Anda di halaman 1dari 15

TEORI NEGARA HUKUM RULE OF LAW

Kelompok: 2

Disusun Oleh:

Aliv Rahul : 2305170138

Helena Agustina : 2305170078

Rufi Rahmani : 2305040046

Suci Zhairin : 2305170140

Sri Artha Dea Kesia : 2305170001

Elsa Dhiniyanti : 2305170088

Daniel Sinaga : 2305170172

R.Najrita Jaswi : 2305170142

Dliya Radhiyyah : 2305040035

Restu Herdian : 2305170140

Marcho Candra : 2305040062

Dosen Pengampu

Dr. Dewi Haryanti, S.H., M.H

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai teori Rule of Law
dan hak asasi manusia.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang.Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca umtuk memberikan masukan
masukan yang bersifat membangun umtuk kesempurnaan makalah ini.Kami berharap semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna umtuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1

1.4 Manfaat.............................................................................................................. 2

1.3 Tujuan................................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum..................................................... 3

2.2 Sejarah berdirinya Rule of Law..........................................................................4

2.2 Tujuan Rule of Law............................................................................................5

2.2. Pelaksaan Rule of Law...................................................................................... 6

2.3 Dinamika Pelaksanaan Rule of Law di indonesia.............................................7

2.4 Penegakan Hukum..............................................................................................8

2.3. Aparatur Penegakan Hukum...............................................................................9

2.3. Kesadaran Hukum Masyarakat...........................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hukum, mulai dari norma, nilai, tata
krama, hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan. Sayangnya hukum di Negara
Indonesia masih kurang dalam proses penegakkannya, terutama penegakkan hukum di kalangan
pejabat-pejabat dibandingkan dengan penegakkan hukum dikalangan menengah ke bawah. Hal
ini terjadi karena di Negara kita, hukum dapat dibeli dengan uang. Siapa yang memiliki
kekuasaan, dia yang memenangkan peradilan.

Dengan melihat kenyataan seperti itu, pembenahan peradilan di Negara kita dapat dimulai
dari diri sendiri dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus memahami dan
menegakkannya sesuai dengan keadilan yang benar. Dalam bahasan ini dibahas supaya keadilan
dapat ditegakkan, maka akan terkait semua aspek yang ada didalamnya yang mempengaruhi dan
menjadi penentu apakah keadilan dapat ditegakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Rule Of Law dan Negara Hukum

2. Sejarah berdirinya Rule Of Law

3. Pelaksanaan Rule Of Law

4. Dinamika pelaksanaan Rule Of Law

5. Penegakan hukum

6. Aparatur penegakan hukum

7. Kesadaran hukum masyarakat


BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rule of Law dan Konsep Negara Hukum


Pengertian Rule of Law dapat dibagi menjadi arti formal dan materiil. Dalam arti formal,
merujuk pada “kekuasaan umum yang terorganisir” atau kekuasaan negara yang diatur dengan
baik. Sedangkan dalam arti materiil, Rule of Law membahas tentang hukum yang adil.

Menurut T.D. Weldon, suatu negara yang menganut Rule of Law bukan hanya memiliki
sistem peradilan yang sempurna secara teoritis, tetapi juga tergantung pada kenyataan apakah
rakyatnya benar-benar merasakan keadilan dalam perlakuan, baik dari sesama warganegara
maupun pemerintahnya. Prinsip ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana sistem hukum
beroperasi dalam negara demokrasi.

Secara formal, diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi, sementara secara
hakiki, Rule of Law terkait dengan penegakan hukum dan penilaian terhadap hukum yang adil.
Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau
“Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945,dirumuskan
dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesiaadalah Negara
Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima
dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena
itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum
adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum
sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario
sistem yang mengaturnya.

Gagasan Negara Hukum itu dibangun dengan mengembangkan perangkat hukum itu sendiri
sebagai suatu sistem yang fungsional dan berkeadilan, dikembangkan dengan menata supra
struktur dan infra struktur kelembagaan politik, ekonomi dan social yang tertib dan teratur, serta
dibina dengan membangun budaya dan kesadaran hukum yang rasional dan impersonal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Untuk itu, sistem hukum itu perlu dibangun
(law making) dan ditegakkan (law enforcing) sebagaimana mestinya, dimulai dengan konstitusi
sebagai hukum yang paling tinggi kedudukannya. Untuk menjamin tegaknya konstitusi itu
sebagai hukum dasar yang berkedudukan tertinggi (the supreme law of the land), dibentuk pula
sebuah Mahkamah Konstitusi yang berfungsi sebagai ‘the guardian’ dan sekaligus ‘the ultimate
interpreter of the constitution.
2.2 Sejarah berdirinya Rule of Law

Latar belakang kelahiran rule of law:

 Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan pemerintahan


Negara.
 Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional.
 Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara hukum.

Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring degan negara konstitusi
dan demokrasi. Rule of law adalah konsep tentang common law Unsur-unsur rule of law
menurut A.V. Dicey terdiri dari:

- Supremasi aturan aturan hukum

- Kedudukan yang sama didalam menghadapi hukum.

- Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan


pengadilan.

Paham rule of law di Inggris diletakan pada hubungan antara hukum dan keadilan, di Amerika di
letakan pada hak-hak asasi manusia, dan di Belanda paham rule of law lahir dari paham
kedaulatan Negara, melalui paham kedaulatan hokum untuk mengawasi pelaksanaan tugas
kekuatan pemerintah. Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
seluruh masyarakatnya, khususnya keadilan social.

Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut rule of law
adalah:

- Adanya perlindungan konstitusional.

- Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

- Pemilihan umum yang bebas.

- Kebebasan untuk menyatakan pendapat.

- Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.

- Pendidikan kewarganegaraan
2.3 Tujuan Rule of Law
Tujuan utama dari prinsip rule of law adalah untuk menciptakan suatu negara yang adil dan
stabil, di mana setiap orang, termasuk pemerintah, harus taat pada hukum yang sama. Ada
beberapa tujuan utama yang ingin dicapai dengan menerapkan prinsip rule of law, yaitu:

1.Menciptakan kepastian hukum: Dalam sebuah negara yang menganut rule of law, setiap orang
dijamin mendapatk~an kepastian hukum dan keadilan dalam proses hukum. Hal ini memastikan
bahwa setiap tindakan hukum diambil berdasarkan hukum yang jelas dan diterapkan secara adil
dan transparan.

2.Menjamin hak asasi manusia: Prinsip rule of law menjamin bahwa setiap orang memiliki hak
yang sama di depan hukum dan bahwa keputusan hukum harus didasarkan pada aturan hukum
yang berlaku. Dengan demikian, rule of law membantu memastikan bahwa hak asasi manusia
dihormati dan dilindungi, serta menjami kebebasan individu dari penyalahgunaan kekuasaan
pemerintah.

3.Mendorong transparansi dan akuntabilitas: Dalam negara yang menganut rule of law,
pemerintah dan institusi publik harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan harus
menjalankan tugas-tugas mereka secara transparan dan terbuka. Prinsip ini mendorong
pengambilan keputusan yang adil, serta membantu meminimalkan risiko korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan.

4. Memfasilitasi perdamaian dan stabilitas: Prinsip rule of law membantu menciptakan suatu
negara yang stabil dan damai, karena setiap orang tunduk pada hukum yang sama. Hal ini
memastikan bahwa konflik antara individu atau kelompok dapat diselesaikan dengan cara yang
adil dan damai, dan tidak diatasi dengan kekerasan atau tindakan lain yang merugikan
2.4 Pelaksaan Rule of Law
Sebagai negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan kekuasaan
(machstaat), Indonesia juga menerapkan konsep Rule of Law sebagaimana tercantum dalam
Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D ayat (1)UUD 1945.Menurut Jimly Asshiddiqie,
isi rumusan tersebut mengindikasikan pemenuhan konsep rule of law di Indonesia, yaitu:

Adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi,Dianutnya prinsip


pemisahan dan pembatasan kekuasaan,Adanya jaminan hak asasi manusia,Adanya peradilan
bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan warga negara di hadapan hukum, dan
menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak
yang berkuasa.Salah satu perwujudan rule of law di Indonesia dapat dilihat dari penerapan
peraturan perundang-undangan sebagai fondasi peran lembaga negara dan pelayannya secara
administrasi di Indonesia. Penerapan rule of law juga dapat dilihat dari diterapkannya sistem
hukum Pancasila di Indonesia. Dalam hal ini, hakim berhak menafsirkan dan berpendapat di luar
ketentuan hukum dalam memutus sebuah perkara karena hukum dipandang 2 sisi, yaitu secara
formal dan materil.
2.5 Dinamika Pelaksanaan Rule of Law di indonesia
Pelaksanaan the rule of law mengandung keinginan untuk terciptanya negara hukum, yang
membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan rule of law harus diartikan secara hakiki
(materill), yaitu dalam arti “Pelaksanaan dari just law”. Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki
(materiil) sangat erat kaitannya dengan “the enorcement of the rules of law” dalam
penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-
prinsip rule of law berdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil kajian menunjukkan
bahwa keberhasilan “the enorcement of the rules of law” tergantung kepada kepribadian nasional
masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982).

Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa rule of law merupakan institusi sosial yang memiliki
struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar budaya yang khas pula. Rule of the law ini
juga merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran hukum yang didalamnya terkandung wawasan
sosial, gagasan tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, yang dengan demikian
memuat nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur sosiologisnya sendiri. Legalisme tersebut
mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan
prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom

Secara kuantitatif, peaturan perundang-undangan yang terkait dengan rufe of law telah
banyak dihasilkan di negara kita, namun implementasi/penegannya belum mencapai hasil yang
optimal, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan rule of law belum dirasakan
sebagian besar masyarakat.Hal-hal yang mengemuka untuk ddipertanyakan antara lain komitmen
pemerintah untuk melaksanakan prinsip-prinsip rule of law. Proses penegakan hukum di
Indonesia dilakukan oleh lembaga penegak hukum yang terdiri dari :

1. Kepolisian

2. Kejaksaan

3. Komisi Pemberantas Korupsi

4. Badan Peradilan :

a) Mahkamah Agung

b) Mahkamah Konstitusi

c) Pengadilan Tinggi

d) Pengadilan Negeri

Lembaga-lembaga diatas adalah lembaga yang punya kewenangan dalam memproses kalau
seandainya ada masyarakat atau orang yang melakukan pelanggaran aturan hukum materil.
Dimana proses itu dimulai dari adanya pemberitahuan atau tertangkap tangannya pelaku
kejahatan kepada polisi, lalu dilakukan penyidikan sampai dengan proses peradilan dengan
adanya putusan hakim dan sampai dilakukannya upaya hukum dari salah satu pihak yang tidak
menerimaputusan hakim tersebut. Semua proses ini dikatakan juga dengan pelaksanaan hukum
formal atau ebracara dalam hukum.Hukum acara pidana adalah hukum yang memberi dasar-
dasar aturan-aturan yang menetukan cara dan proses untuk melaksanakan ancaman pidana
terhadap orang yang disangka melakukan perbuata pidana. Hukum acara pidana menetukan
secara sah tentang adanya pelanggaran dan tindakan-tindakan terhadap orang yang telah
melakukan perbuatan pidana, maupun yang baru tersangka.

Sifat keabsahan atau resmi yang dimaksud dalam hukum Acara Pidana menunjukkan bahwa
untuk melaksanakan ketentuan hukum pidana hanya ditugaskan kepada badan (institusi) atau
pegawai/pejabat resmi yang berwewenang. Tetapi beracara yang kita kenal di Indonesia, tidak
hanya hukum acara pidana, tetapi kita juga mengenal hukum acara perdata dan bercara tata usaha
negara. Tetapi disini kita akan membahas tentang beracara pidana, yang melibatkan beberapa
lembaga-lembaga diatas. Pada saat orang melakukan pelanggaran hukummateril(hukum pidana)
maka akan dicarilah bukti-bukti apakah benar dia pelakunya. Adapun tahapan-tahapan yang akan
dilewati oleh seseorang yang diduga melakukan

1. Penyelidikan; ini merupakan proses yang dilakukan oleh kepolisian, pada saat ada yang

memberi laporan tentang kejahatan yang terjadi yang disebut dengan penyelidikan.

Penyelidikan adalah: Rangkaian tindakan dalam mencari dan menemukan suatu kejadian

yang berhubungan dengan kejahatan dan pelanggaran tindak pidana (Moh Hatta:2010,hal

3). Tujuan dari penyelidikan itu adalah untuk mencari bukti permulaan yang cukup.

2. Penyidikan; adalah proses lanjutan dari penyelidikan yang dilakukan oleh polisi yang

disebut penyidikan.

yang dilakukan penyidik di dalam penyidikan ini adalah, penangkapan, penahanan,

penyitaan, penggeledahan, pemeriksaan surat, pemanggilan saksi dan terdakwa,

pemeriksaan dan penyerahan berkas kepada penuntut umum.

3. Proses peradilan di pengadilan

Setelah jaksa beranggapan berkas dari penyidik sudah lengkap, maka berkas itu

diserahkan kepada ke pengadilan untuk dtentukan hari sidang. Yang ada di dalam proses

di pengadilan ini adalah :

a. Hakim membuka sidang dan menanyakan identitas dan kesehatan tersangka

b. Jaksa penuntut umum membacakan surat dakwaan


c. Pembacaan eksepsi dari penasehat hukum terdakwa

d. Pledoi

e. Replik

f. Duplik

g. Vonis hakim

4. Pelaksanaan putusan hakim di Lembaga Permasyarakatan Setelah vonis hakim dijatuhkan dan
terpidana menerima, maka dia akan menjalankan hukumannya di lembaga permasyarakatan Di
lembaga ini akan ada hakim yang mengawasi pelaksanaan pidana tersebut yang dikenal dengan
Hakim Wasmat. Tujuan dari adanya hakim wasmat ini adalah untuk menjaga hak-hak narapidana
supaya tidak diabaikan oleh petugas di lembaga permasyarakatan ini seperti yang dicantumkan di
KUHAP dan UU No. 12 Tahun 1995 tentang permasyarakatan.Proses diatas merupakan proses
di pemeriksaan tingkatt pertama di pengadilan negeri. Kalau seandainya salah satu pihak tidak
menerima keputusan yang diberikan oleh hakim, maka mereka boleh menempuh upaya hukum
seperti banding di Pengadilan Tinggi, Kasasi dan Peninjauan kembali di Mahkamah Agung. Tapi
seperti yang kita lihat banyak sekali pelanggaran-pelanggaran hukum yang terjadi di negara
hukum. Banyak ketidakadilan yang muncul sehingga kalau kita dengar istilah masyarakat bahwa
kalau oran maling ayam hukumannya berat, tetapi kalau orang korupsi hukumannya tidak
seberapa.
2.6 Penegakan Hukum
Hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atauberfungsinya norma-norma
hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan–hubungan
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya
penegakkan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakkan hukum tertentu untuk
menjamin dan memastikan tegaknya hukum itu, aparatur penegak hukum diperkenankan
menggunakan daya paksa apabila diperlukan. Sedangkan dalam arti luas, dari segi objek
penegakkan hukum mencakup pada nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi
aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang terjadi dalam masyarakat.Pembedaan antara
formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini
bahkan juga timbul dalam bahasa Inggris sendiri dengan dikembangkannya istilah “the rule of
law” atau dalam istilah “ the rule of law and not of a man” versus istilah “ the rule by law” yang
berarti “the rule of man by law” Dalam istilah “the rule of law” terkandung makna pemerintahan
oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai
keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah “ the rule of just law”.
Dalam istilah “the rule of law and not of man”, dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada
hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum, bukan oleh
orang. Istilah sebaliknya adalah “the rule by law” yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh
orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka.Berdasarkan uraian di
atas sudah jelas bahwa yang di maksud dengan penegakkan hukum itu kurang lebih merupakan
upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam artian formil yang sempit maupun
dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh
para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakkan hukum yang resmi
diberi tugas dan kewenangan oleh UU (Undang-undang) untuk menjamin berfungsinya norma-
norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2.7 Aparatur Penegakan Hukum
Aparatur Penegak Hukum Dalam Menjalankan TugasDalam rangka menegakkan
hukum, aparatur penegak hukum harus menunaikantugas sesuai dengan tuntutannya yang
ada dalam hukum material dan hukum formal.Pertama, hukum material adalah hukum
yang memuat peraturan-peraturan yangmengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-
hubungan yang berupa perintah-perintah dan larangan- larangan. Contohnya: untuk Hukum
Pidana terdapat dalam Kitab UndangUndang HukumPidana (KUHP), untuk Hukum
Perdata terdapat dalam Kitab Undang-Undang HukumPerdata (KUHPER). Dalam hukum
material telah ditentukan aturan atau ketentuanhukuman bagi orang yang melakukan tindakan
hukum. Dalam hukum material jugadimuat tentang jenis-jenis hukuman dan ancaman
hukuman terhadap tindakanmelawan hukum. Kedua, hukum formal atau disebut juga hukum
acara yaitu peraturan hukum yangmengatur tentang cara bagaimana mempertahankan dan
menjalankan peraturanhukum material. Contohnya: hukum acara pidana yang diatur dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan hukum acara Perdata.

Melalui hukum acara inilah hukum material dapat dijalankan atau dimanfaatkan.
Tanpa adanyahukum acara, maka hukum material tidak dapat berfungsi.Para aparatur
penegak hukum dapat memproses siapa pun yang melakukanperbuatan melawan
hukum melalui proses pengadilan serta memberi putusan(vonis). Dengan kata lain,
hukum acara berfungsi untuk memproses danmenyelesaikan masalah yang memenuhi
norma-norma larangan hukum materialmelalui suatu proses pengadilan dengan berpedoman
pada peraturan hukum acara.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hukum acara berfungsi
sebagai saranauntuk menegakkan hukum material.

Hukum acara hanya digunakan dalam keadaantertentu yaitu dalam hal hukum material atau
kewenangan yang oleh hukum materialdiberikan kepada yang berhak dan perlu dipertahankan.
Agar masyarakat patuh danmenghormati hukum, maka aparat hukum harus menegakkan hukum
dengan jujurtanpa pilih kasih dan demi Keadilan Berdasarkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain itu, aparat penegak hukum hendaknya memberikan penyuluhan-penyuluhan


hukumsecara intensif dan persuasif sehingga kesadaran hukum dan kepatuhan masyarakat
terhadap hukum semakin meningkat. Dalam upaya mewujudkan sistem hukumnasional
yang bersumber pada Pancasila dan UUD NRI 1945, bukan hanya diperlukan pembaharuan
materi hukum, tetapi yang lebih penting adalah pembinaan aparaturhukumnya sebagai pelaksana
dan penegak hukum. Di negara Indonesia, pemerintahbukan hanya harus tunduk dan
menjalankan hukum, tetapi juga harus aktifmemberikan penyuluhan hukum kepada
segenap masyarakat, agar masyarakatsemakin sadar hukum. Dengan cara demikian, akan
terbentuk perilaku warga negarayang menjunjung tinggi hukum serta taat pada hukum.
2.8 Kesadaran Hukum Masyarakat
Ketika manusia sepakat atas eksistensi keadilan, maka mau tidak mau keadilan harus
mewarnai perilaku dan kehidupan manusia dalam hubungan dengan Tuhannya, dengan sesama
individu, dengan masyarakat, dengan pemerintah, dengan alam, dan dengan makluk ciptaan
Tuhan lainnya. Keadilan harus terwujud di semua lingkup kehidupan, dan setiap produk manusia
haruslah mengandung nilai-nilai keadilan, karena sejatinya perilaku dan produk yang tidak adil
akan melahirkan ketidakseimbangan, ketidakserasian yang berakibat kerusakan, baik pada diri
manusia sendiri maupun alam semesta. Keadilan harus diwujudkan, agar mampu memaknai
supremasi hukum, menghilangkan imparsialitas hukum dan tetap pada entitas
keadilan.Kesadaran hukum (legal awareness) adalah sikap sadar yang lahir dalam diri manusia
tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, sesuatu yang timbul dari dalam hati
melalui penjiwaan dan sikap batin terhadap apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang
seharusnya tidak dilakukan. Salah satu indikator mengenai tingkat kesadaran hukum dalam
masyarakat, adalah pengetahuan terhadap hukum.

Sebagai mahkluk beragama tentu memahami ajaran agamanya. Setiap ajaran agama adalah
bentuk dari hukum Tuhan. Dalam agama islam disebut Taqwa. Taqwa diartikan sebagai sikap
menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Semua agama tentunya
mengajarkan konsep ‘Ketaqwaan’ terhadap ketuhanan. Sehingga hukum positif secara penjiwaan
dan melalui hati harus diartikan sebagai hukum Tuhan juga, dengan demikian ketaqwaan dan
kepatuhan dapat menjadi pondasi bagi terbentuknya kesadaran hukum.

Dalam kondisi tersebut, eksistensi hukum sebagai sosial kontrol akan menemukan
momentumnya. Realitas hukum menjadi lebih baik karena setiap individu melalui penyerapan
akan dan perenungan hati mampu menyadari bahwa setiap perilaku kehidupannya maupun
institusi tidak lepas dari aturan-aturan yang berlaku, dan wajib dipatuhi sepenuhnya.

Sekiranya, esensi ‘Taqwa’ bagi umat beragama harus diaplikasikan melalui ketaatan terhadap
aturan-aturan yang berlaku sebagai wujud keterwakilan Tuhan dalam kehidupan berbangsa,
niscahya akan mampu menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang berkarakter. Melihat
paradigma pembangunan terus mengalami suatu perubahan ke arah yang lebih baik dengan
menerapkan konsep pembangunan masyarakat (community development). penerapan konsep
perencanaan partisipatif dengan melibatkan sebanyak mungkin peran masyarakat.itu faktor
tercapainya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan adalah dengan membentuk
masyarakat yang berbudaya hukum. Budaya hukum masyarakat harus dibangun paralel dengan
peningkatan profesionalisme aparat penegak hukum.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pn-gunungsitoli.go.id/assets/image/files/
Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf
https://www.academia.edu/12376354/
_RULE_OF_LAW_Di_susun_oleh
Referensi:

Jimly Asshiddiqie. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Zaid Afif. Konsep Negara Hukum Rule of Law dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal
Pionir LPPM Universitas Asahan, Vol.2 No.5. Juli-Desember 2018.

https://www.studocu.com/id/document/universitas-tanjungpura/kewarganegaraan/aparatur-
penegak-hukum-dalam-menjalankan-tugas/45985691

https://www.academia.edu/32522284/
RULE_OF_LAW_PENEGAKAN_HUKUM_DAN_PERATURAN_PERUNDANG_UNDANG
AN_DI_INDONESIA_Disusun_oleh

https://www.kompasiana.com/aprilgsrynx/5ff918fb8ede4807490374a2/kesadaran-hukum-dan-
terwujudnya-suatu-keadilan-bagi-seluruh-rakyat-indonesia?page=all#section2

https://www.academia.edu/19256679/
DINAMIKA_PELAKSANAAN_PENEGAKAN_HUKUM_DI_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai