indonesia yang berawal dari berbagai pergerakan yang berwawasan parokhial
seperti Boedi Oetomo (1908) yang berbasis subkultur Jawa, Sarekat Dagang

3
Islam (1911) yaitu entrepreneur Islam yang bersifat ekstrovet dan politis dan
sebagainya yang melahirkan pergerakan yang inklusif yaitu pergerakan nasional
yang berjati diri “Indonesianess” dengan mengaktualisasikan tekad politiknya
dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dari keanekaragaman subkultur tadi
terkristalisasi suatu core culture yang kemudian menjadi basis eksistensi nation-
state Indonesia, yaitu nasionalisme.

Identitas nasional sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai
keterikatan dengan tanah air (ibu pertiwi), yang terwujud identitas atau jati diri
bangsa dan biasanya menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan
bangsa-bangsa lain, yang pada umumnya dikenal dengan istilah kebangsaan atau
nasionalisme. Rakyat dalam konteks kebangsaan tidak mengacu sekadar kepada
mereka yang berada pada status sosial yang rendah akan tetapi mencakup seluruh
struktur sosial yang ada. Semua terikat untuk berpikir dan merasa bahwa mereka
adalah satu. Bahkan ketika berbicara tentang bangsa, wawasan kita tidak terbatas
pada realitas yang dihadapi pada suatu kondisi tentang suatu komunitas yang
hidup saat ini, melainkan juga mencakup mereka yang telah meninggal dan yang
belum lahir. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa hakikat identitas
nasional kita sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai
penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta
UUD 1945, sistem pemerintahan yang diterapkan,nilai-nilai etik, moral, tradisi
serta mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di
dalam pergaulan baik dalam tatarannasional maupun internasional dan lain
sebagainya.

Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Berdasarkan pengertian yang demikian inimaka setiap bangsa di dunia ini
akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri
serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan

4
oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan
hakikat pengertian “identitas nasional” sebagaimana dijelaskan maka identitas
nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau
yang lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.

Pengertian identitas nasional menurut beberapa pakar :

1. Menurut Koenta Wibisono (2005) pengertian Identitas Nasional pada


hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nasion) dengan ciri-ciri
khas, dan dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain
dalam kehidupannya”.
2. Menurut Dean A. Mix dan Sandra M. Hawley Nation-state merupakan sebuah
bangsa yang memiliki bangunan politik seperti ketentuan-ketentuan
perbatasan teritorial pemerintah sah, pengakuan bangsa lain, dan sebagainya.
3. Menurut Koerniatmante Soepraptowiro secara hukum peraturan tentang
kewarganegaraan merupakan suatu konsekuensi lnagsung dari perkembangan
nasionalisme.
4. Berger Dalam bukunya yang berjudul “The Capitalis Revolution” era
globalisasi dewasa ini ideologi kapitalislah yang akan menguasai dunia serta
mengubah masyarakat satu persatu menjadi sistem internasional yang
menentukan nasib bangsa-bangsa dibidang sosial, politik, dan kebudayaan.
5. Fujukama Membawa perubahan ideologi partikuker keraah universal dan
kapitalismelah yang akan menguasai dunia. Dalam menghadapi proses
perubahan tersebut sangat tergantung kemampuan bangsa itu sendiri.
6. Toyanbee Ciri khas suatu bangsa yang merupakan lokal genius dalam
menghadapi tantangan dan respon. Jika tantangan besar sementara respon
kecil maka bangsa tersebut akan punah. Namun apabila tantangan kecil
sementara respon besar maka bangsa tersebut akan berkembang menjadi
bangsa yang kreatif. Kepribadian seabagai suatu identitas nasional suatu
bangsa adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu

5
sebagai urutan yang membentuk bangsa tersebut. Identitas nasional tidak
dapat dipisahkan dengan pengertian peoples character atau national identity.
Menurut Robert De Ventos dalam bukunya “The Power of Identity”, ia
mengemukakan bahwa selain faktor intensitas, teritorial, bahasa, agama serta
budaya juga harus dipahami dalam konteks arti dinamis yaitu bangsa tersebut
melakukan akselerasi dalam pembangunan termasuk proses interaksinya
secara global dengan dunia internasional.

B. Sumber Masalah Identitas Nasional

C. Dampak yang Dapat Terjadi Terhadap Kurangnya Identitas Nasional

Berbagai hal yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang


menyebabkan kurangnya identitas nasional ternyata menimbulkan berbagai
dampak negatif bagi masyarakat itu sendiri maupun untuk bangsa. Identitas
nasional merupakan suatu ciri khas bangsa dimana ciri khas tersebut tidak
dimiliki oleh bangsa lain di dunia. Namun bila masyarakat suatu bangsa itu
sendiri menganggap remeh dan berkurangnya rasa identitas nasional maka akan
timbul hal-hal sebagai berikut
1. Kebudayaan Asli Indonesia yang Semakin Tenggelam
Akhir-akhir ini budaya dan adat khas nasional kita semakin
ditinggalkan. Didalam era globalisasi seperti di zaman ini kebudayaan barat
yang masuk daan berkembang di Indonesia semakin pesat. Ini bisa kita lihat
dari banyaknya rakyat Indonesia yang meniru gaya hidup kebarat-baratan
seperti mabuk-mabukkan, dating ke tempat clubbing, menggunakan pakaian
mini,bahkan berccumbu di tempat umum seperti sudah biasa di Indonesia.
Walaupun gaya hidup tersebut tidak semuanya bernilai jelek, akan tetapi
dengan menerima dan melakukan gaya hidup barat tersebut dikarenakan
lambat laun akan menggeser budaya asli yang ada di bangsa kita.
Situasi Budaya yang dialami oleh Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Karena semakin banyak kebudayaan asli Indonesia yang
diklaim oleh negara tetangga kita yaitu Malasyia. Salah satu dari kebudayaan

6
tersebut ialah tari reog ponorogo dan tari pendet yang diklaim juga oleh
Malaysia sebagai kebudayaan mereka. Hak paten atas kebudayaan dan adat
dalam hal ini sangat berperan penting. Pemerintah dan masyarakat baru
menyadari perlunya hak paten tersebut setelah adanya klaim Malaysia
terhadap kebudayaan Indonesia.

2. Rasa Memiliki dan Mencintai akan Identitas Indonesia Menurun


“Cintailah produk dalam negeri”, itulah kalimat yang mulai
digalakkan sekarang ini seiring dengan adanya persaingan produk dengan
negara luar negeri. Masyarakat Indonesia lebih memilih produk yang berasal
dari luar negeri dibanding denganbuatan lokal. Hal ini berarti masyarakat
Indonesia mulai kehilangan rasa cinta akan tanah air dan berkurangnya rasa
nasionalisme. Sama halnya dalam hal cinta dan peduli akan identitas bangsa
sendiri. Simbol ataupun sebuah ciri yang melambangkan negara tidak begitu
diperhatikan lagi. Nilai-nilai yang terkandung didalam lambang negara yaitu
Garuda Pancasila tidak lagi diamalkan dan diterapkan sepenuhnya. Tradisi
ataupun nilai luhur dipandang sebagai sebuah produk masa lalu yang cukup
dikenang saja tanpa dipertahankan keutuhannya. Rasa malu untuk
menggunakan budaya dan produk dalam negeri akibat adanya budaya asing
yang masuk ke dalam bangsa inijuga menjadi indikator turunnya rasa
nasionalisme.

3. Mendahulukan Kepentingan Kelompok dan Menghindari Perpecahan


dalam Negeri
Munculnya berbagai kelompok dan gerakan yang memiliki tujuan
untuk memisahkan diri dari bangsa Indonesia merupakan salah satu indikator
melemahnya identitas bangsa. Keanekaragaman suatu bangsa tidak bisa
dipandang sebagai pemersatu melainkan sebagai bagian-bagian yang
terpisahkan dimana memiliki kepentingan tersendiri antara yang satu dengan
yang lainnya. Salah satunya adalah mulai munculnya berbagai organisasi

7
sosial yang berkedok pada agama (FPI, MMI, dan Organisasi Aliran
Islam/Mahdi), Selain berkedok pada agama organisasi juga berkedok pada
etnis contohnya adalah (FBR dan Laskar Melayu). Akibatnya, sering terjadi
konflik kepentingan antar berbagai kelompok tidak jarang juga kelompok
tersebut terjadi gesekan sehingga berakhir dengan kekerasan.

4. Lupa Sejarah Bangsa Indonesia


Salah satu faktor integrasi bangsa Indonesia salah persamaan rasa
senasib dan sepenanggungan serta rasa seperjuangan di masa lalu ketika
mengalami masa penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental
ataupun fisik. Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan suatu reaksi dari
yang ditekan. Sehingga akan hal itu akan muncul suatu kesadaran ingin
memperjuangkan kemerdekaan. Dengan kesadaran tersebut, maka
keberagaman suku atau golongan yang ada di Indonesia ini tidak
dipermasalahkan. Semuanya elemen bangsa Indonesia bersatu, berjuang untuk
kemerdekaan sehingga terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika. Tetapi seiring berjalannya
waktu, hal tersebut mulai dilupakan oleh masyarakat. Masyarakat Indonesia
kebanyakan sekarang ini tidak menganggap penting nilai sejarah masa lalu
bangsa Indonesia tersebut dan terlena dengan kenikmatan yang dirasakan.
Padahal Negara Indonesia terbentuk melalui perjuangan keras para pahlawan
dan seharusnya identitas negara ini dijaga dan juga dipertahankan.

