Anda di halaman 1dari 21

INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan


Dosen Pengampu : ANIP SOLIHIN S.E., M.M.

Disusun oleh:
1. BAMBANG ARIANTO WIBOWO 231090500177
2. LESTARI NINGRUM 231090500290
3. ROBBI ROMANDA 231090500193
4. VLORENTY S 231090500289

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PAMULANG PSDKU SERANG
2023

1
Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan kemudahan dan kesehatan kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan sebuah makalah kelompok untuk mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan bertajuk "Indonesia Sebagai Negara Hukum" ini
Makalah yang sudah kami susun ini untuk menyelesaikan tugas dari dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah kami selesaikan
melalui kerjasama dan diskusi serta mempelajari beberapa referensi bacaan
sebagai narasumber rujukan. Makalah berikut bisa rampung berkat pihak-pihak
yang sudah membantu, khususnya dosen pengampu kami yaitu Bapak Anip
Solihin S.E., M.M. Kami pun menyadari jika isi makalah ini jauh dari sempurna
karena keterbatasan kami. Oleh sebab itu, kami harapkan adanya umpan balik
berupa kritik dan saran yang membangun agar di kemudian hari kami sanggup
makalah yang lebih maksimal.
Akhirnya, semoga makalah yang sudah kami susun bersama-sama bisa
bermanfaat bagi pembaca.

Serang, 8 Nopember 2023


Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

BAB II : RUMUSAN MASALAH DAN PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Negara Hukum ......................................................................... 3
2.2 Indonesia Sebagai Negara Hukum Dan Prinsip-Prinsipnya....................... 5
2.3 Ciri Indonesia Sebagai Negara Hukum ...................................................... 7
2.4 Hubungan Negara Hukum Dengan Hak Asasi Manusia ............................ 8
2.5 Sejarah perkembangan HAM di Indonesia ................................................ 15

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 17
3.2 Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18

ii
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran dan tanggung jawab yang
penting dalam mempersiapkan warga negara agar memiliki komitmen yang kuat
dan konsisten untuk mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia. Upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menyelenggarakan program pendidikan yang
memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui
pendidikan kewarganegaraan atau citizenship. Keluarga, tokoh-tokoh keagamaan
dan kemasyarakatan, media massa dan lembaga-lembaganya dapat bekerja sama
dan memberikan kontribusi yang kondusif terhadap tanggung jawab pendidikan
tersebut. Pendidikan Kewarganegaraan atau citizenship merupakan pendidikan
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-
kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dalam
undang-undang Dasar 1945.
Mempelajari tentang Kewarganegaraan adalah suatu hal yang wajib
diketahui oleh mahasiswa tingkat awal program studi manajemen, sebab secara
penerapan kesadaran dalam bernegara itu sangat penting diaplikasikan oleh
mahasiswa dalam hubungan sosial dengan lingkungannya. Pada kali ini kami
diberikan kesempatan untuk mempelajari mengenai “Indonesia Sebagai Negara
Hukum”, dan menyajikannya dalam makalah, hal ini menarik untuk dijadikan
pokok pembahasan karena sangat erat hubungannya dengan manajemen diri dan
lingkungan serta memperkuat patriotisme yang akan memperkuat pondasi
penegakan hukum di Indonesia yang kami jadikan rumusan masalah dan
pembahasan pada poin-poin berikut :
1. Pengertian Negara Hukum
2. Indonesia Sebagai Negara Hukum Dan Prinsip-Prinsipnya\
3. Ciri Indonesia Sebagai Negara Hukum
4. Hubungan Negara Hukum Dengan Hak Asasi Manusia
5. Sejarah perkembangan HAM di Indonesia

1
Mengenai Indonesia adalah Negara hukum, hal ini secara tegas dituangkan
dalam UUD NRI tahun 1945. Sebagai Negara hukum tentunya segala perbuatan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus diatur dengan hukum. Hukum
sebagai pranata sosial memiliki peranan penting dalam masyarakat untuk
menciptakan ketentraman, keadilan dan keamanan juga mengatur segala
perbuatan manusia yang dilarang maupun yang diperintahkan. Setiap masyarakat
memiliki kepentingan yang berbeda. Dengan banyaknya kepentingan yang
berbeda diantara masyarakat, sehinggah diperlukan hukum untuk mengatur
perbedaan kepentingan tersebut. Hukum berisi tentang yang mana harus dilakukan
dan yang mana tidak boleh dilakukan yang bersifat memaksa, mengikat dan berisi
saknsi yang tegas.
Salah satu hukum yang berlaku di indonesia adalah hukum pidana. Hukum pidana
adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara1 yang
mengadakan dasar-dasar dan mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak
boleh dilakukan, dilarang yang disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang
melakukan.

