Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA


REPUBLIK INDONESIA

Disusun Oleh:
Abdullah
NIP. 19710212 200906 1 001

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


KECAMATAN SUKOWONO
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Azza wa Jalla,


karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Sistem Pemerintahan Negara Republik
Indonesia ini tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah
Sejarah Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia ini dapat
terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada kami setiap saat.
Dengan segala keterbatasan kami yakni bahwa makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun akan kami terima dengan senang hati. Makalah ini dibuat
sebagai syarat pemenuhan nilai kredit pada ujian kenaikan golongan
Pegawai Negeri Sipil di lingkup Pemerintahan Kabupaten Jember,
Provinsi Jawa Timur. Pada Akhirnya kami berharap mudah-mudahan
makalah Sejarah Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia ini
bisa diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.

Jember, 26 Februari 2024


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Sistem Pemerintahan Negara Indonesia....................... 3
B. Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Indonesia........... 5
1. Prinsip Negara Hukum......................................................... 5
2. Sistem Konstitusional Berdasarkan Check and Balances.... 6
C. Praktik Lembaga-lembaga Pemerintahan Indonesia.................. 7
1. Pemerintah Pusat dan Kewenangannya.............................. 7
2. Pemerintah Daerah dan Kewenangannya............................ 8
D. faktor yang mempengaruhi sistem pemerintahan Indonesia....... 9
1. Faktor Internal...................................................................... 9
2. Faktor Eksternal................................................................... 10
E. Sistem pemerintahan Indonesia merespon tantangan................ 11
dan tuntutan zaman
1. Tantangan............................................................................ 11
2. Upaya Responsif.................................................................. 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................. 17
B. Saran.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan pemerintahan Indonesia mengalami dinamika yang
unik, pada awal kemerdekaan Indonesia sempat menerapkan Sistem
Parlementer namun perseteruan politik telah mengakibatkan
kegagalan kabinet untuk dapat bekerja dengan baik, setelah Presiden
Soekarno mengeluarkan dekret yang antara lain menyatakan kembali
ke UUD 1945.
Sistem pemerintahan Indonesia kembali ke presidensial dalam
praktiknya, baik pada masa Soekarno maupun Soeharto presiden
menguasai panggung politik Indonesia, amandemen UUD 1945 yang
dilakukan diera reformasi diharapkan mampu menerapkan kedudukan
legislatif dan eksekutif secara profesional, berikut ini dapat dilihat
perbandingan sistem pemerintahan negara Republik Indonesia
sebelum dan sesudah dilaksanakan amandemen UUD 1945 dan
lahirnya UU RI No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan
Tertinggi MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Pada era reformasi sekarang ini, kekuasaan tertinggi tidaklah
tertumpu di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan
rakyat. Hal ini berakibat tidak terjadinya saling mengawasi dan saling
mengimbangi (checks and balances).
Jabatan Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Masa jabatannya pun dibatasi hanya
untuk dua periode saja. Adanya pemilihan langsung dalam memilih
pimpinan negara, maka kedaulatan rakyat menjadi sangat penting dan
menentukan masa depan bangsa negara Indonesia. Presiden tidak
akan bertindak sewenang-wenang, karena ada lembaga perwakilan
rakyat yang ikut memantau jalannya pemerintahan, yaitu DPR.
Sistem pemerintahan Indonesia merupakan sebuah sistem yang
kompleks dan dinamis, dengan sejarah panjang dan berbagai

1
2

perubahan. Dalam jurnal ini, kita akan membahas sistem


pemerintahan Indonesia secara mendalam, mulai dari sejarah, dasar
hukum, struktur, hingga tantangan dan peluangnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah sistem pemerintahan negara Indonesia?
2. Bagaimana penyelenggaraan kekuasaan negara Indonesia?
3. Bagaimana praktik lembaga-lembaga pemerintahan Indonesia?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi sistem pemerintahan
Indonesia?
5. Bagaimana sistem pemerintahan Indonesia dapat merespon
tantangan dan tuntutan zaman?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Sistem Pemerintahan Negara Indonesia


Sejarah sistem pemerintahan Indonesia dapat dibagi menjadi
beberapa periode:
 Periode 1945-1950: Pada periode ini, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensil. Presiden merupakan kepala negara dan
kepala pemerintahan.
 Periode 1950-1959: Pada periode ini, Indonesia menganut sistem
pemerintahan parlementer. Perdana Menteri merupakan kepala
pemerintahan.
 Periode 1959-sekarang: Pada periode ini, Indonesia menganut
sistem pemerintahan presidensial. Presiden merupakan kepala
negara dan kepala pemerintahan.
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam
masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru
berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat tahun 2002, sistem
pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem
pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan
berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip Otonomi Daerah yang
luas. Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi;
2. Bentuk pemerintahan adalah Republik, sedangkan Sistem
Pemerintahan Presidensial;
3. Presiden adalah Kepala Negara dan sekaligus Kepala
Pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih dan diangkat
oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Untuk masa jabatan

3
4

2004-2009, presiden dan wakil presiden akan dipilih secara


langsung oleh rakyat dalam satu pasangan;
4. Kabinet atau Menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggung
jawab kepada Presiden;
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota
dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan
legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan;
6. Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem
Pemerintahan Parlementer dan melakukan pembaharuan untuk
menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam Sistem
Presidensial.

Beberapa variasi dari Sistem Pemerintahan Presidensial di


Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul
dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi
Presiden meskipun secara tidak langsung;
2. Presiden dalam mengangkat Pejabat Negara perlu pertimbangan
atau persetujuan dari DPR;
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu
pertimbangan atau persetujuan dari DPR;
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk
undang-undang dan hak budget (anggaran).
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem
Pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki
Sistem Presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain
adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme
cheks and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar
kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.
5

B. Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Indonesia


1. Prinsip Negara Hukum
Perubahan UUD 1945 mempertegas prinsip negara hukum
dan mencantumkannya pada Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang
berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Negara hukum
yang dimaksud adalah negara yang menempatkan kekuasaan
kehakiman sebagai kekuasaan yang merdeka, menghormati hak
asasi manusia dan prinsip due process of law. Pelaksanaan
kekuasaan kehakiman yang merdeka diatur dalam bab IX yang
berjumlah 5 pasal dan 16 ayat. (Bandingkan dengan UUD 1945
sebelum perubahan yang hanya 2 pasal dengan 2 ayat).
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan (Pasal 24 ayat 1 UUD 1945). Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara
dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Sedangkan badan-badan
lainnya yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam Undang-Undang.
Jaminan atas kekuasaan kehakiman yang merdeka ini
tercermin dalam pemberian wewenang yang tegas dalam pasal-
pasal UUD 1945 dan mekanisme pengangkatan hakim agung yang
dilakukan melalui mekanisme saling kontrol antara Komisi Yudisial,
DPR, Presiden serta Mahkamah Agung, serta pengangkatan Hakim
Konstitusi yang berjumlah 9 orang masing-masing 3 orang yang
ditunjuk DPR, Presiden dan Mahkamah Agung.
Hak asasi manusia diatur sangat lengkap dalam Undang-
Undang Dasar ini dalam Bab tersendiri, yaitu Bab XA yang terdiri
atas 10 pasal dan 24 ayat (bandingkan dengan UUD 1945 sebelum
perubahan yang hanya terdiri 2 pasal dan 1 ayat). Pengaturan ini
6

dimaksudkan untuk memberikan jaminan perlindungan hak-hak


asasi manusia baik bagi setiap warga negara maupun setiap orang
yang berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Implikasi yang diharapkan dari pengaturan mengenai
kekuasaan kehakiman dan hak asasi manusia dalam UUD 1945 ini
adalah berjalannya pemerintahan yang berdasar atas prinsip due
process of law, yaitu setiap tindakan dan kebijakan pemerintah
harus berdasarkan atas ketentuan hukum. Tidak ada kebijakan
yang boleh keluar dari hukum yang berlaku. Setiap kebijakan
negara dan pemerintah dapat digugat oleh setiap orang atau warga
negara manakala terjadi penyimpangan atau pelanggaran hukum
terhadap hak-hak warga negara yang dijamin konstitusi.
2. Sistem Konstitusional Berdasarkan Check and Balances
Perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan kekuasaan
negara dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang
masing-masing lembaga-lembaga negara, mempertegas batas-
batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya
berdasarkan fungsi-fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap
lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun adalah sistem
“check and balances”, yaitu pembatasan kekuasaan setiap
lembaga negara oleh Undang-Undang Dasar, tidak ada yang
tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur
berdasarkan fungsi-fungsi masing-masing.
Atas dasar semangat itulah perubahan pasal 1 ayat 2, UUD
1945 dilakukan, yaitu perubahan dari “Kedaulatan ditangan rakyat
dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”, menjadi “Kedaulatan di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Ini berarti bahwa kedaulatan rakyat yang dianut adalah kedaulatan
berdasar Undang-Undang Dasar yang dilaksanakan berdasarkan
Undang-Undang Dasar oleh lembaga-lembaga negara yang diatur
dan ditentukan kekuasaan dan wewenangnya dalam Undang-
Undang Dasar. Oleh karena itu kedaulatan rakyat, dilaksanakan
7

oleh MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah


Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK dan lain-lain sesuai tugas dan
wewenangnya yang diatur oleh UUD. Bahkan rakyat secara
langsung dapat melaksanakan kedaulatannya untuk menentukan
Presiden dan Wakil Presidennya melalui pemilihan umum.
Sistem yang dibangun berdasarkan perubahan ini adalah
mempertegas dan merumuskan secara lebih jelas “ Sistem
Konstitusional” yang telah disebutkan dalam penjelasan UUD 1945
sebelum perubahan, yaitu penyelenggaraan kekuasaan negara
berdasar konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Kewenangan dan
kekuasaan masing-masing lembaga negara diatur dan dirinci
sedemikian rupa dan saling mengimbangi dan membatasi antara
satu dengan yang lainnya berdasar ketentuan Undang-Undang
Dasar. Inilah yang disebut sistem “check and balances”
(perimbangan kekuasaan). Bahkan setiap warga negara dapat
menggugat negara melalui organ negara yang bernama Mahkamah
Konstitusi manakala ada tindakan negara yang melanggar hak-hak
konstitusionalnya yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar.
Sistem ini tetap dalam sistem Pemerintahan Presidensial,
bahkan mempertegas Sistem Presidensial itu, yaitu Presiden tidak
bertanggung jawab kepada Parlemen, akan tetap bertanggung
kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan DPR. Presiden
hanya dapat diberhentikan dalam masa jabatannya karena
melakukan perbuatan melanggar hukum yang jenisnya telah
ditentukan dalam Undang-Undang Dasar atau tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden. DPR dapat mengusulkan untuk
memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya manakala
ditemukan pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden
sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar.

C. Praktik Lembaga-lembaga Pemerintahan Indonesia


1. Pemerintah Pusat dan Kewenangannya
8

Dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintah Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom, disebutkan bahwa pemerintah pusat ialah
“perangkat negara kesatuan RI yang terdiri dari presiden beserta
para menteri.” Kedua peraturan perundang-undangan itu juga
menyebutkan tentang wewenang pemerintah pusat mencakup
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain.
Kewenangan bidang lain pemerintah ialah kebijakan tentang
perencanaan nasional, pengendalian pembangunan nasional
secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan
pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber
daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan
standardisasi nasional.
Menurut aturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam PP
No. 25 Tahun 2000, kewenangan bidang lain ini meliputi bidang
pertanian, kelautan, pertambangan, energi, kehutanan dan
perkebunan, perindustrian, dan perdagangan, perkoperasian,
penanaman modal kepariwisataan, ketenagakerjaan, kesehatan,
pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang, pertanahan,
pemukiman, perkerjaan umum, perhubungan, lingkungan hidup,
politik dalam negeri dan administrasi publik, pengembangan
otonomi daerah, perimbangan keuangan, kependudukan, hukum
dan perundang-undangan, olah raga dan penerangan.
2. Pemerintah Daerah dan Kewenangannya
Pada masa Orde Baru, penyelenggaraan pemerintah daerah
menggunakan model sentralisasi, namun pada era reformasi,
penyelenggaraan pemerintah daerah menggunakan model
otonomi. Otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintah
9

daerah diatur dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun


2004. Undang-Undang ini menghapus UU No. 5 tahun 1975 yang
sentralistis.
Format baru pemerintah daerah di bawah UU No. 32 tahun
2004 diarahkan kepada terciptanya kemandirian daerah dengan
meletakan suatu prinsip otonomi yang luas dan utuh pada daerah
kabupaten/kota. Asas utama penyelenggaraan pemerintah daerah
dalam peraturan perundang-undangan ini menganut asas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Ketentuan mengenai
kewenangan daerah provinsi diatur melalui PP No. 25 tahun 2000,
sedangkan kewenangan kabupaten/kota adalah kewenangan sisa
yang tidak disebut dalam peraturan pemerintah tersebut.

D. Faktor yang mempengaruhi sistem Pemerintahan Indonesia


Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi sistem
pemerintahan Indonesia:
1. Faktor Internal:
a. UUD 1945: UUD 1945 merupakan landasan hukum fundamental
bagi sistem pemerintahan Indonesia. Amandemen UUD 1945 yang
dilakukan beberapa kali telah membawa perubahan signifikan pada
sistem pemerintahan, seperti dari sistem sentralisasi ke
desentralisasi.
b. Kekuatan politik: Kekuatan politik, seperti partai politik, kelompok
kepentingan, dan individu berpengaruh, dapat memengaruhi
kebijakan dan jalannya pemerintahan.
c. Budaya politik: Budaya politik masyarakat Indonesia, seperti tingkat
partisipasi politik, kepercayaan pada pemerintah, dan toleransi
terhadap perbedaan, dapat mempengaruhi kinerja sistem
pemerintahan.
d. Kondisi sosial ekonomi: Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Indonesia, seperti tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan,
10

dan tingkat pendidikan, dapat mempengaruhi stabilitas dan


efektivitas pemerintahan.
2. Faktor Eksternal:
a. Globalisasi: Globalisasi membawa pengaruh pada berbagai aspek
kehidupan, termasuk sistem pemerintahan. Globalisasi dapat
mendorong demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas
pemerintahan.
b. Internasionalisasi: Interaksi Indonesia dengan negara lain dalam
berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, dan keamanan, dapat
mempengaruhi kebijakan dan sistem pemerintahan.
c. Perkembangan teknologi: Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dapat membantu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemerintahan.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi sistem pemerintahan Indonesia:
A. Amandemen UUD 1945: Amandemen UUD 1945 telah membawa
perubahan signifikan pada sistem pemerintahan Indonesia, seperti dari
sistem sentralisasi ke desentralisasi. Desentralisasi memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur
pemerintahannya sendiri.
B. Kekuatan politik: Kekuatan politik, seperti partai politik, dapat
mempengaruhi kebijakan dan jalannya pemerintahan. Contohnya,
partai politik dengan suara terbanyak di DPR dapat membentuk koalisi
dan menentukan kebijakan pemerintah.
C. Budaya politik: Budaya politik masyarakat Indonesia, seperti tingkat
partisipasi politik yang rendah, dapat mempengaruhi kinerja sistem
pemerintahan. Rendahnya partisipasi politik dapat membuat
masyarakat kurang terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan
kurang kritis terhadap kinerja pemerintah.
D. Globalisasi: Globalisasi mendorong demokratisasi, transparansi, dan
akuntabilitas pemerintahan. Contohnya, Indonesia telah menerapkan
11

sistem e-government untuk meningkatkan transparansi dan


akuntabilitas pemerintahan.
Sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem yang dinamis dan terus
berkembang. Faktor-faktor yang disebutkan di atas hanyalah beberapa
contoh yang dapat mempengaruhi sistem pemerintahan Indonesia.
Pemahaman yang baik tentang faktor-faktor ini penting untuk memahami
bagaimana sistem pemerintahan Indonesia bekerja dan bagaimana sistem
tersebut dapat diperbaiki.

E. Sistem pemerintahan Indonesia merespon tantangan dan tuntutan


zaman

Sistem pemerintahan Indonesia terus berkembang untuk merespon


berbagai tantangan dan tuntutan zaman. Sebagai bagian dari dunia
banyak dinamika yang telah dan akan dilalui, Berikut beberapa poin
penting:

1. Tantangan:
a. Globalisasi: Meningkatnya interkonektivitas dan interdependensi
antar negara menuntut sistem pemerintahan yang adaptif dan
responsif terhadap perubahan global.
b. Perkembangan teknologi: Revolusi teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) menghadirkan peluang dan tantangan baru bagi
sistem pemerintahan, seperti e-government dan cyber security.
c. Demokratisasi: Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap
partisipasi dan transparansi dalam pemerintahan.
d. Ketimpangan sosial dan ekonomi: Kesenjangan yang lebar antara
kelompok kaya dan miskin dapat memicu ketidakstabilan dan
menghambat pembangunan.
e. Ancaman radikalisme dan intoleransi: Munculnya kelompok-
kelompok radikal dan intoleran dapat mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa.
2. Upaya Responsif:
12

a. Reformasi birokrasi: Birokrasi bisa dikatakan sebagai sekumpulan


pejabat non-terpilih dalam suatu pemerintahan atau bentuk
lembaga lain yang menjalankan aturan, undang-undang, gagasan,
dan fungsi lembaganya. Dengan kata lain, birokrasi ialah unit
administrasi keuangan pemerintah yang menjalankan keputusan
badan legislatif atau perwakilan negara bagian yang dipilih secara
demokratis. Istilah reformasi birokrasi mengacu pada upaya
pembaharuan dan perubahan dalam sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang bertujuan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) dengan beberapa
karakteristik diantaranya yaitu adaptif, berintegritas, berkinerja
tinggi, bersih dan bebas KKN, dan lain-lain. Di Indonesia sendiri,
perihal terkait reformasi birokrasi didasarkan pada Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Desain Reformasi Birokrasi 2010-2025.
b. Penguatan demokrasi: Secara epistemologis, demokrasi terdiri dari
dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu "demos" yang
berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan "cretein" atau
"cratos", yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi, secara
bahasa, "demos-cratein" atau ""demos-cratos adalah keadaan
negara di mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada
di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan
rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat, dan oleh rakyat.
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI,
demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang seluruh
rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya
yang terpilih. Dalam KBBI, demokrasi memiliki pengertian yang
merujuk pada gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi
semua warga negara. Tujuan demokrasi secara umum yaitu untuk
membangun kehidupan masyarakat yang adil, sejahtera, dan
makmur dengan mengedepankan kejujuran, keadilan, dan
13

keterbukaan. Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana


kekuasaan dipegang oleh rakyat dan dijalankan oleh mereka
secara langsung atau tidak langsung melalui pemilihan bebas.
Masyarakat Indonesia tentu berbeda dengan masyarakat yang
menganut demokrasi di negara-negara Barat. Demokrasi Indonesia
adalah demokrasi yang berlandaskan Pancasila.
c. Pemanfaatan teknologi: Penggunaan teknologi informasi (TI) telah
membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk di sektor pemerintahan. Teknologi informasi
telah membantu pemerintah untuk meningkatkan efisiensi
operasional, memberikan layanan publik yang lebih baik, dan
meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana penerapan TI
dalam pemerintahan dapat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat. Salah satu manfaat utama dari penerapan TI dalam
pemerintahan adalah peningkatan efisiensi dalam administrasi
publik. Dengan adopsi sistem komputerisasi yang baik, proses
pengumpulan data, pemrosesan informasi, dan penyimpanan dapat
dilakukan secara lebih cepat dan akurat. Hal ini mengurangi
birokrasi, menghilangkan kebutuhan akan proses manual yang
lambat, dan meningkatkan responsivitas pemerintah terhadap
kebutuhan masyarakat. Contohnya, penggunaan sistem elektronik
untuk pengajuan permohonan pelayanan publik seperti pembuatan
KTP atau SIM telah mengurangi waktu tunggu dan birokrasi yang
tidak perlu. Selain itu, TI juga dapat memperluas akses masyarakat
terhadap informasi pemerintah. Melalui portal dan situs web resmi,
pemerintah dapat menyediakan informasi yang relevan dan up-to-
date kepada publik secara transparan. Ini memungkinkan
masyarakat untuk memperoleh informasi tentang kebijakan publik,
anggaran, proyek infrastruktur, dan program pemerintah lainnya.
Dengan demikian, transparansi dalam pengambilan keputusan dan
penggunaan anggaran publik dapat ditingkatkan, yang pada
14

gilirannya akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap


pemerintah. Selain efisiensi dan transparansi, TI juga berperan
penting dalam memajukan partisipasi publik dalam proses
pengambilan keputusan. Dalam era digital ini, pemerintah dapat
menggunakan media sosial, aplikasi seluler, dan platform
partisipasi online untuk melibatkan warga dalam diskusi dan
pemantauan kebijakan publik. Ini memberikan kesempatan bagi
masyarakat untuk memberikan masukan mereka, menyampaikan
kekhawatiran, dan berkontribusi pada pembangunan masyarakat.
Partisipasi publik yang lebih aktif dan inklusif dapat memperkuat
demokrasi dan memastikan bahwa kebijakan pemerintah
mencerminkan kepentingan dan aspirasi masyarakat yang lebih
luas. Namun, sambil memanfaatkan teknologi informasi,
pemerintah juga perlu memperhatikan tantangan dan risiko yang
muncul. Keamanan data menjadi perhatian penting dalam
penggunaan TI di pemerintahan. Perlindungan data pribadi dan
informasi sensitif masyarakat harus menjadi prioritas utama untuk
menghindari penyalahgunaan atau kebocoran data. Pemerintah
juga harus memastikan akses yang adil dan inklusif terhadap
teknologi informasi agar tidak meninggalkan kelompok masyarakat
yang kurang berdaya. Meskipun pemanfaatan teknologi informasi
(TI) telah memberikan manfaat yang besar bagi pemerintahan,
namun juga terdapat tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu
tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan sumber daya
manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengoperasikan dan mengelola sistem TI yang kompleks.
Pelatihan dan pengembangan keterampilan pegawai pemerintah
dalam hal ini menjadi sangat penting agar mereka dapat
memanfaatkan teknologi secara efektif dan efisien. Selain itu,
pengelolaan data dan keamanan informasi menjadi hal yang krusial
dalam penerapan TI di pemerintahan. Dalam era digital, pemerintah
mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola jumlah data yang
15

besar. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kebijakan keamanan


yang kokoh dan sistem proteksi data yang andal guna melindungi
informasi pribadi dan sensitif dari akses yang tidak sah. Upaya
untuk meningkatkan keamanan informasi melalui enkripsi, firewall,
dan sistem deteksi intrusi harus menjadi prioritas utama. Selain
tantangan, terdapat pula peluang yang dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah dalam pemanfaatan TI. Salah satunya adalah
penggunaan teknologi Big Data dan analitik untuk menghasilkan
wawasan yang berharga dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan memanfaatkan data yang ada, pemerintah dapat
menganalisis tren, pola, dan korelasi untuk membuat keputusan
yang lebih baik dan berbasis bukti. Misalnya, penggunaan analisis
data dalam pengelolaan lalu lintas kota dapat membantu
mengidentifikasi titik kemacetan, meningkatkan efisiensi
transportasi, dan mengurangi dampak lingkungan. Dengan
memanfaatkan potensi penuh teknologi informasi, pemerintahan
dapat memperkuat pelayanan publik, membangun masyarakat
yang lebih baik, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga pemerintahan.
d. Pengentasan kemiskinan dan ketimpangan: Melaksanakan
program-program pembangunan yang pro rakyat dan mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum tingkat kemiskinan terus mengalami
penurunan akan tetapi terus mengalami perlambatan. Kemiskinan
juga diiringi oleh fenomena ketimpangan pendapatan yang semakin
melebar sehingga menyulitkan penduduk yang sangat miskin untuk
lepas dari kemiskinan.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor indikator makroekonomi yang terdiri dari variabel
pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah untuk infrastruktur,
inflasi dan nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel kemiskinan. Faktor kebijakan pertanian yang
terdiri dari variabel produksi beras memiliki pengaruh yang
16

signifikan terhadap variabel kemiskinan, sedangkan variabel total


impor beras tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kemiskinan.
Kata Kunci: Kebijakan Pertanian, Makro Ekonomi, Pengentasan
Kemiskinan Indonesia
e. Memperkuat toleransi dan kerukunan: Kebebasan beragama dan
berkeyakinan (KBB) di Indonesia harus terus dijaga. Diperlukan
kerjasama dan penguatan peran pemerintah pusat, daerah serta
masyarakat dalam meningkatan iklim toleransi dan kerukunan umat
untuk kemajuan pembangunan nasional.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam sistem penyelenggaraan negara ada yang disebut dengan
aparatur negara, aparatur negara adalah lembaga-lembaga negara
berdasarkan UUD 1945 dan perubahannya. Lembaga-lembaga
kenegaraan di tingkat pusat/nasional dipegang oleh Presiden dan
Wakil Presiden selaku badan Eksekutif, (MPR, DPR, dan DPD) selaku
badan Legislatif, (Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah
Konstitusi) selaku badan Yudikatif, dan BPK selaku badan
Auditif/Eksplanatif. Sedangkan di tingkat provinsi di pegang oleh
Gubernur/Wakil Gubernur selaku badan Eksekutif, (DPRD Provinsi)
selaku badan Legislatif dan di tingkat Kabupaten/Kota di pegang oleh
Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota selaku
badan Eksekutif, (DPRD Kabupaten/Kota) selaku badan Legislatif.
Sistem penyelenggaraan negara Indonesia dijalankan oleh
aparatur negara, yaitu lembaga-lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan UUD 1945. Lembaga-lembaga ini terbagi menjadi badan
eksekutif, legislatif, yudikatif, dan auditif/eksplanatif. Di tingkat pusat,
lembaga-lembaga ini bekerja sama untuk menjalankan pemerintahan
negara. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, terdapat lembaga-
lembaga yang serupa dengan tugas dan wewenang di wilayahnya
masing-masing.
Sistem pemerintahan Indonesia menganut mekanisme
demokratis, di mana rakyat memiliki peran penting dalam pengambilan
keputusan. Hal ini berbeda dengan sistem monarki, di mana
kekuasaan dipegang oleh raja atau ratu secara turun temurun.
Amandemen UUD 1945 telah menghapus kedudukan lembaga
tertinggi negara dan menjadikan semua lembaga tinggi negara
memiliki kedudukan yang sama.

17
18

B. Saran
Sistem pemerintahan Indonesia masih perlu diperbaiki agar dapat
mencapai tujuannya. Presiden sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan harus mampu bekerja sama dengan semua pihak untuk
mewujudkan rakyat yang makmur dan sejahtera. Presiden sebagai
kepala pemerintahan harus mampu mengondisikan sistem
pertahanannya dengan baik, karena pada kenyataannya sistem yang
berjalan belum bisa dikatakan berhasil membuat rakyat makmur.
Sesuai dengan tujuan pemerintahan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka Utama.

Hidayat, Komarudin dkk. 2010. Pendidikan Kewargaan. Jakarta: ICCE UIN


Syarif Hidayatullah.

Mahmud, Abdullah dkk. 2000. Tata Negara. Ponorogo: Darussalam Press.

Ranadireksa, Hendarmin. 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik.


Bandung: Fokusmedia.

Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT. Grasindo.

Syafiie, Kencana, dkk. 2009. Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT.


Refika Aditama.

MD, Mahfud. 2011. Politik Hukum di Indonesia: Sebuah Pengantar.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

MPR RI. 2024. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2013 tentang Penjelasan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Website: https://www.mpr.go.id . Diakses pada: 25 Februari 2024
Pukul 23.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai