Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KELOMPOK KEWARGANEGARAAN

“RULE OF LAW”

Disusun oleh:

Resky Julianti (D101221021)


Faradilla (D101221023)
Ade Saniyyah (D101221027)
Nabila Meilanda Putri (D101221045)
Kalya Syifa Coutrier (D101221047)
Usman (D101221065)
Andi Annisa Harum M. (D101221071)
Muflih Hamdi (D101221081)

DEPARTEMEN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
hidayah-Nya yang telah ia berikan makalah kami yang berjudul “Rule Of Law” ini
dapat selesai hingga waktu yang telah ditentukan.

Kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan-kekurangan yang ada pada


makalah ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang
kami miliki. Tentunya, makalah ini jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan
hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya dan dapat bermanfaat serta
menambah wawasan.

Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnta kepada
Bapak A. Ashar Prawitno S. IP. M. Si. selaku dosen mata kuliah
“Kewarganegaraan” yang telah mengajarkan, menjelaskan, dan membimbing
kami dalam pembuatan makalah ini. Selain itu juga kami berterima kasih kepada
semua yang telah membantu serta memberi dukungan kepada kami selama
proses pengerjaan makalah ini hingga selesai.

GOWA, 1 NOVEMBER 2022

TIM PENYUSUN

I
Daftar Isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................................II
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................3
1. Faktor hukum........................................................................................................17
2. Faktor penegak hukum..........................................................................................17
3. Faktor sarana dan prasarana.................................................................................17
4. Faktor masyarakat.................................................................................................18
5. Faktor kebudayaan................................................................................................18
1. Mengatasi Perselisihan..........................................................................................19
2. Memberikan Keadilan Hukum...............................................................................19
3. Memberikan Fungsi Administratif.........................................................................19
BAB III PENUTUP........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hukum, mulai dari norma,
nilai, tatakrama, hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan. Tapi
pada kenyataannya hukum di Negara Indonesia masih kurang dalam proses
penegakkannya, terutama penegakkan hukum di kalangan pejabat-pejabat
dibandingkan dengan penegakkan hukum dikalangan menengah ke bawah.
Hal ini terjadi karena di Negara kita, hukum dapat dibeli dengan uang. Siapa
yang memiliki kekuasaan, dia yang memenangkan peradilan. Dengan melihat
kenyataan seperti itu,pembenahan peradilan di Negara kita dapat dimulai dari
diri sendiri dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus memahami dan
menegakkannya sesuai dengan keadilan yang benar.Dalam bahasan ini
dibahas supaya keadilan dapat ditegakkan, maka akan terkait semua
aspekyang ada didalamnya yang mempengaruhi dan menjadi penentu apakah
keadilan dapat ditegakan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Rule Of Law?

2. Bagaimana awal mula terbentuknya Rule Of Law?

3. Apa prinsip-prinsip Rule Of Law?

4. Apa konsep dasar Rule Of Law?

5. Apa faktor-faktor Rule Of Law?

6. Apa fungsi dan tujuan Rule Of Law?

7. Bagaimana Penerapan Rule Of Law di Indonesia?


1
8. Bagaimana contoh kasus tentang Rule Of Law?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Rule Of Law

2. Untuk mengetahui awal mula terbentuknya Rule Of Law

3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Rule Of Law

4. Untuk mengetahui konsep dasar Rule Of Law

5. Untuk mengetahui faktor-faktor Rule Of Law

6. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Rule Of Law

7. Untuk mengetahui Penerapan Rule Of Law di Indonesia

8. Untuk mengetahui contoh kasus tentang Rule Of Law

2
BAB II

PEMBAHASAN

Latar Belakang Rule Of Law

Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke 19,
bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Doktrin
tersebut lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatknya
peran parlemen dalam penyelenggaraan Negara, serta sebagai reaksi terhadap
Negara absolute yang berkembang sebelumnya. Rule of law merupakan konsep
tentang common law tempat segenap lapisan masyarakat dan Negara beserta
seleruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun
diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of law adalah rule by the law dan
bukan rule by the man. Konsep ini lahir untuk mengambil alih dominasi yang
dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, serta menggeser Negara kerajaan
dan memunculkan Negara konstitusi dimana doktrin rule of law ini lahir. Ada
tidaknya rule of law dalam suatu Negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah
rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil,
baik sesama warganegara, maupun dari pemerintah ? oleh karena itu,
pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di suatu Negara merupakan
hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang menjamin perlakuan yang adil
bagi masyarakat.

Untuk membangun kesadaran di masyarakat tentang pentingnya rule by the


law, not rule by the man, maka dipandang perlu memasukkan materi
instruksional rule by the law sebagai salah satu materi di dalam mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan (PKn). PKn sendiri merupakan desain baru bagi
3
kurikulum unti di PTU yang menunjang pencapaian Visi Indonesia 2020 (Tap.
MPR No.VII/MPR/2001) dan visi pendidikan tinggi 2010 (HELTS 2003-2010-
EDGE), serta merupakan salah satu bentuk penjabaran UU No. 20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional yang tidak lagi menyinggung masalah
pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) atau di Perguruan Tinggi
disebut Pendidikan Kewiraan, serta ditiadakannya Pendidikan Pancasila
sebagai mata kuliah tersendiri dari kurikulum Perguruan Tinggi disebut
Pendidikakan kewiraan, serta ditiadakannya Pancasila sebagai mata kuliah
tersendiri dari kurikulum Perguruan Tinggi

2.1 Pengertian Rule Of Law

Rule Of Law merupakan suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada
abad ke 19, bersamaan dengan kelahiran Negara berdasarkan hukum
(konstitusi) dan demokrasi. Kehadiran Rule Of Law boleh disebut sebagai
reaksi dan koreksi terhadap Negara absolute (kekuasaan di tangan
penguasa) yang telah berkembang sebelumnya.

Rule of law merupakan konsep tentang common law tempat segenap


lapisan masyarakat dan lapisan Negara beserta seluruh kelembagaanya
menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan
dan egalitarian.

Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Konsep ini
lahir untuk mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat
dan kerajaan, serta menggeser Negara kerajaan dan memunculkan Negara
konstitusi di mana doktrin rule of law ini lahir. Ada tidaknya rule of law

4
dalam suatu Negara ditentukan oleh “kenyataan” Konsep “Rule of Law”
mengatakan apa – apa tentang “justness” dari hukum itu sendiri, tetapi
hanya bagaimana system hukum beroperasi.

Berdasarkan pengertiannya, Friedman (1959) membedakan rule of law


menjadi dua yaitu;

a. Pengertian Secara formal (in the formal sense)

Rule of Law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi


(organized public power).

Misalnya : Negara.

b. Pengertian secara hakiki /materi (ideological sense)

Rule of Law terkait dengan penegakan rule of law karena menyangkut


ukuran hukum yang baik dan buruk (just and unjust law).

Rule of law terkait erat dengan keadilan sehingga rule of law harus
menjamin keadilan yang dirasakan oleh masyarakat. Rule of Law
merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa keadilan
dapat dilayani melalui pembuatan system peraturan dan prosedur yang
bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.

2.2 Sejarah terbentuknya Rule Of Law

Rule of Law mulai muncul pada abad ke 19, bersamaan dengan


kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Doktrin tersebut lahir sejalan
dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatknya peran parlemen
dalam penyelenggaraan Negara, serta sebagai reaksi terhadap Negara
5
absolute yang berkembang sebelumnya. Rule of law merupakan konsep
tentang common law tempat segenap lapisan masyarakat dan Negara
beserta seleruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang
dibangun diatas prinsip keadilan.

Konsep ini lahir untuk mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja,
ningrat, dan kerajaan, serta menggeser Negara kerajaan dan memunculkan
Negara konstitusi dimana doktrin rule of law ini lahir. Ada tidaknya rule of
law dalam suatu Negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyatnya
benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik
sesama warganegara, maupun dari pemerintah. Oleh karena itu,
pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku di suatu Negara
merupakan hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang menjamin
perlakuan yang adil bagi masyarakat.

Latar belakang kelahiran rule of law:

a. Diawali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan

pemerintahan Negara.
b. Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi

Konstitusional.
c. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstitusional adalah konsepsi negara

hukum.