1
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 2009. Hal 12

2
BAB II : RUMUSAN MASALAH DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Indonesia Sebagai Negara Hukum


Sebagai sebuah konsep bernegara, negara hukum bukanlah sesuatu yang
baru dalam pembicaraan mengenai bagaimana negara dijalankan dan dikelola.
Sejak zaman Majapahit sudah mengenal hukum pada saat itu dipergunakan istilah
Dharmanegara atau Negara Dharma untuk menyatakan pengertian negara hukum.
Kata dharma menunjukkan bahwa negara itu mempunyai tugas kewajiban hukum
waktu itu. Jadi Indonesia negara hukum merupakan warisan dari nenek moyang
bangsa Indonesia yang sudah berabad-abad lamanya. Kewajiban negara hukum itu
dinamai Negara Dharma - Wicesa, yang merupakan peraturan hukum yang turun
temurun yang berlaku sejak zaman leluhur dan menjadi dasar bagi negara hukum
atau dharma negara. Masuk ke dalam peraturan hukum terutama hukum-hukum
kebiasaan yang berlaku dan segala peraturan agama yang menjadi pedoman hidup
bagi peraturan kesusilaan dalam negara dan masyarakat. Pengertian hukum atau
kaidah hukum tersirat dalam kata-kata bahasa Jawa- "Angger-angger dan Uger"
yang dalam bahasa Indonesia menjadi anggaran dan Ugaran (norma), (Prof. Mr.
H. Muh. Yamin, Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945 Jilid III, Th.1
2
960).
Pada abad 19 muncul gagasan tentang pembatasan kekuasaan pemerintah
melalui pembuatan konstitusi, baik secara tertulis maupun tidak tertulis,
selanjutnya diketahui tertuang dalam apa yang disebut konstitusi. Konstitusi
tersebut memuat batas-batas kekuasaan pemerintah dan jaminan atas hak-hak
politik rakyat, serta prinsip check and balances antar kekuasaan yang ada.
Pembatasan konstitusi atas kekuasaan negara ini selanjutnya dikenal dengan
istilah konstitusionalisme. Konstitusionalisme kemudian memunculkan konsep
rechstaat (dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental) atau rule of law (dari
kalangan ahli hukum Anglo Saxon (suatu identitas kelompok kebudayaan di
Inggris pada abad pertengahan awal) yang di Indonesia diterjemahkan dengan
Negara Hukum. Negara yang memiliki peran terbatas tersebut juga acap kali
dijuluki sebagai nachtwachterstaat (negara penjaga malam).
2
Sarudi, Indonesia Sebagai negara Hukum, https://e-journal.iahn-
gdepudja.ac.id/index.php/WS/article/download/290/164

3
Menjelang pertengahan abad ke-20, konsep Negara hukum formal (klasik)
yang dicirikan dengan peran negara yang terbatas digeser kearah gagasan baru
bahwa pemerintah tidak hanya menjadi nachtwachterstaat atau penjaga malam,
namun harus aktif melakukan upaya-upaya untuk membangun kesejahteraan
rakyatnya. Tugas dan peranan Negara kemudian menjadi dinamis dan meluas jauh
melewati batas-batas yang pernah diatur dalam demokrasi konstitusional abad ke-
19. Gagasan demokrasi abad 20 ini lazim disebut welvaarstaat/ welfare state
(negara kesejahteraan) atau “negara hukum material” (negara hukum modern).
Indonesia sebagai sebuah negara yang lahir pada abad ke-20, mengadopsi
konsep bernegara hukum sesuai prinsip konstitusionalisme. Hal ini dapat dilihat
dari kesepakatan (consensus) bangsa Indonesia sejak UUD 1945 sebagai
konstitusi negara Indonesia ditetapkan. Kesepakatan inilah yang pada
perkembangannya menjelma menjadi cita-cita bersama yang biasa juga disebut
falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita negara) yang berfungsi sebagai
filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa (pemersatu)
diantara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara.

