Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NEGARA HUKUM DAN HAM

Disusun oleh: Kelompok 2

1. Ariq Runa Attala (2104431122)


2. Audy Meidina (2104431096)
3. Eva Faizah Rachmah (2104431116)
4. Ghina Zafira Handriantiwi (2104431117)
5. Mohammad Dhafa Darmawan (2104431119)
6. Nicholas Sahala Panjaitan (2104431098)
7. Tesalonika Riris (2104431095)
8. Thalia Agatha (2104431105)

Dosen Mata Kuliah


Radhiyatuz Zahra, S.Hum., M.H.

Jurusan Akuntansi
Prodi Akuntansi Keuangan Terapan
Politeknik Negeri Jakarta
Tahun 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “Negara Hukum dan HAM”.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan
tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang. Mengingat tidak ada yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Depok, 16 Mei 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................3

2.1 Rule of Law..........................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Rule of Law.................................................................................3

2.1.2 Prinsip Rule of Law.................................................................................7

2.1.3 Fungsi Rule of Law.......................................................................................8

2.1.4 Strategi Pelaksanaan Rule of Law...............................................................10

2.2 Makna Indonesia sebagai negara hukum dan prinsip-prinsipnya......................10

2.2.1 Pengertian Negara Hukum..........................................................................10

2.2.2 Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia..............................................11

2.2.3 Perwujudan Negara Hukum di Indonesia....................................................13

2.3 Hubungan negara hukum dengan HAM............................................................17

2.4 Penegakan HAM di Indonesia...........................................................................18

2.4.1 Pengertian Hak Asasi Manusia...................................................................18

2.4.2 Ciri Pokok Hak Asasi Manusia...................................................................20

2.4.3 Sifat Hak Asasi Manusia.............................................................................20

BAB 3 PENUTUP......................................................................................................24

ii
3.1 Kesimpulan........................................................................................................24

3.2 Saran..................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Penegakan HAM yang
kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: “kemerdekaan”, yang
telah berabad-abad dirampas oleh penjajah.
Para pendiri bangsa berharap agar terwujudnya pemerintahan yang melindungi
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Semua itu merupakan
gagasan-gagasan dasar yang melandasi kehidupan negara yang demokratis maka dari itu
dibuatlah hukum- hukum yang berlaku saat ini.
Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi warganya.
Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara atau
dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan bagi
pergaulan hidup warganya.
Salah satu asas penting negara hukum adalah asas legalitas. Asas legalitas berkaitan
erat dengan gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum. Gagasan demokrasi menuntut
agar setiap bentuk Undang-undang dan berbagai keputusan mendapatkan persetujuan dari
wakil rakyat dan sebanyak mungkin memperhatikan kepentingan rakyat. Gagasan negara
hukum menuntut agar penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah harus didasarkan pada
Undang- undang dan memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat yang tertuang
dalam Undang-undang.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penulisan latar belakang tersebut, terdapat beberapa rumusan


masalah:
1. Apa yang dimaksud Rule of Law?
2. Apa saja fungsi dari Rule of Law?
3. Apa makna Indonesia sebagai negara hukum dan prinsip- prinsipnya?
4. Apa hubungan negara hukum dengan HAM?
5. Bagaimana penegakan HAM di Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan, juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa
pada umumnya mampu memahami mengenai Negara Hukum dan HAM..

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Rule of Law

Rule of Law merupakan konsep tentang common law dimana segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum
yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of Law merupakan doktrin
hukum yang mulai muncul pada abad ke 19, bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi
dan demokrasi. Doktrin tersebut lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan
meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan Negara, serta sebagai reaksi terhadap
Negara absolute yang berkembang sebelumnya.

Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. Konsep ini lahir untuk
mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, serta menggeser
Negara kerajaan dan memunculkan Negara konstitusi dimana doktrin rule of law ini lahir.
Ada tidaknya rule of law dalam suatu Negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyatnya
benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik sesama warganegara,
maupun dari pemerintah ? Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang berlaku
di suatu Negara merupakan hukum yang adil, artinya kaidah hukum yang menjamin
perlakuan yang adil bagi masyarakat.

2.1.1 Pengertian Rule of Law

Rule of law adalah istilah asing yang sering digunakan di kalangan masyarakat kita.
Istilah ini cukup populer dan bahkan tidak jarang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang
berhubungan dengan penegakan hukum, supremasi hukum atau perlindungan HAM. Karena
itu, istilah Rule of Law hanya dikenal di kalangan hukum saja, tetapi juga di dalam
masyarakat luas.

3
Menurut Satjipto Raharjo, Rule Of Law adalah suatu institusi sosial yang juga
memiliki struktur sosial sendiri serta memperakar budaya sendiri . Rule Of Law tumbuh serta
berkembang ratusan tahun seiring dengan pertumbuhan pada masyarakat Eropa, sehingga
dapat memperakar sosial serta budaya eropa,yang bukan institusi netral. Gerakan pada
masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja ataupun penyelenggara negara harus
dapat dibatasi dan juga diatur dengan cara suatu peraturan perundang-undangan, serta
pelaksanaan didalam hubungannya dengan segala peraturan perundang-undangan inilah yang
sering diistilahkan dengan Rule Of Law.

Ada yang memberikan pengertian Rule of law itu sebagai kekuasaan


hukum,supremasi hukum, sebagai lawan dari kekuasaan perorangan atau golongan (Subekti,
1989 : 97).

Menurut Friedman sebagaimana dikutip oleh Sunaryati Hartono, 1982:12), kata Rule
of law dapat dipakai dalam dua arti ; arti formal (formal sense) dan arti hakiki (ideological
sense). Dalam arti formal, Rule of law berarti organized public power atau kekuasaan umum
yang terorganisir, di mana organisasi hukum (termasuk organisasi yang disebut negara),
mempunyai Rule of Law. Dengan demikian kita dapat berbicara tentang Rule of law di
negara mana saja, baik di negara liberalis, sosialis/komunis ataupun negara Pancasila.

Dalam Penegakan Rule of Law, maka yang biasa dipakai adalah Rule of Law dalam
arti hakiki (materiil). Rule of law dalam arti hakiki menyangkut ukuran tentang hukum yang
baik dan hukum yang buruk (Sunarjati Hartono, 1982:12). Tetapi, karena di sini kita
berbicara masalah keadilan, maka tidak mungkin mencapai suatu perumusan tentang Rule of
law yang berlaku universal, karena keadilan pun merupakan suatu pengertian yang relatif
(Hartono, 1982:12-13).

Sesuatu yang dirasakan adil oleh sesuatu masyarakat atau bangsa, belum tentu
dirasakan adil oleh masyarakat atau bangsa lainnya. Itu sebabnya lebih baik kita menjauhkan
diri dari perdebatan makna adil secara generalis. Bahkan makna adil secara netral pun tidak
mungkin diajukan secara memuaskan bagi seluruh kelompok masyarakat.

Tidak hanya tempat atau masyarakat yang membuat suatu istilah mempunyai arti
yang berbeda, tetapi juga waktu. Menurut Friedman, pengertian Rule of law di masa

4
rasionalisme abad 18 berbeda dengan abad 19, dan berbeda pula dengan pengertian Rule of
law pada masa sekarang ini. "... A meaningful definition of the rule law must be based on the
realities of contemporary society ...",(dalam Hartono, 1982:13).

Tetapi, menurut Sunarjati Hartono sendiri, inti dari Rule of lau (the basic value)
masih tetap sama, yaitu bahwa Rule of law harus menjamin apa yang oleh masyarakat yang
bersangkutan dipandang sebagai keadilan, khususnya keadilan sosial (Hartono, 1982:14).
Keadilan sosial meliputi berbagai bidang, antara lain sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Menurut Ismail Suny, istilah Rule of law sebagai yang didefinisikan dan ditafsirkan oleh
International Commission of Jurist, mencoba untuk menekankan bahwa kepastian hukum saja
tidak cukup dan konsepsi yang lebih luas mengenai keadilan yang berbeda dari ketentuan-
ketentuan hukum positif adalah terkandung dalam istilah Rule of lau, bahkan sesungguhnya
menentukan aspek yang lebih vital (Ismail Suny, 1982:137-138).

Konsepsi Rule of law yang dikenal dan dianut di negara-negara Anglo Saxon, mirip
dengan konsepsi negara di Eropa Kontinental. Dicey mengkristalisasikan konsepsi Rule of
law menjadi tiga unsur (Persahi, 1989:18), yaitu :

1) Supremacy of law ;
2) Equality before the law.
3) The constitution based on individual right.

Unsur Supremacy of Law mengandung arti bahwa tidak ada kekuasaan yang
sewenang-wenang (arbitrary power), baik rakyat (yang diperintah) maupun raja (yang
memerintah). Kedua-duanya tunduk pada hukum (regular law). Prinsip ini menempatkan
hukum dalam kedudukan sebagai panglima. Hukum dijadikan sebagai alat untuk
membenarkan kekuasaan, termasuk membatasi kekuasaan itu. Jadi yang berkuasa, berdaulat
dan supreme adalah hukum, dan bukan kekuasaan."

Unsur supremasi hukum ini dapat dikatakan bersifat sama dengan ajaran yang
dikemukakan Krabbe tentang teori kedaulatan hukum (rechts soevereiniteit) , teori yang
menentang ajaran staats souvereiniteit yang umumnya dianut oleh pemikir-pemikir
kenegaraan Jerman. Perwujudan prinsip supremasi hukum (supremacy of law) di negara-
negara Anglo Saxon sedikit berbeda dengan apa yang terjadi di negara-negara Eropa

5
Kontinental yang menganut konsep rechtstaats. Supremasi hukum menurut konsep ini
(rechtsstaat) adalah menempatkan negara sebagai subyek hukum, sehingga konsekuensi
hukumnya dapat dituntut di pengadilan. Sementara di negara Anglo Saxon tidaklah demikian,
supremasi hukum menurut konsep Rule of Law, tidak menempatkan sebagai subyek hukum.
negara dalam konsep ini tidak dapat berbuat salah, sehingga konsekuensinya tidak dapat
mempertanggungjawabkan sesuatu di pengadilan.

Unsur Equality Before the Law, mengandung arti bahwa semua warga negara tunduk
selaku pribadi maupun kualifikasinya sebagai pejabat negara tunduk pada hukum yang sama
dan diadili di pengadilan biasa yang sama. Jadi setiap warga negara sama kedudukannya
dihadapan hukum. Penguasa maupun warga negara bisa; apabila melakukan tort (perbuatan
melanggar hukum: Surechtmatige daad; delict), maka akan diadili menurut aturan Common
Law dan di pengadilan biasa.

Equality Before The Law yang dikemukakan oleh Dicey adalah dilatar belakangi
adanya suatu realitas pada saat itu di Inggris, yang dia lihat sangat baik dan ia bermaksud
memberikan kritikan pada situasi saat itu terhadap Perancis yang pemerintahannya
memperlakukan perbedaan antara pejabat negara dengan rakyat biasa.

Unsur Constitution Based on Human Rights jika ditelaah mengandung arti adanya
suatu Undang-Undang Dasar yang biasa disebut degan konstitusi. Konstitusi disini bukan
berarti merupakan sumber akan hak-hak asasi manusia melainkan indikator-indikator dari
bak-hak asasi manusia itulah yang ditanamkan dalam sebuah konstitusi, secara harfiah dapat
dikatakan bahwa apa yang telah dituangkan ke dalam konstitusi itu haruslah dilindungi
keberadaannya.

Adanya perlindungan hak - hak individu yang tegas di dalam konsepsi Rule of law
telah membuat beberapa pakar hukum Indonesia yang merasa keberatan terhadap konsepsi
Rule of law . Dalam hal ini tidak hanya beberapa orang pakar hukum Indonesia merasa
kurang sesuai dengan konsepsi Rule of law, tetapi ada juga pakar hukum dari negara - negara
berkembang lainnya.

6
Rule Of Law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “ rasa
keadilan “ bagi rakyat Indonesia dan juga “ keadilan sosial “ . inti dari Rule Of Law adalah
adanya keadilan bagi masyarakat , terutama keadilan sosial.

Aturan hukum juga disebut supremasi hukum, berarti bahwa hukum diatas semua
orang dan itu berlaku bagi semua orang. Apakah gubernur atau diatur, apakah penguasa atau
dikuasai, tidak ada yang diatas hukum, tidak ada yang dibebaskan dari hukum, dan tidak ada
yang dapat memberikan dispensasi untuk penerapan hukum.

Penegakan hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai dengan keputusan
yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip – prinsip atau hukum yang dikenal, tanpa
intervensi kebijaksanaan dalam aplikasi mereka. Peribahasa ini dimaksudkan sebagai
pelindung terhadap pemerintahan yang sewenang – wenang. Kata “sewenang – wenang”
(dari bahasa latin “penengah”) menandakan suatu keputusan yang dibuat di atas
kebijaksanaan wasit, bukan menurut aturan hukum.

Secara umum, hukum adalah kumpulan aturan – aturan yang ditetapkan oleh negara
dikenakan sanksi atau konsekuensi. Yang dominan adalah bahwa konsep “rule of law”
mengatakan apa – apa tentang “justness” dari hukum itu sendiri, tetapi hanya bagaimana
sistem hukum beroperasi. Sebagai konsekuensi dari ini, bangsa yang sangat tidak demokratis
atau satu tanpa menghargai hak asasi manusia bisa eksis dengan “rule of law” sebuah situasi
yang mungkin terjadi didalam beberapa diktator modern. “Aturan hukum” atau Rechtsstaat
mungkin kondisi yang diperlukan untuk demokrasi, tetapi bukan syarat cukup.

Secara sederhana , Negara hukum merupakan Negara yang penyelenggaraan


kekuasaan pemerintah dan lembaga – lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun
harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam Negara
hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan (supremasi hukum)
dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa kemal pasha, 2003 ).

2.1.2 Prinsip Rule of Law

Prinsip-prinsip Rule of Law Secara Formal (UUD 1945)


1. Negara Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 Ayat 3)

7
2. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum serta pemerintahan itu tanpa kecuali (Pasal 27 Ayat 1)
3. Setiap orang berhak atas jaminan, perlindungan ,pengakuan, serta kepastian hukum
yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (Pasal 28D Ayat 1)
4. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan juga layak dalam hubungan kerja (Pasal 28D Ayat 2)

Prinsip-prinsip Rule of Law secara Materiil atau Hakiki


1. Sangat berkaitan erat dengan the enforcement of the rule of law.
2. The enforcement of the rule of law keberhasilannya sangat bergantung dengan
kepribadian dari masing masing negara terkait yang menerapkannya.
3. Rule of law memiliki akar sosial dan juga akar budaya eropa.
4. Rule of law merupakan suatu legalisme, aliran, ataupun pemikiran yang berkaitan
dengan hukum. Yang mana dalam isinya mengadung wawasan sosial, gagasan
hubungan antar manusia dan juga masyarakat serta negaranya.

2.1.3 Fungsi Rule of Law

1. Mengatasi Perselisihan
Aturan hukum memastikan bahwa hakim memutuskan perselisihan dalam hal aturan
yang diketahui dan umum yang ada dan tidak sesuai dengan keinginan yang diinginkan dari
hasil tertentu. Tujuan hakim adalah untuk menjaga ketertiban, bukan untuk mencapai
beberapa hasil spesifik atau mengarahkan sumber daya masyarakat kepada orang atau
kegunaan tertentu.

Fungsinya adalah untuk memastikan, mengartikulasikan, dan menyempurnakan


aturan keadilan yang akan memungkinkan pelestarian tatanan sosial. Seorang hakim tidak
mengeluarkan fatwa – dia hanya untuk memerintah ketika perselisihan diajukan kepadanya.
Setelah undang-undang telah menarik batas-batas kebijaksanaan individu, pengadilan
seharusnya tidak menebak-nebak penggunaan individu atas kebijaksanaan itu. Hakim harus
melaksanakan hukum dan tidak mengubah hukum.

2. Memberikan Keadilan Hukum

8
Keadilan distributif (yaitu, sosial) tidak dapat didamaikan dengan supremasi hukum.
Aturan hukum hanya menetapkan aturan untuk permainan sosial. Aturan-aturan perilaku
yang adil ini berlaku untuk sejumlah orang, kasus, dan kejadian yang belum diketahui dan
tidak dapat ditentukan. Aturan-aturan ini tidak memiliki referensi ke orang, tempat, atau
objek tertentu. Singkatnya, hukum semacam itu tidak mencoba untuk menentukan siapa yang
akan menjadi pemenang atau pecundang atau apa yang akan muncul dari masyarakat dari
aturan-aturan ini.

3. Memberikan Fungsi Administratif


Ada kecenderungan untuk fungsi pencarian hukum pemerintah menjadi bingung
dengan fungsi administratifnya. Banyak dari apa yang kita anggap sebagai hukum hari ini
adalah undang-undang administratif yang dimaksudkan untuk mengarahkan operasi internal
pemerintah, daripada untuk mempertahankan keadilan. Dengan kata lain, aturan organisasi
yang berwenang secara keliru diberi status yang sama dengan aturan umum keadilan.

Ketika perbedaan antara perintah administratif dan aturan peradilan menjadi kabur,
kekangan pada kekuatan pemerintah telah melemah. Hal ini menyebabkan kesan yang salah
bahwa pejabat terpilih kami memiliki dan harus memiliki kekuasaan sebanyak mungkin
dalam memutuskan aturan keadilan seperti dalam perumusan dan pelaksanaan proposal
administratif.

4. Mengontrol sifat Pluralisme dan Konstitusionalisme


Pluralisme dan konstitusionalisme memiliki sikap skeptis terhadap konsentrasi
kekuasaan. Sedangkan kekuasaan adalah kekuatan yang dengannya seseorang dapat
memaksa orang lain untuk patuh, otoritas adalah hak untuk mengarahkan dan memerintahkan
(yaitu, untuk dipatuhi). Permintaan otoritas dan membutuhkan kekuatan. Otoritas dibatasi
untuk area yang ditugaskan. Mengingat sifat manusia yang bisa binasa, ada kecenderungan
kekuasaan untuk meluap batasnya. Kekuasaan yang dilakukan tanpa otoritas adalah ancaman
terhadap kebebasan.

Otoritas akan diperlukan bahkan jika masyarakat hanya terdiri dari orang-orang
kudus dan orang bijak. Otoritas diperlukan untuk memastikan kesatuan tindakan dalam suatu
organisasi. Aktivitas yang sah memanggil otoritas menjadi ada. Ini adalah penciptaan posisi
atau kantor, bukan janji seseorang untuk itu, yang mewakili penugasan otoritas yang otentik.

9
Otoritas berjalan dengan kantor, tidak bersifat pribadi, dan pada dasarnya tidak bergantung
pada orang yang menjalankannya. Kekuatan adalah alat kendali. Ini dilaksanakan secara sah
ketika digunakan untuk melaksanakan fungsi kantor secara efektif. Jika daya melebihi sarana
yang sesuai untuk fungsi-fungsi ini, itu menjadi tidak sah.

2.1.4 Strategi Pelaksanaan Rule of Law

Dalam pelaksanaannya rule of law harus berjalan sesuai dengan aturan yang ada.
Dengan memperhatikan beberapa hal penting sebagai berikut:

1. Keberhasilan pelaksanaan dari rule of law harus tetap berdasarkan dengan corak
masyarakat sebagai masyarakat hukum. Yang mana hal tersebut berkaitan dengan
kepribadian nasional masing masing bangsa.
2. Rule of law merupakan institusi sosial yang pelaksanaannya didasarkan pada akar
budaya yang melatarbelakangi tumbuhnya kebudayaan bangsa.
3. Dalam pelaksanaannya rule of law dijadikan sebagai suatu legalisme yang memuat
wawasan nasional dan lain sebagainya.

Untuk mendukung pelaksanaan dari rule of law sendiri perlu dikembangkan


dengan adanya hukum progresif. Yang mana sistem hukum tersebut hanya akan memihak
kepada keadilan saja. Bukan malah dijadikan sebagai alat politik yang memihak kepada
kekuasaan kekuasaan pemerintahan.Hukum progresif sendiri merupakan gagasan yang
muncul dengan tujuan untuk mencari cari yang tepat untuk mengatasi adanya
keterpurukan hukum yang sedang terjadi di Indonesia.

2.2 Makna Indonesia sebagai negara hukum dan prinsip-prinsipnya

2.2.1 Pengertian Negara Hukum

Secara sederhana yang dimaksud negara hukum adalah negara yang


penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di negara yang
berdasar atas hukum maka negara termasuk di dalamnya pemerintah dan lembaga-

10
lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003).

Lebih lanjut Soetandyo Wignjosoebroto (2010) menyatakan bahwa konsep


rechtsstaat' atau 'negara hukum' adalah konsep yang berparadigma bahwa negara dan alat
kekuasaannya (yang disebut pemerintah) tak dibenarkan bertindak atas dasar
kekuasaannya belaka, melainkan harus di tumpukan pada dasar kebenaran hukum yang
telah dipositifkan; ialah undang-undang, yang pada gilirannya bertegak di atas kebenaran
hukum undang-undang yang paling dasar, ialah Undang-Undang Dasar.

2.2.2 Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia

Dasar pijakan bahwa Indonesia adalah negara hukum sekarang ini tertuang
dengan jelas pada Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 Perubahan Ketiga yang berbunyi
"Negara Indonesia adalah negara hukum". Dengan dimasukkannya landasan ini ke dalam
bagian pasal UUD NRI 1945 menunjukkan semakin kuat serta menjadi amanat negara
bahwa negara Indonesia harus merupakan negara hukum.

Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia sering ditemukan dalam bagian


Penjelasan Umum UUD NRI 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai
berikut.
a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat). Negara
Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
b. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan rumusan di atas, oleh para pendiri negara, untuk negara hukum
Indonesia digunakan istilah Rechtsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep
hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental, Bagian penjelasan ini
sekarang tidak lagi menjadi bagian dari UUD NRI 1945. Namun dengan "diangkat" dan

11
dimuatkannya ke Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 tersebut, memperteguh paham bahwa
negara Indonesia adalah negara hukum baik dalam penyelenggaraan bernegara maupun
dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Masuknya rumusan tersebut juga
merupakan salah satu contoh pelaksanaan kesepakatan dasar dalam melakukan
perubahan UUD NRI 1945, yakni memasukkan hal-hal normatif yang ada dalam
penjelasan ke dalam pasal pasal.

Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi


hukum, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Negara hukum akan terlihat ciri-ciri adanya:

1. Jaminan perlindungan hak asasi manusia


2. Kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka, dan
3. Legalitas dalam arti hukum, yaitu baik penyelenggara negara maupun warga
negara dalam bertindak berdasar atas dan melalui hukum (MPR RI, 2012).

Paham negara hukum Indonesia, termuat pada rumusan:


a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (Pasal 28 D ayat (1)).
b. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D ayat (2)).

Konsepsi negara hukum Indonesia dapat kita masukkan dalam konsep negara
hukum material atau negara kesejahteraan (Welfare State). Hal ini dapat kita ketahui dari
perumusan mengenai tujuan bernegara sebagaimana dalam Pembukaan UUD NRI 1945
Alinea IV. Dalam hal tujuan bernegara, negara bertugas dan bertanggung jawab tidak
hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi
juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Negara juga memiliki dasar dan sekaligus tujuan yaitu mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

12
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah negara hukum
dalam arti materiil adalah dalam bagian pasal-pasal UUD NRI 1945, yakni Pasal 33:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang
undang.

Pasal 34 :
1. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.

2.2.3 Perwujudan Negara Hukum di Indonesia

Operasionalisasi dari konsep negara hukum Indonesia dituangkan dalam


konstitusi negara yaitu UUD 1945. UUD 1945 merupakan hukum negara yang
menempati posisi sebagai hukum dasar dan tertinggi dalam tatanan hukum (legal order)
Indonesia. Di bawah UUD 1945 terdapat berbagai aturan hukum/peraturan perundang-
undangan yang bersumber dan berdasarkan pada UUD NRI 1945.

13
Legal order merupakan satu kesatuan sistem hukum yang tersusun secara
hierarkis. Sistem hukum terdiri atas berbagai peraturan hukum, sebagai komponen-
komponennya dan saling berinteraksi satu sama lain guna mencapai tujuan hukum itu.
Berbeda dengan sistem lain, sistem hukum tersusun secara hierarkis. Artinya peraturan-
peraturan yang membentuk sistem hukum itu berjenjang dari aturan hukum yang
tertinggi sampai aturan hukum yang rendah. Aturan hukum yang lebih tinggi menjadi
dasar bagi peraturan hukum yang lebih rendah. Hukum yang rendah isinya menjabarkan
hukum di atasnya. Peraturan hukum yang rendah isinya tidak boleh bertentangan dengan
aturan hukum yang lebih tinggi. Sebagai sebuah sistem, setiap hukum yang ada di
dalamnya isinya tidak boleh saling bertentangan. Isi hukum yang saling bertentangan
dalam kesatuan itu akan merusak sistem.

Hukum di Indonesia juga membentuk sistem hukum. Sistem hukum Indonesia


tersusun berdasar hukum tertinggi negara yaitu UUD NRI 1945 kemudian dijabarkan ke
dalam peraturan hukum yang lebih rendah sehingga bersifat hierarkis piramidal. Sistem
hukum Indonesia itu sekarang ini sebagaimana tergambar dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Undang-undang ini
menggantikan Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang undangan.

Jenis dan hierarki peraturan perundangan, menurut Pasal 7 Undang-Undang


Nomor 12 Tahun 2011 tersebut, sebagai berikut.

1. UUD NRI 1945.


2. Ketetapan MPR.
3. UU/Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang.
4 Peraturan pemerintah.
5. Peraturan presiden.
6. Peraturan daerah provinsi - Peraturan daerah kabupaten/kota

Penjelasan dari masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut sebagai


berikut:

14
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. Sebagai hukum dasar, UUD
NRI 1945 merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-
undangan di bawahnya.
2. Ketetapan MPR adalah peraturan perundangan yang ditetapkan MPR yang
memiliki kekuatan mengikat ke dalam maupun keluar anggota MPR.
3. Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa.
5. Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.
6. Peraturan Presiden adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
Presiden.
7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah.
Peraturan Daerah itu dapat berupa:
a. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
provinsi bersama dengan gubernur;
b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota;
c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa
atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

Negara hukum Indonesia menurut UUD NRI 1945 mengandung prinsip-


prinsip sebagai berikut.

1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai dasar negara dan adanya
hierarki jenjang norma (stufenbouwtheorie-nya Hans Kelsen).
2. Sistemnya, yaitu sistem konstitusi.
3. UUD NRI 1945 sebagai naskah keseluruhan terdiri dari Pembukaan, Batang
tubuh dan Penjelasan sebagai hukum dasar negara. UUD NRI 1945 hanya

15
memuat aturan-aturan pokoknya saja, sedangkan peraturan lebih lanjut dibuat
oleh organ negara, sesuai dengan dinamika pembangunan dan perkembangan
serta kebutuhan masyarakat. UUD NRI 1945 dan peraturan perundang-undangan
di bawahnya membentuk kesatuan sistem hukum. . Kedaulatan rakyat atau
prinsip demokrasi Dapat dilihat dari Pembukaan UUD NRI 1945 yaitu dasar
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dan Pasal 2 ayat (2) yaitu "Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksana kan menurut ketentuan undang-undang dasar
4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1)
UUD NRI 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (DPR).
6. Sistem pemerintahannya adalah presidensial
7. Kekuasan kehakiman yang merdeka bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD
NRI 1945).

Perlu dibahas kedudukan Pancasila dalam negara hukum Indonesia. Bahwa


Pancasila sebagai dasar negara berimplikasi yuridis yakni menjadi cita hukum. Menurut
Hamid S. Attamimi (1991), dasar negara merupakan cita hukum (rechtsidee) dari negara.
Sebagai norma tertinggi, cita hukum atau dasar negara ini, Pancasila mempunyai fungsi
regulatif dan fungsi konstitutif. Fungsi regulatif adalah sebagai tolok ukur untuk menguji
apakah norma hukum yang berlaku di bawah dasar negara tersebut bertentangan atau
tidak dan bersifat adil atau tidak. Fungsi konstitutif adalah sebagai pembentuk hukum
bahwa tanpa adanya dasar negara tersebut maka norma hukum di bawahnya akan
kehilangan maknanya sebagai hukum

Mahfud MD (1998) mengatakan Pancasila yang ada dalam Pembukaan UUD


NRI 1945 merupakan bagian dari staatsfundamentalnorm yang tidak dapat diubah. Di
samping sebagai bagian dari staatsfundamentalnorm, Pancasila juga sebagai cita hukurn

16
yang harus mengalir pada seluruh proak hukum Indonesia. Pancasila sebagai dasar
negara berkonotasi yuridis dalam arti melahirkan berbagai peraturan perundangan yang
tersusun secara hierarkis dan bersumber darinya. Lebih lanjut dikatakan, dari sisi hukum,
Pancasila dasar negara melahirkan taidah penuntun hukum.

Ada 4 (empat) kaidah penuntun hukum yang mengalir dari dasar negara
Pancasila. Pertama, hukum Indonesia yang dibuat haruslah bertujuan me bangun dan
menjamin integrasi negara dan bangsa Indonesia. Kedua, hukum Indonesia yang dibuat
haruslah berdasarkan demokrasi dan nomokrasi. Ketiga, hukum Indonesia yang dibuat
haruslah ditujukan untuk membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keempat, hukum Indonesia yang dibuat haruslah didasarkan pada toleransi beragama
yang berkeadaban (Mahfud MD, 2007).

2.3 Hubungan negara hukum dengan HAM

Secara terminologi hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri
manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan
masyarakat yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapapun.
Undang-undang No.39 Tahun1999 tentang hak asasi manusia pasal 1 (HAM) adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
YangMaha Esa dan merupakan anugrah-Yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dab martabat manusia. Selain itu Negara hukum Negara Hukum adalah
negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya
Pengertian Negara Hukum atau rechtsstaat dan Rule of Law

Ham dan Hukum bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan. Hukum sebagai batasan batasan dan sbg pengawal ham yang dapat
merealisasikan perwujudan keadilan dari ham. Hukum sebagai alat yang mengatur ham untuk
mendapatkan hak yang sama dan ham harus dipertahankan. Karena ciri negara kita ialah
negara hukum yang menjamin adanya hukum dengan tujuan untuk melindungi hak asasi

17
warga negaranya. Hubungan hukum dan ham ini sangat berkaitan karena segala perilaku
kehidupan manusia di suatu negara selalu berdasarkan kepada hukum tersebut. Semua hak
itu diatur oleh hukum dengan pembuktian bahwa hukum mengatur segala hal sebagai contoh
pembuktiannya adalah uu dan instrumen peradilan HAM. Hukum mengatur dari yang terkecil
hingga hal terkompleks. Hukum melindungi ham. Hukum tanpa hak tidak ada gunanya dan
Ham tanpa hukum sia-sia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan negara hukum dan ham adalah hukum berfungsi
untuk melindungi hak asasi manusia itu, selain itu semua perilaku manusia di suatu
negara selalu berdasarkan hukum.

2.4 Penegakan HAM di Indonesia

2.4.1 Pengertian Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat
pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Secara konstitusional, HAM diatur
dalam UUD 1945 Pasal 27 sampai Pasal 34. Pemerintah pun telah secara khusus
mengeluarkan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. Setiap orang diberi hak baik
yang bersifat asasi maupun yang bersifat relatif. Hak yang bersifat asasi adalah hak sipil,
hak politik, hak ekonomi dan hak sosial budaya. Adapun hak yang bersifat relatif adalah
hak yang berasal dari pengembangan hak asasi diatas. Terkait dengan hak yang bersifat
relatif tentu saja harus memperhatikan hak relatif orang lain, karena sesungguhnya hak
kita dibatasi dengan kewajiban menghormati hak orang lain. Berbicara mengenai hak
asasi manusia tidak terlepas dari peran aktif sebuah negara.

Hak asasi manusia adalah masalah lokal sekaligus masalah global, yang tidak
mungkin diabaikan dengan dalih apapun termasuk di Indonesia. Implementasi hak asasi
manusia di setiap negara tidak mungkin sama, meskipun demikian sesungguhnya sifat
dan hakikat hak asasi manusia itu sama. Adanya hak asasi manusia menimbulkan
konsekuensi adanya kewajiban asasi, di mana keduanya berjalan secara paralel dan
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Pengabaian salah satunya akan
menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia atas hak asasi manusia yang lain.

18
Implementasi hak asasi manusia di Indonesia, meskipun masih banyak kasus pelanggaran
hak asasi manusia dari yang ringan sampai yang berat dan belum kondusifnya
mekanisme penyelesaiannya.

Hak Asasi atau hak dasar adalah hak-hak yang pokok atau dasar yang dimiliki
oleh setiap manusia sebagai pembawaan sejak ia lahir, yang sangat berkaitan dengan
martabat dan harkat manusia tersebut (Thaib, 1988).

Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu.
Istilah hak asasi menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang
tersebut bersifat mendasar. Tuntutan-tuntutan hak asasi merupakan kewajiban dasar yang
harus dipenuhi karena bersifat fundamental. Segala hak lain (hak yang bukan asasi) atau
hak derivative bisa dikatakan sebagai penjabaran dari hak-hak ini. Karena hak asasi
bersifat mendasar atau fundamental maka pemenuhannya bersifat imperative, artinya
hak-hak itu wajib dipenuhi karena hak-hak ini menunjukkan nilai subjek hak, atau
perintah yang harus dilaksanakan.

Menurut Dudi (2009), ada beberapa definisi tentang Hak Asasi Manusia.
Pertama, Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hak-hak
ini manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Kedua, Hak Asasi Manusia adalah
hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahirannya atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Ketiga, Hak Asasi
Manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada
esensinya sebagai anugerah Tuhan. Keempat, Hak Asasi adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh Negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia, seperti tertera dalam Pasal 1 ayat 1 UU no 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Menurut Martenson dalam Muladi (2002), Hak Asasi Manusia mempunyai arti
sebagai: those rights which are inherent in our nature and without which we cannot live
as human being. Dari pengertian yang diberikan oleh Martenson dalam Muladi (2002),

19
maka Hak Asasi Manusia ini melekat secara alamiah pada diri kita sebagai manusia, yang
berarti juga bahwa keberadaan Hak Asasi Manusia ini lahir dengan sendirinya dalam diri
setiap manusia dan bukan karena keistimewaan yang diberikan oleh hukum atau undang-
undang (Kaligis, 2009).

2.4.2 Ciri Pokok Hak Asasi Manusia

Hak Asasi Manusia memiliki 3 ciri pokok sebagai berikut:


1) Bahwa hak asasi itu tidak diberikan atau diwariskan melainkan melekat pada
martabat kita sebagai manusia;
2) Bahwa hak asasi itu berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
asal-usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik;
3) Bahwa hak asasi itu tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia
meskipun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar
hak asasi manusia.

2.4.3 Sifat Hak Asasi Manusia

Berdasarkan pengertian Hak Asasi Manusia seperti yang telah dipaparkan,


terdapat beberapa sifat dasar Hak Asasi Manusia. Menurut Dudi (2009):
1) Individual: Hak Asasi Manusia melekat erat pada kemanusiaan seseorang dan bukan
kelompok;
2) Universal: Hak Asasi Manusia dimiliki oleh setiap orang lepas dari suku,ras, agama,
Negara, dan jenis kelamin yang dimiliki seseorang;
3) Supralegal: Hak Asasi Manusia tidak tergantung pada Negara, pemerintah, atau
undang-undang yang mengatur hak-hak ini;
4) Kodrati: Hak Asasi Manusia bersumber dari kodrat manusia;
5) Kesamaan derajat: Kesamaan sebagai ciptaan Tuhan maka harkat dan martabat
manusia pun sama.

20
2.4.4 Penegakan HAM di Indonesia

Salah satu amanat dari Undang- Undang Dasar (UUD) Republik Indonesia (RI)
tahun 1945 adalah mengakui dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM). Namun,
upaya dalam penegakkan dan perlindungan HAM itu sendiri tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Terbukti, masih banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang belum tuntas
hingga saat ini.

Sebagai negara hukum, Indonesia menjamin perlindungan HAM dalam Undang-


Undang RI Nomor 39 tahun 1999. Isi dari Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa
hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Selain itu, berdirinya Komisi Nasional (Komnas) HAM di Indonesia juga menjadi
salah satu bukti keseriusan pemerintah dalam menjamin berdirinya supremasi. Komnas
HAM disini berfungsi sebagai lembaga untuk menegakkan perlindungan HAM di
Indonesia. Disisi lain, Indonesia juga terpilih menjadi anggota Dewan HAM PBB periode
2020-2022. Kondisi ini seharusnya semakin memperkuat penegakkan HAM di Indonesia.

Melihat catatan sejarah bangsa ini, banyak sekali kasus pelanggaran HAM yang
sampai sekarang masih belum bisa diungkap. Bahkan, banyak diantara kasus-kasus
tersebut adalah kasus pelanggaran HAM berat. Namun, seolah-olah selalu menjadi perkara
yang diestafetkan kepada pemimpin-pemimpin bangsa yang baru.

Terdapat beberapa hal mendasar dalam reformasi penegakan HAM di Indonesia:


1. Subjek hukum
Dalam hal ini subjek hukum adalah segala sesuatu yang mampu mendukung hak dan
kewajiban. Subjek hukum dipahami terbagi atas dua yaitu orang dan badan hukum.
Orang sebagai subjek hukum ada kemungkinan terlalu berlebihan menggunakan
haknya sehingga melanggar hak orang lain. Disamping itu ada kemungkinan juga

21
tidak melakukan kewajiban yang seharusnya dilakukan sehingga mengakibatkan
haknya terpangkaskan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diharapkan antara
hak dan kewajiban itu seimbang, seperti halnya dua sisi mata uang yang saling
memberi bentuk. Hak akan dihargai, jika kewajiban dilaksanakan begitu juga
sebaliknya. Subjek hukum selanjutnya adalah badan hukum secara hakikat
komposisinya terdiri dari kumpulan orang yang menghimpun diri dalam suatu wadah
untuk melakukan suatu tujuan bersama. Dewasa ini peran badan hukum dan
keterlibatannya dalam proses penegakan HAM di Indonesia sudah sangat banyak.

2. Aparat penegak hukum


Dalam praktek penegakan hukum seringkali yang melakukan pelanggaran terhadap
hukum itu adalah pihak yang mengerti hukum. Keadaan seperti ini membuat jelek
wajah hukum Indonesia. tidak jarang menimbulkan sikap apatis dari masyarakat
terkait apa yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Upaya penegakan hukum
tidak terlepas dari menghormati HAM. Setiap aparat penegak hukum hendaknya
memahami dan mengerti tugas dan fungsinya masing-masing. Kondisi ideal seperti
itulah yang diharapkan mampu memperbaiki hukum di Indonesia. Salah satu
penyebab bobroknya aparat penegak hukum di Indonesia mungkin karena sistem
pendidikan yang tidak mendukung. Sejak sekolah di tingkat dasar sampai perguruan
tinggi iklim yang terbentuk adalah budaya korup. Jika hukum itu ingin diterapkan
secara baik, maka untuk kedepannya harus dibentuk aparat penegak hukum yang
berkarakter. Berkarakter dari segi ucapan,pikiran dan perbuatan sehingga
memberikan angin segar dan perubahan hukum Indonesia yang lebih baik.

3. Peraturan perundang-undangan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun


2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan terdiri atas Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-
Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Proses penegakan HAM tidak bisa dilihat secara parsial tetapi harus secara universal.
Keuniversalan penegakan HAM tersebut mencakup terkait dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam hal pembentukan peraturan

22
perundang-undangan mengenai HAM ini harus menjadi perhatian yang serius. Kita
mengakui peraturan perundang-undangan di Indonesia masih banyak kekurangan,
perlu perbaikan. Dapat disimpulkan bahwa dalam proses penegakan HAM di
Indonesia harus didukung oleh banyak perangkat yang tersusun dalam sebuah sistem
yang rapi.

HAM itu sendiri tersusun dalam sebuah sistem maka kemudian harus
didukung oleh sistem hukum yang baik. Berbicara penegakan HAM, berarti
berbicara tentang harkat dan martabat orang Indonesia, berbicara tentang cita-cita
bangsa Indonesia yang diikrarkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yang berbunyi “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial

23
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dirangkum dalam makalah sederhana ini bahwa


Negara Hukum Adalah Negara yang didalamnya terdapat berbagai aspek peraturan
peraturan yang memang bersifat abstrak yaitu memaksa, dan mempunyai sanksi yang
tegas.

Rule of Law adalah suatu institusi sosial yang juga memiliki struktur sosial
sendiri serta memperakar budaya sendiri. Negara hukum memiliki 3 konsep, yaitu:
Supremacy of Law, Equality before the law, dan The constitution based on individual
right. Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi hukum)
dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha,
2003).

Ham dan Hukum bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi yang tidak dapat
dipisahkan. Hukum sebagai batasan batasan dan sebagai pengawal HAM yang dapat
merealisikan perwujudan keadilan dari ham. Hukum sebagai alat yang mengatur ham
untuk mendapatkan hak yang sama dan ham harus dipertahankan. Hubungan negara
hukum dan ham adalah hukum berfungsi untuk melindungi hak asasi manusia itu,
selain itu semua perilaku manusia di suatu negara selalu berdasarkan hukum.

3.2 Saran

Untuk para pemuda Indonesia diharapkan dapat semakin memiliki rasa


tanggung jawab serta sadar akan tanggung jawab serta sadar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan disarankan kepada mahasiswa agar mencari

24
lebih banyak lagi informasi mengenai negara hukum dan HAM dari berbagai sumber
sehingga mahasiswa lebih paham negara hukum dan HAM.

25
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Winarno, S. M. (2020). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta


Timur: PT Bumi Aksara.

https://repository.unikom.ac.id/33212/1/%28PERTEMUAN%20XII%29%20RULE%20OF
%20LAW.pdf. Diakses pada 16 Mei 2022.

https://rp2u.unsyiah.ac.id/index.php/welcome/prosesDownload/6110/4. Diakses pada 16 Mei


2022.

https://www.gurupendidikan.co.id/rule-of-law/. Diakses pada 16 Mei 2022.

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3221/2/ART_Teguh%20Prasetyo_Rule
%20of%20law_Full%20text.pdf. Diakses pada 16 Mei 2022.

https://haloedukasi.com/rule-of-law. Diakses pada 16 Mei 2022.

https://guruppkn.com/fungsi-rule-of-law. Diakses pada 16 Mei 2022.

https://media.neliti.com/media/publications/242180-materi-negara-hukum-dan-hak-asasi-
manusi-d71255a6.pdf. Diakses pada 16 Mei 2022.

https://www.kompasiana.com/farhah05049/5da4141e0d823072ec289062/hubungan-antara-
hukum-dan-ham. Diakses pada 16 Mei 2022.

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/22/00300051/contoh-kasus-pelanggaran-ham-di-
indonesia-pada-2020-2022?page=all. Diakses pada 16 Mei 2022.

25
https://www.its.ac.id/news/2019/12/11/jejak-hak-asasi-manusia-di-indonesia/. Diakses pada
16 Mei 2022.

https://www.unja.ac.id/reformasi-penegakan-ham-di-indonesia/. Diakses pada 16 Mei 2022.

https://media.neliti.com/media/publications/167257-ID-pelaksanaan-dan-penegakkan-hak-
asasi-man.pdf. Diakses pada 16 Mei 2022.

26

Anda mungkin juga menyukai