6
The Rule of Law dikemukakan oleh seorang Albert Venn Dicey pada tabun
1885 yang dituangkannya dalam sebuah buku berjudul Introduction to the
Study of the Law Constitution. Sejak itulah The Rule of Law mulai menjadi
bahan kajian dalam pengembangan negara hukum, bahkan menyebar ke
setiap negara yang memiliki sistem berbeda-beda.

Dalam buku yang ditulis oleh Didi Nazmi Yunus dikemukakan konsep Dicey
tersebut yang intinya bahwa the Rule of Law mengandung tiga unsur
penting, yaitu:

1. Supremacy of Law yaitu dominasi dari aturan-atauran hukum untuk

menentang dan meniadakan kesewenang-wenangan, dan kewenangan


bebas yang begitu luas dari pemerintah;
2. Equality Before the Law yaitu persamaan di hadapan hukum atau

penundukan yang sama dari semua golongan kepada ordinary law of the
land yang dilaksanakan oleh ordinary court ini berarti tidak ada orang yang
berada diatas hukum, baik pejabat maupun warga negara biasa,
berkewajiban untuk mentaati hukum yang sama; 3. Due Prosess of Law
atau terjaminnya hak-hak manusia oleh konstitusi yang merupakan hasil
dari “the ordinary law of land”, bahwa hukum konstitusi bukanlah sumber,
akan tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang dirumuskan
dan ditegaskan oleh peradilan, singkatnya prinsip- prinsip hukum privat
melalui tindakan peradilan dan parlemen sedemikian diperluas sehingga
membatasi posisi crown dan pejabat.

Dalam perkembangan mengenai negara hukum, adanya upaya untuk


menghilangkan batasan pengertian negara hukum antara Rechtstaat dan
7
The Rule of Law, seperti halnya berangkat dari embrio pemikiran para
penggagas negara hukum. Didalam konsep negara hukum the Rule of Law
terdapat konsep Rule by Law atau biasa disebut konsep tindakan negara
harus berdasarkan hukum yang memiliki arti bahwa hukum menjadi suatu
acuan bagi praktek atau tindakan yang dilakukan oleh negara atau
pemerintah Didalam konsep Rule by Law merupakan sebuah gagasan
bahwa hukum adalah sarana negara melakukan urusan, segala tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah, harus sesuai dengan aturan hukum.
Sehingga apapun yang dikatakan oleh hukum adalah suatu perintah yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah.

• The Rule of Law dalam konsep Anglo Saxon

Abad XIX pertama kali dikemukakan oleh Albert Venn Dicey dalam karyanya
yang spektakuler Introduction to the study of the law of constitution yang
diterbitkan pada tahun 1885. Dalam kajian literatur konsep Rule of Law gen
nya telah mulai ada sejak pemerintahan Henry II (1164 M) dalam naskah
konstitusi pertama di Inggris (Constitution of Clarendon) Naskah tersebut
kemudian digantikan dengan Piagam Magna Charta tahun 1215, yang isinya
mengenai beberapa pembatasan atas kekuasaan raja tentang perpajakan,
hak milik warga negara, kebebasan dan ancaman apabila raja melanggar
piagam tersebut. Piagam Magna Charta adalah cikal bakal penyusunan Bill
of Right.

8
Tiga unsur yang dikemukakan Dicey dalam Konsep Rule of Law, dalam
perkembangannya banyak mengalani perubahan sepanjang perjalanan
sejarah praktek kenegaraan Inggris. Hal ini sejalan dengan ideologi-ideologi
yang terus merambah terutama faham-faham yang dikemukakan Marx
yang mempengaruhi pola pemerintahan di mana kedudukan supremasi
hukum terancam dengan meluasnya kekuasaan pemerintah.

Menurut penelitian Wade dan Philips dalam karya Constitutional Law,


bahwa Rule of Law sejak tahun 1955 sudah berbeda dibandingkan pada
waktu awalnya. Penurunan eksistensi Rule of Law

9
dilatari adanya konsep baru mengenai "Welfare State" yakni negara
kesejahteraan pada pertengahan abad XX. Dalam konsep Rule of Law saat
itu di mana pembatasan bagi pemerintah untuk tidak campur tangan dalam
urusan warganya dalam bidang sosial maupun ekonomi berubah drastis
karena rakyat juga tidak dalam keadaan yang sejahtera, oleh karenanya
pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan harus aktif
mengatur kehidupan ekonomi dan sosial.

• The Rule of Law dalam Konsep Eropa Kontinental

Reaksi keras yang muncul atas konsep negara polisi (polizei Staat) karena
negara sangat bersifat absolutisme walaupun konsepsinya
menyelenggarakan semua kebutuhan hidup warga negaranya, namun hal
itu tidak mampu diwujudkan menjadi suatu kenyataan dimasyarakat.
Karena banyaknya pergeseran yang sangat dramatis seperti kesewenangan
Louis XIV di Perancis yang melahirkan revolusi besar-besaran di Perancis
pada tahun 1789, di mana peranan kaum borjouis sangat besar dalam
mengatur kegiatan kenegaraan. Kejadian ini sebenarnya bermula dari apa
yang di konsepkan oleh seorang Immanuel Kant (1724-1804) dalam
karyanya Methaphysiche Ansfangsgrunde der Rechtslehre.

Penyelenggaraan negara dalam konsep ini untuk hal perekonomian dan


kemakmuran diserahkan kepada kaum borjouis dan cendikiawan, negara
hanya dalam bal mengurus masalah penyelenggaraan ketertiban dan
keamanan (negara hukum penjaga malam), pemikiran logis jika

10
kemakmuran tidak akan tercapai karena kemakmuran itu hanya akan
diperoleh oleh kaum konglomerat dan kaum liberal saja.

International Commission of Jurist di Bangkok tahun 1965 meninjau


kembali konsep yang dituangkan oleh Dicey dan Kant dan pada pertemuan
itu konsep itu diperluas dengan menekankan kepada dynamic aspects of
the rule of law in the modern age" yang merumuskan dasar-dasar
pemerintahan yang demokratis dibawah Rule of Law, adapun rumusan
tersebut adalah :

1. Perlindungan konstitusional;

2. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

3. Pemilihan umum yang bebas;

4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;

5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi;

6. Pendidikan kewarganegaraan (civil education).

Rumusan yang dituangkan oleh Commision Of Jurist tersebut menurut


Miriam Budiardjo, sebagai berikut: "Konsep dinamis mengenai Rule of Law
dibandingkan dengan perumusan abad ke-19 sudah jauh berbeda.
Kecenderungan pihak eksekutif untuk menyelenggarakan tugas yang jauh
lebih banyak dan intensif daripada dulu dalam masa Nachtwachterstaat
telah diakui keperluannya.

2.3 Prinsip-prinsip Rule Of Law

11
Profesor Utrecht membedakan antara prinsip hukum secara formal (klasik)
dan prinsip hukum materiel (modern). Prinsip Hukum secara Formal hanya
berisi pengertian hukum yang bersifat formal dan sempit, yakni dalam arti
peraturan perundang-undangan yang tertulis. sedangkan prinsip hukum
materiel yang lebih mutakhir mencakup pula pengertian keadilan di
dalamnya. Karena itulah, Wolfgang Friedman dalam bukunya ‘Law in a
Changing Society’ membedakan antara ‘rule of law’ dalam arti formal, yaitu
dalam arti ‘organized public power’ dan ‘rule of law’ dalam arti materiel,
yaitu ‘the rule of just law’. Pembedaan ini dimaksudkan untuk menegaskan
bahwa keadilan tidak serta-merta dapat terwujud secara substansif dalam
konsepsi negara hukum, terutama karena pengertian orang mengenai
hukum itu sendiri dapat dipengaruhi oleh aliran pengertian hukum secara
formal, tetapi dapat pula dipengaruhi oleh aliran pikiran hukum materiel.
Jika hukum dipahami secara kaku dan sempit dalam arti peraturan
perundang-undangan semata, niscaya pengertian negara hukum yang
dikembangkan juga bersifat sempit dan terbatas serta belum tentu
menjamin keadilan yang nyata.

Untuk dapat memahami lebih lanjut terkait kedua prinsip rule of law
tersebut, berikut penjabarannya:

1) Prinsip-Prinsip Rule of Law Secara Formal

Di Indonesia, prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam


pembukaan UUD 1945 yang menyatakan

12
a.bahwa kemerdekaan itu hak segala bangsa, ...karena tidak sesuai
dengan peri

kemanusiaan dan “peri keadilan”;

b...kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan


makmur;

c....untuk memajukan “kesejahteraan umum”, ….dan “keadilan sosial”;

d.…disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu

“Undang-undang Dasar Negara Indonesia”;


e.“kemanusiaan yang adil dan beradab”; dan

f.…serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal


terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia, juga “keadilan sosial”
sehingga pembukaan UUD 1945 bersifat tetap dan instruktif bagi
penyelenggaraan Negara. Prinsip-prinsip di atas merupakan dasar hukum
pengambilan kebijakan bagi penyelenggaraan Negara/pemerintahan, baik
di tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa
keadilan terutama keadilan sosial.

Prinsip-prinsip rule of law secara formal juga termuat dalam pasal-pasal


UUD 1945, yaitu: a.Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 Ayat
(3)).
13
b.Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal
24 Ayat 1).

c.Segala warga Negara bersamaan kedudukannnya di dalam hukum dan


pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1).

d.Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 Pasal, antara lain
bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang di hadapan hukum (pasal
28 D ayat 1).

e.Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakua
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D Ayat 2).

2) Prinsip-prinsip Rule of Law Secara Materiel

Prinsip-prinsip rule of law secara materiel sangat erat kaitannya dengan


“the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaran
pemerintahan, terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi
prinsip-prinsip rule of law. Berdasarkan pengalaman berbagai Negara dan
hasil kajian, menunjukkan bahwa keberhsilan “the enforcement of the rules
of law” bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa (sunarjati
Hartono: 1982). Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa rule of law
merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan
mempunyai akar budaya yang khas pula.

14
Rule of law juga merupakan legalisme; suatu aliran pemikiran hukum yang
di dalamnya terkandung wawasan sosial. Rule of law juga merupakan
gagasan tentang hubungan antarmanusia, masyarakat dan negara yang
dengan demikian memuat nilai-nilai tertentu sehingga menghasilkan
struktur sosiologis sendiri. Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa
keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur
yang bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.

Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan terkait rule of law telah


banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai
hasil yang optimal sehingga rasa keadilan bisa secara optimal terus
dilaksanakan agar tujuan yang diinginkan dapat segera terwujud.

2.4 Konsep dasar Rule Of Law

Menurut AV. Dicey keunikan cara berhukum orang-orang Inggris yang


menganut sistem common law merupakan konsep dari Rule Of Law dimana
masyarakat dan pemerintah taat dan patuh kepada hukum sehingga
ketertiban dapat dinikmati bersama- sama yang tidak ditemukan di
beberapa negara Eropa lainnya.

15
A.V. Dicey menguraikan adanya 3 unsur penting dalam setiap negara hukum

yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:

1. Supremacy of Law yaitu dominasi dari aturan-atauran hukum untuk

menentang dan meniadakan kesewenang-wenangan, dan kewenangan


bebas yang begitu luas dari pemerintah;

2. Equality Before the Law yaitu persamaan di hadapan hukum atau

penundukan yang sama dari semua golongan kepada ordinary law of the
land yang dilaksanakan oleh ordinary court ini berarti tidak ada orang yang
berada diatas hukum, baik pejabat maupun warga negara biasa,
berkewajiban untuk mentaati hukum yang sama;

3. Due Prosess of Law atau terjaminnya hak-hak manusia oleh konstitusi

yang merupakan hasil


dari “the ordinary law of land”, bahwa hukum konstitusi bukanlahsumber,
akan tetapi

merupakan konsekwensi dari hak-hak individu yang dirumuskan dan


ditegaskan oleh peradilan, singkatnya prinsipprinsip hukum privat melalui
tindakan peradilan dan parlemen

sedemikian diperluas sehingga membatasi posisi crown dan pejabat.

16
2.5 Faktor- faktor Rule Of Law

Sebagaimana dikutip dari jurnal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Efektifitas Penegakan atau Penerapan Hukum (2021) karya Muriani,
Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa ada 5 faktor yang memengaruhi
penegakan hukum, yaitu diantara

1. Faktor hukum

Adalah faktor penegakan hukum yang berkaitan dengan aturan hukum.


Aturan ini merupakan titik awal dalam proses penegakan hukum. Bisa
dikatakan aturan inilah yang menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum
dan juga masyarakat.

2. Faktor penegak hukum

Adalah peran aparat penegak hukum dalam menegakkan aturan hukum


yang berlaku. Faktor ini juga meliputi bagaimana para aparat bisa
menegakkan aturan hukum sesuai dengan tugas dan penggunaan
wewenang yang tepat.

3. Faktor sarana dan prasarana

Adalah ketersediaan sumber daya pendukung dalam proses penegakan


hukum. Sarana dan prasarana ini harus dikaji lebih jauh, khususnya tentang
kualitas dan kuantitas atau jumlahnya.
17
4. Faktor masyarakat

Adalah faktor yang berkaitan dengan masyarakat, khususnya mengenai


pemahaman dan pengetahuan soal aturan atau norma hukum. Faktor ini
juga meliputi kepercayaan dan pemikiran masyarakat terhadap aparat
penegak hukum.

5. Faktor kebudayaan

Adalah ketetapan tentang apa yang boleh atau harus dilakukan, dan mana
yang dilarang. Dalam kaitannya dengan penegakan hukum, faktor
kebudayaan memengaruhi bagaimana perilaku masyarakat sebelum
dan setelah mengetahui norma hukum yang ada.

2.6 Fungsi dan Tujuan Rule Of Law

tujuan:

Tujuan diberlakukannya ajaran Rule Of Law adalah untuk menghindari


tindakan sewenang wenang penguasa terhadap rakyat dan melindungi HAM
rakyat

fungsi:

18
Fungsi Rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal
terhadap ” rasa keadilan ” bagi rakyat indonesia dan juga ” keadilan sosial ”
sehingga di atur pada pembukaan UUD 1945.

adapun beberapa fungsi lain dari rule of law,ialah :

1. Mengatasi Perselisihan

Aturan hukum memastikan bahwa hakim memutuskan perselisihan dalam


hal aturan yang diketahui dan umum yang ada dan tidak sesuai dengan
keinginan yang diinginkan dari hasil tertentu. Tujuan hakim adalah untuk
menjaga ketertiban, bukan untuk mencapai beberapa hasil spesifik atau
mengarahkan sumber daya masyarakat kepada orang atau kegunaan
tertentu. Fungsinya adalah untuk memastikan, mengartikulasikan, dan
menyempurnakan aturan keadilan yang akan memungkinkan pelestarian
tatanan sosial.

2. Memberikan Keadilan Hukum

Keadilan distributif (yaitu, sosial) tidak dapat didamaikan dengan supremasi


hukum. Aturan hukum hanya menetapkan aturan untuk permainan sosial.
Aturan-aturan perilaku yang adil ini berlaku untuk sejumlah orang, kasus,
dan kejadian yang belum diketahui dan tidak dapat ditentukan. Aturan-
aturan ini tidak memiliki referensi ke orang, tempat, atau objek tertentu.
Singkatnya, hukum semacam itu tidak mencoba untuk menentukan siapa
yang akan menjadi pemenang atau pecundang atau apa yang akan muncul
dari masyarakat dari aturan-aturan ini.
19
3. Memberikan Fungsi Administratif

Ada kecenderungan untuk fungsi pencarian hukum pemerintah menjadi


bingung dengan fungsi administratifnya. Banyak dari apa yang kita anggap
sebagai hukum hari ini adalah undang-undang administratif yang
dimaksudkan untuk mengarahkan operasi internal pemerintah, daripada
untuk mempertahankan keadilan. Dengan kata lain, aturan organisasi yang
berwenang secara keliru diberi status yang sama dengan aturan umum
keadilan. Ketika perbedaan antara perintah administratif dan aturan
peradilan menjadi kabur, kekangan pada kekuatan pemerintah telah
melemah. Hal ini menyebabkan kesan yang salah bahwa pejabat terpilih
kami memiliki dan harus memiliki kekuasaan sebanyak mungkin dalam
memutuskan aturan keadilan seperti dalam perumusan dan pelaksanaan
proposal administratif.

2.7 Penerapan Rule Of Law di Indonesia

Penerapan Rule of Law di Indonesia

Sebagai negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) dan bukan


berdasarkan kekuasaan (machstaat), Indonesia juga menerapkan konsep
Rule of Law sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat
(1), dan Pasal 28D ayat (1)UUD 1945.

Menurut Jimly Asshiddiqie, isi rumusan tersebut mengindikasikan


pemenuhan konsep rule of law di Indonesia, yaitu:

20
a. Adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi;

b. Dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan;

c. Adanya jaminan hak asasi manusia;

d. Adanya peradilan bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan

warga negara di hadapan hukum, dan menjamin keadilan bagi setiap


orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang
berkuasa.

Salah satu perwujudan rule of law di Indonesia dapat dilihat dari penerapan
peraturan perundang-undangan sebagai fondasi peran lembaga negara dan
pelayannya secara administrasi di Indonesia.

Penerapan rule of law juga dapat dilihat dari diterapkannya sistem hukum
Pancasila di Indonesia. Dalam hal ini, hakim berhak menafsirkan dan
berpendapat di luar ketentuan hukum dalam memutus sebuah perkara
karena hukum dipandang 2 sisi, yaitu secara formal dan materil.

2.8 Contoh kasus tentang Rule Of Law

1.Kasus Prita Mulvasari

Prita Mulyasari, seorang ibu dari dua orang anak yang masih kecil harus
mendekam dibalik jeruji karena didakwa atas pelanggaran Pasal 27 ayat
3Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Dari pengakuannya, ia menjadi korban oknum perusahaan RS
Omni International Alam Sutera yang memperlakukan dia bak sapi perahan.

21
Pasien yang harusnya mendapat prioritas pelayanan kesehatan yang
prima, justru

menjadi obyek eksploitasi finansial dan bahkan jika apa yang diungkapkan
oleh ibu Prita Mulyasari dalam email/surat pembaca itu benar , maka
secara insitusi RS Omni Internasional melindungi oknum dokter yang
melakukan mal-praktik. Pihak manajemen RS

Omni telah menggunakan kekuasaan jaringan dan keuangan untuk


mendukung perbuatan

yang tidak semestinya dan


sebagainya. 2.Kasus Nazaruddin

Koruptor melarikan diri ke luar negeri yang kemudian menjadi buronan saat
ini sudah bukan lagi suatu fenomena baru di Indonesia, namun sudah
menjadi layaknya suatu kebiasaan yang saat ini sudah tidak tabu lagi
didengar dalam pemberitaan di media massa dari zaman Orde Baru hingga
sekarang. Kejadian sekitar tahun 1993-1995, Indonesia dihebohkan oleh
pembobolan Bank Bapindo senilai Rp1,3 triliun yang dilakukan oleh Edy
Tanzil. Bisa dibayangkan seberapa besar nilai uang yang "dirampok" pada
tahun itu, namun meskipun dijatuhi penjara 20 tahun, tapi dia berhasil
melarikan diri dan saat ini hilang seperti ditelan bumi, kemudian kasusnya
pun terkubur. Pada pemberitaan lain, Indonesia Corruption Watch (ICW)
mencatat seiak 2001 hingga saat ini ada 45 koruptor telah dan pernah
melarikan diri. Pelarian baru-baru ini dilakukan Muhammad Nazaruddin,
seorang bendahara umum partai berkuasa yang diduga terlibat kasus suap
pembangunan wisma atlet Sea Games di Palembang yang merugikan

22
negara Rp 25 miliar. Kejadian pelarian oleh para koruptor kemudian
menjadi marak di negara kita, dan aparat penegak hukum pun terlihat tidak
ada tindakan nyata dan tegas dalam melakukan pencarian dan
pengembalian tersangka. Setelah Nazaruddin kembali ke tanah air,
pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan due process of law dengan
memperhatikan hak-hak Nazaruddin dan jangan sampai direkayasa dan
diintervensi oleh pihak-pihak tertentu sehingga hasil interogasi sudah
diarahkan untuk kepentingan politik. Nazaruddin harus disterilkan dari
pertemuan dankomunikasi dengan anggota partai Demokrat dan harus
bebas dari segala percobaanmempengaruhinya. Para pejabat KPK yang
dituding dan bertemu dengan Nazaruddin seyogyanya tidak ikut serta
menangani perkara Nazaruddin karena ada konflik kepentingan.Kalau saja
ia dapat membantu mengungkapkan korupsi oleh banyak pihak,
kemungkinanbesar hukumannya akan diperingan. Tetapi kalau dia
dibungkam maka reputasi KPK dan pemerintah akan terpuruk dan akan
menjadi perhatian dunia internasional karena kita telah

mengabaikan due process of law khususnya fair trial. Terbetik berita


Nazaruddin menolak didampingi dan dibela advokat, hal ini merupakan hal
yang aneh karena sejak semula dia sudah menunjuk advokat di Singapura,
Indonesia dan Kolombia. Akan timbul pertanyaan kenapa sekarang
Nazaruddin tiba tiba tidak mau dibela advokat. Sedangkan right to counsel
atau hak menunjuk advokat adalah hak asasi manusia seorang tersangka
dan tidak boleh diabaikan dengan alasan apapun. Justru membela klien
adalah fungi advokat dan bukan menangkap atau menahan tersangka yang
menjadi tanggung jawab polisi.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep Rule Of Law adalah konsep negara hukum Anglo Saxon sedangkan Negara
Eropa Kontinental dikenal dengan Rechstaat. Di Indonesia konsep tersebut
memiliki ciri khas dan asli dari pemciptaan bangsa Indonesia dengan sebutan
“Negara berdasar atas hukum”

B. Saran

Perlu pemahaman lebih lanjut dengan kajian-kajian yang aktual sehubungan


dengan perubahan terhadap UUD 45, apakah masih ada ide-ide dasarnya memiliki
keterkaitan antara konsep Rule Of Law dan Rechstaat, sehingga memunculkan
cara pandang yang jelas tentang teori bernegara bangsa Indonesia.

24
DAFTAR PUSTAKA

3 Fungsi dan Tujuan Rule Of Law yang Utama dan Terpenting. (n.d.).
Retrieved from https://guruppkn.com/fungsi-rule-of-law/amp

Augustine, V. (2022, April Kamis). Konsep Rule Of Law dan Penerapannya di


Indonesia.

Retrieved from https://www.hukumonline.com/klinik/a/konsep-


irule-of-law-i-dan- penerapannya-di-indonesia-lt624ebfa5a3b7e

Budianto, V. A. (2022, April Kamis). Konsep Rule Of Law dan Penerapannya di


Indonesia.

Retrieved from https://www.hukumonline.com/klinik/a/konsep-


irule-of-law-i-dan- penerapannya-di-indonesia-lt624ebfa5a3b7e

Prasetyo, T. (2010, Oktober). RULE OF LAW DALAM DIMENSI NEGARA HUKUM


INDONESIA.

Retrieved from Sugito, H.A.T. 2005. Rule of Law. Materi Kursus Calon
Dosen Kewarganegaraan, 12 – 23 Desember 2005, Jakarta. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Putri, V. K. (2021, Oktober 11). Faktor- faktor yang Memengaruhi Penegakan


Hukum. Retrieved from
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/skola/read/2021/10/
11/170000469

/faktor-faktor-yang-memengaruhi-penegakan-hukuma

25
RULE OF LAW. (n.d.). Retrieved from
https://repository.unikom.ac.id/33212/1/%28PERTEMUAN%20XII
%29%20RULE%20OF% 20LAW.pdf

Sujono, I. (2019, September). RULE OF LAW (PENEGAKAN ATURAN HUKUM).


Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/335589822_RULE_OF_THE_LA
W_PENEGAKA N_ATURAN_HUKUM

Wijaya, M. H. (2013). Keberadaan Konsep Rule By Law (Negara Berdasarkan


Hukum) Di Dalam Teori Negara Hukum The Rule Of Law. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/44075-ID-keberadaan-
konsep-rule-by-law- negara-berdasarkan-hukum-didalam-teori-negara-
huku.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai