Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

NEGARA HUKUM DAN SISTEM PEMERINTAHAN

DOSEN PENGAMPU : UMI MUSLIKHAH, S.S, M.H

DISUSUN OLEH :
ISMI DELIYA NUR SAHAFA SARI (228110339)

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Negara Hukum dan Sistem Pemerintahan”
tepat waktu. Makalah “Negara Hukum dan Sistem Pemerintahan” disusun guna
memenuhi tugas Ibu Umi Muslikhah, S.H, M.H pada “Pendidikan Kewarganegaraan” di
Universitas Islam Riau. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang “Negara Hukum dan Sistem Pemerintahan”.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Umi Muslikhah, S.H,
M.H selaku Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 16 Desember 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..1
A. Latar Belakang………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..2
C. Tujuan…………………………………………………………………………2
D. Manfaat………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...3
A. Negara Hukum………………………………………………………………...3
1. Pengertian Negara Hukum………………………………………………...3
2. Konsep Negara Hukum……………………………………………………3
3. Unsur dan Ciri-ciri Negara Hukum………………………………………..3
B. Sistem Pemerintahan…………………………………………………………..4
1. Pengertian Sistem Pemerintahan…………………………………………..4
2. Sejarah Pemerintahan……………………………………………………...5
3. Bentuk Pemerintahan……………………………………………………...5
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………7
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….7
B. Saran……………………………………………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Negara Indonesia dikenal sebagai Negara Hukum. Hal ini ditegaskan pula
dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yaitu “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan hidup setiap warga Negara
Indonesia, serta Pancasila merupakan sumber dari semua tertib hukum yang berlaku
di Negara Indonesia.

Negara hukum, menempatkan hukum pada posisi tertinggi, kekuasaan harus


tunduk pada hukum bukan hukum tunduk pada kekuasaan, bila hukum tunduk pada
kekuasaan, maka kekuasaan dapat membatalkan hukum, dengan kata lain hukum
dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Hukum harus menjadi “tujuan” untuk
melindungi kepentingan rakyat. Kedudukan penguasa dengan rakyat di mata hukum
adalah sama. Bedanya hanyalah fungsinya, yakni pemerintah berfungsi mengatur dan
rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu
undang-undang. Bila tidak ada persamaan hukum, maka orang yang mempunyai
kekuasaan akan merasa kebal hukum.

Negara hukum (rechtstaat) berbeda dengan Negara Anglo Saxon (machtstaat).


Negara Anglo Saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi mengenal
atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule Of The Law” atau pemerintahan
oleh hukum atau government of judiciary.

Dari perspektif yuridis normatif, hukum adalah perintah penguasa yang


dituangkan dalam bentuk Undang-Undang. Tidak ada hukum di luar undang-undang
dan pusat pertumbuhan hukum ada di dalam perundangundang-an.

Secara perspektif sosiologis empiris, hukum tidak dibentuk oleh penguasa


melainkan tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan per-kembangan
masyarakat.

Konsekuensi Negara Indonesia sebagai Negara hukum ialah adanya lembaga


peradilan. Lembaga ini merupakan syarat bagi suatu Negara yang menamakan diri
sebagai negara hukum atau negara yang berdasarkan atas hukum. Kehadiran lembaga
peradilan di alam merdeka ini tidak sekedar menunjukkan bahwa model-model
peradilan Hindia Belanda yang cenderung memihak dan kurang objektif telah
ditinggalkan, melainkan juga sebagai suatu bukti bahwa Negara Indonesia telah
memenuhi syarat sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, yakni dengan
terbentuknya badan-badan peradilan yang bebas dari campur tangan kekuasaan lain.
Hadirnya lembaga peradilan tersebut dimaksudkan untuk mengawasi dan
melaksanakan aturanaturan hukum atau Undang-undang Negara atau dengan kata lain
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk negara hukum?

4
2. Apa yang melatar belakangi lahirnya konsep negara hukum?
3. Apa maksud dari sistem pemerintahan? Dan mengapa harus ada sistem
pemerintahan tersebut?

C. Tujuan
1. Umtuk mengetahui maksud dari negara hukum
2. Untuk mengetahui tentang sistem pemerintahan
3. Untuk mengetahui alasan adanya sistem pemerintahan

D. Manfaat
1. Secara teoritis dapat menambah ilmu dan pemahaman bagi pembaca mengenai
negara hukum
2. Dapat memberi pemahaman pembaca tentang sistem pemerintahan yang berlaku

BAB II
PEMBAHASAN

A. Negara Hukum
1. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum adalah sebuah teori hukum yang berasal dari tradisi hukum
Eropa yang dipengaruhi oleh Romawi. Konsep ini tidak sama dengan rule of law
yang dikenal pada tradisi hukum Inggris (Anglo-Saxon). Konsep negara hukum
juga perlu dibedakan dari Rechtsstaat karena istilah "negara hukum" digunakan
secara khusus untuk konteks Indonesia.

Konsep negara hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara


harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Hubungan antara yang
diperintah (governed) dan memerintah (governor) dijalankan berdasarkan suatu
norma objektif, bukan pada suatu kekuasaan absolut semata-mata. Norma objektif
tersebut harus memenuhi syarat formal dan dapat dipertahankan oleh ide hukum.

2. Konsep Negara Hukum


Negara hukum mensyaratkan bahwa setiap tindakan dari negara haruslah
bertujuan untuk menegakkan kepastian hukum, dilakukan secara setara, menjadi
unsur yang mengesahkan demokrasi, dan memenuhi tuntutan akal budi.

5
Alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh berdasarkan
hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam
negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan
kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran, maka
semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.

3. Unsur dan Ciri-ciri Negara Hukum


Adapun unsur dan ciri-ciri negara hukum sebagai berikut :

Unsur:
1. Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia
2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
3. Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan
4. Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan antara rakyat dengan
pemerintahannya

Ciri-ciri:
1. Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku
2. Kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif
3. Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
4. Menuntut pembagian kekuasaan

B. Sistem Pemerintahan
1. Pengertian Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan salah satu komponen penting bagi setiap
negara di dunia. Pemilihan sistem pemerintahan di suatu negara biasanya
berdasarkan kesepakatan bersama yang disesuaikan dengan karakteristik
negaranya. Hukum tata negara membagi pengertian sistem pemerintahan ke dalam
arti luas dan sempit.

Sistem pemerintahan dalam arti luas adalah tatanan yang berupa struktur dari
suatu negara dengan menitikberatkan pada hubungan antara negara dengan rakyat.
Sementara itu, sistem pemerintahan dalam arti sempit adalah struktur
pemerintahan yang bertitik tolak dari hubungan sebagian organ negara di tingkat
pusat.

Suatu sistem pemerintahan yang kokoh akan menjaga negara tetap stabil dan
mendorong ke arah kemajuan.

2. Sejarah Pemerintahan

6
Awal mula dan perkembangan fenomena pemerintahan manusia tidak
diketahui dengan pasti; namun, sejarah mencatat terbentuknya pemerintahan awal.
Sekitar 5.000 tahun yang lalu, beberapa negara-kota kecil muncul. Pada milenium
ketiga hingga kedua SM, beberapa negara-kota ini berkembang menjadi wilayah
pemerintahan yang lebih besar: Sumeria, Mesir Kuno, Peradaban Lembah Sungai
Indus, dan Peradaban Sungai Kuning.

Pembangunan proyek pertanian dan pengendalian air merupakan katalisator


bagi perkembangan pemerintah. Kadang kala, seorang kepala suku dipilih dengan
berbagai ritual atau uji kekuatan untuk mengatur sukunya, terkadang melibatkan
sekelompok orang yang lebih tua sebagai dewan. Kemampuan manusia untuk
secara tepat mempelajari dan mengomunikasikan informasi abstrak
memungkinkan manusia bertindak lebih efektif dalam bertani, yang kemudian
terus meningkatkan kepadatan populasi. Sejarawan David Christian menjelaskan
bagaimana hal ini menghasilkan negara-negara bagian dengan hukum dan
pemerintahan.

Mulai akhir abad ke-17, bentuk pemerintahan republik bertumbuh. Revolusi


Agung di Inggris, Revolusi Amerika Serikat, dan Revolusi Prancis berkontribusi
pada pertumbuhan pemerintahan yang berbentuk perwakilan. Uni Soviet adalah
negara besar pertama yang memiliki pemerintahan komunis. Sejak runtuhnya
Tembok Berlin, semakin banyak negara yang menggunakan demokrasi liberal
sebagai bentuk pemerintahan mereka.

Pada abad kesembilan belas dan kedua puluh, terjadi peningkatan yang
signifikan dalam ukuran dan skala pemerintahan di tingkat nasional, termasuk
pengaturan korporasi dan pembangunan negara kesejahteraan.

3. Bentuk Pemerintahan
Salah satu metode untuk mengelompokkan pemerintah adalah melalui cara
orang memiliki kewenangan untuk memerintah. Kewenangan ini bisa berupa satu
orang (otokrasi, seperti monarki), sekelompok orang terpilih (aristokrasi), atau
orang-orang secara keseluruhan (demokrasi, seperti republik).
1. Autokrasi
Autokrasi adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan tertingginya
terkonsentrasi di tangan satu orang, yang keputusannya tidak tunduk pada
batasan hukum eksternal atau mekanisme kontrol kerakyatan yang diatur
(kecuali mungkin terhadap ancaman implisit dari kudeta atau
pemberontakan massa).
2. Aristokrasi
Aristokrasi (dari bahasa Yunani aristokratía, dari aristos "unggul atau
istimewa", dan kratos "kekuasaan") adalah suatu bentuk pemerintahan
yang menempatkan kekuasaan di tangan kelas penguasa yang sedikit dan
memiliki privilese atau hak istimewa.Banyak monarki merupakan
aristokrasi, meskipun dalam monarki konstitusional modern, raja hanya

7
memiliki sedikit kekuasaan. Istilah aristokrasi juga bisa merujuk pada
kelas non-tani, non-pelayan, dan non-kota dalam sistem feodal.
3. Demokrasi
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang warga negaranya
menjalankan kekuasaan dengan memberikan suara. Dalam demokrasi
langsung, warga negara secara keseluruhan membentuk badan
pemerintahan dan memberikan suara langsung pada setiap masalah. Dalam
demokrasi perwakilan, warga memilih perwakilan dari antara mereka
sendiri. Perwakilan-perwakilan ini bertemu untuk membentuk badan
pemerintahan, seperti badan legislatif. Dalam demokrasi konstitusional,
kekuasaan mayoritas dijalankan dalam kerangka demokrasi perwakilan,
tetapi konstitusi membatasi mayoritas dan melindungi minoritas, biasanya
melalui penjaminan hak tertentu bagi semua individu, misalnya kebebasan
berbicara atau kebebasan berserikat.berserikat.
4. Republik
Republik adalah suatu bentuk pemerintahan dengan negara dianggap
sebagai "urusan publik" (bahasa Latin: res publica), bukan urusan pribadi
atau milik para penguasa, yang pemerintah negaranya dipilih atau ditunjuk
secara langsung atau tidak langsung alih-alih diwariskan. Rakyat, atau
sebagian besar dari mereka, memiliki kendali tertinggi atas pemerintah dan
jabatan negara dipilih atau ditunjuk oleh orang-orang terpilih. Definisi
umum yang disederhanakan dari republik adalah pemerintahan yang
kepala negaranya bukan seorang raja.Montesquieu menyatakan bahwa
baik demokrasi (semua orang memiliki bagian dalam pemerintahan)
maupun aristokrasi atau oligarki (hanya beberapa orang yang memerintah)
sebagai bentuk pemerintahan republik.
5. Federal
Federalisme adalah konsep politik ketika sekelompok anggota diikat
bersama oleh kovenan dengan kepala perwakilan sebagai pengatur. Istilah
"federalisme" juga digunakan untuk menggambarkan sistem pemerintahan
yang kedaulatannya secara konstitusional dibagi antara otoritas
pemerintahan pusat dan unit politik konstituen, yang bisa disebut negara
bagian, provinsi, atau lainnya. Federalisme adalah sistem yang didasarkan
pada prinsip-prinsip dan institusi demokrasi yang kekuasaannya untuk
memerintah dibagi antara pemerintah nasional dan pemerintah
provinsi/negara bagian, sehingga menciptakan apa yang sering disebut
federasi. Para pendukungnya sering disebut federalis.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum konsep Negara hukum Indonesia mempunyai kaitan dalam
hal kesamaan unsur-unsurnya dengan konsep negara hukum lainnya, namun
Indonesia menciptakan sendiri konsep negara hukumnya berdasarkan cita
negara Pancasila, namun tidak lepas dari konsep yang universal. Jadi yang
universal adalah negara hukum, sedangkan yang khas Indonesia ialah

9
negara indonesia adalah negara hukum dengan beberapa hal yang turut
membedakan dengan konsep negara hukum lainnya yaitu Bersumber dari
Pancasila, system berdasarkan konstitusi, kedaulatan rakyat, persamaan
kedudukan dalam hukum, kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan
lain, pembentukan undang-undang, dan sistem perwakilan.

B. Saran
Sebagai bangsa yang bermartabat dan memiliki cita Negara Hukum
Indonesia, kiranya perlu selalu memperhatikan budaya bangsa sebagai
karasteristik dalam kehidupan bernegara sehingga tidak selalu mengikuti
budaya barat saja tanpa memilah-milah mana yang cocok bagi kehidupan
bernegara maupun bermasyarakat sehingga tetap memegang teguh cara
pandang bangsa Indonesia.
Indonesia sebagai negara hukum memiliki konsepsi dan pandangan
yang berbeda dari pandangan lainnya, sehingga sedapat mungkin perlu selalau
menjaga dan memegang teguh falsafah negara Indonesia dengan konsisten dan
menjunjung tinggi hukum dengan menerapkan prinsip-prinsip negara hukum
Indonesia secara obyektif dan transparan.

DAFTAR PUSTAKA

Wahjono, Padmo, 1989, Pembangunan Hukum di Indonesia, Jakarta: Ind Hill


Co.
Hadjon, Philipus M., 1972, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia:
Sebuah Studia Tentang Prinsip-Prinsipnya, Penerapannya oleh Pengadilan Dalam
Lingkungan Pengadilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara,
Surabaya: Bina Ilmu.
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/article/download/405/pdf
https://www.gramedia.com/literasi/apa-itu-sistem-pemerintahan/
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-qadau/article/view/18114
https://jurnal.law.uniba-bpn.ac.id/index.php/jurnaldejure/article/view/42

10

Anda mungkin juga menyukai