Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“NEGARA HUKUM”

Dosen Pengampu: Asep Rudi Casmana, S.Pd., MA.

Disusun Oleh :

Aditya Luthfi Fatih 1705622087

Az Zahra Putri 1701622108

Regita Aida Fitri 1701622123

Tubagus Al Faric 1705622082

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II TEORI.................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Negara Hukum.....................................................................................................4
2.2 Unsur - Unsur Negara Hukum...............................................................................................5
2.3 Ciri - Ciri Negara Hukum......................................................................................................7
2.4 Prinsip - Prinsip Negara Hukum..........................................................................................12
2.5 Perkembangan Negara Hukum............................................................................................14
2.6 Indonesia sebagai Negara Hukum........................................................................................15
BAB III STUDI KASUS...............................................................................................................17
BAB IV KESIMPULAN...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20

i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata negara dapat diartikan kedalam
dua hal. Yang pertama, negara adalah sebuah organisasi yang berapa pada suatu wilayah dan
memiliki kekuasaan tertinggi secara sah serta ditaati oleh masyarakat di dalamnya. Yang kedua,
sebuah negara dapat disimpulkan sebagai kelompok sosial yang mendiami sebuah wilayah
maupun daerah tertentu yang berada di bawah lembaga politik maupun pemerintah yang efektif,
memiliki kesatuan politik, berdaulat yang memiliki tujuan nasional yang ingin dicapai oleh suatu
wilayah tersebut. Sebuah wilayah dapat dikatakan sebagai sebuah negara jika wilayah tersebut
telah memenuhi berbagai unsur yang diperlukan oleh sebuah negara di dalamnya.

Hukum secara umum berarti dapat diartikan sebagai suatu norma yang berlaku dan dibuat
oleh pejabat berwenang dan memiliki fungsi mengatur tata cara bermasyarakat demi terciptanya
ketertiban bersama serta memiliki sanksi bagi yang tidak menaati norma tersebut. Hukum di
setiap negara merupakan peraturan yang secara adat, resmi dianggap mengikat dan diresmikan
oleh penguasa negara atau pemerintah. Penciptaan hukum itu sendiri dapat dipengaruhi oleh
konstitusi, tertulis atau diam-diam, dan hak-hak yang dikodekan di dalamnya. Hukum
membentuk politik, ekonomi, sejarah, dan masyarakat dalam berbagai cara dan berfungsi sebagai
mediator hubungan antar manusia.

Setiap negara memiliki peraturan hukum yang berbeda-beda, termasuk negara Indonesia.
Sesuai dengan pasal 1 ayat 3, Indonesia merupakan negara hukum dan setiap warga negara
Indonesia harus mematuhi aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Jika ada warga negara
Indonesia yang tidak mematuhi hukum-hukum tersebut, maka akan dikenakan sanksi, bisa
berupa penjara atau membayar denda. Indonesia sebagai negara hukum berarti negara
menganggap hukum sebagai sistem terpenting dalam pelaksanaan rangkaian kekuasaan dan
kelembagaan negara. Indonesia sebagai negara hukum juga berarti bahwa seluruh warga negara
memiliki kewajiban untuk mematuhi hukum serta aturan yang berlaku di Indonesia.

Secara etimologis, istilah dari negara hukum berasal dari bahasa Belanda yaitu
rechtsstaat atau dalam bahasa Inggris bermakna the state according to law. Sederhananya,
negara hukum berarti memiliki makna negara yang menganut asas hukum yang memiliki
kedaulatannya. Konsep negara hukum di Indonesia telah diterapkan sejak Indonesia
memproklamasikan dirinya. Dalam Penjelasan Umum UUD 1945 butir I tentang Sistem
Pemerintahan, dinyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum dan bukan
berdasar atas kekuasaan belaka.

1
Pada dasarnya, negara hukum memiliki konsep the rule of law yang berarti negara dalam
menjalankan fungsinya harus berdasarkan asas hukum. Maka, setiap anggota atau yang termasuk
dalam warga negara, harus taat dan mengakui supremasi hukum itu sendiri. Namun, konsep dari
negara hukum tidak hanya terbatas pada hal tersebut. Negara hukum juga memiliki konsep
nomocracy yang secara etimologis berasal dari kata nomos yang bermakna norma dan kratien
yang memiliki arti kekuasaan. Karena itu, istilah dari nomokrasi dapat dimaknai bahwa hukum
menjadi dasar dari setiap tindakan pemerintah maupun rakyat, yang menjadi bagian dari negara
yang utuh. Hal itu memaknai bahwa yang menjadi pemimpin sesungguhnya dari negara adalah
hukum itu sendiri. Dia membawahi setiap dari elemen elemen kenegaraan.

Gagasan Negara Hukum dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu sendiri
sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra
struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial yang tertib dan teratur, serta
dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun
(law making) dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi
sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya. Untuk menjamin tegaknya konstitusi itu
sebagai hukum dasar yang berkedudukan tertinggi (the supreme law of the land), dibentuk pula
sebuah Mahkamah Konstitusi yang berfungsi sebagai ‘the guardian’ dan sekaligus ‘the ultimate
interpreter of the constitution’.

Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato dengan konsepnya “bahwa


penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik
yang disebut dengan istilah nomoi”. Kemudian ide tentang negara hukum popular pada abad ke-
17 sebagai akibat dari situasi politik di Eropa yang didominasi oleh absolutisme. Dalam
perkembangannya, paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham kerakyatan. Sebab
pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintah
diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan dan kedaulatan rakyat. Dalam
kaitannya dengan negara hukum, kedaulatan rakyat merupakan unsur material negara hukum, di
samping masalah kesejahteraan rakyat.

Ide maupun konsep negara hukum pada umumnya dimaksudkan untuk menghindari
negara atau pemerintah dari perbuatan yang sewenang - wenang. Karena bagaimanapun, bahwa
suatu pemerintahan yang tidak dikontrol dengan perangkat hukum yang tegas dan konkret akan
sangat rentan dengan berbagai bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan. Bahkan
pada era modern sekarang, dapat dikatakan bahwa suatu negara akan sangat ideal dan relevan
apabila segala rangkaian kegiatan kenegaraannya didasarkan pada mekanisme hukum yang jelas
serta tegas. Maka dari itu, dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap pembaca akan
memahami lebih dalam mengenai Negara Hukum.

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan negara hukum?


2. Apa saja unsur - unsur dari negara hukum?
3. Apa saja ciri - ciri dari negara hukum?
4. Apa saja prinsip - prinsip negara hukum?
5. Bagaimana perkembangan negara hukum?
6. Bagaimana negara hukum di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari negara hukum


2. Mengetahui unsur - unsur dari negara hukum.
3. Mengetahui ciri - ciri dari negara hukum.
4. Mengetahui prinsip - prinsip dari negara hukum.
5. Mengetahui perkembangan negara hukum.
6. Mengetahaui negara hukum di Indonesia.

3
BAB II TEORI

2.1 Pengertian Negara Hukum

Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep ‘rechtsstaat’ dan
‘the rule of law’, juga berkaitan dengan konsep ‘nomocracy’ yang berasal dari perkataan ‘nomos’
dan ‘cratos’. Perkataan nomokrasi itu dapat dibandingkan dengan ‘demos’ dan ‘cratos’ atau
‘kratien’ dalam demokrasi. ‘Nomos’ berarti norma, sedangkan ‘cratos’ adalah kekuasaan. Yang
dibayangkan sebagai faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau
hukum. Karena itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau
prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam istilah Inggris yang dikembangkan oleh A.V.
Dicey, hal itu dapat dikaitkan dengan prinsip “rule of law” yang berkembang di Amerika Serikat
menjadi jargon “the Rule of Law, and not of Man”. Yang sesungguhnya dianggap sebagai
pemimpin adalah hukum itu sendiri, bukan orang. Dalam buku Plato berjudul “Nomoi” yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “The Laws”. Jelas tergambar
bagaimana ide nomokrasi itu sesungguhnya telah sejak lama dikembangkan dari zaman Yunani
Kuno.

Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropah Kontinental dikembangkan antara


lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan menggunakan
istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat’. Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara
hukum dikembangkan atas kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”. Menurut
Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu mencakup
empat elemen penting, yaitu:

1) Perlindungan hak asasi manusia.


2) Pembagian kekuasaan.
3) Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
4) Peradilan tata usaha Negara

Negara hukum ialah negara yang menjalankan pemerintahannya berdasarkan atas


kekuasaan hukum (supermasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
Hal ini memberikan pengertian bahwa negara termasuk di dalamnya pemerintah dan lembaga-
lembaga lainya dalam melaksanakan tindakan apapun yang harus didasari oleh kepastian hukum.
Negara Indonesia menganut sistem kedaulatan rakyat, hal ini dapat ditemukan dalam Pasal 1 ayat
(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat, dilaksanakan menurut UUD ( perubahan ketiga UUD 1945).

Beberapa pengertian negara hukum menurut para ahli:

4
1) Menurut Johan Nasution, negara hukum adalah sebuah negara yang penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.

2) Menurut Jimly Asshiddiqie, negara hukum adalah bentuk negara yang unik karena
seluruh kehendak didasarkan atas hukum.

3) Menurut F.R Bothlingk, negara hukum adalah “De taat waarin de wilsvrijheid van
gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht” (negara, dimana kebebasan kehendak
pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum). Pemegang kekuasaan
dibatasi dengan “Enerzijds in een binding van rechter administatie aan de wet,
anderjizds in een begrenzing van de bevoegdheden van de wetgever”, (disatu sisi
keterikatan hakim dan pemerintah terhadap undang-undang, dan disisi lain pembatasan
kewenangan oleh pembuat undang-undang).

4) Menurut F.R Bothing, negara hukum adalah kekuasaan pemegang kekuasaan yang
dibatasai oleh hukum dalam rangka merealisir pembatasan pemegang kekuasaan tersebut,
maka diwujudkan dengan cara pembuatan undang-undang.

5) Menurut Soepomo dalam bukunya berjudul “Undang-Undang Dasar sementara Republik


Indonesia” menjelaskan bahwa negara hukum adalah istilah untuk menjamin adanya
tertib hukum dalam masyarakat yang artinya memberi perlindungan hukum pada
masyarakat. Antara hukum dan kekuasaan ada hubungan timbal balik.

6) Menurut A.Hamid S. Attamimi, negara hukum (rechstaat) secara sederhana adalah negara
yang menempatkan hukum sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan
kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya dilakukan dibawah kekuasaan hukum.

2.2 Unsur - Unsur Negara Hukum

Unsur-unsur negara hukum mempunyai kaitan yang erat dengan perkembangan sejarah
suatu bangsa dan perkembangan masyarakatnya. Karena setiap negara memiliki sejarah yang
tidak sama, maka pengertian negara hukum di berbagai negara pun akan berbeda pula isi dan
unsurnya. Namun, untuk dapat dikatakan sebagai negara hukum, ada beberapa unsur yang harus
terpenuhi. Berikut adalah unsur-unsur negara hukum:

1) Kedaulatan Hukum

Kedaulatan hukum adalah prinsip yang menyatakan bahwa semua keputusan dan
tindakan negara harus berdasarkan pada hukum yang telah ditetapkan. Hal ini berarti
bahwa hukum adalah sumber tertinggi dari otoritas negara, dan tidak ada yang berada di
atas hukum. Dalam negara hukum, kedaulatan hukum harus dijaga dan dilindungi agar
keputusan dan tindakan negara dapat dipercaya dan dihormati oleh semua pihak.

2) Pemerintahan yang Baik

5
Pemerintahan yang baik adalah unsur penting dari negara hukum. Pemerintahan
yang baik harus dapat menjamin keadilan, kesetaraan, dan keterbukaan dalam semua
tindakan dan keputusan yang diambil. Selain itu, pemerintahan yang baik juga harus
mampu memberikan perlindungan dan keamanan bagi semua warga negara.

3) Perlindungan Hak Asasi Manusia

Negara hukum harus memberikan perlindungan hak asasi manusia. Setiap orang
memiliki hak untuk diperlakukan dengan adil dan setara di depan hukum, dan hak-hak ini
harus diakui dan dilindungi oleh negara. Negara hukum juga harus memastikan bahwa
hak-hak individu tidak dilanggar oleh tindakan atau kebijakan negara.

4) Kebebasan Berpendapat

Kebebasan berpendapat adalah unsur penting dari negara hukum. Setiap warga
negara harus memiliki hak untuk menyatakan pendapat mereka tanpa takut akan adanya
penindasan atau kekerasan. Negara hukum harus mampu menjamin kebebasan
berpendapat ini agar kebebasan sipil dapat dijaga dan dilindungi.

5) Sistem Peradilan yang Independen

Sistem peradilan yang independen adalah unsur penting dalam negara hukum.
Sistem peradilan harus berfungsi secara independen dari kekuasaan eksekutif dan
legislatif. Hal ini memungkinkan sistem peradilan untuk menegakkan hukum secara adil
dan objektif, tanpa adanya tekanan atau pengaruh dari pihak lain.

6) Kepatuhan terhadap Hukum

Kepatuhan terhadap hukum adalah unsur terakhir dari negara hukum. Setiap
warga negara harus patuh terhadap hukum yang telah ditetapkan oleh negara. Negara
hukum harus mampu menegakkan hukum secara adil dan konsekuen, sehingga kepatuhan
terhadap hukum dapat dijaga dan ditingkatkan.

Dan apabila dihubungkan dengan negara hukum Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang Undang Dasar 1945, maka dapat ditemukan unsur–unsur negara hukum, yaitu

1) Adanya pengakuan terhadap jaminan hak–hak asasi manusia dan warga negara
2) Adanya pembagian kekuasaan
3) Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, pemerintah harus selalu berdasar atas
hukum yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
4) Adanya kekuasaan kehakiman yang dalam menjalankan kekuasaannya bersifat merdeka,
artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah maupun kekuasaan lainnya.

6
2.3 Ciri - Ciri Negara Hukum

Sebuah negara hukum dapat dikenali dengan adanya ciri-ciri negara hukum. Negara
hukum memiliki beberapa ciri umum di dalamnya, yaitu:

1) Sistem Ketatanegaraan yang Sistematis

Setiap lembaga yang dibentuk akan memiliki fungsi serta tugasnya masing-
masing yang bertujuan untuk membantu menjalankan pemerintahan dalam negara
tersebut. Hal ini dilakukan agar bisa sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Di Indonesia sendiri dapat dilihat adanya kelembagaan yang memiliki tugas
masing-masing seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Komisi Yudisial (KY), Mahkamah Agung (MA), dan lembaga di daerah
lainnya.

2) Hukum sebagai Acuan Segala Bidang

Negara menjadikan hukum sebagai acuan atau patokan dalam berbagai bidang
atau biasa dikenal dengan istilah supremasi hukum. Ciri negara hukum yang satu ini
adalah bentuk upaya yang menetapkan hukum dalam tempat tertinggi sebagai alat
pelindung bagi masyarakat tanpa adanya intervensi dan juga penyalahgunaan hukum
termasuk dari para petinggi negara.

3) Adanya Perlindungan dan Pengakuan Hak Asasi Manusia atau HAM

Ciri pengakuan dan perlindungan terhdap hak asasi manusia ini merupakan satu
ciri paling utama. Hak asasi manusia sendiri merupakan hak yang paling mendasar dan
juga fundamental. HAM merupakan anugerah yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang. Untuk itu HAM harus
menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sedangkan bagi mereka yang melanggar HAM akan dijatuhi
hukum secara tegas.

4) Sistem Peradilan yang Tak Memihak dan Adanya Persamaan di Hadapan Hukum

Sistem peradilan yang seperti ini meliputi para hakim dan jaksa serta juga apra
anggota administrasi peradilan yang telah ditentukan oleh hukum yang berlaku. Selain
hanya di peradilan pusat, sistem peradilan yang bebas serta tak memihak juga berlaku di
peradilan daerah. Peradilan memang harus dijalankan sesuai dengan hukum yang telah
ditentukan serta diterapkan sama. Hal ini akan menjadikan tidak adanya titik berat
sebelah antara rakyat dan para petinggi negara.

5) Adanya Pembagian Kekuasaan yang Jelas

7
Pembagian kekuasaan ini akan menjunjung tinggi nilai demokrasi. Setiap lembaga
akan memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang di mana hal ini diharapkan tidak
terjadinya tumpang tindih. Jika terjadi suatu permasalahan atau konflik, maka lembaga
yang berwenang bisa menerapkan hukum yang lebih tepat. Seperti yang telah
disampaikan oleh tokoh terkenal John Locke jika kekuasaan bisa dibedakan menjadi tiga
yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

6) Adanya Peradilan Pidana dan Perdata

Sebagai negara hukum tentunya Indonesia memiliki hukum untuk mengatur


prilaku warga negara dan penduduknya, Hukum tersebut antara lain hukum pidana,
hukum perdata, hukum agama, dan hukum negara. Peradilan pidana merupakan peradilan
yang akan mengurus tentang pelanggaran hukum yang telah menyangkut banyak orang.
Sedangkan peradilan perdata akan mengurusi pelanggaran hukum yang melibatkan
perseorangan.

7) Adanya Legalitas di Dalam Arti Sebuah Hukum Itu Sendiri

Legalitas dalam hukum adalah asas fundamental untuk bisa mempertahankan


kepastian hukum itu sendiri. Asas legalitas ini akan ditetapkan yang kemudian akan
digunakan untuk melindungi semua kepentingan individu. Legalitas juga akan
memberikan batasan wewenang bagi para pejabat negara untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka ketika mereka melakukan pelanggaran
hukum yang telah berlaku.

Menurut Albert Venn Dicey, negara hukum harus memenuhi tiga ciri-ciri berikut:

1) Supremasi Hukum (Supremacy of Law)

Supremasi hukum memiliki artian adanya pengakuan normatif dan empirik akan
prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum
sebagai pedoman tertinggi. Dalam perspektif supremasi hukum (supremacy of law), pada
hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi
konstitusi yang mencerminkan hukum yang tertinggi. Supremasi hukum bertujuan untuk
memberikan perlindungan masyarakat dari kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh
individu lainnya. Supremasi hukum juga menjadi jaminan kedudukan yang sama dalam
hukum bagi setiap warga negara. Pada akhirnya, hal tersebut dapat menciptakan
keamanan dan kenyamanan dalam berkehidupan, berbangsa, dan bernegara.

Menurut Erika Revida, dkk. (2020) dalam buku Teori Administrasi Publik, asas
supremasi hukum, yakni unsur penegakan hukum secara tegas tanpa pandang bulu dan

8
ketaatan terhadap hukum oleh masyarakat berdasarkan kesadaran. Pelaksanaan asas
supremasi hukum dapat diimplementasikan dengan beberapa langkah berikut:

1. Penyusunan serta penetapan perundang-undangan dan kebijakan publik harus


dilakukan dengan terkoordinasi, mengedepankan asas-asas transparansi,
akuntabilitas, dan perlindungan hak asasi manusia.
2. Peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik harus mengandung nilai-
nilai yang mendukung perwujudan supremasi hukum, sehingga kepastian hukum
bagi dunia usaha dan masyarakat dapat tercipta.
3. Dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik, semua
penyelenggara negara harus menjalankan tugas secara profesional, jujur, sehingga
terhindar dari korupsi, kolusi, serta nepotisme.
4. Saksi terhadap pelanggaran perundang-undangan dan kebijakan publik harus
dilaksanakan secara taat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Lembaga negara harus memastikan berfungsinya lembaga hukum, sumber daya
manusia, dan perangkat hukum agar menjamin terwujudnya penyelenggaraan
negara yang bersih serta sesuai prinsip hukum.

2) Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law)

Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan, yang
diakui secara normative dan dilaksanakan secara empirik. Dalam rangka prinsip
persamaan ini, segala sikap dan tindakan diskriminatif dalam segala bentuk dan
manifestasinya diakui sebagai sikap dan tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-
tindakan yang bersifat khusus dan sementara yang dinamakan ‘affirmative actions’ guna
mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau kelompok warga
masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga mencapai tingkat perkembangan
yang sama dan setara dengan kelompok masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih
maju.

Menurut Lukman Santoso, asas equality before the law berarti tiap warga negara
punya hak yang sama dalam memperoleh keadilan, tanpa memandang status sosialnya.
Kesamaan hak ini juga termasuk hak mendapat bantuan serta pendampingan hukum,
terutama bagi masyarakat kurang mampu, sebagai wujud jaminan keadilan bagi tiap
orang. Secara tegas, hukum tidak mengenal peraturan yang memberi perlakukan khusus
kepada mereka yang menjadi terdakwa, penggugat, atau tergugat, sehingga proses
pengadilannya menurut hukum, dan tidak membeda-bedakan orang.

Indonesia menerapkan asas equality before the law, di mana semua manusia
setara di mata hukum. Berikut ulasan sejarah equality before the law dan penerapannya
dalam undang-undang.

9
1. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 menerangkan bahwa segala warga negara sama
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah wajib menjunjung hukum tersebut
tanpa adanya pengecualian.
2. Pasal 4 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman yang menerangkan bahwa
pengadilan harus mengadili sesuai hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
3. Pasal 3 ayat (2) UU HAM menerangkan bahwa setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat
kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum.
4. Pasal 5 ayat (1) UU HAM menambahkan bahwa setiap orang diakui sebagai
manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta
perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya di depan
hukum.

3) Asas Legalitas (Due Process of Law)

Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas legalitas dalam


segala bentuknya (due process of law), yaitu segala tindakan pemerintahan harus
didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan
perundang-undangan tertulis harus ada dan berlaku lebih dulu atau mendahului tindakan
atau perbuatan administrasi yang dilakukan. Dengan demikian, setiap perbuatan atau
tindakan administrasi harus didasarkan atas aturan atau ‘rules and procedures’ (regels).

Dalam konteks hukum acara pidana di Indonesia, kita menganut atau telah
mengarah pada due Process of Law atau secara substantif mengarah ke due process
model. Hal itu setidaknya tercermin dari penerapan prinsip-prinsip yang diatur dalam
KUHAP. Prinsip-prinsip yang dimaksud meliputi, yaitu asas equality before the law, asas
presumption of innocent, dan lain sebagainya (selengkapnya Penjelasan Umum Butir 3
KUHAP). Namun begitu, haruslah diakui bahwa dalam penerapan atau implementasinya
masih lemah atau belum dapat diterapkan/dilaksanakan dengan baik. Salah satu contoh
misalnya, adanya diskriminasi dalam proses penegakan hukum. Realitasnya, penegakan
hukum di negeri ini masih “pandang bulu” melihat kedudukan politik, sosial, ekonomi
yang dimiliki oleh tersangka, dan terdakwa.

Di Indonesia, negara hukum dapat memenuhi syaratnya apabila memiliki ciri-ciri berikut.

1) Hukum secara keseluruhan bersumber dari Pancasila.

Dalam sumber tata hukum di Indonesia Pancasila dijadikan sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara sebagaimana sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

10
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kedudukan Pancasila berdasarkan teori Hans Nawiasky ada di atas UUD 1945,
artinya, Pancasila merupakan sumber hukum di Indonesia. Namun, Pancasila bukan
merupakan dasar hukum tertinggi dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Karena
dasar hukum tertinggi dalam hierarki ialah UUD 1945 sesuai Pasal 7 ayat (1) UU
12/2011. Sehingga dapat dipahami bahwa Pancasila bukan dasar hukum, melainkan
Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi atau dasar dari segala sumber hukum.

2) Berkedaulatan pada rakyat.

Makna kedaulatan rakyat adalah di mana rakyat menjadi penguasa tertinggi dalam
suatu negara. Negara-negara yang menganut konsep ini biasanya menjalankan sistem
politik demokratis, di mana setiap permasalahan diselesaikan dengan adanya pemungutan
suara atau mendengarkan aspirasi rakyat. Salah satu contoh kedaulatan rakyat adalah
proses pemilihan umum yang dilakukan untuk memilih pemimpin negara hingga daerah.
Selain itu, kedaulatan rakyat juga dapat diwujudkan dengan memberikan ruang
demokrasi langsung kepada rakyat untuk menyuarakan pendapat dan hak-haknya..

3) Sistem pemerintahan yang berdasar pada konstitusi.

Setiap negara, termasuk Indonesia, memiliki sistem yang menjadi dasar


penyelenggaraan pemerintahan. Terdapat tiga sistem pemerintahan yang banyak dianut
negara-negara di dunia, yakni presidensial, parlementer, dan sistem campuran. Adapun
Indonesia menjalankan sistem pemerintahan sesuai Undang-undang Dasar (UUD) 1945.

4) Setiap orang dijamin memiliki persamaan di depan hukum.

Akses keadilan bagi masyarakat saat ini merupakan sesuatu yang hakiki, karena
sebagaimana dicantumkan dalam konstitusi Negara (Undang - Undang Dasar 1945)
bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum yang merupakan
hak konstitusional setiap warga negara termasuk rakyat miskin. Dalam kerangka keadilan
negara harus memberikan pelayanan yang sama kepada semua warga negaranya,
termasuk untuk mendapatkan bantuan hukum.

5) Ada lembaga hukum negara yang tidak dapat diintervensi dalam pelaksanaan tugasnya.

Secara umum masyarakat menyamakan Mahkamah Agung dengan organisasi /


institusi lain di pemerintahan. Di bidang perkara, secara administrasi memang Ketua
Pengadilan yang menunjuk Majelis Hakim / Hakim tunggal yang menyidangkan perkara.
Setelah penunjukan majelis untuk menyidangkan perkara, maka kewenangan Ketua
Pengadilan sudah berakhir, dan sudah tidak boleh mencampuri urusan perkara lagi.
Apalagi Ketua Pengadilan Tingkat Banding maupun Pimpinan Mahkamah Agung sama

11
sekali tidak boleh intervensi. Oleh sebab itu apapun dan bagaimanapun putusan Hakim /
Majelis Hakim menjadi tanggung jawab mutlak Hakim / Majelis Hakim yang
bersangkutan dan tidak ada hubungan dengan Ketua Pengadilan yang bersangkutan, atau
Ketua Pengadilan Tingkat Banding maupun Pimpinan Mahkamah Agung.

6) Ada Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan lembaga pelaksana


kedaulatan rakyat oleh karena anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah
para wakil rakyat yang berasal dari pemilihan umum. MPR bukan pelaksana sepenuhnya
kedaulatan rakyat sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 ,perubahan
ketiga bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-
undang dasar.

2.4 Prinsip - Prinsip Negara Hukum

Negara hukum adalah negara yang didasarkan pada hukum sebagai sumber kekuasaan
tertinggi. Prinsip-prinsip negara hukum yang mendasar adalah sebagai berikut:

1) Supremasi hukum. Hukum merupakan sumber kekuasaan tertinggi dalam negara hukum.
Artinya, hukum harus dihormati dan ditegakkan oleh semua warga negara, termasuk
penguasa negara itu sendiri.

2) Kesetaraan di depan hukum. Setiap orang, termasuk penguasa negara, harus diperlakukan
sama di depan hukum. Tidak ada orang yang dikecualikan atau mendapatkan perlakuan
khusus karena kedudukan atau statusnya.

3) Perlindungan hak asasi manusia. Negara hukum harus melindungi hak asasi manusia
warga negaranya, seperti hak atas kebebasan, hak atas hak milik, hak atas pendidikan,
dan hak atas kesehatan.

4) Pembatasan kekuasaan negara. Negara hukum harus memiliki sistem pembatasan


kekuasaan agar pemerintah tidak menyalahgunakan kekuasaannya. Ada tiga cabang
kekuasaan dalam negara hukum yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

5) Kepastian hukum. Hukum harus jelas dan pasti. Setiap orang harus mengetahui apa yang
diperbolehkan dan dilarang oleh hukum, sehingga dapat menghindari melakukan
pelanggaran hukum tanpa disengaja.

6) Keterbukaan. Negara hukum harus terbuka dan transparan dalam segala hal, termasuk
pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan.

7) Akuntabilitas. Pemerintah harus bertanggung jawab atas setiap tindakan yang


diambilnya, termasuk jika terjadi pelanggaran hukum atau penyalahgunaan kekuasaan.

12
8) Independensi kekuasaan yudikatif. Kekuasaan yudikatif harus independen dan bebas dari
campur tangan kekuasaan lain, seperti kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam hal ini,
hakim harus dapat memutuskan berdasarkan hukum dan bukti-bukti yang ada, tanpa
adanya tekanan atau intimidasi dari pihak manapun.

9) Hukum harus dapat diakses oleh semua orang. Hukum harus dapat diakses oleh semua
orang tanpa terkecuali, termasuk oleh mereka yang tidak memiliki kekayaan, pendidikan
atau pengaruh yang besar.

10) Prinsip non-retroaktif. Prinsip non-retroaktif berarti hukum tidak berlaku surut. Artinya,
perbuatan seseorang tidak dapat dianggap melanggar hukum jika perbuatan tersebut
dilakukan sebelum adanya hukum yang melarangnya.

11) Perlindungan hak-hak minoritas. Negara hukum harus memberikan perlindungan kepada
kelompok minoritas dari diskriminasi dan perlakuan tidak adil.

12) Penghormatan terhadap hak-hak asing. Negara hukum harus menghormati hak-hak asing
dan mematuhi perjanjian internasional yang telah ditandatangani oleh negara tersebut.

13) Penegakan hukum yang efektif. Negara hukum harus memiliki sistem penegakan hukum
yang efektif dan memastikan bahwa hukum ditegakkan dengan baik tanpa pandang bulu.

14) Penghormatan terhadap hak atas kebebasan berpendapat dan beragama. Negara hukum
harus menghormati hak warga negaranya untuk berpendapat dan beragama tanpa adanya
intimidasi atau tindakan diskriminatif.

15) Perlindungan hak kebebasan pers. Negara hukum harus melindungi hak kebebasan pers
dan menjaga kebebasan pers dari tekanan atau intervensi yang tidak sah.

16) Prinsip keberlanjutan. Negara hukum harus memperhatikan prinsip keberlanjutan dalam
segala kebijakan dan tindakan yang dilakukannya, untuk menjaga keseimbangan antara
kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

17) Penghormatan terhadap hak atas privasi. Negara hukum harus menghormati hak warga
negaranya atas privasi dan melindungi data pribadi mereka dari penyalahgunaan atau
pelanggaran.

18) Perlindungan hak atas kesehatan. Negara hukum harus memberikan perlindungan dan
akses yang merata kepada seluruh warga negara terhadap layanan kesehatan yang
berkualitas.

19) Penghargaan terhadap hak atas pekerjaan dan upah yang layak. Negara hukum harus
menghargai hak warga negaranya atas pekerjaan dan upah yang layak, serta memastikan
bahwa pekerjaan yang tersedia di dalam negeri memenuhi standar yang ditetapkan.

13
20) Prinsip tanggung jawab sosial. Negara hukum harus bertanggung jawab sosial kepada
seluruh warga negaranya dan masyarakat secara umum, dan harus memastikan bahwa
tindakan yang dilakukannya tidak merugikan kepentingan masyarakat.

21) Perlindungan hak atas keamanan dan perlindungan dari ancaman. Negara hukum harus
memberikan perlindungan dan keamanan yang memadai kepada seluruh warga negaranya
dari segala bentuk ancaman atau kekerasan.

22) Prinsip keadilan sosial. Negara hukum harus memperhatikan prinsip keadilan sosial dan
memastikan bahwa kesempatan dan hak yang sama terbuka bagi seluruh warga negara
tanpa adanya diskriminasi.

Prinsip-prinsip negara hukum tersebut membentuk kerangka kerja penting yang dapat
memastikan adanya tata kelola yang baik dan stabil dalam suatu negara. Dalam praktiknya,
implementasi dari prinsip-prinsip ini dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi dan konteks
masing-masing negara. Namun, prinsip-prinsip tersebut harus selalu menjadi dasar yang
dipegang teguh untuk menciptakan negara yang demokratis, adil, dan berkeadilan bagi semua
warga negaranya.

2.5 Perkembangan Negara Hukum

Menurut Utrecht, prinsip-prinsip negara hukum berkembang sering dengan


perkembangan masyarakat dan negara. Utrecht membedakan dua macam negara hukum, yaitu:

1) Negara Hukum Formal atau Negara Hukum Klasik

Negara hukum formal merupakan negara hukum yang dapat pengesahan dari
rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan
Undang-Undang. Negara Hukum formal ini disebut negara demokrasi yang berlandaskan
hukum. Segala tindakan penguasa memerlukan bentuk-bentuk tertentu dan harus
berdasarkan undang-undang. Negara hukum formil disebut juga negara hukum yang
demokratis. Contoh dari sumber hukum formal yaitu Undang-undang, kebiasaan,
keputusan hakim, traktat, atau pendapat sarjana hukum.

Menurut Stahl, seorang sarjana Denmark, tipe negara formil harus memenuhi
empat syarat, yaitu:

1. Harus ada jaminan terhadap hak-hak asasi.

2. Adanya pemisahan kekuasaan.

3. Pemerintahan didasarkan pada undang-undang.

4. Harus ada pengendalian administrasi.

14
2) Negara Hukum Materil atau Negara Hukum yang Bersifat Modern.

Negara hukum materil merupakan perkembangan dari negara hukum formal


berdasarkan hukum materil tindakan penguasa dalam hal mendesak demi kepentingan
warga negaranya dibenarkan atau berlakunya asas opurtunitas. Negara Hukum Materiil
atau Negara Kesejahteraan (Walfare state) disebut sebagai negara hukum dalam arti yang
luas atau disebut pula sebagai negara hukum modern. Negara dalam pengertian ini bukan
saja menjaga keamanan saja tetapi secara aktif turut serta dalam dalam urusan
kemasyarakatan demi mensejahterakan rakyat. Oleh sebab itu pengertian negara hukum
dalam arti luas sangat erat hubungannya dengan pengertian negara kesejahteraan atau
(welfare state). Sumber hukum material adalah sumber hukum yang melekat pada hukum
itu sendiri. Contohnya bisa berupa nilai, norma, hingga latar belakang pembentukan
hukum.

Dalam negara kesejahteraan sekarang ini tugas negara dalam menyelenggarakan


kepentingan umum menjadi sangat luas, kemungkinan melanggar kepentingan rakyat
oleh perangkat negara menjadi sangat besar. Untuk melaksanakan semua tugas tersebut,
maka administrasi negara memerlukan kemerdekaan, yaitu kemerdekaan untuk dapat
bertindak atas inisiatif sendiri, terutama dalam penyelesaian soal-soal genting yang
timbul secara mendadak dan peraturan penyelesainnya belum ada, yang belum dibuat
oleh badan badan kenegaraan yang diserahi fungsi legislatif. Dalam hal tersebut,
administrasi negara, dipaksa untuk bertindak cepat tidak dapat menunggu perintah dari
badan-badan kenegaraan yang diserahi fungsi legislatif.

2.6 Indonesia sebagai Negara Hukum

Negara Hukum Indonesia adalah konsep bahwa kekuasaan negara harus tunduk pada
hukum dan aturan yang berlaku di Indonesia. Konsep negara hukum ini tercermin dalam Pasal 1
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
Indonesia adalah negara hukum. Artinya, keputusan pemerintah dan tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh aparat negara harus selalu didasarkan pada hukum dan tidak boleh melanggar
hak-hak dan kebebasan warga negara. Hal ini dijamin oleh adanya lembaga-lembaga negara
yang bertugas untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum, seperti Mahkamah Agung, Komisi
Yudisial, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), dan lain sebagainya.

Dalam praktiknya, Negara Hukum Indonesia juga melibatkan konsep ketidakberpihakan


atau netralitas pemerintah dalam menegakkan hukum, sehingga tidak ada yang dikecualikan dari
hukum dan semua warga negara tunduk pada hukum yang sama. Negara Hukum Indonesia juga
menjamin adanya proses pengadilan yang adil dan independen bagi warga negara yang dianggap
melanggar hukum.

15
Berikut adalah beberapa UU (Undang-Undang) penting yang mengatur hukum negara
Indonesia:

1) UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UU Dasar Negara Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1945)


adalah undang-undang konstitusional yang menetapkan dasar-dasar negara Indonesia,
termasuk hak asasi manusia, kekuasaan negara, pembagian kekuasaan antara pemerintah
pusat dan daerah, dan hubungan antara negara dan rakyat.

2) UU Tentang Hukum Acara Perdata

UU Tentang Hukum Acara Perdata (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020)


adalah undang-undang yang mengatur tata cara dalam penyelesaian sengketa perdata di
pengadilan. UU ini menetapkan prosedur yang harus diikuti dalam proses persidangan,
termasuk proses banding dan kasasi.

3) UU Tentang Hukum Acara Pidana

UU Tentang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981)


adalah undang-undang yang mengatur tata cara dalam penyelesaian sengketa pidana di
pengadilan. UU ini menetapkan prosedur yang harus diikuti dalam proses persidangan,
termasuk proses banding dan kasasi.

4) UU Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

UU Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Undang-Undang Nomor 5 Tahun


1986) adalah undang-undang yang mengatur prosedur penyelesaian sengketa dalam
bidang hukum tata usaha negara. UU ini menetapkan prinsip-prinsip hukum tata negara
dan menetapkan kewenangan pengadilan tata usaha negara.

5) UU Tentang Peradilan Agama

UU Tentang Peradilan Agama (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989) adalah


undang-undang yang mengatur tata cara dalam penyelesaian sengketa agama di
pengadilan agama. UU ini menetapkan prosedur yang harus diikuti dalam proses
persidangan, termasuk proses banding dan kasasi.

Dalam catatan historis ketatanegaraan Indonesia, konsep negara hukum selalu ditegaskan
dalam konstitusi. Sejumlah konstitusi maupun UUD telah mengalami pergantian, namun
penegasan tentang negara Indonesia sebagai negara hukum selalu dilakukan di dalamnya. Hal
tersebut menunjukan bahwa bangsa Indonesia sendiri memandang betapa pentingnya konsep
negara hukum dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik dalam UUD 1945

16
sebelum perubahan, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950 hingga berlakunya kembali UUD
1945 sampai dengan UUD 1945 hasil perubahan, konsep negara hukum selalu mendapat
penekanan tersediri di dalam konstitusi.

17
BAB III STUDI KASUS

Pelanggaran Hukum di Indonesia: Gratifikasi

Istilah gratifikasi sering muncul dalam sebuah kasus korupsi ataupun suap. Biasanya
gratifikasi dikaitkan dengan sebuah pemberian cuma-cuma. Secara umum gratifikasi bisa
diartikan sebagai sebuah pemberian dalam berbagai bentuk yang berkaitan dengan pekerjaan,
jabatan, atau tugas. Indonesia telah mengatur gratifikasi dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, yaitu: "Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di
dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik
atau tanpa sarana elektronik". Dalam UU tersebut di Pasal 12B menyebutkan, bahwa gratifikasi
yang diberikan kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dapat dianggap suap apabila
berhubungan dengan jabatan atau berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Penerima
gratifikasi terancam hukuman penjara seumur hidup atau paling singkat 4 tahun dan paling lama
20 tahun dengan denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.

Gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dapat memicu konflik
kepentingan yang memengaruhi kerja dan keputusannya dalam kebijakan serta pelayanan publik.
Mengutip sosiolog ternama Jerman, Max Weber, birokrat adalah mesin yang memisahkan
dirinya antara kepentingan pribadi dan pekerjaan sebagai abdi negara. Dengan menerima
gratifikasi untuk keuntungan pribadi, maka birokrat telah menyalahi fungsinya. Di beberapa
negara gaji pegawai negeri memang sangat kecil sehingga menjadi pembenaran menerima suap
dan gratifikasi, namun itu seharusnya tidak menjadi alasan. Dalam konsep birokrasi Weber,
pegawai negeri adalah abdi negara yang menerima gaji dari pajak rakyat untuk melaksanakan
tugas dalam pelayanan publik. Sehingga, mereka seharusnya tidak boleh menerima manfaat
lainnya dari luar dalam melakukan pekerjaannya.

Kasus ini bermula dari terungkapnya harta kekayaan tak wajar Rafael Alun Trisambodo,
mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Kekayaan
Rafael menjadi sorotan setelah anaknya, Mario Dandy Satrio menganiaya anak anggota GP
Ansor berinisial D. Gaya hidup Mario kemudian menjadi sorotan karena kerap memamerkan
gaya hidup mewah di media sosial. Akibatnya, perhatian beralih ke harta Rafael Alun
Trisambodo. Bermula ketika Rafael diangkat menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
pada tahun 2005. Dengan jabatan tersebut, dia bertugas meneliti dan memeriksa temuan
perpajakan dari pihak wajib pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan. Berlanjut tahun 2011,

18
Rafael diangkat sebagai Kepala Bidang Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak pada
Kantor Wilayah Dirjen Pajak Jawa Timur I. Saat itulah, dia diduga mulai menerima gratifikasi.

KPK resmi menetapkan Rafael sebagai tersangka kasus dugaan gratifikasi. KPK
menduga, Rafael menerima gratifikasi selama 12 tahun melalui perusahaan konsultan pajak
miliknya bernama PT Artha Mega Ekadhana (AME) senilai 90.000 dollar AS atau sekitar Rp.
1,3 M. KPK menduga, gratifikasi tersebut diterima Rafael dari sejumlah perusahaan atau para
wajib pajak yang mengalami permasalahan pajak, khususnya terkait kewajiban pelaporan
pembukuan perpajakan kepada negara melalui Dirjen Pajak. Diduga, Rafael aktif
merekomendasikan perusahaannya yang menawarkan jasa konsultasi pajak ke para wajib pajak
yang tersandung persoalan perpajakan.

Dalam perkara ini, Rafael disangka melanggar Pasal l 12B Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Empat hari setelah ditetapkan
sebagai tersangka, Rafael pun ditahan di rumah tahanan (Rutan) KPK di Gedung Merah Putih,
Jakarta.

19
BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Negara Hukum atau bisa juga
disebut dengan istilah rechtsstaat atau the rule of law merupakan negara yang dalam setiap
tindakannya dilakukan berdasarkan pada aturan atau sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan.
Untuk dapat dikatakan sebagai negara hukum, ada beberapa unsur yang harus terpenuhi, yaitu
adanya kedaulatan hukum, pemerintahan yang baik, perlindungan HAM, kebebasan berpendapat,
sistem peradilan yang independen, dan kepatuhan terhadap hukum. Ciri - ciri negara sebagai
negara hukum meliputi sistem ketatanegaraan yang sistematis, adanya hukum sebagai acuan di
segala bidang, adanya perlindungan dan pengakuan HAM, sistem peradilan yang tak memihak,
adanya persamaan di hadapan hukum, pembagian kekuasaan yang jelas, adanya peradilan pidana
dan perdata, dan adanya legalitas terhadap hukum itu sendiri. Negara hukum memiliki prinsip -
prinsip yang dapat membentuk kerangka kerja penting untuk memastikan adanya tata kelola
yang baik dan stabil dalam suatu negara. Negara hukum berkembang menjadi 2, yaitu negara
hukum formal dan negara hukum materiil. Keduanya berkembang seiring dengan perkembangan
masyarakat dan negara. Di Indonesia, negara hukum telah diterapkan sejak Indonesia
memproklamasikan dirinya. Dalam Penjelasan Umum UUD 1945 butir I tentang Sistem
Pemerintahan, dinyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum dan bukan
berdasar atas kekuasaan belaka.

20
DAFTAR PUSTAKA

ALI, M. (2020). PERBANDINGAN KONSEP NEGARA HUKUM. 1-32. Retrieved from


https://jdih.kkp.go.id/uploads/posts/892dc-perbandingan-konsep-negara-hukum-
indonesia.pdf

Ali, Mukti. 2020. “Perbandingan Konsep Negara Hukum.” Biro Hukum Sekretariat Jenderal
Kementerian: 1–32.

Ananda. Tanpa Tahun. Mengenal Supremasi Hukum: Pengertian, Tujuan, Ciri, Asas, dan
Prinsip. Di akses pada 09 April 2023.

Arliman, L. (2019). Mewujudkan Penegakan Hukum Yang Baik Di Negara Hukum Indonesia.
Dialogia Iuridicia: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, 11(1), 1-20.

Asshiddiqie, :. (2011). GAGASAN NEGARA HUKUM INDONESIA . academia, 1-17.

Fitria Chusna Farisa. (2023, April 4). Sederet Fakta Kasus Rafael Alun: Modus Dugaan
Gratifikasi hingga Uang Puluhan Miliar Rupiah [Halaman Web]. Di akses pada 11 April
2023.

Gratifikasi, Mengapa Dilarang dan Dianggap Korupsi. (2023, Januari 19). Di akses pada 11
April 2023.
Mesakh Ananta Dachi. 2023. Pengertian Negara Hukum, Konsep, dan Ciri. Di akses pada 09
April 2023.

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal Dinamika Hukum, 14(3), 547-561.
Odetha, L. (2014). TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEWENANGAN MAHKAMAH
KONTITUSI MENGADILI SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH
DALAM PERSPEKTIF NEGARA HUKUM DI INDONESIA (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).

Revida, E., Hidayatulloh, A. N., Soetijono, I. K., Hermawansyah, A., Purba, B., Tawakkal, M. I.,
... & Asmarianti, A. (2020). Teori Administrasi Publik. Yayasan Kita Menulis.

Siallagan, H. (2016). Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia. Sosiohumaniora, 18(2), 122-
128.

Simamora, J. (2014). Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif Undang-Undang Dasar
Wida Kurniasah. Tanpa Tahun. Hukum: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Unsur dan Jenis. Di akses
pada 09 April 2023.
21

Anda mungkin juga menyukai