Anda di halaman 1dari 11

RULE OF LAW, RECHSTAAT DALAM NEGARA HUKUM PANCASILA DAN

UNSUR-UNSUR NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

DOSEN PENGAMPU
ABU SAMAH, Dr.,M.H.

DISUSUN OLEH
Bintang Perdana Putra 12220711884
Siti Hardiyani 12220724007
Sofyan Gani Nasution 12220714484

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunianya,
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk
melengkapi tugas mata kuliah ”Negara Hukum dan Demokrasi” dengan judul “RULE
OF LAW, RECHSTAAT DALAM NEGARA HUKUM PANCASILA DAN
UNSUR-UNSUR NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI”.
Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai dengan referensi-referensi serta
buku-buku. Makalah ini juga masih memiliki kekurangan dan kesalahan baik dalam
penyampaian materi maupun penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini juga
dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini.
Sehingga kritik dan saran yang sangat membangun, yang saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Pekanbaru, 10 Maret 2024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Pengertian Rule Of Law, dan Rechtsaat dalam Negara Hukum Pancasila ............. 2

B. Unsur-unsur Negara Hukum dan Demokrasi .......................................................... 2

BAB III KESIMPULAN ................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rule of law, atau supremasi hukum adalah konsep yang menekankan
bahwa hukum harus di atas semua, termasuk pemerintah dan individu. Ini berarti
bahwa keputusan dan tindakan pemerintah harus sesuai dengan hukum yang
berlaku. Konsep ini merupakan fondasi dari negara hukum dan mendorong
keadilan, kepastian hukum, dan perlindungan hak asasi manusia.

Rechtsstaat adalah istilah dalam bahasa Jerman yang berarti "negara


hukum". Ini adalah konsep yang menekankan kekuasaan hukum yang terbatas,
perlindungan hak asasi manusia, dan pemerintahan yang terikat oleh hukum.
Rechtsstaat juga menekankan pentingnya independensi sistem peradilan dan
perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah.

Dalam konteks Pancasila, negara hukum Pancasila mengacu pada


pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila, yaitu keadilan
sosial, demokrasi, kedaulatan rakyat, dan ketuhanan yang maha esa. Prinsip-
prinsip ini mencerminkan cita-cita moral dan politik bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Rule Of Law, dan Rechtsaat dalam Negara Hukum Pancasila?
b. Apa saja unsur-unsur Negara Hukum dan Demokrasi?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Rule of law, dan Rechtsaat dalam Negara Hukum Pancasila
b. Mengetahui unsur-unsur Negara Hukum dan Demokrasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rule Of Law, dan Rechtsaat dalam Negara Hukum Pancasila


Teori the rule of law atau rechtsstaat atau nomokrasi negara hukum
merupakan sebuah konsep atau penyelenggaraan negara yang didasarkan atas
hukum. Setiap tindakan penyelenggara negara mesti didasarkan atas hukum yang
berlaku. Dalam arti, apapun yang hendak dilakukan dalam konteks
penyelenggaraan negara mesti didasarkan atas aturan main (rule of the game)
yang ditentukan dan ditetapkan bersama.
Istilah the rule of law dipelopori oleh A.V. Dicey, seorang sarjana Inggris
kenamaan. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pengertian bahwa
hukumlah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu negara,
bukan manusia atau orang.11 Konsep ini tumbuh dan berkembang di negara-
negara Anglo- Amerika.
Sedangkan rechsstaat diperkenalkan oleh Friendrich Julius Stahl, seorang
ahli hukum Eropa Kontinental. Konsep rechsstaat lahir setelah tumbuhnya paham
tentang negara yang berdaulat dan berkembangnya teori perjanjian mengenai
terbentuknya negara yang diperlopori J.J. Rousseau. Oemar Seno Aji menilai,
antara rechtsstaat dan rule of law memiliki basis yang sama. Di mana konsep rule
of law merupakan pengembangan dari konsep rechtsstaat.
Adapun Negara Hukum Pancasila lebih dipahami sebagai negara hukum
yang mendasarkan cita-citanya pada apa yang dikandung Pancasila. Dalam
penjelasan UUD 1945 dikatakan, Pancasila merupakan cita hukum atau
rechtsidee. Sebagai cita hukum, Pancasila berada pada posisi yang memayungi
hukum dasar yang berlaku. Pancasila sebagai norma tertinggi yang menentukan
dasar keabsahan (ligitimacy) suatu norma hukum dalam sistem norma hukum
Republik Indonesia.

B. Unsur-unsur Negara Hukum dan Demokrasi


Sebagai seorang ahli hukum Anglo-Amerika, A. V. Dicey
memperkenalkan tiga ciri penting setiap negara hukum, yaitu :

2
a. Supremasi hukum (supremacy of law), dalam arti tidak boleh ada
kesewenang-wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika
melanggar hukum
b. Persamaan kedudukan dihadapan hukum (equality before the law), baik bagi
rakyat biasa maupun bagi pejabat.
c. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang- undang dan
keputusankeputusan pengadilan.
Agak berbeda dengan Dicey, F. Julius Stahl menyatakan ada empat
elemen penting negara hukum, yaitu: (1) Perlindungan hak asasi manusia (2)
Pembagian atau pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia (3)
Pemerintahan berdasarkan undang-undang dan (4) Peradilan tata usaha negara.
Dalam perkembangannya, Internasional Commission of Jurists dalam
konferensinya di Bangkok pada tahun 1965 juga merumuskan ciri-ciri
pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law sebagai yaitu (1)
Perlindungan konstitusional. Artinya, selain menjamin hak individu, konstitusi
harus pula menentukan cara atau prosedural untuk memperoleh perlindungan atas
hak yang dijamin (2) Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak (3)
Kebebasan menyatakan pendapat (4) Kebebasan berserikat/berorganisasi dan
beroposisi Pendidikan kewarganegaraan.
Menurut Jimly Asshiddique, pada konsepsi demokrasi, di dalamnya
terkandung prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (democratie) sedangkan di dalam
konsepsi Negara hukum terkandung prinsip-prinsip negara hukum (nomocratie),
yang masing-masing prinsip dari kedua konsepsi tersebut dijalankan secara
beriringan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Paham negara hukum yang
demikian dikenal dengan sebutan "negara hukum yang demokratis"
(democratische rechtsstaat) atau dalam bentuk konstitusional disebut
constitutional democracy. Disebut sebagai "negara hokum yang demokratis",
karena di dalamnya mengakomodasikan prinsip-prinsip Negara hukum dan
prinsip-prinsip demokrasi, yaitu:
1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law) yaitu adanya pengakuan normatif
dav n empirik terhadap prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua
masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Pengakuan
normatif mengenai supremasi hukum terwujud dalam pembentukan norma
hukum secara hirarkis yang berpuncak pada supremasi konstitusi. Sedangkan

3
secara empiris terwujud dalam perilaku pemerintahan dan masyarakat yang
mendasarkan diri pada aturan hukum.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law). Setiap orang adalah
sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Segala sikap dan
tindakan diskriminatif adalah sikap dan tindakan terlarang, kecuali tindakan-
tindakan yang bersifat khusus dan sementara untuk mendorong mempercepat
perkembangan kelompok tertentu (affirmative action).
3. Asas Legalitas (Due Process of Law). Segala tindakan pemerintahan harus
didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis.
Peraturan perundang-undangan tersebut harus ada dan berlaku terlebih dulu
atau mendahului perbuatan yang dilakukan. Dengan demikian, setiap
perbuatan administratif harus didasarkan aturan atas atau rules and
procedures. Agar hal ini tidak menjadikan birokrasi terlalu kaku, maka diakui
pula prinsip frijsermessen yang memungkinkan para pejabat administrasi
negara mengembangkan dan menetapkan sendiri beleidregels atau policy-
rules yang berlaku internal dalam rangka menjalankan tugas yang dibebankan
oleh peraturan yang sah.
4. Pembatasan Kekuasaan. Adanya pembatasan kekuasaan negara dan organ-
organ negara dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara
vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horisontal.Pembatasan kekuasaan
ini adalah untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan
mengembangkan mekanisme checks and balances antara cabang-cabang
kekuasaan.
5. Organ-Organ Pemerintahan yang Independen. Sebagai upaya pembatasan
kekuasaan, saat ini berkembang pula adanya pengaturan kelembagaan
pemerintahan yang bersifat independent, seperti bank sentral, organisasi
tentara, kepolisian, dan kejaksaan. Selain itu, ada pula lembaga-lembaga baru
seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan Umum,
Ombudsman, Komisi Penyiaran Indonesia, dan lain-lain. Independensi
lembaga-lembaga tersebut dianggap penting untuk menjamin demokrasi agar
disalahgunakan oleh pemerintah. tidak dapat disalahgunakan oleh
pemerintah.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak. Peradilan bebas dan tidak memihak
(independent and impartial judiciary) mutlak keberadaannya dalam negara
hukum.Hakim tidak boleh memihak kecuali kepada kebenaran dan keadilan,

4
serta tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun baik oleh kepentingan jabatan
(politik) maupun kepentingan uang (ekonomi). Untuk menjamin kebenaran
dan keadilan, tidak diperkenankan adanya intervensi terhadap putusan
pengadilan.
7. Peradilan Tata Usaha Negara. Meskipun peradilan tata usaha negara adalah
bagian dari peradilan secara luas yang harus bebas dan tidak memihak,
namun keberadaannya perlu disebutkan secara khusus. Dalam setiap negara
hukum, harus terbuka kesempatan bagi warga negara untuk menggugat
keputusan pejabat administrasi yang menjadi kompetensi peradilan tata usaha
negara. Keberadaan peradilan ini menjamin hakhak warga negara yang
dilanggar oleh keputusan-keputusan pejabat administrasi negara sebagai
pihak yang berkuasa. Keberadaan peradilan tata usaha Negara harus diikuti
dengan jaminan bahwa keputusan pengadilan tersebut ditaati oleh pejabat
administrasi negara.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court). Disamping peradilan tata
usaha negara, negara hukum modern juga lazim mengadopsi gagasan
pembentukan mahkamah konstitusi sebagai upaya check and balances
kekuasaan untuk menjamin cabankrasi. Misalnya, mahkamah ini diberi
fungsi cabang-cabang melakukan pengujian undang-undang dan atas
konstitusionalitas memutus sengketa kewenangan antar lembaga-lembaga
negara yang mencerminkan cabang-cabang kekuasaan negara yang dipisah-
pisahkan.
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia. Adanya perlindungan konstitusional
terhadap HAM dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui
proses yang adil. Terbentuknya negara dan penyelenggaraan kekuasaan
negara tidak boleh mengurangi arti dan makna kebebasan dasar dan
HAM.Maka jika di suatu negara hak asasi manusia terabaikan atau
pelanggaran HAM tidak dapat diatasi secara adil, negara ini tidak dapat
disebut sebagai negara hukum dalam arti yang sesungguhnya.
10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat). Dianut dan
dipraktekkannya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang menjamin
peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan kenegaraan,
sehingga setiap peraturan perundang- undangan yang diterapkan dan
ditegakkan mencerminkan perasaan keadilan masyarakat. Hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan

5
diterapkan secara sepihak oleh dan/atau hanya untuk kepentingan penguasa.
Hal ini bertentangan dengan prinsip demokrasi Hukum tidak dimaksudkan
untuk hanya menjamin kepentingan beberapa orang yang berkuasa,
melainkan menjamin kepentingan keadilan bagi semua orang. Dengan
demikian negara hukum yang dikembangkan bukan absolute rechtsstaat,
melainkan democratische rechtsstaat.
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare
Rechtsstaat). Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan
bersama.Cita-cita hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan melalui
gagasan negara hokum maupun gagasan negara demokrasi dimaksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan umum.Dalam konteks Indonesia, gagasan
negara hukum yang demokratis adalah untuk mencapai tujuan nasional
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
12. Transparansi dan Kontrol Sosial. Adanya transparansi dan kontrol sosial
terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan hukum sehingga dapat
memperbaiki kelemahan mekanisme kelembagaan demi menjamin kebenaran
dan keadilan. Partisipasi secara langsung sangat dibutuhkan karena
mekanisme perwakilan di parlemen tidak selalu dapat diandalkan sebagai
satu-satunya saluran aspirasi rakyat Ini adalah bentuk representation in ideas
yang tidak selalu inherent dalam representation in presence.1

1
Abu Samah, Kajian Hukum Negara Hukum dan Demokrasi, Cahaya Firdaus Kreasindo,
Pekanbaru, 2024, hlm. 8-15

6
BAB III
KESIMPULAN

Teori the rule of law atau rechtsstaat atau nomokrasi negara hukum merupakan
sebuah konsep atau penyelenggaraan negara yang didasarkan atas hukum. Istilah the rule
of law dipelopori oleh A.V. Dicey, seorang sarjana Inggris kenamaan. Istilah ini
digunakan untuk menggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang sesungguhnya
memerintah atau memimpin dalam suatu negara, bukan manusia atau orang.
Sedangkan rechsstaat diperkenalkan oleh Friendrich Julius Stahl, seorang ahli
hukum Eropa Kontinental Konsep rechsstaat lahir setelah tumbuhnya paham tentang
negara yang berdaulat dan berkembangnya teori perjanjian mengenai terbentuknya negara
yang diperlopori J.J. Rousseau.
Adapun Negara Hukum Pancasila lebih dipahami sebagai negara hukum yang
mendasarkan cita-citanya pada apa yang dikandung Pancasila. Dalam penjelasan UUD
1945 dikatakan, Pancasila merupakan cita hukum atau rechtsidee.

7
DAFTAR PUSTAKA

Samah, A. (2024). Kajian Hukum Negara Hukum dan Demokrasi. Pekanbaru: Cahaya
Firdaus Kreasindo.

Anda mungkin juga menyukai