Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN DAN CIRI NEGARA HUKUM DAN MAKNA INDONESIA SEBAGAI

NEGARA HUKUM

Dosen Pengampu :
Firmansyah,MA, Dr
Disusun Oleh :
KELOMPOK VIII
NABILA ADELIA DAHLAN (030521311101)
LIA SYAHFITRI (0305213112)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil alamin, segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya serta nikmat kelapangan waktu dan Kesehatan sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah tentang pengertian dan ciri negara hukum dan makna Indonesia sebagai
negara hukum. Shalawat dan salam semoga tercurahkan dan terlimpahkan kepada baginda Nabi
Muhammad saw manusia mulia yang pernah berjalan dimuka bumi ini dan tidak ada akhlak yang
lebih agung daripada beliau. Maka sungguh, setiap perkataan beliau adalah inspirasi bagi kita dan
setiap perbuatannya adalah suatu yang harus kita teladani. Semoga kelak kita mendapatkan
syafaatnya di hari akhir. Aamiin.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas semester 2 kelas PMM 5 dari Bapak
Firmansyah,MA, Dr. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah tugas
kelompok mata kuliah kewarganegaraan .

Medan, 19 April 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….……………………………..…….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….…….…………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………...……….……………..………………………………………..……..…….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………..………………..….1
C. Tujuan Makalah…….……………………………..………………………………………………..……………..…..1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………….…….2
A. Pengertian Negara Hukum……………………………………………………..……..………………………....2
B. Ciri Negara Hukum…………………………………………………………………………………..………..…...…5
C. Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum…………………………………………………………..……..6
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………….…..7
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………..7
B. Saran………………………………………………………………………………………………….……..…………….…8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………….……...9
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mempelajari ilmu hukum sejatinya bukan hanya dilakukan oleh mahasiswa hukum dan
para praktisi atau akademisi hukum. Selain mahasiswa hukum juga perlu tahu dasar-dasar hukum
(khususnya hukum di Indonesia) sebagai landasan awal dalam memandang penegakan hukum di
masyarakat, seringkali mereka terlalu cepat menjustifikasi ketika mendengar kata hukum.
Sebelum amandemen UUD 1945, yang berbunyi bahwa “Indonesia adalah negara yang
berdasar atas negara hukum”. Sedangkan setelah dilakukannya amandemen UUD 1945 yaitu
“Negara Indosesia adalah negara hukum”. Istilah negara tersebut dimuat dalam UUD 1945 pasal
1 ayat (3). Meskipun ada perbedaan UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen pada
hakikatnya mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadikan negara Indonesia sebagai negara
hukum. Negara Indonesia adalah negara hukum. Yang dimaksud negara hukum adalah negara
yang didalamnya terdapat berbagai aspek peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan
mempunyai sanksi tegas apabila dilanggar. Negara yang kuat adalah negara yang memiliki aturan.
Aturan tersebut tentunya yang membatasi segala bentuk kewenangan-wenangan. Hingga pada
akhirnya keadilan dan keseimbangan bisa diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Segala sesuatu aktivitas selalu dipertimbangkan penuh apakah sesuai dengan peraturan
yang ada atau tidak sesuai dengan norma-norma yang ada. Adanya kesadaran sanksi dari
tindakannya apabila melanggar sebuah hukum. Dengan demikian, pemahaman tentang
Indonesia sebagai negara hukum bagi mahasiswa sangatlah penting. Dengan hal tersebut
mahasiswa semakin memahami dasar-dasar dari sumber hukum yang ada di Indonesia sebagai
negara hukum serta landasan hukum yang dipakai di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian negara hukum?
2. Sebutkan ciri negara hukum?
3. Sebutkan makna Indonesia sebagai negara hukum!

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui pengertian negara hukum
2. Untuk mengetahui ciri negara hukum
3. Untuk mengetahui makna Indonesia sebagai negara hukum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum


Secara etimologis, istilah negara hukum atau negara berdasar atas hukum merupakan
istilah yang berasal dari bahasa asing, seperti ”rechtstaat” (Belanda), ”etet de droit” (Prancis),
‖the state according to law, ”legal state”, ”the rule of law” (Inggris). Di Indonesia istilah negara
hukum sudah dipergunakan sejak negara ini memproklamirkan diri sebagai negara yang
merdeka. Di Indonesia sendiri istilah negara hukum sudah dikenal sejak negara menyatakan diri
sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Pernyataan negara hukum Indonesia ini dapat dilihat dalam Penjelasan Umum UUD
1945, butir I tentang Sistem Pemerintahan, yang dinyatakan bahwa: Indonesia adalah negara
yang berdasar atas hukum (rechtstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat).
Penyebutan kata rechtstaat dalam penjelasan umum tersebut menunjukkan bahwa konsep
rechtstaat memberikan inspirasi bahkan mengilhami pendirian para proklamator dan pendiri
negara Indonesia, meskipun tidak harus serta merta menyamakan antara konsep rechtstaat
dengan konsep negara hukum Indonesia. Sebab antara keduanya sangat berbeda filosofi maupun
latar belakang budaya masyarakatnya.
Konsep negara hukum pada saat ini sudah menjadi model bagi negara-negara di dunia,
bahkan dapat dikatakan hampir dianut oleh sebagian besar negara di dunia. Konsep negara
hukum telah diadopsi oleh semua negara sebagai sebuah konsep yang dianggap paling ideal.
Konsep ini semula dikembangkan di kawasan Eropa tersebut. Hakikat negara hukum pada
pokoknya berkenaan dengan ide tentang supremasi hukum yang disandingkan dengan ide
kedaulatan rakyat yang melahirkan konsep demokrasi 9.
Sebagai konsekuensi dianutnya konsep negara hukum, maka dalam setiap negara hukum
apapun tipe yang dianutnya, hukum harus menjadi dasar bagi setiap tindakan penguasa maupun
rakyatnya, hukum memiliki kedudukan tertinggi dalam negara, sedangkan dalam paham
kedaulatan rakyat, rakyatlah yang dianggap berdaulat di atas segala-galanya yang kemudian
melahirkan sistem demokrasi. Prinsip negara hukum mengutamakan norma yang dicerminkan
dalam peraturan perundang-undangan, sedangkan prinsip demokrasi mengutamakan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan10.
Di dalam negara hukum, penggunaan wewenang atau kekuasaan oleh penguasa negara
dan/atau pengauasa pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari pembatasan yang telah
ditetapkan dalam hukum, sebab penggunaan wewenang bertolak dari konsep pembagian
kekuasaan yang merupakan ciri atau karakter negara hukum. Secara konvensional, konsep
negara hukum selalu dikaitkan dengan prinsip- prinsip pemerintahan yang harus didasarkan atas
hukum dan konstitusi, adanya pembagian atau pemisahan kekuasaan negara ke dalam fungsi
yang berbeda-beda11.
Mengenai makna dari negara berdasar atas hukum, Mohtar Kusumaatmadja
menyatakan, makna terdalam dari negara berdasarkan atas hukum adalah: kekuasaan tunduk
pada hukum dan semua orang sama kedudukannya di dalam hukum12. Pemahaman demikian
membawa konsekuensi logis bahwa setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh rakyat maupun
penguasa harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum tanpa ada pengecualian
sedikitpun.
Sejarah lahirnya konsep rechtstaat adalah hasil pemikiran Immanuel Kant dan Frederich
Julius Stahl, yang kemudian dikembangkan di negara-negara Eropa Kontinental. Konsep
rechtstaat Imanuel Kant, melahirkan pemikiran tentang konsep negara hukum formil atau lazim
disebut konsep nachtwakerstaat; dalam konsep ini negara menjamin kebebasan individu sebagai
anggota masyarakat, negara tidak dipekenankan mencampuri urusan warga masyarakatnya.
Oleh karena itu, konsep rechtstaat ini disebut sebagai negara hukum liberal13. Konsep rechtstaat
dalam arti formil ini menempatkan negara hanya sebagai penjaga ketertiban masyarakat.
Pemikiran konsep rechstaat Julius Stahl sebagaimana dikutip oleh Miriam Budihardjo,
mengemukakan unsur-unsur negara hukum terdiri dari: a) diakuinya hak-hak asasi warga negara;
b) adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan negara untuk menjamin hak- hak asasi
manusia, yang biasa dikenal sebagai Trias Politika; c) pemerintahan berdasarkan peraturan-
peraturan (wetmatigheid van bestuur), dan; d) adanya peradilan administrasi dalam
perselisihan14. Peradilan administrasi ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan perlindungan
warga negara dari kemungkinan tindakan sewenang- wenang penguasa melalui pengawasan
terhadap putusan-putusan pemerintah yang menyangkut hak-hak warga negaranya.

9Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Sebagai Landasan Indonesia Baru Yang Demokratis, (Pokok Pokok Pikiran
tentang Perimbangan Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Dalam Rangka Perubahan Undang Undang
Dasar l945, Makalah, Disampaikan Dalam Seminar hukum Nasional VII, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Kehakiman RI, l999. hlm.146-147

10Ibid.

11Ibid.

12Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2002,


hlm.12

13Padmo Wahyono, Konsep Yuridis Negara Hukum Indonesia, Makalah, UI Press, Jakarta, l998, hlm., 2.

14Frederick Julius Stahl, Constitutional Government and Democracy:Theory and Practice in Europe and
America, Dalam Miriam Budihardjo, hlm.57-58.
Sedasar dengan pemikiran Stahl, D.H.M. Meuwissen sebagaimana dikutip Philipus M.
Hadjon mengemukakan bahwa Undang Undang Dasar atau konstitusi merupakan unsur yang
harus ada dalam konsep negara hukum, sebab konstitusi merupakan jaminan wadah penuangan
norma-norma dasar yang merupakan perlindungan hak-hak dasar bagi warga negara. Selanjutnya
mengenai ciri-ciri rechtstaat adalah sebagai berikut.
1. Adanya Undang Undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan-ketentuan tertulis
tentang hubungan antara penguasa dengan rakyat:
2. Adanya pembagian kekuasaan negara, yang meliputi kekuasaan pembuatan undang-undang,
yang ada di tangan parlemen, kekuasaan kehakiman yang bebas, dan pemerintah yang
mendasarkan tindakannya atas undang-undang (wetmatig bestuur);
3. Diakui dan dilindunginya hak kebebasan rakyat (vrijheidsrechten van de burger)15.
Pemikiran teori tentang negara hukum banyak dikemukakan oleh para filsuf, yang
kemudian dalam perkembangannya para ahli hukum juga merumuskan prinsip-prinsip umum
tentang negara hukum, yang kemudian dikenal dengan tujuan hukum, yaitu keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian. Para filsuf tersebut antara lain Plato yang mendasarkan suatu
negara hukum (rechtsstaatdan rule of law) pada sebuah negara yang dipimpin seorang yang
bijaksana (the philosophers) dan warga negara nya tediri atas kaum filosof yang bijak (perfect
guardians); militer dan tehnokrat (auxiliary guardians); petani dan; pedagang (ordinary people)16
. Selanjutnya dalam kurun waktu ratusan tahun bentuk konkret negara hukum diformulasikan
oleh para ahli ke dalam rechsstaat dan rule of law yang merupakan gagasan konstitusi untuk
menjamin hak asasi dan pemisahan kekuasaan.
Menurut Scheltema, rechtsstaat adalah teori negara hukum yang berlaku di negara Eropa
Kontinental, adalah a) kepastian hukum; b) persamaan; c) demokrasi; d) pemerintahan yang
melayani umum.17 Persamaan atau equal atau equality artinya persamaan hak bagi setiap orang,
memberi kepada setiap orang apa yang menjadi bagiannya, sehingga keadilan hukum dalam
suatu negara hukum yang dipahami sebagai suatu persamaan, yang melahirkan prinsip semua
orang adalah sama di hadapan hukum dan setiap orang mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Hubungan antara keadilan (justice) dengan persamaan (equality) adalah bahwa persamaan itu
merupakan unsur yang paling penting dari keadilan karena apabila ada perlakuan yang tidak
sama akan menimbulkan ketidakadilan.

15 D.H.M. Meuwissen dalam Philipus M. Hadjon, Pemerintahan Menurut Hukum,hlm 77.

16Deddy Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif, Pustaka Setia,
Bandung, 2007, h.165

17Ibid , h. 166
Persamaan tidak harus selalu sama, akan tetapi tergantung kondisi dan kualifikasi masing-
masing individu. Persamaan ini disebut: persamaan yang proporsional (proportionate equality),
setiap orang masuk kategori yang sama untuk suatu maksud tertentu, harus diperlakukan secara
sama pula18. Keadilan dan persamaan mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga apabila
terjadi perlakuan yang tidak sama, maka hal tersebut merupakan ketidakadilan yang serius.
H.L.A. Hart menyatakan bahwa: keadilan tidak lain dari menempatkan setiap individu yang
berhak dalam hubungan dengan sesamanya pada posisi masing-masing sama atau sebaliknya
masing-masing tidak sama, dapat dikatakan mendapat perlakuan yang sama untuk hal-hal yang
sama (equal treatment of equals).19

B. Ciri Negara Hukum


Sebagai seorang ahli hukum Anglo-Amerika, A. V. Dicey memperkenalkan tiga ciri penting
setiap negara hukum, yaitu :11
1. Supremasi hukum (supremacy of law), dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum. Adanya pengakuan
normatif dan empirik terhadap prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah
diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Pengakuan normatif mengenai
supremasi hukum terwujud dalam pembentukan norma hukum secara hirarkis yang
berpuncak pada supremasi konstitusi. Sedangkan secara empiris terwujud dalam perilaku
pemerintahan dan masyarakat yang mendasarkan diri pada aturan hukum.
2. Persamaan kedudukan dihadapan hukum (equality before the law), baik bagi rakyat biasa
maupun bagi pejabat. Setiap orang adalah sama kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan. Segala sikap dan tindakan diskriminatif adalah sikap dan tindakan
terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan sementara untuk
mendorong mempercepat perkembangan kelompok tertentu (affirmative action).
3. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang dan keputusan-keputusan
pengadilan.

18Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, h.107

19Ibid, h. 108

8,9Satya Arinanto, Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila, dalam Agus Wahyudi (Ed.), Tim Penyusun
Buku Proceding Kongres Pancasila dalam Berbagai Perspektif, Sekretarit Jenderal Mahkamah Konstitusi,
Jakarta, 2009, hlm. 207

10Satya Arinanto, Op.cit., hlm. 211

11Moh. Mahfud MD, Op.cit., hlm.15


Agak berbeda dengan Dicey, F. Julius Stahl menyatakan ada empat elemen penting negara
hukum, yaitu :12
1) Perlindungan hak asasi manusia
2) Pembagian atau pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia.
3) Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
4) Peradilan tata usaha negara.

C. Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum


Negara Indonesia adalah negara hukum, yang dimaksud negara hukum adalah negara
yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada
kekuasaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel).1
Negara Indonesia memiliki lembaga-lembaga penegak hukum yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, guna untuk memudahkan dalam mewujudkan negara yang aman, adil, dan
sejahtera. Didalam penegakan hukum setiap negara yang menganut paham negara hukum,
terdapat tiga prinsip dasar, yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan di hadapan
hukum (equality before the law), dan penegakan hukum dengan cara yang tidak bertentangan
dengan hukum (due process of law).2
Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum nasional Indonesia
harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya mampu menyerap,
menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan
fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat.Adaptif, artinya mampu menyesuaikan
dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya selalu
berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan
kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan
dogmatika.Hukum dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota
masyarakat.3

12Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana
Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang, 2004,hlm. 2

1Penjelasan Pasal 1 Ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2014, Sekretariat Jendral MPR RI, Cetakan
Ketigabelas, Jakarta, hlm. 68

3http://WWW.academia.edu/8838989/Indonesia sebagai negara hukum INDONESIA SEBAGAI NEGARA


HUKUM. Diunduh Pada Hari Selasa Tanggal 22 Agustus 2017 Pukul 22.20 WIB
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Di Indonesia istilah negara hukum sudah dipergunakan sejak negara ini memproklamirkan
diri sebagai negara yang merdeka. Di Indonesia sendiri istilah negara hukum sudah dikenal sejak
negara menyatakan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Pernyataan negara hukum
Indonesia ini dapat dilihat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, butir I tentang Sistem
Pemerintahan, yang dinyatakan bahwa: Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
(rechtstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat). Penyebutan kata rechtstaat
dalam penjelasan umum tersebut menunjukkan bahwa konsep rechtstaat memberikan inspirasi
bahkan mengilhami pendirian para proklamator dan pendiri negara Indonesia, meskipun tidak
harus serta merta menyamakan antara konsep rechtstaat dengan konsep negara hukum
Indonesia. Sebab antara keduanya sangat berbeda filosofi maupun latar belakang budaya
masyarakatnya.
Sebagai konsekuensi dianutnya konsep negara hukum, maka dalam setiap negara hukum
apapun tipe yang dianutnya, hukum harus menjadi dasar bagi setiap tindakan penguasa maupun
rakyatnya, hukum memiliki kedudukan tertinggi dalam negara, sedangkan dalam paham
kedaulatan rakyat, rakyatlah yang dianggap berdaulat di atas segala-galanya yang kemudian
melahirkan sistem demokrasi. Prinsip negara hukum mengutamakan norma yang dicerminkan
dalam peraturan perundang-undangan, sedangkan prinsip demokrasi mengutamakan peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan10.
Di dalam negara hukum, penggunaan wewenang atau kekuasaan oleh penguasa negara
dan/atau pengauasa pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari pembatasan yang telah
ditetapkan dalam hukum, sebab penggunaan wewenang bertolak dari konsep pembagian
kekuasaan yang merupakan ciri atau karakter negara hukum. Secara konvensional, konsep
negara hukum selalu dikaitkan dengan prinsip- prinsip pemerintahan yang harus didasarkan atas
hukum dan konstitusi, adanya pembagian atau pemisahan kekuasaan negara ke dalam fungsi
yang berbeda-beda11.
Mengenai makna dari negara berdasar atas hukum, Mohtar Kusumaatmadja
menyatakan, makna terdalam dari negara berdasarkan atas hukum adalah: kekuasaan tunduk
pada hukum dan semua orang sama kedudukannya di dalam hukum12. Pemahaman demikian
membawa konsekuensi logis bahwa setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh rakyat maupun
penguasa harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum tanpa ada pengecualian
sedikitpun.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Apabila terdapat kesalahan mohon maaf, Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan
dipersilahkan, Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Sebagai Landasan Indonesia Baru Yang Demokratis, (Pokok Pokok Pikiran
tentang Perimbangan Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Dalam Rangka Perubahan Undang Undang
Dasar l945, Makalah, Disampaikan Dalam Seminar hukum Nasional VII, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Kehakiman RI, l999.

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung, 2002.

Padmo Wahyono, Konsep Yuridis Negara Hukum Indonesia, Makalah, UI Press, Jakarta, l998.

Frederick Julius Stahl, Constitutional Government and Democracy:Theory and Practice in Europe and
America, Dalam Miriam Budihardjo

D.H.M. Meuwissen dalam Philipus M. Hadjon, Pemerintahan Menurut Hukum.

Deddy Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif, Pustaka Setia,
Bandung, 2007

Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.

Satya Arinanto, Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila, dalam Agus Wahyudi (Ed.), Tim Penyusun
Buku Proceding Kongres Pancasila dalam Berbagai Perspektif, Sekretarit Jenderal Mahkamah Konstitusi,
Jakarta, 2009.

Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia Kontemporer, Orasi Ilmiah pada Wisuda Sarjana Hukum
Universitas Sriwijaya, Palembang, 2004.

Penjelasan Pasal 1 Ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2014, Sekretariat Jendral MPR RI, Cetakan
Ketigabelas, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai