Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM KETATANEGARAAN

KELOMPOK 5

EDI (1901414012)
MUSDALIFAH MUHTAR (1901414039)
ELIS HERLIANTI (1901414150)

FAKULTAS KEGURUANDAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan kesempatan sehinggah
dapat kami menyelesaikan tugas makalah ini kendati dengan keadaan yang
sangat sederhana dengan tema “SISTEM KETATANEGARAAN” , makhluk yang
suka atau tidak suka pasti berinteraksi dengan manusia yang lain manusia dalam
melakukan interaksi dengan manusia lain menggunakan komunikasi. Dimanapun
kita berada pasti kita berkomunikasi baik itu di rumah, sekolah, di kantor dan di
mana pun manusia itu berada. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang
sangat fundamentalis dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia
untuk berhubungan dengan sesamanya diakui oleh hampir semua agama telah
ada sejak tuhan menciptakan adam dan hawa di muka bumi ini. Kapan manusia
mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak ada data autentik
yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa
kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah
suatu peristiwa yang berlangsung dengan sendirinya. Ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada Allah yang Maha Esa atas semua karunia yang telah
diberikannya kepada kita. Karena keterbatasan kemanpuan, tugas ini disusun
dengan berbagai kelemahan dan kekurangannya,walaupun banyak
kekurangannya sehingga guna kesempurnaanya untuk sekedar dijadikan
referensi atau sumber informasi, sangat diharapkan usulan perbaikan dari
berbagai pihak, dan atas budi baik tersebut, tak lupa kamu mengucapkan
terimah kasih.

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3. Tujuan ..................................................................................................... 2
1.4. Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
.1 Pengertian Sistem Ketatanegaraan............................................................6
2.2 Sistem Ketatanegaraan di Republik Indonesia..........................................7
2.3 Kondisi Republik Indonesia Dalam Menjalankan sistem Ketatanegaraan
Pada Saat Ini .............................................................................................

BAB III PENUTUP


1.1 Kesimpulan ...............................................................................................
1.2 Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki
kedaulatan. Sebuah negara tentunya harus mempunyai berbagai unsur yang
membentuknya menjadi sebuah kesatuan. Menurut Oppenheimer dan Lauterpacht
unsur-unsur tersebut antara lain adalah rakyat yang bersatu, daerah atau wilayah,
pemerintahan yang berdaulat, dan pengakuan dari negara lain.
Setelah beberapa unsur tersebut terpenuhi, negara tidak akan dengan
langsung berjalan dengan sendirinya. Maka dari itu untuk menjamin
keberlangsungan proses penyelenggaraan negara  sesuai dengan fungsi dan
tujuannya, keberadaan sistem ketatanegaraan menjadi sangat penting. Sistem ini
ibarat sebuah kontrak sosial yang mengikat secara hukum antara pemerintah
dengan rakyatnya. Dengan sistem ini, siapapun yang berkuasa akan melaksanakan
roda pemerintahan dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat.
Indonesia dibentuk sebagai negara kesatuan dengan sistem pemerintahan
presidensial yang didalamnya terdapat lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Selain itu, sistem ketatanegaraan indonesia juga dibangun dari berbagai lembaga
lain yang masuk kedalam tiga lembaga besar tersebut. Pada saat ini banyak
masyarakat bahkan pelajar yang kurang memahami tentang Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia, padahal suatu bangsa akan menjadi baik jika
seluruh warga negaranya memahami, mengerti, dan dapat menjalankan dengan
penuh tanggung jawab sebagaimana peraturan dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Maka dalam makalah ini, penyusun akan menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan sistem ketatanegaraan yang dijalankan oleh Negara Indonesia.

2.1.Rumusan Masalah
1.   Apakah pengertian dari sistem ketatanegaraan?
2.   Bagaimanakah sistem ketatanegaraan di Republik Indonesia?

4
3.    Bagaimanakah Republik Indonesia menjalankan sistem ketatanegaraannya pada
saat ini?

2.2.Tujuan
1.  Mengetahui pengertian sistem ketatanegaraan
2. Mengetahui sistem ketatanegaraan di Republik Indonesia
3. Mengetahui Kondisi Republik Indonesia dalam menjalankan sistem
Ketatanegaraan pada saat ini

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Ketatanegaraan


Istilah Sistem Ketatanegaraan  merupakan gabungan dari dua kata, yaitu:
“Sistem” dan “Ketatanegaraan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari
beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian
maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan
tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya
jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi
keseluruhnya itu.
Dan Ketatanegaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata tata negara yang artinya seperangkat prinsip dasar yang mencakup peraturan
susunan pemerintah , bentuk negara, dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan
suatu negara. Sedangkan menurut hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan
sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang menyangkut sifat, bentuk , tugas
negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap
pemerintah atau sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan Ketatanegaran adalah segala
sesuatu mengenai tata negara.
Dari pengertian itu, maka secara harfiah Sistem Ketatanegaraan dapat
diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam mengatur
kehidupan bernegara.

2.2 Sistem Ketatanegaraan di Republik Indonesia


a.   Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945
Sistem Ketatanegaran sebelum Amandemen UUD 1945 Pelaksanaan
kekuasaan Negaranya dilakukan dengan pembagian (bukan pemisahan) tugas atau
fungsi dari masing-masing penyelenggara Negara.
Secara konstitusional sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa
pemerintahan orde baru menggunakan UUD 1945. Secara prinsip terdapat lima
kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945, yaitu:

6
 Kekuasaan menjalankan perundang-undangan Negara, disebut juga
kekuasaan eksekutif dilakukan oleh pemerintah ( dalam hal itu adalah
presiden)
 Kekuasaan memeberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah,
disebut juga kekuasaan konsulatif dilakukan oleh Dewan Pertimbangan
Agung
 Kekuasaan pembentuk Perundang-undangan Negara dan kekuasaan
legislative dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan
Presiden
 Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara, disebut kekuasaan
eksaminatif atau kekuasaan inspektif, dilakukan oleh badan Pemeriksaan
Keuangan
 Kekuasaan mempertahankan Perundang-undangan Negara kekuasaan
Yudikatif, dilakukan oleh Mahkama Agung ( C.S.T Kansil: 1978,82)
Pada masa ini lembaga tertingginya adalah MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat), kemudian Presiden, DPA (Dewan Pertimbangan Agung), DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), dan MA (Mahkamah
Agung).
1. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia yang dimana MPR-lah pemegang kekuasaan tertinggi Negara dan
pelaksana kedaulatan rakyat sedangkan  keanggotaan MPR diisi oleh fraksi-fraksi
seperti Fraksi ABRI, Fraksi Karya Pembangunan dan lain-lain. MPR memiliki
kewenangan untuk :
a. Memilih dan mengangkat
    presiden/mandatris dan wakil presiden untuk membantu Presiden
   b. Memberikan mandate kepada presiden untuk
     melaksanakan Garis-Garis Besar Negara (GBHN) dan putusan-putusan MPR  
     lainnya.
c. Memberhentikan Presiden sebelum habis masa Jabatannya
d. Menetapkan Undang-undang dan mengubah Undang-undang Dasar
e. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Presiden.

7
2. Presiden ialah penyelenggara kekuasaan pemerintahan negara tertinggi di
bawah MPR, yang dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh satu orang wakil
presiden ( pasal 4 UUD 1945). Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada
MPR dan pada akhir masa jabatannya (5 tahun) memberikan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan GBHN yang ditetapkan UUD 1945 dan MPR di hadapan sidang
MPR.

3. DPA (Dewan Pertimbangan Agung) adalah badan penasehat pemerintah yang


berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden. Disamping itu DPA
berhak mengajukan usul dan wajib mengajukan pertimbangan kepada presiden.

4. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang seluruh anggotanya adalah anggota


MPR berkewajiban senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden dalam
rangka pelaksanaan halauan Negara. Apabila DPR menganggap Presiden sungguh
melanggar halauan Negara, maka DPR menyampaikan memorandum untuk
mengingatkan Presiden. Selain itu DPR memiliki kewenangan membentuk
Undang-Undang termasuk menetapkan Undang-Undang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) bersama-sama dengan Presiden

5. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah badan yang memeriksa tanggung


jawab tentang keuangan negara yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah, namun tidak berdiri di atas pemerintah. BPK
memeriksa semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara dan hasil
pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR.

6. MA (Mahkamah Agung) ialah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman


yang dalam pelaksanaan tugasnya, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah
dan pengaruh-pengaruh lainnya. Tugas Mahkamah Agung adalah memberikan
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak
kepada lembaga-lembaga tinggi negara, juga memberikan nasehat hukum kepada
presiden/kepala negara untuk pemberian/penolakan grasi. Disamping itu
Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji seorang menteri hanya
terhadap peraturan-peraturan perundangan di bawah.

b. Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945

8
Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen
terhadap UUD 1945 yang kemudian berhasil dilaksanakan selama 4 tahun
berturut-turut melalui Sidang Tahunan MPR yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan
tahun 2002.
Adapun Latar Belakang pelaksanaan Amandemen UUD 1945 :
 Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak
terjadinya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
 Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD
1945 adalah executive heavy  yakni kekuasaan dominan berada di tangan
Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut
hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi)
dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-
undang.
 UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir),
misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
 UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga
memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-
hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
Perubahan pada UUD 1945 setelah amandemen membawa perubahan pula
pada Sistem Ketatanegaraan yang dimana sebelumnya MPR memiliki
kekuasaan yang tidak terbatas dirubah menjadi kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.
a. Kewenangan MPR setelah Amandemen UUD 1945 :
 Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan
Undang-undang Dasar
 Majelis Permusyawaratan Rakyat Presiden dan Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar

9
 Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presidendan Wakil Presiden dalam masa Jabatannyamenurut Undang-
undang Dasar
Amandemen juga mencabut kekuasaan untuk membuat Undang - Undang dari
tangan Presiden dan memberikan kekuasaan untuk membuat Undang - Undang
tersebut kepada DPR. Sehingga jelas bahwa amandemen ingin mempertegas
posisi check and balances antara presiden sebagai lembaga eksekutif dan DPR
sebagai lembaga legislatif.

b. Kewenangan DPR setelah Amandemen UUD 1945 :


 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk
Mendapatkan persetujuan bersama
 Memberikan persetujuan peraturan pemerintahan pengganti Undang-
uandang
 Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan
dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.
 Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan DPD.
 Melaksanakan pengawasan terhadap UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah, dan sebagainya.
Pergeseran lain adalah terbentuknya lembaga perwakilan Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagai utusan daerah yang dipilih secara
langsung melalui pemilihan umum.
c. Kewenangan DPD setelah Amandemen UUD 1945 :
 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dapat mengajukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
 Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia atas Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negara dan Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama.

10
d. Kewenangan MA setelah Amandemen UUD 1945 :
 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undaangan
 Mengajukantiga orag anggota hakim konstitusi
 Memberikan pertimbangandalam hal Presidenmemberi graasi dan
rehabilitasi

e. Kewenangan MK setelah Amandemen UUD 1945 :


 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya ersifat final
 Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan Wakil presiden menurut Undang-undang
f. Kewenangan KY setelah Amandemen UUD 1945 :
 Melakukan pengawasan terhadap Hakim agung di Mahkamah Agung.
 Melakukan pengawasan terhadap Hakim pada badan peradilan di semua
Lingkungan peradilan yang ada dibawah MA.
Dan Pasca Amandemen Anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
g. Kewenangan BPK setelah Amandemen UUD 1945 :
 Mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan
daerah (APBD)
 Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindak
lanjut oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Setelah amandemen kewenangan dan tugas Presiden lebih dipertegas lagi
tidak sama halnya pada masa sebelum amandemen.
h. Kewenangan Presiden setelah Amandemen UUD 1945 :
 Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat
 Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-

11
Undang sebagaimana mestinya
 Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa., Presiden menetapkan
peraturan

1.3 Kondisi Republik Indonesia dalam Menjalankan Sistem


Ketatanegaraan pada saat ini
Menurut Bapak Sulardi (Dosen Hukum Tata Negara Universitas
Muhammadiyah Malang) arah pembangunan ini mulai tak terarah sejak GBHN
hilang dari peredarannya meskipun sudah terdapat Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN). Visi pembanguan nasional 2005-2025 adalah
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Visi itulah yang hingga saat ini
belum ditemukan wujudnya. Alih-alih terwujud, keresahan dan ketidakpastian
masa depan bangsa justru ada di depan mata dan bahkan menjauh dari nilai-nilai
Pancasila.
Sistem presidensial, yang berlaku sekarang, membawa konsekuansi bahwa
presiden dipilih oleh rakyat. Karena presiden dipilih oleh rakyat, dia bertanggung
jawab kepada rakyat dan konstitusi. Dengan demikian, konsekuensi
ketatanegaraan berkaitan dengan arah pembanguan nasional ditentukan oleh
presiden dengan mewujudkan janji-janji yang dia kampanyekan menjelang
pemilihan presiden. Janji-janji itulah yang semestinya diwujudkan dalam visi dan
misi RPJPN, yang dapat diurai menjadi pembangunan jangka pendek dan jangka
panjang.
Hasrat untuk kembali menghadirkan GBHN yang disusun oleh MPR 
sebagai pedoman pembangun nasional secara konstitusional telah tertutup. Bangsa
ini sebaiknya menghormati dan melaksanakan kesepakatan yang diwujudkan dari
hasil perubahan UUD 1945. c

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem Ketatanegaraan dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan


antar lembaga negara dalam mengatur kehidupan bernegara. Sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia pada masa sebelum Amandemen UUD 1945
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari system ketatanegaraan
sebelum Amandemen ialah sistem ketatanegaraannya lebih terarah dan
pemerintah hanya fokus pada target yang telah ditentukan sebelumnya serta 
Kekurangannya ialah tidak ada campur tangan rakyat dalam menentukan
kebijakan sehingga dalam pembuatan system ketatanegaraan hanya
menguntungkan pihak-pihak yang berkuasa.
            Sedangkan sesudah Amandemen UUD 1945 sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia lebih mengutamakan aspirasi rakyat daripada pihak-pihak
yang berkuasa. Namun di balik itu, tidak terarahnya system ketatanegaraan
tersebut karena terlalu banyak yang ditargetkan.
            Pada intinya, sistem ketatanegaraan Republik Indonesia telah melalui alur
waktu yang panjang. Alur waktu yang lambat laun menyeret Republik Indonesia
untuk melakukan penyesuaian dan perubahan-perubahan baru dalam sistem
ketatanegaraannya. Perubahan-perubahan ini mempunyai landasan hukum yang
jelas yang tertuang dalam Amandemen-amandemen UUD 1945. Dalam setiap
perubahan-perubahan, Negara Republik Indonesia selalu berusaha menjadi lebih
baik yang meskipun pada kenyataannya masih saja terdapat kekurangan-
kekurangan pada setiap perubahan tersebut.

3.2 Saran

13
Ketika pemerintah dihadapkan pada suatu pilihan dalam menentukan
kebijakan yang begitu besar pengaruhnya pada negara ini diharapkan lebih fokus
pada suatu target sehingga pemerintah lebih mudah dalam implementasinya. Dan
juga ketika pemerintah memiliki ambisi yang begitu besar pada negara ini, hal itu
sebenarnya wajar dan baik. Akan tetapi jika semua itu tidak didukung oleh
penerapan sistem ketatanegaraan yang adil dan bijaksana, maka ambisi-ambisi itu
hanyalah sekedar mimpi. Oleh karena itu, kelompok kami begitu berharap kepada
seluruh jajaran Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk menerapkan sistem
ketatanegaraan yang berlaku dengan adil dan bijaksana serta memusatkan tujuan
pada suatu target yaitu Negara Republik Indonesia menjadi lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Negara  (Diakses pada tanggal 6 September 2016)


https://blogdenni.wordpress.com/unsur-unsur-terbentuknya-negara/  (Diakses
pada tanggal 6 September 2016)
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj
K-N-C3fnOAhVGNI8KHbaVDrkQFghHMAc&url=http%3A%2F
%2Frowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles
%2F36623%2Fbab-10-konstitusi-dan-ketatanegaraan-
indonesia.pdf&usg=AFQjCNGOcGah2995rjR0TfwHKzijtZW4zg&sig2=2odqUY
3qCFU0nZbZ4MiSng (Diakses pada tanggal 7 September 2016)
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=16&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj
v7KCq2_nOAhVKRo8KHR9eDns4ChAWCDowBQ&url=http%3A%2F
%2Fwww.unaki.ac.id%2Fejournal%2Findex.php%2Fjurnainformatika%2Farticle
%2Fdownload%2F12%2F11&usg=AFQjCNHwMXam6md-
4C05sxCHgeLYcoMjNQ&sig2=KuwjORsk_nr8azhOORvezA (Diakses pada
tanggal 7 September 2016)
http://digilib.unila.ac.id/4921/13/BAB%20II.pdf (Diakses pada tanggal 7
September 2016)
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=28&ved=0ahUKEwiA4pvE3PnOAhW
HK48KHS9MApY4FBAWCEMwBw&url=http%3A%2F
%2Faldaulah.uinsby.ac.id%2Findex.php%2Faldaulah%2Farticle%2Fdownload
%2F122%2F109&usg=AFQjCNEXOhFpkb2EEqZwziFiweF-

15
hxLtZg&sig2=yV_kkpE28bX78ZKUmDx1ag&cad=rja (Diakses pada tanggal 7
September 2016)
https://benzmanroe.wordpress.com/2010/05/06/pancasila-dalam-konteks-
ketatanegaraan-bangsa-indonesia/ (Diakses pada tanggal 11 September 2016)
https://www.tempo.co/read/kolom/2016/08/31/2380/gbhn-dan-sistem-presidensial 
(Diakses pada tanggal 13 September 2016)
Hartati, A. dan Sarwono. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional.

16

Anda mungkin juga menyukai