4
2.2 Indonesia Sebagai Negara Hukum dan Prinsi-Prinsipnya
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut :
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechsstaat).
Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechsstaat), tidak berdasar
atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi
(hukum dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memakai sistem
Rechsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum Belanda yang
termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental. Konsepsi negara hukum Indonesia
dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat pada Pembukaan
UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang Perekonomian
Negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 Jurnal Warta Edisi : 47 Januari 2016 |
ISSN : 1829 - 7463 Universitas Dharmawangsa dan 34 UUD 1945, yang
menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian
negara dan kesejahteraan rakyat. Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar
nasional.
2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi.
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal
27 (1) UUD 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR).
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

5
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal
28 A-J UUD 1945).3
Prinsip negara hukum diterapkan di Indonesia ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3)
UUD 1945 yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sebagai
negara hukum, prinsip-prinsip tersebut harus ditegakkan dalam praktiknya demi
keberlangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3
Situs Universitas Dharmawangsa, Prinsip Negara Hukum Dalam Kehidupan Sebagai Warga
Negara, https://media.neliti.com/media/publications/290677-prinsip-negara-hukum-dalam-
kehidupan-seb-2992c1db.pdf, diakses pada 14 Oktober 2023

6
2.3 Ciri Indonesia Sebagai Negara Hukum
Dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Amandemen disebutkan, “Negara
Indonesia adalah negara hukum”. Dikaitkan dengan kalimat di atas, arti Negara
hukum tidak terpisahkan dari pilarnya yaitu kedaulatan hukum. Di samping itu
para pendiri Negara dalam membentuk pemerintahan Negara Indonesia telah
menentukan pilar lainnya, yaitu kedaulatan rakyat. Hal yang demikian
mewujudkan perpaduan integral secara komonis antara paham kedaulatan hukum
dan kedaulatan rakyat. Kemudian hal tersebut dikontradiktifkan dan dipisahkan
secara tegas antara Negara hukum pada satu pihak dan Negara kekuasaan di pihak
lain yang dapat menjelma seperti dalam bentuk diktaktur atau bentuk lainnya
semacam itu, yang tidak dikehendaki dilaksanakan di persada pertiwi ini.
Azhary berkesimpulan bahwa ciri khas Negara Hukum Indonesia ialah
unsure-unsur utamanya, yang terdiri dari :
1. Hukumnya bersumber pada Pancasila
2. Berkedaulatan rakyat
3. Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi
4. Persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan
5. Kekuasaan Kehakiman yang bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya
6. Pembentukan undang-undang oleh Presiden bersama-sama dengan
DPR
7. Dianutnya sistem MPR.
Sunaryati Hartono menambahkan bahwa Negara hukum saat ini adalah
dalam pengertian Negara hukum yang bertanggungjawab. Menurut Sunaryati,
Negara hukum yang bertanggung jawab adalah pilar keempat setelah Eksekutif,
Legislatif, dan Yudikatif. Jadi, dalam Negara hukum yang pokok adalah adanya
pembatasan kekuasaan oleh hukum, dalam arti bahwa segala sikap, tingkah laku
dan perbuatan, baik yang dilakukan oleh para penguasa Negara maupun oleh
warga negaranya berdasarkan hukum positif. Sehingga, terutama warganegaranya
terbebas dari tindakan sewenang-wenang dari para penguasa Negara.4

4
Azhary, Negara Hukum……., Op.Cit., hal. 143

7
2.4 Hubungan Negara Hukum Dengan Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah suatu hak fundemental yang dimiliki
manusia yang merekat pada seseorang dari lahir, HAM tersebut juga tidak dapat
dirampas dan dicabut keberadaannya selain itu untuk kehormatan, HAM juga
harus dihargai, dipelihara, dan dijaga oleh negara, hukum, pemerintah dan semua
orang. Hubungan antara HAM dan negara hukum sangat erat dan saling
berhubungan serta tidak dapat dipisahkan karena suatu hukum berfungsi untuk
melindungi hak asasi manusia itu, selain itu semua perilaku manusia disuatu
negara selalu berdasarkan hukum. Semua hak terikat oleh hukum dan ada bukti
bahwa hukum yang mengikatnya. Sebagai warga negara kita harus mengetahui
pentingnya hubungan HAM dengan hukum yang mengatur agar dapat terhindar
dari pelanggaran HAM.

Hubungan antara HAM dan negara hukum sangat erat dan saling
berhubungan serta tidak dapat dipisahkan karena suatu hukum berfungsi untuk
melindungi hak asasi manusia itu, selain itu semua perilaku manusia disuatu
negara selalu berdasarkan hukum. Semua hak terikat oleh hukum dan ada bukti
bahwa hukum yang mengikatnya. Perlindungan HAM dalam konteks negara
hukum Dimana negara hukum meletakkan posisi HAM sebagai harkat dan
martabat manusia yang tidak dapat diambil maupun dirampas, melainkan harus,
dihormati, diakui dan dilindungi baik dalam presepsi hukum, negara, pemerintah,
maupun sesama manusia.5
Hukum sangat berpengaruh dan penting dalam penegakan HAM, hal ini
karena hukum sebagai penunjang dan mengikat setiap orang serta memberikan
sanksi bagi yang melanggarnya, sehingga adanya hubungan antara rule of
law dengan HAM sangat jelas. Setiap individu membutuhkan hak asasinya
dengan adanya kepastian hukum. Di dalam hukum terhadapat pengaturan tentang
hak, dan dalam hak manusia tertulis perlindungan hukumnya. Jadi hubungan
keduannya berhubungan satu sama lain dan saling melengkapi. Untuk itu, kita

5
TGS. Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan, NKRI Harga
Mati, Edisi Pertama, September 2018, Rawamangun

8
harus memahami relevansi HAM dan hukum agar kita juga dapat terhindar dari
pelanggaran HAM.6
Menurut sumber dari modul mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
yang kami simak menyebutkan Seorang filsuf berkebangsaan Jerman yaitu Gustav
Radbruch, menyebutkan ada 3(tiga) hal dalam penegakan hukum, yaitu :
a. Unsur Keadilan
Keadilan merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam penegakan
hukum. Artinya polisi dan aparat penegak hukum harus bertindak adil.
Penegakan hukum yang tidak adil menimbulkan keresahan masyarakat dan
mengurangi kekuatan hukum beserta perangkatnya di masyarakat. Jika
masyarakat tidak peduli terhadap hukum, maka keamanan dan perdamaian
akan terancam, dan stabilitas nasional akan rapuh.
b. Unsur Kemanfaatan
Hukum harus memberikan manfaat untuk manusia, yang berkeadilan
untuk rakyatnya.
c. Unsur Kepastian
Penegakan hukum pada hakikatnya adalah perlindungan hukum terhadap
kesewenang-wenangan. Andaikan seseorang melanggar hukum akan
dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya di pengadilan dan akan
dihukum jika terbukti bersalah. Oleh karena itu, kepastian hukum
menjadisangatpenting.
Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa peraturan bertindak sebagai
sarana untuk menegakkan hukum substantif. Hukum hanya digunakan dalam
keadaan tertentu. Artinya, digunakan sehubungan dengan wewenang yang
diberikan kepada mereka yang memilikiaturan atau hak substantif danharus
dipatuhi oleh aturan substantif. Bagi warga negara untuk mematuhi dan
menghormati hukum, aparat hukum wajib menegakkan hukum secara jujur,
tanpatebang pilih untuk keadilan berdasarkan ke-Tuhan-an Yang Maha Esa.
Selain itu, aparat penegak hukum perlu memberikan nasihat hukum untuk
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat. Untuk melaksanakan

6
Rizkyana Tri Nandini, dkk, Relevansi Ham Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia,Jurnal
Bhineka Tunggal Ika UNSRI, Vol 8. No 1 (2021)

9
sistem aturan nasional berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, perlu tidak hanya memperbarui materi hukum,
tetapi lebih penting lagi untuk melatih aparatur penegak hukum sehingga mereka
aktif memberikan penyuluhan hukum kepada masyarakat, agar masyarakat sadar
akan hukum.
Dengan demikian, lahirlah masyarakat yang taat dan patuh pada hukum.
Negara hukum adalah negara yang menjunjung tinggi aturan yang menjamin
keadilan bagi warganya. Keadilan adalah syarat untuk membawa kesejahteraan
bagi rakyat dan negara, dan sebagai dasar keadilan, kita perlu menanamkan
moralitas agar semua manusia menjadi warga negara yang baik. Seperti dikatakan
Aristoteles, bahwa yang memerintah pada negara bukanlah manusia sebenarnya,
melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya
pemeganghukum dan menjaga keseimbangan saja. Hukum dan moral yang
menentukan apakah suatu undang-undang diundangkan sebagian didasarkan pada
kemampuan untuk menjalankan pemerintahan negara.
Friedrich Julius Stahl mengemukakan 4 (empat) unsur rechtstaats dalam
arti klasik, yaitu :
a. Adanya hak asasi manusia.
b. Trias political adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan
c. Menjalankan pemerintahan berdasarkan peraturan yang ada berdasarkan
peraturan-peraturan (wetmatigheidvanbestuur).
d. Memiliki Peradilan administrasi jika terdapat perselisihan.
Seorang jurist (ahli hukum) berkebangsaan Nederland yaitu Paul Scholten,
dalam tulisan yang kritis tentang Negara Hukum, menyebutkan 2 (dua) ciri negara
hukum.
Ciri yang pertama Negara Hukum ialah “er is recht tegenover den staat”,
artinya negara itu mempunyai hak terhadap negara, setiap individu mempunyai
hak terhadap masyarakat.
Asas ini sebenarnya meliputi segi :
a. Setiap manusia mempunyai keadaan dan suasananya sendiri, dimana asanya
terletak diluas kewenangan Negara.

10
b. Manusia diberikan batasan sesuai dengan undang – undang dan aturan yang
ada.
Dan ciri yang kedua daripada negara hukum menurut Paul Scholten berbunyi
: “er is scheiding van machten”, menurut Paul Scholten bahwa setiap Negara
memiliki pemisahan kekuasaan, yang meliputi :
a. Semua orang terikat pada undang – undang dasar dan keterikatan pada
peradilan
b. Memiliki Aturan dasar mengenai proporsionalitas (verhaltnismassingkeit)
c. Pada keputusan kekuasaan umum diawasi
d. Terjaminnya setiap hak dasar dalam peradilan
e. Undang– undang terdapat pembatasan dalam berlaku.
Konsep rechtsstaat ini menginginkan perlindungan bagi hak asasi manusia
melalui lembaga indepen adanya forum peradilan administrasi yang berdiri
sendiri. Negara anglo saxon tidak mengenal hukum, tetapi mengenal “the rule of
the law” atau pemerintahan oleh hukum (government of judiciary).
Dalam pandangan A.V. Dicey, negara hukum itu perlu memiliki 3 (tiga) hal
mendasar, yaitu :
a. Supremacy of Law
Dalam negara hukum, HAM menjadi unsur utama yang perlu ditegakkan.
Oleh karena itu, jaminan HAM di dalam konsep negara hukum harus ada,
termasuk kebebasan orang dalam menyampaikan pendapat. Jadi, konsep
negara hukum harus memasukan unsur HAM di konstitusi negaranya
b. Equality Before the Law
Semua orang dimata hukum sama. Antara pemegang kekuasaan dengan
rakyat yaitu sederajat sama dimata hukum, pemegang kekuasaan sebagai
mengatur dan menjalankan pemerintahan sedangkan rakyat yang di atur.
Jika tidak ada persamaan hukum maka pemegang kekuasaan akan
menjadi kebal hukum.
c. Human Rights
Meliputi 3 (tiga) hal pokok, yaitu :

11
1. Memiliki kemerdekaan pribadi, hak yang digunakan untuk
melakukan sesuatu yang di inginkan, dianggap baik, dan tanpa
merugikan orang lain.
2. Memiliki kemerdekaan berdiskusi, setiap orang berhak berkumpul,
berdiskusi mengeluarkan pendapatnya dan bersedia mendengarkan,
menerima, menghormati dan menghargai pendapat orang lain, tanpa
merugikan dan menimbulkan kekacauan atau bahkan memprovokasi.
3. Memiliki kebebasan mengadakan suatu kegiatan umum yang
dibatasi, agar tidak terjadi kekacauan.
Menurut hukum, hak asasi manusia merupakan faktor utama yang perlu
dilindungi. Konsep negara hukum ini menjamin hak asasi manusia, salah satunya
adalah hak atas kebebasan ber-ekspresi. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang
didapat sejak lahir. Hak ini dimiliki setiap manusia bukan diberikan oleh orang
lain atau pemegang kekuasaan, tetapi di dapat dari martabatnya sebagai manusia.
Walaupun manusia terlahir dengan berbeda beda, tetap memiliki hak. Hak ini
tidak dapat diambil oleh siapapun karena hak ini melekat pada dirinya sebagai
makhluk Tuhan dan bersifat universal.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
ditegaskan bahwa HAM merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan insan menjadi makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang harus dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat
dan martabatnya. Salah satu anggota komisi HAM diPBB, Jan Materson
mengungkapkan bahwa HAM merupakan suatu yang menyatu dalam diri
manusia, tanpa HAM manusia tidak dapat hidup layaknya manusia. Sementara
Wolhoff, mengatakan bahwa HAM merupakan sejumlah hak yang berakar dalam
tiap individu karena adanya sifat kemanusiaan. Indonesia mengakui sebagai
negara hukum, maka konsekuensinya adanya lembaga peradilan. Dimana lembaga
ini nantinya sebagai syarat suatu Negara dalam mendeklarasikan diri sebagai
Negara hukum. Lembaga ini bertugas untuk mengawasi dan melaksankan aturan-
aturan hukum dan undang – undang atau dengan kata lain indonesia Negara
hukum yang akan menegakkan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD1945.

12
Lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya Magna Charta. Ide untuk
merumuskan dalam suatu naskah internasional berangkat dari kondisi perang
dunia yang melibatkan banyak pihak di dunia ini, dimana hak asasi manusia pada
saat itu terinjak-injak. Perang dunia ke I dan ke II telah merevitalisasi HAM
menjadi wacana dunia dengan dideklerasikannya Universal Declaration of Human
Right ( pernyataan sedunia tentang HAM) pada tanggal 10 Desember 1948 oleh
negara-negara yang tergabung dalam PBB Sebelum adanya deklarasi tersebut,
sebenarnya telah lahir beberapa naskah HAM yang mendahuluinya, yang bersifat
universal dan asasi. Naskah-naskah tersebut sebagai berikut
a. Magna Charta ( Piagam Agung 1215). Suatu dokumen yang mencatat
beberapa hak yang diberikan oleh raja John dari Inggris kepada beberapa
bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus
membatasi hak raja di Inggris
b. Bill of Right ( UU Hak 1689 ) Suatu UU yang diterima parlemen Inggris,
yang merupakan perlawanan terhadap raja James III dalam suatu revolusi
yang dikenal dengan istilah “ The Glorious Revolotion of 1688 “
Declaration des Droit de I’home et ducitoyen (pernyataan hak-hak
manusia dan warganegara 1789). Suatu naskah yang dicetuskan pada
permulaan revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap rezim lama.
c. Bill of Right ( Undang-undang Hak ) Suatu naskah yang disusun oleh
rakyat Amerika pada tahun 1769, dan kemudian menjadi bagian dar
UUD 1891. Apabila dilihat dari perspektif substansi yang diperjuangkan,
sejarah perkembangan HAM di dunia dikategorikan kedalam empat
generasi Generasi pertama berpandangan bahwa substansi HAM berpusat
pada aspek hukum dan politik Pandangan ini merupakan reaksi keras
terhadap kehidupan kenegaraan yang totaliter dan fasis yang mewarnai
tahun-tahun sebelum Perang Dunia II.
Oleh karena itu muncul keinginan menciptakan tertib hukum yang baru.
Sehingga seperangkat hukum yang disepakati sarat dengan hak-hak yuridis,
seperti hak untuk hidup, hak tidak menjadi budak, hak tidak disiksa, hak
kesamaan dalam hukum, praduga tak bersalah dan sebagainya. Generasi kedua
memperluas pada aspek hak sosial, ekonomi, politik dan budaya.

13
Jadi substansi dari HAM harus secara eksplisit merumuskan juga hak-hak
sosial, ekonomi, politik, dan budaya; dan tidak sekedar hak yuridis. Generasi
ketiga mengembangkan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial budaya,
politik dan hukum dalam satu wadah yang disebut hak pembangunan.Kondisi ini
muncul sebagai reaksi atas ketidak seimbangan dalam kehidupan bermasyarakat,
dimana berbagai aspek lain diprioritaskan dan aspek hukum diabaikan. Generasi
keempat mengukuhkan keharusan imperatif dari negara untuk memenuhi hak
asasi rakyatnya.Artinya urusan hak asasi bukan urusan orang per orang, justru
merupakan tugasnegara. Generasi ini dipelopori negara-negara Asia yang pada
tahun 1983 melahirkan deklarasi hak-hak rakyat yang disebut “ Declaration of the
Basic Duties og Asian People “. Deklarasi ini lebih menekankan pada persoalan-
persoalan kewajiban asasi bukan lagi hak asasi. Karena kata kewajiban
mengandung pengertian keharusan akan pemenuhan, sementara kata hak baru
sebatas perjuangan untuk memenuhi hak.7

7
Eko Hidayat, Perlindungan Hak Asasi manusia Dalam Negara Hukum Indonesia, Jurnal Hukum
dan Ekonomi Islam, https://www.neliti.com/id/publications/56534/perlindungan-hak-asasi-
manusia-dalam-negara-hukum-indonesia

14
2.5 Sejarah perkembangan HAM di Indonesia
Sejak awal perjuangan kemertdekaan Indonesia, sudah menuntut
dihormatinya HAM. Sebagai contoh :
1. Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908
Menunjukkan kebangkitan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri
dari penjajahan bangsa lain. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928,
memperlihatkan Bangsa Indonesia menyadari haknya sebagai satu
bangsa yang bertanah air satu, dan menjunjung satu bahasa persatuan
Indonesia.
2. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang diikuti dengan
penetapan UUD 1945; dalam pembukaannya mengamanatkan “
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa.
Oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan “.
Di dalam sejarah ketatanegaraan RI, rumusan HAM secara eksplisit
dicantumkan dalam UUD RIS, UUDS, maupun UUD 1945 hasil amandemen.
Pada pelaksanakan sidang umum MPRS tahun 1966 telah ditetapkan Tap.MPRS
No.XIV/ MPRS/1966 tentang pembentukan panitia ad.Hoc. untuk menyiapkan
rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban warga negara. Hasil rancangan
panitia ad.Hoc tersebut pada sidang umum MPRS 1968 tidak dibahas, karena
lebih mengutamakan membahas masalah mendesak yang berkaitan dengan
rehabillitasi dan konsolidasi nasional setelah terjadi tragedi nasional
pemberontakan G 30 S /PKI.8
Selanjutnya pada tahun 1993, berdasarkan Kepres No. 50 tahun 1993
dibentuklah Komnas HAM. Ketika Sidang Umum MPR RI tahun 1968
perumusan tentang HAM secara rinci telah tercantum dalam GBHN. Selanjutnya
tahun 1999 lahir UU HAM no.39 tahun 1999.Sementara itu amandemen UUD
1945 yang kedua tahun 2000, rumus HAM secara eksplisit tertuang dalam UUD
1945 tepat di BAB X A, pasal 28A s/d 28 J. 4

Pengaturan tentang hak asasi manusia berdasarkan Undang-Undang Nomor


39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi mencakup hak-hak sebagai berikut :

15
1. Hak untuk hidup
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
3. Hak mengembangkan diri
4. Hak memperoleh keadilan
5. Hak atas kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman
7. Hak atas kesejahteraan
8. Hak turut serta dalam pemerintahan
9. Hak wanita
10. Hak anak
Pengaturan tentang hak asasi manusia setelah amandemen UUD 1945 diatur
secara rinci dalam Pasal 28 A sampai dengan 28 J. Berdasarkan ketentuan
tersebut, bahwasannya tidak ada satupun hak asasi manusia di Indonesia yang
bersifat mutlak dan tanpa batas,. Hak asasi manusia bukanlah hak yang absolute.
Dalam pelaksanaannya dibatasi oleh hak orang lain, moral, keamanan, dan
ketertiban. Oleh karena itu, dalam hak asasi manusia dikenal juga adanya
kewajiban dasar mnusia. Dengan demikian, pelaksanaan hak asasi seseorang dan
segenap elemen masyarakat hendaknya dapat menghormati hak asasi orang lain,
sebagimana telah diatur dalam UUD 19458.

8
Tenang Haryanto, dkk., Pengaturan Tentang Hak Asasi Manusia Berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 Sebelum Dan Setelah Amandemen,
https://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/download/54/219

16
BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia adalah Negara hukum yang berkedaulatan rakyat dan merupakan


Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Keputusan Konstitusi Indonesia untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara hukum bukan suatu hal yang mudah,
melalui banyak perjalanan dan pertimbangan, pengamatan sejarah dan menilik
penerapan dari negara lain, serta harus harus memenuhi konsep negara hukum
pada umumnya didunia yaitu sebagai negara berdasarkan konstitusional,
menganut asas demokrasi, mengakui dan melindungi hak asasi manusia, serta
peradilan yang bebas dan tidak memihak.

3.2 Saran
Negara sebagai pembuat kebijakan baik di pusat dan di daerah harus
memperhatikan nilai-nilai prinsip Hak Asasi Manusia disetiap regulasi/peraturan
terutama yang masih mengandung unsur kesenjangan ekonomi tertentu. Hal ini
harus selaras dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dalam hal
hak warga negara dalam berbagai bidang, misalnya pendidikan dan kesehatan.
Pemerintah sebaiknya sesegera mungkin untuk memperbaiki peraturan yang
masih mengandung unsur pembedaan klasifikasi pelayanan masyarakat dalam
bidang tertentu kemudian membuat peraturan yang sinkron terhadap nilai-nilai
hak asasi manusia dan menindak dengan tegas pelaku-pelaku yang
menyalahgunakan sistem dan prosedur yang berlaku untuk kepentingan pribadi
maupun golongannya, sesuai perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

17
DAFTAR PUSTAKA

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 2009. Hal 12

Sarudi, Indonesia Sebagai negara Hukum, https://e-journal.iahn-


gdepudja.ac.id/index.php/WS/article/download/290/164

Situs Universitas Dharmawangsa, Prinsip Negara Hukum Dalam Kehidupan


Sebagai Warga Negara,
https://media.neliti.com/media/publications/290677-prinsip-negara-
hukum-dalam-kehidupan-seb-2992c1db.pdf, diakses pada 14
Oktober 2023

Azhary, Negara Hukum……., Op.Cit., hal. 143

TGS. Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan,


NKRI Harga Mati, Edisi Pertama, September 2018, Rawamangun

Rizkyana Tri Nandini, dkk, Relevansi Ham Dalam Perspektif Hukum Di


Indonesia,Jurnal Bhineka Tunggal Ika UNSRI, Vol 8. No 1
(2021)

Eko Hidayat, Perlindungan Hak Asasi manusia Dalam Negara Hukum


Indonesia, Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam,
https://www.neliti.com/id/publications/56534/perlindungan-hak-
asasi-manusia-dalam-negara-hukum-indonesia

Tenang Haryanto, dkk., Pengaturan Tentang Hak Asasi Manusia Berdasarkan


Undang-Undang Dasar 1945 Sebelum Dan Setelah Amandemen,
https://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/dow
nload/54/219

18

Anda mungkin juga menyukai