Anda di halaman 1dari 19

“SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA”

Dosen Pengampu : Drs.H Kamaruddin, SE.,ME


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Mata Kuliah : KEWARGANEGARAAN

OLEH :

YUNDA
1215.21.0219

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) NATUNA
T/A 2021-2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Ketatanegaraan
Indonesia” tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga
akhir zaman. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Ranai, 08 NOVEMBER 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan..................................................................2

B. Kondisi Republik Indonesia dalam Menjalankan Sistem Ketatanegaraannya 9

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

A. Kesimpulan....................................................................................................13

DAFTAR PUSAKA...............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan


diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki
kedaulatan. Sebuah negara tentunya harus mempunyai berbagai unsur yang
membentuknya menjadi sebuah kesatuan. Menurut Oppenheimer dan Lauterpacht
unsur-unsur tersebut antara lain adalah rakyat yang bersatu, daerah atau wilayah,
pemerintahan yang berdaulat, dan pengakuan dari negara lain.

Setelah beberapa unsur tersebut terpenuhi, negara tidak akan dengan


langsung berjalan dengan sendirinya. Maka dari itu untuk menjamin
keberlangsungan proses penyelenggaraan negara sesuai dengan fungsi dan
tujuannya, keberadaan sistem ketatanegaraan menjadi sangat penting. Sistem ini
ibarat sebuah kontrak sosial yang mengikat secara hukum antara pemerintah
dengan rakyatnya. Dengan sistem ini, siapapun yang berkuasa akan melaksanakan
roda pemerintahan dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem Ketatanegaraan indonesia ?
2. Bagaimana Kondisi Republik Indonesia dalam Menjalankan Sistem
Ketatanegaraannya ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Sistem Ketatanegaraan indonesia
2. Untuk Mengetahuhi Kondisi Republik Indonesia dalam Menjalankan Sistem
Ketatanegaraannya

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan

Istilah Sistem Ketatanegaraan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu:


“Sistem” dan “Ketatanegaraan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari
beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian
maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan
tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya
jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi
keseluruhnya itu.

Dan Ketatanegaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari


kata tata negara yang artinya seperangkat prinsip dasar yang mencakup peraturan
susunan pemerintah , bentuk negara, dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan
suatu negara. Sedangkan menurut hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan
sentral yang mengatur kehidupan bernegara yang menyangkut sifat, bentuk , tugas
negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap
pemerintah atau sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan Ketatanegaran adalah segala
sesuatu mengenai tata negara.

Dari pengertian itu, maka secara harfiah Sistem Ketatanegaraan dapat diartikan
sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam mengatur kehidupan
bernegara.

1. Sistem Ketatanegaraan di Republik Indonesia

a) Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Sebelum Amandemen UUD


1945 Sistem Ketatanegaran sebelum Amandemen UUD 1945 Pelaksanaan
kekuasaan Negaranya dilakukan dengan pembagian (bukan pemisahan)
tugas atau fungsi dari masing-masing penyelenggara Negara. Secara

2
konstitusional sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa pemerintahan
orde baru menggunakan UUD 1945. Secara prinsip terdapat lima kekuasaan
pemerintah Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945, yaitu:
1) Kekuasaan menjalankan perundang-undangan Negara , disebut juga
kekuasaan eksekutif dilakukan oleh pemerintah ( dalam hal ini adalah
Presiden)
2) Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah ,
disebut juga kekuasaan konsultatif dilakukan oleh Dewan Pertimbangan
Agung
3) Kekuasaan membentuk Perundang-undangan Negara atau kekuasaan
legislative dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan
Presiden
4) Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara , disebut
kekuasaan eksaminatif atau kekuasaan inspektif, dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan
5) Kekuasaan mempertahankan perudang-undangan Negara atau
kekuasaan Yudikatif, dilakukan oleh Mahkamah Agung (C.S.T Kansil :
1978,83).

Pada masa ini lembaga tertingginya adalah MPR (Majelis


Permusyawaratan Rakyat), kemudian Presiden, DPA (Dewan Pertimbangan
Agung), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),
dan MA (Mahkamah Agung).

a. MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) sebagai penjelmaan seluruh


rakyat Indonesia yang dimana MPR-lah pemegang kekuasaan tertinggi
Negara dan pelaksana kedaulatan rakyat sedangkan keanggotaan MPR
diisi oleh fraksi-fraksi seperti Fraksi ABRI, Fraksi Karya Pembangunan
dan lain-lain. MPR memiliki kewenangan untuk :

 Memilih dan mengangkat presiden/mandatris dan wakil presiden untuk


membantu presiden.

3
 Memberikan mandate kepada presiden untuk melaksanakan Garis-Garis
Besar Halauan Negara (GBHN) dan putusan-putusan MPR lainnya.
 Memberhentikan presiden sebelum habis masa jabatannya.
 Menetapkan Undang-Undang Dasar dan Mengubah Undang- Undang
Dasar,
 Meminta dan menilai pertanggung jawaban Presiden.

b. Presiden ialah penyelenggara kekuasaan pemerintahan negara tertinggi di


bawah MPR, yang dalam melakukan kewajibannya dibantu oleh satu
orang wakil presiden ( pasal 4 UUD 1945). Presiden tunduk dan
bertanggung jawab kepada MPR dan pada akhir masa jabatannya (5 tahun)
memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan GBHN yang
ditetapkan UUD 1945 dan MPR di hadapan sidang MPR.

c. DPA (Dewan Pertimbangan Agung) adalah badan penasehat pemerintah


yang berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden. Disamping
itu DPA berhak mengajukan usul dan wajib mengajukan pertimbangan
kepada presiden.

d. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang seluruh anggotanya adalah anggota


MPR berkewajiban senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden
dalam rangka pelaksanaan halauan Negara. Apabila DPR menganggap
Presiden sungguh melanggar halauan Negara, maka DPR menyampaikan
memorandum untuk mengingatkan Presiden. Selain itu DPR memiliki
kewenangan membentuk Undang-Undang termasuk menetapkan Undang-
Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bersama-sama
dengan Presiden.

e. (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah badan yang memeriksa tanggung


jawab tentang keuangan negara yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas
dari pengaruh kekuasaan pemerintah, namun tidak berdiri di atas

4
pemerintah. BPK memeriksa semua pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR.

f. MA (Mahkamah Agung) ialah badan yang melaksanakan kekuasaan


kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya, terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Tugas Mahkamah
Agung adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang
hukum baik diminta maupun tidak kepada lembaga-lembaga tinggi negara,
juga memberikan nasehat hukum kepada presiden/kepala negara untuk
pemberian/penolakan grasi. Disamping itu Mahkamah Agung mempunyai
wewenang menguji seorang menteri hanya terhadap peraturan-peraturan
perundangan di bawah.

2. Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Amandemen UUD


1945

Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen


terhadap UUD 1945 yang kemudian berhasil dilaksanakan selama 4 tahun
berturut-turut melalui Sidang Tahunan MPR yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan
tahun 2002.

Adapun Latar Belakang pelaksanaan Amandemen UUD 1945 :

1. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang


bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya
checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
2. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar
kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD
1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan
Presiden dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut

5
hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi)
dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-
undang.
3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya
Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga
memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal
penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
b) Perubahan pada UUD 1945 setelah amandemen membawa perubahan pula
pada Sistem Ketatanegaraan yang dimana sebelumnya MPR memiliki
kekuasaan yang tidak terbatas dirubah menjadi kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.
a) Kewenangan MPR setelah Amandemen UUD 1945 :
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-undang Dasar.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
3) Majelis permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatanya menurut
Undang-Undang Dasar.
4) Amandemen juga mencabut kekuasaan untuk membuat Undang -
Undang dari tangan Presiden dan memberikan kekuasaan untuk
membuat Undang - Undang tersebut kepada DPR. Sehingga jelas
bahwa amandemen ingin mempertegas posisi check and balances
antara presiden sebagai lembaga eksekutif dan DPR sebagai lembaga
legislatif.
b) Kewenangan DPR setelah Amandemen UUD 1945 :
1) Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama.

6
2) Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintahan
pengganti undang-undang.
3) Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang
berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan.
4) Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan DPD.
5) Melaksanakan pengawasan terhadap UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah, dan sebagainya.
6) Pergeseran lain adalah terbentuknya lembaga perwakilan Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia sebagai utusan daerah yang
dipilih secara langsung melalui pemilihan umum.

c. Kewenangan DPD :

a) Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dapat mengajukan


kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
b) Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia atas Rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara dan Rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

d. Kewenangan MA setelah Amandemen UUD 1945 :

7
a) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang.
b) Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
c) Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.

e. Kewenangan MK setelah Amandemen UUD 1945 :

a) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan


terakhir yang putusannya bersifat final.
b) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Dalam masa pasca amandemen terdapat lembaga baru yakni KY
(Komisi Yudisial).

f. Kewenangan KY :

a) Melakukan pengawasan terhadap Hakim agung di Mahkamah Agung.


b) Melakukan pengawasan terhadap Hakim pada badan peradilan di
semua lingkungan peradilan yang berada di bawah MA. Dan Pasca
Amandemen Anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dipilih DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

g. Kewenangan BPK setelah Amandemen UUD 1945 :

a. Mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan


daerah (APBD)

8
b. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota
negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Setelah amandemen kewenangan dan tugas Presiden lebih dipertegas
lagi tidak sama halnya pada masa sebelum amandemen.

h. Kewenangan Presiden setelah Amandemen UUD 1945 :

a. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada


Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
undang-undang
sebagaimana mestinya.
c. Dalam hal ihwal kegentingan yang memmaksa, Presiden berhak
menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang.
d. Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut.
e. Jika tidak mendapat persetujuan maka Peraturan Pemerintah itu harus
dicabut.

9
B. Kondisi Republik Indonesia dalam Menjalankan Sistem
Ketatanegaraannya pada Saat ini

Menurut Bapak Sulardi (Dosen Hukum Tata Negara Universitas


Muhammadiyah Malang) arah pembangunan ini mulai tak terarah sejak GBHN
hilang dari peredarannya meskipun sudah terdapat Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN). Visi pembanguan nasional 2005-2025 adalah
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Visi itulah yang hingga saat ini
belum ditemukan wujudnya. Alih-alih terwujud, keresahan dan ketidakpastian
masa depan bangsa justru ada di depan mata dan bahkan menjauh dari nilai-nilai
Pancasila.

Sistem presidensial, yang berlaku sekarang, membawa konsekuansi bahwa


presiden dipilih oleh rakyat. Karena presiden dipilih oleh rakyat, dia bertanggung
jawab kepada rakyat dan konstitusi. Dengan demikian, konsekuensi
ketatanegaraan berkaitan dengan arah pembanguan nasional ditentukan oleh
presiden dengan mewujudkan janji-janji yang dia kampanyekan menjelang
pemilihan presiden. Janji-janji itulah yang semestinya diwujudkan dalam visi dan
misi RPJPN, yang dapat diurai menjadi pembangunan jangka pendek dan jangka
panjang.

Hasrat untuk kembali menghadirkan GBHN yang disusun oleh MPR


sebagai pedoman pembangun nasional secara konstitusional telah tertutup. Bangsa
ini sebaiknya menghormati dan melaksanakan kesepakatan yang diwujudkan dari
hasil perubahan UUD 1945. Kini presiden bukan lagi bawahan MPR dan MPR
bukan lagi pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat, sehingga tidak
mungkinlah memaksa MPR menyusun GBHN dan menyodorkan kepada presiden
untuk melaksanakan. Inilah konsekuensi dari perubahan.

Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di


tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian

10
kekuasaan (separation of power) kepada 8 Lembaga Negara dengan kedudukan yang
sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi
Yudisial.

1. Lembaga Legislatif

Badan Legislatif atau Legislature mencerminkan salah satu fungsi badan itu yaitu
legislate, atau membuat undang-undang. Nama lain yang dipakai ialah Assembly. Nama
lain lagi adalah Parliament.

Menurut teori, rakyatlah yang berdaulat; rakyat yang berdaulat ini mempunyai
suatu “kehendak”. Karena itu keputusan-keputusannya, baik yang bersifat kebijakan
maupun undang-undang mengikat seluruh masyarakat.

Lembaga legislatif di Indonesia direpresentasikan pada tiga lembaga, yakni:

a) MPR Dari pengklasifikasian isi UUD 1945 dapat diketahui bahwa perubahan
wewenang MPR adalah Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga
tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.

 Menghilangkan supremasi kewenangannya.


 Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
 Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden dipilih
secara langsung melalui pemilu).
 Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
 Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih secara langsung melalui
pemilu.

11
b) DPR Dari pengklasifikasian isi UUD 1945 dapat diketahui bahwa tugas dan
wewenang DPR, antara lain:

 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapatkan


persetujuan bersama.
 Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintahan pengganti
undang-undang.
 Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan
bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.
 Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan DPD.
 Melaksanakan pengawasan terhadap UU, APBN, serta kebijakan pemerintah, dan
sebagainya.

c) DPD Dari pengklasifikasian isi UUD 1945 dapat diketahui bahwa DPD merupakan
wakil-wakil daerah provinsi dan dipilih melalui pemilihan umum yang memiliki
fungsi:

 Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang


berkaitan dengan legislasi tertentu.
 Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

2. Lembaga Eksekutif

Dalam sistem presidensial, menteri-menteri merupakan pembantu presiden dan


langsung dipimpin olehnya, sedangkan dalam sistem parlementer para menteri dipimpin
oleh seorang perdana menteri. Karena penyelenggaraan kesejahteraan rakyat merupakan
tugas pokok dari setiap negara, apalagi jika ia tergolong Negara Kesejahteraan (Welfare
State), maka kegiatan badan eksekutif mempengaruhi semua aspek kehidupan masyarakat
(pendidikan, pelayanan kesehatan, perumahan, pekerjaan dsb).

Berdasarkan UUD 1945 lembaga eksekutif di Indonesia terdiri dari atas seorang
presiden, wakil presiden, beserta menteri-menteri. Dari pengklasifikasian isi UUD 1945
dapat diketahui bahwa kekuasaan eksekutif mencakup beberapa bidang:

12
Diplomatik, yakni menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan negara lain.

 Administartif, yakni melaksanakan undang-undang serta peraturan lain dan


menyelenggarakan administrasi negara.
 Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada
orang yang dijatuhi hukuman. Sedangkan rehabilitasi adalah pemulihan nama baik
atau kehormatan seseorang yang telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar
kehormatannya.
 Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Amnesti
adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan oleh negara
kepada tahanan-tahanan, terutama tahanan politik. Sedangkan abolisi adalah
pembatalan tuntutan pidana.
 Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga negara
Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan nama baik
Indonesia, dan sebagainya.

3. Lembaga Yudikatif

Dalam tiap negara hukum badan yudikatif haruslah bebas dari campur tangan
badan eksekutif demi penegakan hukum dan keadilan serta menjamin hak-hak asasi
manusia. Lembaga yudikatif dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial, dan BPK

a. Mahkamah Agung Berikut adalah Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung,


antara lain sebagai berikut:
 Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan
di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
 Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
 Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

b. Mahkamah Konstitusi Kewajiban dan wewenang MK:

13
 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final.
 Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.

c. Komisi Yudisial Dalam menjalankan tugasnya, KY melakukan pengawasan terhadap:

 Hakim agung di Mahkamah Agung.


 Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah
MA.
 Hakim MK.

d. BPK

Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.


Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah
(APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan
ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia menganut bentuk pemerintahan Republik Konstitusional,
merupakan bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang presiden. Kekuasaan
presiden dibatasi oleh UUD atau konstitusi. Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.”
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD
memberikan pembagian kekuasaan (separation of power) kepada 8 Lembaga
Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Presiden, Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah
Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial.
Setiap lembaga-lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif
mempunyai tugas, kewajiban dan wewenangan masing-masing dalam posisinya
berdasarkan UUD 1945

15
DAFTAR PUSAKA
Hartati, A. dan Sarwono. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Kementrian Pendidikan Nasional.

Kansil, Cst, Drs.SH, PANCASILA dan UUD 1945, Ind-Hil-Co, Jakarta 1992.

Mukhji, Ahmad, Drs, SERI DIKTAT KULIAH PANCASILA, Penerbit Gunadarma,


1991.

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta.

16

Anda mungkin juga menyukai