Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Hubungan Antar Lembaga 2 Negara, Penegakkan Hukum Yang


Berkeadilan Hak & Kewajiban Warga Negara, Hakikat Dan
Tantangan KWN Untuk Masa Depan Bangsa

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan Dan Anti Korupsi


Dosen Pembimbing : Rendi Dwipa, SE., M.AK

DISUSUN OLEH :

DEA ANANDA (221610288)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANGHARI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAMPRODI EKONOMI SYARIAH

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah paper ini
adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewewarganegaraan
Dan Anti Korupsi Yang Membahas Mengenai Hubungan Antar Lembaga 2
Negara, Penegakkan Hukum Yang Berkeadilan Hak & Kewajiban Warga
Negara, Hakikat Dan Tantangan KWN Untuk Masa Depan Bangsa.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah paper ini. Saya sadar
makalah paper ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan semua pihak.

Muara Bulian, 4 November 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….... I
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. II

BAB I PENDAHULUAN ….…………………………………………………......…1


A. Latar belakang ….…………………………………………………………...1
B. Rumusan masalah …………………………………………………………. 2
C. Tujuan………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN …………...………..…………………………………...…3
Sistem pemerintahan & lembaga negara ………………...……………......3
Pengertian penegakkan hukum.……………………………………… ..….4
Tujuan penegakkan hukum yang berkeadilan ………………………….. 5

BAB III PENUTUP ………………………….……………………………………..10


Kesimpulan………………………………………………………………….10
Saran … ……………………………………………………………………11

II
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak reformasi terjadi tahun yang berakibat berakhirnya masa
pemerintahan orde baru, mulailah terjadi perubahan (Amandemen) konstitusi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebanyak 4 kali.
Perubahan tersebut berimplikasi terhadap perubahan ketatanegaraan sekaligus
susunan kelembagaan negara Indonesia. Salah satu dampak langsung
perubahannya adalah perubahan supremasi MPR menjadi supremasi Konstitusi.
Susunan kelembagaan negara Indonesia tidak lagi mengenal istilah “lembaga
tertinggi negara” untuk kedudukan MPR sehingga terjadi kesejajaran kedudukan
dengan lembaga sejenis demi menciptakan sistem check and balances.
Proses penegakan hukum pasca Reformasi di Indonesia semakin hari
semakin terlihat arah perbaikan, hal ini dengan adanya aparat hukum dalam
penegakan hukum yaitu hakim, jaksa, polisi dan advokat yang sama sama
memiliki kedudukan yang setara dalam proses sistem peradilan pidana,
meskipun dalam implementasi nya masih diketemukan kelemahan dan
pelanggaran pelangaran oleh aparat hukum. Berdasarkan Pasal 27 ayat (1) dan
Pasal 28 D ayat (1) maka persamaan di depan hukum dapat dipahami dalam
negara hukum bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama dan seimbang
dan tidak ada pengecualian agar keadilan dan kebenaran dalam mencapai tujuan
negara hukum dapat di capai.
Pendidikan Kewarganegaraan atau dalam kurikulum 2013 disebut dengan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu disiplin ilmu
sosial. Telah menjadi rahasia umum bahwa ilmu sosial sifatnya relatif dan tidak
seperti ilmu alam yang sifatnya mutlak.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pemerintahan dan lembaga negara?
2. Bagaimana hubungan antar lembaga negara?
3. Apa Pengertian penegakan hukum?
4. Apa Tujuan dari penegakan hukum?
5. Apa yang dimaksud dengan hakikat kewarganegaan untuk masa depan
bangsa?
C. Tujuan
Tujuan makalah ini agar dapat memahami apa itu Hubungan Antar
Lembaga 2 Negara, Penegakkan Hukum Yang Berkeadilan Hak & Kewajiban
Warga Negara, Hakikat Dan Tantangan KWN Untuk Masa Depan Bangsa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sistem Pemerintahan dan Lembaga Negara


Penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan ditegaskan bahwa sistem
pemerintahan Negara meliputi:
a. Indonesia, ialah Negara yang berdasrkan atas hukum (Rechtsstaat),
tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).
b. Sistem konstitusional, artinya pemerintahan berdasarkan atas sistem
konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutism (kekuasan yang
tidak tebatas).
c. Kekuasaan negara yang tetinggi di tangan Majelis Pemusyawaratan
Rakyat (MPR), terhadap sistem kekuasaan Negara tertinggi berada
ditangan MPR, sebelum perubahan UUD 1945 ditentukan:
“Kedaulatan adalah ditanagn rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
MPR” (Pasal 1 ayat 2 perubahan UUD 1945 dan ditentukan menjadi:
“Kedaulatan adalah ditangan rakyatdan dilaksanakan menurut
Undanga-Undang Dasar”.
d. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi
dibawah Majelis.
e. Menteri Negara ialah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak
bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Sejarah Pembagian Kekuasann Negara adalah bermula dari pemisahan


kekuasaan. Tahun (1960an) John Locke menulis ajaran pemisahan kekuasaan
(separation of power) dalam bukunya”Two Treatises on Civil Government”.
Menurut J. Locke, kekuasaan Negara meliputi tiga kekuasaan yaitu:
kekuasaan legislatif, dan kekuasaan federatife yang masing-masing terpisah
satu sama lain. Montesquieu menulis sebuah buku yang berjudul: “L’Esprit

3
Des Lois”. Dalam bab VI buku tersebut, diuraikan mengenai tiga kekuasaan
yang terpisah satu sama lain, bik dari segi fungsinya maupun dari segi
orangannya. Monstiquieu memandang kekuasaan pengadilan harus dipisahkan
dari kekuasaan legislatif, dan kekuasaan federatif termasuk kekusaan
eksekutif. Istilah Lembaga Negara dikenal dalam ketetapan MPR NO.
III/MPR/1978 dengan menggunakan istilah Lembaga Tertinggi Negara untuk
MPR, dan Lembaga Tertinggi Negara untuk penyebutan DPR, Presiden dan
Wakil Presiden, BPK, DPA, dan MA. Sedangka dalam konstitusi RIS
menggunakan istilah “alat-alat perlengkapan Federal” dan UUDS 1950
menggunakan istilah “alat-alat perlengkapan Negara”

2. Pengertian penegakan hukum yang berkeadilan


Penegakan hukum adalah sistem yang di dalamnya terdapat anggota
pemerintah yang bertindak secara terorganisir untuk menegakkan hukum
dengan cara menemukan, menghalangi, memulihkan, atau menghukum orang-
orang yang melanggar undang-undang dan norma hukum yang mengatur
masyarakat tempat anggota penegakan hukum tersebut berada.istilah ini
biasanya mencakup polisi, pengadilan, dan lembaga koreksi masyarakat,
tetapi isitilah ini biasanya dipakai juga untuk orang-orang (termasuk mereka
yang bukan anggota kepolisian resmi) yang secara langsung terlibat dalam
patroli dan pengamatan untuk mencegah atau menggalangi dan menemukan
aktivitas kriminal, dan untuk orang-orang yang menginvestigasi kejahatan dan
menangkap pelaku kejahatan,baik secara individual atau dalam bentuk
organisasi penegakan hukum, baik kepolisian maupun yang lainnya
hukum yang berkeadilan adalah hukum yang teratur dan tanpa
menindas martabat kemanusiaan setiap warga masyarakat, atau dengan kata
lain adalah hukum yang senantiasa mengabdi kepada kepentingan keadilan,
ketertiban, keteraturan, dan kedamaian guna menunjang terwujudnya
masyarakat sejahtera lahir dan batin.keadilan sendiri dapat diartikansebagai

4
kondisi yang bersifat adil terhadap suatu sifat, perbuatan maupun perlakuan
terhadap sesuatu hal.
3. Tujuan penegakan hukum yang berkeadilan
Adanya penegakan hukum yang berkeadilan bertujuan untuk
mewujudkan peraturan demi terwujudnya ketertiban dan keadilan masyarakat.
Penegakan hukum dilakukan agar masyarakat memperoleh perlindungan atas
hak dan kewajibannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lemahnya penegakan hukum dan
keadilan serta hak asasi manusia di Indonesia, di antaranya:
(a) Perangkat hukum atau undang - undang itu sendiri;
(b) Kualitas SDM aparat penegak hukum;
(c) fasilitas penegakan hukum yang kurang memadai;
(d) Budaya hukum atau kesadaran hukum masyarakat yang masih lemah;
(e) Pengaruh Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang tidak seimbang dengan pengetahuan dan keterampilan aparat
penegak hukum;
(f) Sistem rekrukmen pejabat penegak hukum yang kurang tepat.

Adapun cara mengatasinya adalah


(1) Dalam penyusunan suatu undang-undang di samping memperhatikan
kepentingan nasional, juga kendaknya aspirasi masyarakat lokal jangan
diabaikan. Di samping itu perlu pula memperhatikan ide-ide dan intitusi-
instusi modern yang berkembang dinegara-negara maju setelah disaring
sesuai dengan aspirasi dan kepentingan bangsa Indonesia;
(2) Aparat penegak hukum harus memiliki nilai-nilai propsesionalisme yang
cukup,
(3) fasilitas pendukung dalam penegakan hukum dan keadilan serta hak asasi
manusia harus ditingkatkan,

5
(4) Dalam.upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, setiap
peraturan perundang-undangan yang akan diberlakukan harus
disosialisasikan:
(5) Sistem rekrukmen aparat penegak hukum harus melalui saringan yang
ketat dengan kriteria-kriteria terentu, termasuk pengangkatan seorang
pejabat penegak hukum khususnya kehakiman dan kejaksaan harus bersih
dari campur tangan eksekutif.

Pokok pikiran Etika Penegakan Hukum yang berkeadilan dalam TAP


MPR tersebut menegaskan bahwa untuk menumbuhkan kesadaran bahwa
tertib sosial, ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat
diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang
berpihak kepada keadilan.

Contoh-Contoh Penegakan Hukum


Sedangkan contoh-contoh tindakan penegakan hukum adalah:
1. Pengadilan memberikan vonis yang tepat pada pelaku kejahatan
2. Pihak berwajib mengusut tuntas sebuah kasus
3. Adanya sanksi yang tegas bagi orang yang melanggar hukum
4. Pihak berwajib menjatuhkan hukuman sesuai dengan Undang-Undang
5. Polisi membantu masyarakat untuk menangkap pencuri yang meresahkan
masyarakat.
6. Polisi menilang pengendara yang melanggar lalu lintas
7. Masyarakat menyerahkan pelaku tindakan kriminal kepada polisi
8. Pengadilan mencabut hak politik kepada terdakwa kasus korupsi
9. Pihak berwajib membantu mengurus kasus semua masyarakat tanpa
dibedakan
10. Memberikan hukuman berat bagi pelaku kejahatan seperti pembunuhan
dan kekerasan serta pelecehan seksual.

6
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi
penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit,
aparatur penegak hukum yang terlibat tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi,
polisi, penasehat hukum, jaksa hakim dan petugas-petugas sipir
pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-
pihak yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan
kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya
pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.
Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat 3
elemen penting yang mempengaruhi, yaitu: (i) institusi penegak hukum
beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme
kerja kelembagaannya; (ii) budaya kerja ytang terkait dengan aparatnya,
termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya, dan (iii) perangkat peraturan
yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi
hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya maupun hukum
acaranya. Upaya penegakan hukum secara sistematik haruslah memperhatikan
ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan
keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

4. Hakekat dan tantangan KWN Untuk Masa Depan Bangsa


Hakikat Kewarganegaraan untuk masa depan bangsa adalah dengan
membekali mahasiswa dengan kemampuan dasar dan pengetahuan mengenai
hubungan warga negara Indonesia dengan Negara dan dengan sesama warga
negara. Pendidikan Kewarganegaraan penting diberikan agar mahasiswa
menjadi pribadi yang paham tentang hak dan kewajibannya sebagai Warga
Negara Indonesia, berpikir kritis, bertoleransi tinggi, pribadi yang cinta damai,

7
menjadi sosok yang mengenal dan berpartisipasi dalam kehidupan politik
lokal, nasional, dan internasional.
Adapun kendala yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah tidak adanya teman belajar,
kurangnya motivasi, kurang tersedianya waktu, dan metode diskusi dan tanya
jawab yang pada umumnya menyulitkan siswa.
Memasuki era globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknlogi. Negara-negara sibuk menyesuaikan kondisi
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikannya. Hal inilah yang menjadi
tuntutan pendidikan kewarganegaraaan untuk mengembangkan kemampuaan
kewarganegaraan diera global. Saling ketergantungan dan interkoneksi yang
meningkat dalam ‘global’ dan keragaman yang terus meningkat di Negara.
Bangsa memaksakan persyaratan khusus pada konsep kewarganegaraan dan
kualifikasi akademik yang ada. Dalam latar belakang kebangsaan dalam
menghadapi era globalisasi, perlu giat belajar, menghayati, dan mengamalkan
landasan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai Negara yang tidak
bisa lepas dari pengaruh globalisasi, Indonesia harus berperan dalam proses
tersebut. Karena akan terjalin kerjasama yang dapat meningkatkan
perekonomian.
Pendidikan seperti ini pada dasarnya merupakan komitmen moral yang
kuat terhadap kemanusiaan global. Namun perlu diperhatikan bahwa
pendidikan kewarganegaraan global harus menggambarkan moralitas
kemanusiaan yang universal ditunjukan untuk kesejahteraan masyarakat
manusia, tanpa mengambil nilai lokal Negara itu sendiri sebagai dasar
kehidupan bernegara.
Dalam proses ini secara implisit dicermati bahwa pendidikan
kewarganegaraan berbasis karakter Pancasila (role building) tidak bisa berdiri
sendiri. Untuk mencapai tujuan ini, pendidikan kewarganegaraan tidak bisa
sendirian, tetapi harus bisa bekerjasama dengan mata pelajaran lain, seperti
mata pelajaran agama. Disini mata pelajaran PKn menjadi landasan dan

8
motivasi dari setiap kegiatan dan kegiatan yang ada, dan pendidik menjadi
pengawas dan pengajar dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa dalam era globalisasi,urgensi pendidikan
kewarganegaraan bagi bangsa merupakan model pengembangan
kewarganegaraan global dan berstandar global yang berakar pada budaya dan
bangsa. Namun, sekarang pendidikan kewarganegaraan tidak hanya harus
dianggap sebagai mata pelajaran, tetapi juga harus dianggap sebagai kegiatan
pendidikan yang komprehensif.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga yang memiliki kekuasaan tertinggi yaitu dipegang oleh
MPR. MPR memiliki berwenang mengubah dan menetapkan UUD, melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden serta memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD. DPR memegang
kekuasaan untuk membentuk undangundang. DPD mengajukan kepada DPR
tentang rancangan undang-undang yang berjaitan dengan otonomi daerah.
Legislatif bertugas untuk membuat undang-undang, bidang
legislative adalah DPR. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan
undang-undang. Bidang eksekutif adalah Presiden dan Wakil Presiden beserta
menteri-menterinya yang membantunya. Yudikatif bertugas mempertahankan
pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur yudikatif terdiri atas MA, MK
dan KY.
Penegakan hukum adalah sistem yang di dalamnya terdapat
anggota pemerintah yang bertindak secara terorganisir untuk menegakkan
hukum dengan cara menemukan, menghalangi, memulihkan, atau
menghukum orang-orang yang melanggar undang-undang dan norma hukum
yang mengatur masyarakat tempat anggota penegakan hukum tersebut
berada.Tujuan utama penegakan hukum adalah untuk mewujudkan adanya
rasa keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan dalam masyarakat. Dalam
proses tersebut, maka harus mencerminkan aspek kepastian dan ketertiban
hukum. hak adalah bentuk kebenaran, kepemilikan, kewenangan, kekuasaan,
derajat, dan wewenang menurut hukum. kewajiban adalah sesuatu yang
diwajibkan atau sesuatu yang harus dilaksanakan.

10
Secara etimologis, pendidikan kewarganegaraan berasal dari
kata"pendidikan" dan "kewarganegaraan". pendidikan yang berarti usaha
sadar danterencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar peserta
didik bisa aktif untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya,
Sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal yang berhubungan
dengan warga negara. Secara yuridis pendidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untukmembentuk peserta didik agar memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air. Secara terminologis pendidikan kewarganegaraan adalah
program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, dan diperluas dengan
sumber-sumber lain; contohnya seperti pengaruh positif dari pendidikan
sekolah, masyarakat, dan orang tua.

B. Saran
Pemahaman tentang Hubungan Antar Lembaga 2 Negara, Penegakkan
Hukum Yang Berkeadilan Hak & Kewajiban Warga Negara, Hakikat Dan Tantangan
KWN Untuk Masa Depan Bangsa. Di lain sisi, pengetahuan tantang Hubungan
Antar Lembaga 2 Negara, Penegakkan Hukum Yang Berkeadilan Hak &
Kewajiban Warga Negara, Hakikat Dan Tantangan KWN Untuk Masa Depan
Bangsa perlu dipahami, oleh berbagai pihak agar tidak salah dalam
menganalisis penggunaan metode yang tidak tepat.

11

Anda mungkin juga menyukai