Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu : Dr. Maswir., S.Pd., MH

Disusun Oleh :
Ichsan Hanifdeal (2103035833)
Dendi Saputra(2103035832)
Marcellina Alicia (210305834)

Jurusan Manajemen Informatika


KATA PENGANTAR

Puja dan Puji Syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kasih sayang-Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan
tugas makalah matakuliah Kewarganegaraan yang berjudul “Rule of Law” Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah tentang ulasan mengenai Rule of Law ini diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas semester Gasal mata kuliah Kewarganegaraan. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memberikan informasi lebih jauh mengenai pengertian, konsep
dasar Rule of Law serta mengenai hubungnanya dengan negara dan HAM kepada
pembaca.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun
secara lisan, khususnya kepada Dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan
Bapak Budiarto,S.Pd,M.Si agar penulis bisa mengembangkan ilmu
pengetahuannya, khususnya memahami tentang Kewarganegaraan pada materi
Rule of Law.

Surakarta, 5 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Judul .....................................................................................................................
Kata Pengantar .....................................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................


I.1 Latar Belakang ...............................................................................................
I.2 Rumusan Masalah .........................................................................................
I.3 Tujuan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................


II.1 Pengertian Rule of Law ..............................................................................
II.2 Konsep dasar Rule of Law ........................................................................
II.3 Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia ..................................................
II.4 Hubungan Rule of Law dengan Negara ...................................................
II.5 Hubungan Rule of Law dengan HAM ......................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................


III.1 Kesimpulan ..............................................................................................
III.2 Saran ........................................................................................................
III.3 Daftar Fustaka ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hukum, mulai dari
norma, nilai, tata krama, hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan.
Sayangnya hukum di Negara Indonesia masih kurang dalam proses
penegakkannya, terutama penegakkan hukum di kalangan pejabat-pejabat
dibandingkan dengan penegakkan hukum dikalangan menengah ke bawah. Hal ini
terjadi karena di Negara kita, hukum dapat dibeli dengan uang. Siapa yang
memiliki kekuasaan, dia yang memenangkan peradilan. Dengan melihat kenyataan
seperti itu, pembenahan peradilan di Negara kita dapat dimulai dari diri sendiri
dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus memahami dan menegakkannya
sesuai dengan keadilan yang benar. Dalam bahasan ini dibahas supaya keadilan
dapat ditegakkan, maka akan terkait semua aspek yang ada didalamnya yang
mempengaruhi dan menjadi penentu apakah keadilan dapat ditegakan.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah:


1. Apa pengertian Rule of Law?
2. Apa konsep dasar Rule of Law ?
3. Apa prinsip dasar Rule of Law ?
4. Bagaimana hubungan Rule of Law dengan Negara ?
5. Bagaimana hubungan Rule of Law dengan HAM?

I.3 TUJUAN
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan :
1. Pengertian Rule of Law ?
2. Konsep dasar Rule of Law ?
3. Prinsip dasar Rule of Law ?
4. Hubungan Rule of Law dengan Negara ?
5. Bagaimana hubungan Rule of Law dengan HAM ?
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 PENGERTIAN RULE OF LAW

Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun


penyelenggaraan negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan
perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala
peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan dengan Rule of
Law. Misalnya gerakan revolusi Perancis serta gerakan melawan absolutisme di
Eropa lainnya, baik dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan
teologis. Oleh karena itu menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau
rechtsstaat dan Rule of Law sebenarnya saling mengisi (Friedman, 1960: 546).
Berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of Law adalah kekuasaan publik yang
diatur secara legal. Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat
termasuk negara mendasarkan pada Rule of Law. Dalam hubungan ini pengertian
Rule of Law berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara.

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of


Law. Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk
perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan
negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan. Negara Indonesia
pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”, yang sejalan
dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh hukum atau
nomos. Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan jaminan bahwa
hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi.
Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada
hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip negara hukum
hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau
kedaulatan rakyat atau democratische rechstssaat.
II.2 KONSEP DASAR RULE OF LAW

Idea mengenai negara dalam suatu tatanan hukum yang adil terus menerus
berkembang di Eropa dari abad ke-16 hingga permulaan abad ke-20. Dalam
dekade waktu itu dapat diuraikan perkembangan pemikiran mengenai konsep
negara; dari negara hukum klasik (pengertian negara dalam arti sempit) sampai
dengan negara hukum formal.

Di dalam catatan sejarah diungkapkan bahwa konsep negara hukum dapat


dibedakan menurut konsep Eropa Continental yang biasa dikenal dengan
Rechtstaat dan dalam konsep Anglo Saxon dikenal dengan Rule Of Law. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa Rechtstaat tersebut direduksi dalam sistem
hukum yang dinamakan Civil Law atau yang biasa kita sebut dengan Modern
Roman Law. Konsep rechtstaat ini ditelaah secara historis merupakan penentangan
secara tajam atas pemikiran kaum Hegelianisme yang mengembangkan
absolutisme, jadi dapat dikatakan sebagai revolusioner. Berbeda dengan Rule Of
Law yang berkembang dengan metode evolusioner, yang direduksi dalam sistem
hukum Common Law.

Konsep Rechtstaat banyak mempengaruhi sistem hukum di beberapa negara


termasuk sistem hukum Indonesia. Secara jelas konstitusi negara Indonesia
memuat apa yang dinamakan dengan Rechtstaat ini dalam rangkaian kata
“Indonesia ialah negara berdasar atas hukum (rechtstaat)… dan selanjutnya, hal ini
tertuang dalam UUD 1945.

Kedudukan argumentasi diatas dapatlah dianalisis sebagai wahana


memperdalam kajian telaah terhadap apa yang dinamakan dengan konsep negara
hukum menurut Rule Of Law, pada pembahasan penulis menguraikan senarai-
senarai yang relevan dengan apa yang ingin dikemukakan.

Konsep Rule Of Law merupakan bagian terpenting dalam negara hokum

Munculnya demokrasi konstitusional sebagai suatu program dan sistem


politik yang konkrit pada akhir abad ke-19, dengan gagasan, dimana pemerintah
yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak
dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warganegaranya. Konstitusi
tertulis secara tegas menjamin hak-hak asasi dari warga negara, adanya
pembagian kekuasaan. Perumusan yuridis dari prinsip-prinsip ini dikenal dengan
istilah Rechtsstaat dan Rule of Law.

Walaupun demokrasi baru pada akhir abad ke-19 mencapai wujud yang
konkrit, akan tetapi pemikiran tentang negara hukum atau Rechtsstaat sebenarnya
sudah sangat tua. Konsep negara hukum perta¬ma sekali dikemukakan oleh Plato
dalam bukunya Politea (the Republica), Politicos (the Stateman), dan Nomoi (the
Law) yang kemudian dipertegas oleh Aristoteles dalam karyanya Politica yang
merupakan kelanjutan dari pemikiran Plato dalam bukunya Namoi.

Pemikiran Plato tentang cita negara hukum ini lama dilupakan orang, dan
baru pada awal abad ke-17 timbul kembali di Barat yang merupakan reaksi
terhadap pemikiran kekuasaan absolut, terutama sekali pada kekuasaan raja yang
sewenang-wenang. Sedangkan istilah negara¬ hukum itu sendiri baru muncul pada
abad ke-19.

Gagasan mengenai perlunya pembatasan kekuasaan pemerintah serta adanya


jaminan atas hak-hak asas dari warga negara mendapat pe¬rumusan yang yuridis.
Ahli-ahli hukum Eropa Barat Kontinental seperti Immanuel Kant dan Friedrich
Julius Stahl memakai istilah Rechtsstaat, sedang ahli-ahli hukum Anglo Saxon
seperti A.V. Dicey memakai istilah Rule of Law.

Menurut Friedrich Julius Stahl negara hukum secara formal memiliki:


1. Hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Wetmatigheid van bestuur, atau pemerintahan berdasarkan peraturan¬peraturan;
4. Peradilan tata usaha dalam perselisihan.

Dari keempat unsur utama negara hukum formal yang dikemukakan Stahl
ini dapatlah disimpulkan bahwa negara hukum bertujuan untuk melindungi hak-
hak azasi warga negaranya dengan cara membatasi dan mengawasi gerak langkah
dan kekuasaan negara dengan undang-undang. Sedangkan A V. Dicey
mengemukakan unsur-unsur Rule of Law dalam Introduction to Study of the Law
of the Constitution, mencakup:

1. Supremasi aturan-aturan hukum (Supremacy of Law); tidak adanya kekuasaan


sewenang-wenang (absence of arbitary power), dalam arti bahwa seseorang hanya
boleh dihukum kalau melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (Equality before the Law).
Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa, maupun untuk pejabat.
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh undang-
undang dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.

Rumusan tentang unsur-unsur rechtsstaat yang dikemukakan oleh Stahl


maupun rumusan tentang unsur-unsur The Rule of Law yang di kemukakan oleh
A. V. Dicey tersebut diatas, adalah merupakan pandang¬an klasik, sebab dalam
perkembangan selanjutnya, khususnya dalam memenuhi tuntutan perkembangan
abad ke-20, perkembangan negara¬negara hukum, penyelenggaraan negara oleh
pemerintah yang berubah, kegiatan negara telah menyebar untuk mengatur
berbagai pokok persoal¬an kehidupan bernegara, negara hukum klasik berubah
menjadi negara ke sejahteraan modern (wefare state).

Dari rumusan konsep Rule Of Law baik yang klasik maupun yang dinamis
hasil Konres ICJ tahun 1965 di Bangkok, di katakan bahwa konsep Rule Of Law
dalam kaitannya dengan negara hukum memang sangat identik dan tak dapat
dipisahkan karena maksud dasar dari Rule Of Law itu sendiri adalah
penyelenggaraan negara berdasarkan demokrasi konstitusi,yang dengan tegas
adanya keharusan untuk menjamin hak-hak asasi warga negaranya, persamaan di
depan hukum, dan pengawasan atas jalannya pemerintahan.
II. 3 PRINSIP DASAR RULE OF LAW

Prinsip-prinsip secara formal (in the formal sense) Rule Of Law tertera
dalam UUD 1945 dan pasal-pasal UUD negara RI tahun 1945. Inti dari Rule Of
Law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya, khususnya keadilan
sosial.Prinsip-prinsip Rule of Law Secara Formal (UUD 1945)
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1: 3)
2. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa kecuali
(pasal 27:1)
3. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (pasal 28 D:1)
4. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja ( pasal 28 D: 2)

Prinsip-prinsip Rule of Law secara Materiil/ Hakiki :


a. Berkaitan erat dengan the enforcement of the Rule of Law
b. Keberhasilan the enforcement of the rule of law tergantung pada kepribadian
nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982)
c. Rule of law mempunyai akar sosial dan akar budaya Eropa (Satdjipto Rahardjo,
2003)
d. Rule of law juga merupakan suatu legalisme, aliran pemikiran hukum,
mengandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antarmanusia, masyarakat
dan negara.
e. Rule of law merupakan suatu legalisme liberal (Satdjipto Rahardjo, 2003).

II. 4 HUBUNGAN RULE OF LAW DENGAN NEGARA

Pelaksanaan Rule of Law di Indonesia seharusnya mempertimbangkan hal-hal :


1. Keberhasilan the enforcement of the rue of law tergantung pada sejarah dan
corak masyarakat hukum dan pada kepribadian masing-masing bangsa.
2. Rule of Law adalah suatu institusi sosial, memiliki struktur sosiologis dan akar
budaya sendiri
II. 5 HUBUNGAN RULE OF LAW DENGAN HAM ( HAK ASASI MANUSIA)

Perenboom menyatakan bahwa yang menjadi persoalan bukanlah prinsip-


prinsip rule of law, tetapi adalah kegagalan untuk menaati prinsip-prinsip tersebut.
Akan tetapi yang jelas menurutnya adalah bahwa rule of law bukanlah ‘obat
mujarab’ yang dapat mengobati semua masalah. Bahwa rule of law saja tidak dapat
menyelesaikan masalah. Peerenboom menyatakan bahwa rule of law hanyalah satu
komponen untuk sebuah masyarakat yang adil. Nilai-nilai yang ada dalam rule of
law dibutuhkan untuk jalan pada nilai-nilai penting lainnya. Dengan demikian rule
of law adalah jalan tetapi bukan ‘tujuan’ itu sendiri.

Berkaitan dengan hak asasi manusia sendiri, terutama hak ekonomi, sosial
dan budaya, adalah menarik bahwa Peerenboom menyatakan rule of law sangat
dekat dengan pembangunan ekonomi. Selanjutnya dia menyatakan bahwa
memperhitungkan pentingnya pembangunan ekonomi bagi hak asasi manusia
maka dia menyatakan agar gerakan hak asasi manusia memajukan pembangunan.

Di sini sangat penting untuk diingat bahwa menurut Peerenboom sampai


sekarang kita gagal untuk memperlakukan kemiskinan sebagai pelanggaran atas
martabat manusia dan dengan demikian hak ekonomi, sosial dan budaya tidak
diperlakukan sama dalam penegakan hukumnya seperti hak sipil dan politik.
Dalam pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya, menurutnya rule of law saja
tidak akan cukup untuk dapat menjamin pemenuhan hak ekonomi, sosial dan
budaya tanpa adanya perubahan tata ekonomi global baru dan adanya distribusi
sumber alam global yang lebih adil dan seimbang.

Oleh karena itu menurutnya pemenuhan hak ekonomil, sosial dan budaya
juga memerlukan perubahan yang mendasar pada tata ekonomi dunia. Terakhir
yang harus dicatat adalah peringatan Peerenboom tentang bahaya demokratisasi
yang prematur. Menurutnya kemajuan hak asasi manusia yang signifikan hanya
dapat tercapai dalam demokrasi yang consolidated, sementara demokrasi yang
prematur mengandung bahaya yang justru melemahkan rule of law dan hak asasi
manusia terutama pada negara yang kemudian terjadi kekacauan sosial (social
chaos) atau pun perang sipil (civil war).

Hal lain yang penting dikemukakan oleh Peerenboom adalah bahwa rule of
law membutuhkan stabilitas politik, dan negara yang mempunyai kemampuan
untuk membentuk dan menjalankan sistem hukum yang fungsional. Stabilitas
politik saja tidak cukup. Dalam hal ini dibutuhkan hakim yang kompeten dan
peradilan yang bebas dari korupsi.
Pada intinya Peerenboom menyatakan bahwa walaupun rule of law bukanlah obat
mujarab bagi terpenuhinya hak asasi manusia, namun demikian, adalah benar
pelaksanaan rule of law akan menyebakan kemajuan kulitas hidup dan pada
akhirnya terpenuhinya hak asasi manusia.
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan
mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di dalamnya
yaitu oranr-orang yang jujur tidak memihak dan hanya memikirkan keadilan tidak
terkotori hal yang buruk. Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan
oleh “kenyataan”, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil,
baik sesame warga Negara maupun pemerintah.

Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu: Pertama,


pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan umum
yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara. Kedua, secara
hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada cara penegakannya
karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).

Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD


1945. Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-
pasal UUD 1945. Agar kita dapat menikmati keadilan maka seluruh aspek Negara
harus bersih, jujur, mentaati undang-undang, juga bertanggung jawab, dan
menjalankan UU 1945 dengan baik.

Rule of Law juga mempunyai kaitan erat dengan HAM ( Hak Asasi
Manusia), dimana jika pelaksanaan Rule of Law benar akan menyebakan kemajuan
kulitas hidup dan pada akhirnya terpenuhinya hak asasi manusia.
III.2 SARAN

Warga negara kita haruslah menjunjung tinggi hukum dan kaidah-kaidahnya


agar terselenggara keamanan, ketentraman, dan kenyamanan. Pelajari Undang-
Undang 1945 beserta nilai-nilainya dan jalankan apa yang jadi tuntutanya agar
tercipta kehidupan yang stabil. Dalam suatu penegakan hukum disuatu Negara
maka seluruh asprk kehidupan harus dapat merasakannya dan diharapkan semua
aspek tersebut mentaati hokum, maka akan terjadilah pemerintahan dan kehidupan
Negara yang harmonis, selaras dengan keadaan dan sesuai dengan apa yang
diharapkan yaitu kemakmuran bangsa. Sebagai warga Negara Indonesia kita tetap
harus menjunjung tinggi rasa keadilan agar tercipta Negara yang harmonis, dengan
tetap  menekankan pengembanganya sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah
termuat dalam pasal-pasal UUD 1945.
III.3 DAFTAR PUSTAKA

Wahab, Abdul Azis dkk. 1993. Materi Pokok Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Universitas Terbuka DEPDIKBUD
Kusmiaty, Dra, dkk. 2000. Tata Negara. Jakarta : PT Bumi Aksara
Kaelan dkk. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma

Anda mungkin juga menyukai