SISTEM KETATANEGARAAN
KELOMPOK 5
EDI (1901414012)
MUSDALIFAH MUHTAR (1901414039)
ELIS HERLIANTI (1901414150)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan kesempatan sehinggah
dapat kami menyelesaikan tugas makalah ini kendati dengan keadaan yang
sangat sederhana dengan tema “SISTEM KETATANEGARAAN” , makhluk yang
suka atau tidak suka pasti berinteraksi dengan manusia yang lain manusia dalam
melakukan interaksi dengan manusia lain menggunakan komunikasi. Dimanapun
kita berada pasti kita berkomunikasi baik itu di rumah, sekolah, di kantor dan di
mana pun manusia itu berada. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang
sangat fundamentalis dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia
untuk berhubungan dengan sesamanya diakui oleh hampir semua agama telah
ada sejak tuhan menciptakan adam dan hawa di muka bumi ini. Kapan manusia
mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak ada data autentik
yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa
kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah
suatu peristiwa yang berlangsung dengan sendirinya. Ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada Allah yang Maha Esa atas semua karunia yang telah
diberikannya kepada kita. Karena keterbatasan kemanpuan, tugas ini disusun
dengan berbagai kelemahan dan kekurangannya,walaupun banyak
kekurangannya sehingga guna kesempurnaanya untuk sekedar dijadikan
referensi atau sumber informasi, sangat diharapkan usulan perbaikan dari
berbagai pihak, dan atas budi baik tersebut, tak lupa kamu mengucapkan
terimah kasih.
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.4. Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
.1 Pengertian Sistem Ketatanegaraan............................................................6
2.2 Sistem Ketatanegaraan di Republik Indonesia..........................................7
2.3 Kondisi Republik Indonesia Dalam Menjalankan sistem Ketatanegaraan
Pada Saat Ini .............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki
kedaulatan. Sebuah negara tentunya harus mempunyai berbagai unsur yang
membentuknya menjadi sebuah kesatuan. Menurut Oppenheimer dan Lauterpacht
unsur-unsur tersebut antara lain adalah rakyat yang bersatu, daerah atau wilayah,
pemerintahan yang berdaulat, dan pengakuan dari negara lain.
Setelah beberapa unsur tersebut terpenuhi, negara tidak akan dengan
langsung berjalan dengan sendirinya. Maka dari itu untuk menjamin
keberlangsungan proses penyelenggaraan negara sesuai dengan fungsi dan
tujuannya, keberadaan sistem ketatanegaraan menjadi sangat penting. Sistem ini
ibarat sebuah kontrak sosial yang mengikat secara hukum antara pemerintah
dengan rakyatnya. Dengan sistem ini, siapapun yang berkuasa akan melaksanakan
roda pemerintahan dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat.
Indonesia dibentuk sebagai negara kesatuan dengan sistem pemerintahan
presidensial yang didalamnya terdapat lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Selain itu, sistem ketatanegaraan indonesia juga dibangun dari berbagai lembaga
lain yang masuk kedalam tiga lembaga besar tersebut. Pada saat ini banyak
masyarakat bahkan pelajar yang kurang memahami tentang Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia, padahal suatu bangsa akan menjadi baik jika
seluruh warga negaranya memahami, mengerti, dan dapat menjalankan dengan
penuh tanggung jawab sebagaimana peraturan dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Maka dalam makalah ini, penyusun akan menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan sistem ketatanegaraan yang dijalankan oleh Negara Indonesia.
2.1.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari sistem ketatanegaraan?
2. Bagaimanakah sistem ketatanegaraan di Republik Indonesia?
4
3. Bagaimanakah Republik Indonesia menjalankan sistem ketatanegaraannya pada
saat ini?
2.2.Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem ketatanegaraan
2. Mengetahui sistem ketatanegaraan di Republik Indonesia
3. Mengetahui Kondisi Republik Indonesia dalam menjalankan sistem
Ketatanegaraan pada saat ini
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Kekuasaan menjalankan perundang-undangan Negara, disebut juga
kekuasaan eksekutif dilakukan oleh pemerintah ( dalam hal itu adalah
presiden)
Kekuasaan memeberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah,
disebut juga kekuasaan konsulatif dilakukan oleh Dewan Pertimbangan
Agung
Kekuasaan pembentuk Perundang-undangan Negara dan kekuasaan
legislative dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan
Presiden
Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara, disebut kekuasaan
eksaminatif atau kekuasaan inspektif, dilakukan oleh badan Pemeriksaan
Keuangan
Kekuasaan mempertahankan Perundang-undangan Negara kekuasaan
Yudikatif, dilakukan oleh Mahkama Agung ( C.S.T Kansil: 1978,82)
Pada masa ini lembaga tertingginya adalah MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat), kemudian Presiden, DPA (Dewan Pertimbangan Agung), DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), dan MA (Mahkamah
Agung).
1. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia yang dimana MPR-lah pemegang kekuasaan tertinggi Negara dan
pelaksana kedaulatan rakyat sedangkan keanggotaan MPR diisi oleh fraksi-fraksi
seperti Fraksi ABRI, Fraksi Karya Pembangunan dan lain-lain. MPR memiliki
kewenangan untuk :
a. Memilih dan mengangkat
presiden/mandatris dan wakil presiden untuk membantu Presiden
b. Memberikan mandate kepada presiden untuk
melaksanakan Garis-Garis Besar Negara (GBHN) dan putusan-putusan MPR
lainnya.
c. Memberhentikan Presiden sebelum habis masa Jabatannya
d. Menetapkan Undang-undang dan mengubah Undang-undang Dasar
e. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Presiden.
7
2. Presiden ialah penyelenggara kekuasaan pemerintahan negara tertinggi di
bawah MPR, yang dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh satu orang wakil
presiden ( pasal 4 UUD 1945). Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada
MPR dan pada akhir masa jabatannya (5 tahun) memberikan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan GBHN yang ditetapkan UUD 1945 dan MPR di hadapan sidang
MPR.
8
Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen
terhadap UUD 1945 yang kemudian berhasil dilaksanakan selama 4 tahun
berturut-turut melalui Sidang Tahunan MPR yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan
tahun 2002.
Adapun Latar Belakang pelaksanaan Amandemen UUD 1945 :
Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak
terjadinya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD
1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan
Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut
hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi)
dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-
undang.
UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir),
misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga
memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-
hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
Perubahan pada UUD 1945 setelah amandemen membawa perubahan pula
pada Sistem Ketatanegaraan yang dimana sebelumnya MPR memiliki
kekuasaan yang tidak terbatas dirubah menjadi kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.
a. Kewenangan MPR setelah Amandemen UUD 1945 :
Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-undang Dasar
Majelis Permusyawaratan Rakyat Presiden dan Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar
9
Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presidendan Wakil Presiden dalam masa Jabatannyamenurut Undang-
undang Dasar
Amandemen juga mencabut kekuasaan untuk membuat Undang - Undang dari
tangan Presiden dan memberikan kekuasaan untuk membuat Undang - Undang
tersebut kepada DPR. Sehingga jelas bahwa amandemen ingin mempertegas
posisi check and balances antara presiden sebagai lembaga eksekutif dan DPR
sebagai lembaga legislatif.
10
d. Kewenangan MA setelah Amandemen UUD 1945 :
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undaangan
Mengajukantiga orag anggota hakim konstitusi
Memberikan pertimbangandalam hal Presidenmemberi graasi dan
rehabilitasi
11
Undang sebagaimana mestinya
Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa., Presiden menetapkan
peraturan
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
Ketika pemerintah dihadapkan pada suatu pilihan dalam menentukan
kebijakan yang begitu besar pengaruhnya pada negara ini diharapkan lebih fokus
pada suatu target sehingga pemerintah lebih mudah dalam implementasinya. Dan
juga ketika pemerintah memiliki ambisi yang begitu besar pada negara ini, hal itu
sebenarnya wajar dan baik. Akan tetapi jika semua itu tidak didukung oleh
penerapan sistem ketatanegaraan yang adil dan bijaksana, maka ambisi-ambisi itu
hanyalah sekedar mimpi. Oleh karena itu, kelompok kami begitu berharap kepada
seluruh jajaran Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk menerapkan sistem
ketatanegaraan yang berlaku dengan adil dan bijaksana serta memusatkan tujuan
pada suatu target yaitu Negara Republik Indonesia menjadi lebih baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
hxLtZg&sig2=yV_kkpE28bX78ZKUmDx1ag&cad=rja (Diakses pada tanggal 7
September 2016)
https://benzmanroe.wordpress.com/2010/05/06/pancasila-dalam-konteks-
ketatanegaraan-bangsa-indonesia/ (Diakses pada tanggal 11 September 2016)
https://www.tempo.co/read/kolom/2016/08/31/2380/gbhn-dan-sistem-presidensial
(Diakses pada tanggal 13 September 2016)
Hartati, A. dan Sarwono. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional.
16