D. Cara Mengembalikan Identitas Nasional


Identitas dapat diartikan sebagai ciri, tanda atau jatidiri, sedangkan “nasional”
dalam konteks ini berarti kebangsaan. Dengan demikian, identitas nasional dapat
diartikan sebagai jatidiri nasional atau kepribadian nasional. Jatidiri nasional
suatu bangsa tentu berbeda dengan jatidiri bangsa lain. Ini disebabkan oleh
perbedaan latar belakang sejarah, kebudayaan, maupun geografi. Jatidiri nasional
bangsa Indonesia terbentuk karena rakyat Indonesia memiliki pengalaman sejarah

8
yang sama. Pengalaman sejarah yang sama itu dapat menumbuhkan kesadaran
kebangsaan yang kemudian pada ujungnya melahirkan identitas nasional.
Lahirnya identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari dukungan
faktor objektif, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan geografis-ekologis dan
demografis; dan faktor subjektif, yaitu faktor-faktor historis, politik, sosial dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa itu. Robert de Ventos, sebagaimana dikutip
Manuel Castells mengemukaan teori tentang munculnya identitas nasional
sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer,
faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif.

Akibat dari pada adanya hubungan ini dapat atau tidak suatu bangsa
mempertahankan kebudayaanya tergantung pada kebudayaan asing mana yang
lebih kuat maka kebudayaan asli dapat bertahan lebih kuat. Sebaliknya apabila
kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing maka lenyaplah
kebudayaan aslidan terjadi budaya jajahan yang sifatnuya tiruan.

Kita tidak dapat pula mengingkari sifat pluralistik bangsa kita sehingga perlu
pula memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan sukubangsa dan
kebudayaan agama yang dianut oleh warganegara Indonesia. Dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan sukubangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama
dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarnai perilaku dan
kegiatan kita. Berbagai kebudayaan itu berseiringan, saling melengkapi dan saling
mengisi, tidak berdiri sendiri-sendiri, bahkan mampu untuk saling menyesuaikan
(fleksibel) dalam percaturan hidup sehari-hari.

Dalam konteks itu pula maka ratusan suku-sukubangsa yang terdapat di


Indonesia perlu dilihat sebagai aset negara berkat pemahaman akan lingkungan
alamnya, tradisinya, serta potensi-potensi budaya yang dimilikinya, yang
keseluruhannya perlu dapat didayagunakan bagi pembangunan nasional. Di pihak
lain, setiap sukubangsa juga memiliki hambatan budayanya masing-masing, yang
berbeda antara sukubangsa yang satu dengan yang lainnya. Maka menjadi tugas
negaralah untuk memahami, selanjutnya mengatasi hambatan-hambatan budaya

9
masing-masing sukubangsa, dan secara aktif memberi dorongan dan peluang bagi
munculnya potensi-potensi budaya baru sebagai kekuatan bangsa.

Banyak wacana mengenai bangsa Indonesia mengacu kepada ciri pluralistik


bangsa kita, serta mengenai pentingnya pemahaman tentang masyarakat Indonesia
sebagai masyarakat yang multikultural. Intinya adalah menekankan pada
pentingnya memberikan kesempatan bagi berkembangnya masyarakat
multikultural itu, yang masing-masing harus diakui haknya untuk
mengembangkan dirinya melalui kebudayaan mereka di tanah asal leluhur
mereka. Hal ini juga berarti bahwa masyarakat multikultural harus memperoleh
kesempatan yang baik untuk menjaga dan mengembangkan kearifan budaya lokal
mereka ke arah kualitas dan pendayagunaan yang lebih baik.

Kelangsungan dan berkembangnya kebudayaan lokal perlu dijaga dan


dihindarkan dari hambatan. Unsur-unsur budaya lokal yang bermanfaat bagi diri
sendiri bahkan perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat menjadi bagian dari
kebudayaan bangsa, memperkaya unsur-unsur kebudayaan nasional. Meskipun
demikian, sebagai kaum profesional Indonesia, misi utama kita adalah
mentransformasikan kenyataan multikultural sebagai aset dan sumber kekuatan
bangsa, menjadikannya suatu sinergi nasional, memperkukuh gerak konvergensi,
keanekaragaman.

1. Mengusung Kembali Identitas Budaya


Setelah diamandemen, pasal 32 berubah menjadi 2 ayat. Ayat (1)
berbunyi: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kekebasan masyarakat dalam memelihara
dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”

Jika ayat (1) ini dirinci, ada 3 potongan makna yang terkandung di
dalamnya. Pertama, “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia….”.
Potongan kalimat kedua berbunyi,”…di tengah peradaban dunia…”, penegasan
bahwa kebudayaan Indonesia adalah bagian dari kebudayaan dan perdaban

10
dunia. Potongan kalimat ketiga, “….dengan menjamin kebebasan masyarakat
untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya” merupakan
cerminan pemenuhan kehendak tentang perlunya kebebasan dalam
mengembangkan nilai budaya masing-masing suku bangsa. Ayat (2) berbunyi,
“Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional”, ini berarti bahwa masalah bahasa (daerah) sudah dengan
sendirinya merupakan salah satu kekayaan (bagian) dari kebudayaan bangsa.

Jaminan seperti yang tertuang dalam kedua ayat tersebut sudah


semestinya menjadi kekuatan dan semangat bagi anak bangsa, khususnya
pemerintah secara institusional selaku pengambil kebijakan. Namun demikian,
untuk menyelamatkan identitas budaya bangsaa kita memerlukan lebih dari
sekadar pernyataan semata. Bangsa ini memerlukan suatu grand strategy,
strategi besar berdimensi luas dan bervisi jauh ke depan, atas seluruh hajat
hidup dan sumberdaya, termasuk manusia, budaya, bahasa dan sejarahnya.

Pemerintah semestinya melakukan inventarisasi, kodifikasi dan


selanjutnya publikasi identitas kebudayaan secara serentak, terorganisir dan
menyeluruh. Faktanya, Indonesia hingga saat ini tidak memiliki data lengkap
mengenai identitas budaya yang tersebar di setiap daerah. Perlindungan hak
cipta terhadap seni budaya juga sangat lemah, sedangkan publikasi multimedia
secara internasional mengenai produk seni budaya masih sangat minim. Dan
yang paling parah Indonesia juga menghadapi persoalan buruknya birokrasi
pendataan hak cipta. Meskipun permohonan pendaftaran hak cipta mengenai
seni budaya sudah disampaikan, misalnya, belum tentu permohonan tersebut
segera diproses dan dipublikasikan. Sejak 2002 sampai Juni 2009, misalnya,
sudah ada 24.603 permohonan pendaftaran hak cipta bidang seni yang
disampaikan ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkum dan HAM). Namun hingga saat ini,
permohonan yang disetujui belum dipublikasikan. Hal ini juga terkait dengan
belum adanya dasar hukum formal.

11
Strategi tersebut di atas dapat pula dijabarkan dan dilengkapi dalam
bentuk langkah khusus-konkrit. Strategi yang dimaksud misalnya mendorong
pemanfaatan teknologi informasi dan perangkat-perangkatnya untuk
melakukan pendaftaran dan basis data bersama seluruh khazanah kebudayaan
nasional. Itu dengan melibatkan semua pihak se-nusantara, serta membiasakan
generasi muda menggunakan berbagai fasilitas teknologi informasi untuk
keperluan yang terkait dengan pelestarian dan apresiasi kebudayaan nasional
Indonesia. Strategi lainnya dapat berupa mendorong daya kreasi
pengembangan sains dan teknologi yang ber-inspirasi dari kekayaan yang
bersumber pada berbagai aspek kebudayaan tradisional Indonesia atau warisan
budaya bangsa (national heritage) yang sangat bhinneka bagi kemajuan
peradaban dunia, menanamkan nilai-nilai budaya lokal/nasional yang positif
dan konstruktif. Mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang terbuka maka
strategi tersebut perlu dilengkapi dengan upaya menyaring budaya asing yang
masuk melalui aktualisasi budaya.

Salah satu dimensi lain yang tidak bisa diabaikan dalam upaya
mengusung kembali khasanah identitas budaya bangsa adalah dunia
pendidikan. Karena ancaman globalisasi yang paling mendasar adalah
globalisasi budaya yang berdampingan dengan globalisasi ekonomi, maka
strategi yang harus diutamakan adalah strategi budaya yang berbasis penguatan
pendidikan. Sumberdaya manusia yang peka terhadap identitas budaya, serta
berdaya saing tiggi juga berwawasan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi,
dibangun melalui pendidikan.

Pendidikan, baik formal maupun non-formal adalah bagian dari


kebudayaan dan kebudayaan adalah sistem nilai yang kita hayati. Dalam
pandangan Daoed Joesoef kegiatan pendidikan adalah kegiatan budaya.
Melalui pendidikan yang sudah diperbarui ini, masyarakat dibantu untuk tidak
hanya menjadi sekadar pendukung budaya tetapi lebih-lebih berperan sebagai
pengembang budaya. Dalam hubungannya dengan meneguhkan identitas

12
kebudayaan, pendidikan merupakan wahana sentral dalam menerjemahkan
gagasan tersebut menjadi kenyataan perilaku yang semakin menguat dalam
masyarakat, terutama pada generasi muda.

Wacana tersebut dalam tahap implementasinya mengharuskan


pendidikan yang diterapkan bersumber dari bentuk kurikulum yang sarat
muatan atau nilai penguatan identitas budaya nasional. Ini berarti kurikulum
yang bermuatan budaya nasional akan sama antara satu daerah yang satu
dengan daerah yang lain, tetapi akan berbeda ketika menyangkut identitas
budaya lokal masing-masing. Selain membagi dan berbagi pengetahuan
mengenai adat istiadat lokal dan nasional, nilai-nilai budaya bersama juga
harus disampaikan dalam proses pendidikan yang berbasis nilai-nilai budaya
lokal dan nasional. Pengetahuan mengenai adat istiadat lokal maupun nasional
dan pemahaman mengenai nilai-nilai bersama sebagai hasil dari proses
pendidikan berbasis nilai-nilai budaya lokal dan nasional akan membentuk
manusia Indonesia yang bangga terhadap tanah airnya. Rasa kebanggaan ini
akan menimbulkan rasa cinta pada tanah airnya yang kemudian akan
mengejawantah dalam perilaku melindungi, menjaga kedaulatan, kehormatan
dan segala apa yang dimiliki oleh negaranya, dalam hal ini adalah identitas
kebudayaan nasional.

2. Mengembalikan jati diri bangsa

Mengembalikan jati diri bangsa dan Krisis identitas nasional, salah satu
alasannya adalah hasil dari budaya manajemen yang lemah. Hal ini diperkuat
oleh apresiasi rendah pelaku budaya, seniman dan penegakan hukum masih
lemah. Masalah demokratisasi, liberalisasi, HAM, tekanan ekonomi, dan
mudah dihapus artefak dan sumber-sumber budaya lain dokumen, juga
mempengaruhi krisis identitas nasional .. Masalah dalam mempertahankan
budaya nasional harus mempertimbangkan pemerintah,
kemudian Mengembalikan jati diri dan identitas yang dikenal sebagai
keragaman seni dan budaya di negara ini. Permaslahan ini, pemerintah harus

13
membuat peraturan untuk mendukung pemberdayaan budaya lokal dan
penghargaan bagi pelaku seni dan budaya. Diharapkan pemerintah sebelum
melakukan berbagai program budaya dari berbagai pembangunan, seperti
program-program utama, yakni pelaksanaan dialog terbuka, pengembangan
pendidikan multikultural, perawatan dan pembangunan tempat-tempat umum,
peningkatan penegakan hukum dan penciptaan cara yang berbeda ikatan
kebangsaan mengembalikan jati diri bangsa

Program-program pembangunan dalam nilai-nilai budaya akan


memulihkan dan membangun identitas nasional kebudayaan nasional. Ini
diikuti dengan upaya untuk memperkuat kegiatan program ketahanan budaya
nasional, memfasilitasi proses dan adaptasi budaya asing yang positif dan
produktif dan bimbingan moral. Demikian juga, program pengembangan dan
pelestarian kekayaan budaya nasional, antara lain, metode kuno melestarikan
perbaikan, menulis, pengembangan sistem informasi dan data base bidang
kebudayaan. Semuanya dibuat untuk banyak budaya di negara ini dikenal dan
dipelihara, karena rakyat Indonesia untuk tidak ‘ketinggalan’ pengakuan aset
budaya negara-negara lain.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan Mahasiswa mampu menyadari bahwa karakteristik
identitas nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), selain itu rasa nasionalisme Mahasiswa
juga diharapkan dapat meningkat setelah mengetahui pentingnya Identitas
Nasional. Penulis juga berharap makalah ini bisa tersebar luas ke masyarakat
agar masyarakat mengetahui betapa pentingnya karakteristik Identitas
Nasional dan karakteristik Nasionalisme sebagai suatu hal yang menjadi
tonggak kemajuan Bangsa Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai