Disusun Oleh :
YULIANDA TASYA
(0701191116)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan untuk Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugas makalah
Kewarganegaraan tentang UUD NKRI TAHUN 1945 SEBAGAI
KONSTITUSI INDONESIA. Tugas ini merupakan salah satu pemenuhan nilai
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Pada saat ini penghayatan nilai kewarganegaraan masih kurang untuk
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran akan nasionalisme
menjadi melemah. Maka sesuai tujuan pendidikan tinggi pada mulanya,
diadakanlah pendidikan kewarganegaraan. Materi wawasan nusantara yang
menjadi objek kajian penulis juga dipelajari dengan baik agar ilmu yang diperoleh
dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan
Bapak Chairul Azhar, M.Si selaku dosen pengajar mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi dan
makalah ini selesai pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar memperluas pengetahuan para pembaca
tentang UUD NKRI TAHUN 1945 SEBAGAI KONSTITUSI INDONESIA.
Harapannya, makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,kritik dan saran sangat
penulis harapkan dari dari para pembaca.
Medan, 25 April
2020
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................1
1.3 Tujuan........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konstitusionalisme.....................................................2
2.2 Konstitusi Negara .....................................................3
2.3 UUD NRI 1945 sebagai konstitusi Nasional ...............5
2.4 Sistem ketatanegaraan Indonesia .............................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................10
3.2 Saran..........................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Konstitusionalisme
2. Untuk mengetahui pengertian Konstitusi Negara
3. Untuk mengetahui UUD NRI 1945 sebagai konstitusi
Indonesia
4. Untuk mengetahui sistem ketatanegaraan Indonesia
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Suatu negara dalam proses terbentuknya tentu memilki tujuan atau yang
hendak dicapai kedepannya. Tujuan ini termasuk dalam salah satu poin penjamin
tegaknya konstitusionalisme di dalam suatu negara. Tujuan inilah yang menjadi
alat penyatu suatu negara di tengah perbedaan yang begitu bermacam-macam.
4
Kesepakatan inidi Indonesia tercermin dengan jelas dalam kelima sila Pancasila
yang menjadi dasar ideologis dalam menjalankan negara.
Sementara Jimly Asshiddiqie menguraikan, bahwa konsensus yang
menjaga tegaknya konstitusionalisme Indonesia adalah lima prinsip dasar
Pancasila, yang berfungsi sebagai landasan filosofis-ideologis dalam mencapai
dan mewujudkan empat tujuan negara. Kelima prinsip dasar tersebut adalah:
(1) ke-Tuhanan Yang Maha Esa;
(2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab;
(3)Persatuan Indonesia;
(4) Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan; dan
(5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sedangkan keempat tujuan negara yang harus dicapai meliputi:
(1) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesai;
(2) meningkatkan kesejahteraan umum;
(3) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
(4) ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.Berangkat dari konsensus yang berfungsi sebagai
landasan filosofis-ideologis itulah selanjutnya disusun konstitusi Indonesia, yang
materi muatannya merupakan cerminan dari paham konstitusionalisme yang
dianut Indonesia.
5
tindakan (kebijakan) tersebut adalah tidak konstitusional. Berbeda dengan
konstitusionalisme, yaitu suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan
jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi.
Jika kita mendengar kata konstitusi maka yang akan terpikirkan dalam benak kita
adalah Undang-Undang Dasar (UUD), yang merupakan suatu peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah dirumuskan oleh para founding peopledari suatu
negara. Di indonesia sendiri memiliki Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
yang dibuat dan disusun oleh founding people negara Indonesia dalam, yang
merupakan karya yang sangat luar biasa.Harus diakui bahwa UUD 1945 asli yang
disusun oleh para founding people merupakan hasil karya yang sangat luar biasa
bagusnya untuk ukuran zamannya. Ia mampu menggambarkan masa lalu dan
masa depan Indonesia yang dicitakan.
Pengertian konstitusi bukan hanya sekedar Undang-Undang Dasar saja, konstitusi
lebih dari sesuatu yang tertulis saja. Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan
patokan/pengangan dalam penyelenggaraan suatu negara. Konstitusi dapat berupa
suatu hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) yang terkodifikasi dan
disepakati dari hasil pencarian/penggalian nilai-nilai yang hidup di masyarakat
dalam suatu negara.
Keberadaan konstitusi sebagai hukum yang tertinggi membawakan nilai nilai
yang berkenaan dengan efektivitas berlakunya ketentuan – ketentuan yang
terdapat dalam konstitusi tersebut:
1. Nilai Normatif
Konstitusi dikatakan membawakan nilai normatif apabila konstitusi itu telah
resmi diterima oleh suatu bangsa, dan bagi mereka konstitusi itu bukan saja
berlaku dalam arti hukum tetapi juga sebagai kenyataan (reality), yang
artinya konstitusi itu bukan hanya berlaku secara formal melainkan juga
dilaksanakan dalam praktek penyelenggaraan negara.
2. Nilai Nominal
Konstitusi dikatakan membawa nilai nominal jika konstitusi itu secara
hukum berlaku tetapi kenyataannya kurang sempurna, sebab pasal-pasal
tertentu dari konstitusi tersebut dalam kenyataannya tidak berlaku dan
tergeser oleh munculnya kebiasaan ketatanegaraan.
6
3. Nilai Semantik
Suatu konstitusi mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara
hukum tetap berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk
memberikan bentuk dari temapat yang telah ada, dan dipergunakan untuk
melaksanakan kekuasaan politik. Jadi, konstitusi hanyalah sekedar istilah
saja sedangkan pelaksanaannya hanya dimaksudkan untuk kepentingan
pihak penguasa
Keberadaan konstitusi sering dibahas dalam konteks sifat yang
dibawakannya, yaitu apakah konstitusi itu rigid atau fleksibel. Rigid artinya sama
dengan kaku, sedangkan fleksibel artinya luwes. Untuk menentukan apakah
konstitusi itu rigid atau fleksibel biasanya digunakan dua macam ukuran atau
kriteria, yaitu :
1. Cara melakukan perubahan terhadap konstitusi.
2. Mudah atau tidaknya konstitusi itu menyesuaikan dengan perkembangan
jaman.
Dilihat dari cara merubah konstitusi, suatu konstitusi dikatakan rigid
apabilauntuk melakukan perubahan diperlukan cara atau prosedur yang khusus
atau istimewa yang berbeda dari prosedur perubahan undang – undang biasa.
Sedangkan dikatakan fleksibel apabila untuk melakukan perubahan tidak
diperlukan cara atau prosedur yang istimewa, jadi perubahannya layaknya
mengubah undang – undang biasa. UUD 1945 termasuk pada konstitusi yang rigid
dimana dalam perubahannya diperlukan suatu prosedur yang spesial dengan syarat
yang diharuskan sesuai yang tercantum dalam pasal 37 UUD 1945.Jika ingin
mengubah UUD 1945, sidang MPR harus dihadiri minimal dua pertiga dari
jumlah MPR.Sedangkan keputusan perubahan minimal disetujui minimal oleh dua
pertiga dari jumlah anggota yang hadir.Dan sebelum mengubahnya MPR harus
terlebih dahulu minta pendapat langsung dari rakyat.
7
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji
Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari.
Janji tersebut antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan
asia timur raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa
Indonesia dari kekuasaan pemerintah hindia belanda. Tentara Dai
Nippon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun
udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai
saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di
semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri
sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah
tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan
bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi
ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat
Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang
sampai saat kemerdekaan tiba.
Pasca kemerdekaan Republik Indonesia diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
tampak tak bisa lagi ditawar-tawar dan harus segera diformulasikan, sehingga
lengkaplah Indonesia menjadi sebuah negara yang berdaulat, tatkala UUD
1945 berhasil diresmikan menjadi konstitusi oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI, Dokuritsu Junbi Inkai).
8
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18
Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-
9 Nopember 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I, II, dan III (9 Nopember
2001 – 10 Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus
2002).
9
1. Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1945 pra-amandemen
Prinsip kedaulatan rakyat secara kelembagaan dapat diorganisasikan
melalui dua pilihan, yaitu melalui sistem pemisahan kekuasaan
(separation of power) dan pembagian kekuasaan (division of power).
Dalam konstruksi sistem ketatanegaraan, kedaulatan rakyat berdasarkan
UUD 1945 pra-amandemen dianggap terwujud penuh dalam wadah
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang ditafsirkan sebagai
lembaga tertinggi atau forum tertinggi. Dari sini, fungsi-fungsi tertentu
dibagikan sebagai tugas dan kewenangan lembaga-lembaga tinggi negara
yang ada di bawahnya, yaitu presiden, DPR, MA, dan seterusnya.
2. Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan konstitusi RIS.
Ketentuan dalam UUD 1945 menyatakan dengan jelas bahwa kedaulatan
rakyat ada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Sedangkan pasal 1 Ayat (2) UUD 1949
menentukan bahwa kekuasaan berkedaulatan Republik Indonesia Serikat
dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat dan senat. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa
pemegang kedaulatan dalam Republik Indonesia Serikat bukanlah rakyat,
tetapi negara. Jadi yang menjadi asas UUD 1949 adalah kedaulatan
negara (staatssauvereiniteit).
3. Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUDS 1950 UUDS 1950
adalah formal sebuah perubahan konstitusi RIS 1949. Sesuai dengan Pasal
1 Ayat (2) UUDS 1950 menetapkan bahwa kedaulatan Republik Indonesia
ada di tangan rakyat. Ketentuan ini berlainan dengan UUD 1945, UUDS
1950 dengan khusus menentukan bahwa kedaulatan rakyat itu dilakukan
oleh pemerintah bersama dengan DPR. Paham ini tidak terdapat dalam
konstitusi RIS.
4. Sistem ketatanegaraan Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasca
amandemen Sistem ketatanegaraan Indonesia dalam perkembangannya
mengalami perubahan yang sangat mendasar sejak adanya amandemen
UUD 1945 yang dilakukan MPR pada tahun 1999 hingga 2002. Perubahan
tersebut dilatarbelakangi adanya kehendak untuk membangun
10
pemerintahan yang demokratis dengan check and balances yang setara dan
seimbang di antara cabang-cabang kekuasaan, mewujudkan supremasi
hukum dan keadilan, serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.
Salah satu tujuan amandemen UUD 1945 adalah menata
keseimbangan (check and balances) antar lembaga negara. Hubungan
tersebut ditata sedemikian rupa agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan
pada salah satu institusi negara. Bentuk nyata dari amandemen UUD 1945
adalah perbedaan yang subtansial tentang kelembagaan negara, terutama
dalam hal kedudukan, tugas, wewenang, hubungan kerja, dan cara kerja
lembaga yang bersangkutan
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian konstitusi bukan hanya sekedar Undang-Undang Dasar saja,
konstitusi lebih dari sesuatu yang tertulis saja. Konstitusi adalah hukum dasar
yang dijadikan patokan/pengangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
Konstitusi dapat berupa suatu hukum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) yang
terkodifikasi dan disepakati dari hasil pencarian/penggalian nilai-nilai yang hidup
di masyarakat dalam suatu negara. Maka, Undang-Undang Dasar sebagai
konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan norma-norma dasar tidak tertulis yang
hidup di masyarakat sebagai kesepakatan dalam praktik penyelenggaraan negara
dapat dimasukan dalam pengertian konstitusi atau hukum dasar.
Konstitusionalisme adalah sebuah penerapan isi dari konstitusi dalam
bernegara berupa pembatasan terhadap kekuasaan, pengaturan hubungan antara
organ negara dengan warga negara, dan hubungan antara organ negara yang satu
dengan organ negara yang lain.
3.2 Saran
Demikianlah pokok bahasan contoh makalah ini yang dapat pemakalah
paparkan. Besar harapan pemakalah agar makalah ini dapat bermanfaat untuk
kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih
baik lagi di masa yang akan datang.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://vivajusticia.law.ugm.ac.id/2018/02/26/sejarah-
undang-undang-dasar-negara-republik-indonesia-tahun-
1945-sebagai-konstitusi-di-indonesia/
http://digilib.uinsby.ac.id/8699/57/Bab%202.pdf
13