Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN


INDONESIA
D

OLEH :

KELAS X II AP 2

 JAMALUDDIN
 PAHRUL
 MAHRIFATUL HIKMAH
 NURUL ILMI
 NUR AZIZA
 NURLIANA

SMKN 1 TINAMBUNG

TAHUN PELAJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pelajaran
PKN

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................i

Kata pengantar ....................................................................................................ii

Daftar isi ..............................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan ..............................................................................................1

A. Latar belakang .........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................1

C. Tujuan .....................................................................................................2

Bab II Pembahasan .............................................................................................3

Bab III Penutup ...................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................10

B. Saran .......................................................................................................10

Daftar Pustaka .....................................................................................................10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah Sitem Pemerintahan


Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu
kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme
karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan
rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah
dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang
statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya
desakan kaum minoritas untuk memprotes hal hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat,
menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga
menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.
Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan
itu secara menyeluruh.
Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif
lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu
sendiri.

B. Definisi Sistem Pemerintahan


Sistem berarti suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa bagian yang
mempunyai hubungan fungsional.
Pemerintahan dalam arti luas adalah pemerintah/ lembaga-lembaga Negara
yang menjalankan segala tugas pemerintah baik sebagai lembaga eksekutif,
legislative maupun yudikatif.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGELOMPOKAN SISTEM PEMERINTAHAN

A. Sistem Pemerintahan Presidensial


merupakan sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh
presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen (legislative).
Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden berkedudukan sebagai
kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.
Contoh Negara: AS, Pakistan, Argentina, Filiphina, Indonesia.
Ciri-ciri sistem pemerintahan Presidensial:

1. Pemerintahan Presidensial didasarkan pada prinsip pemisahan kekuasaan.


2. Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu dengan Legislatif.
3. Kabinet bertanggung jawab kepada presiden.
4. eksekutif dipilih melalui pemilu.
B. Sistem Pemerintahan Parlementer
merupakan suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah (eksekutif)
bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam system pemerintahan ini, parlemen
mempunyai kekuasaan yang besar dan mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengawasan terhadap eksekutif. Menteri dan perdana menteri bertanggung jawab
kepada parlemen.
Contoh Negara: Kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia, Malaysia.
Ciri-ciri dan syarat sistem pemerintahan Parlementer:

1. Pemerintahan Parlementer didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan.


2. Adanya tanggung jawab yang saling menguntungkan antara legislatif dengan
eksekutif, dan antara presiden dan kabinet.
3. Eksekutif dipilih oleh kepala pemerintahan dengan persetujuan legislatif.

C. Sistem Pemerintahan Campuran


Dalam sistem pemerintahan ini diambil hal-hal yang terbaik dari system
pemerintahan Presidensial dan system pemerintahan Parlemen. Selain memiliki
presiden sebagai kepala Negara, juga memiliki perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan.
Contoh Negara : Perancis.
BAB III
PELAKSANAAN SISTEM PEMERINTAHAN

A. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia


1. Tahun 1945 – 1949
Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD ’45 antara lain:

 Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi
badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang
merupakan wewenang MPR.
 Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer
berdasarkan usul BP – KNIP.

2. Tahun 1949 – 1950


Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah
system parlementer cabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem Pemerintahan yang
dianut pada masa konstitusi RIS bukan cabinet parlementer murni karena dalam
system parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.
3. Tahun 1950 – 1959
Landasannya adalah UUD ’50 pengganti konstitusi RIS ’49. Sistem
Pemerintahan yang dianut adalah parlementer cabinet dengan demokrasi liberal yang
masih bersifat semu. Ciri-ciri:

a. presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.


b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

4. Tahun 1959 – 1966 (Demokrasi Terpimpin)


Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk
melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib parpol
ditentukan oleh presiden (10 parpol yang diakui). Tidak ada kebebasan
mengeluarkan pendapat.
5. Tahun 1966 – 1998
Orde baru pimpinan Soeharto lahir dengan tekad untuk melakukan koreksi
terpimpin pada era orde lama. Namun lama kelamaan banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Soeharto mundur pada 21 Mei ’98.
6. Tahun 1998 – Sekarang (Reformasi)
Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan
ruang gerak pada parpol maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan
dibenarkan untuk unjuk rasa.

B. Sistem Pemerintahan Menurut UUD ’45 Sebelum diamandemen:

1) Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR.


2) DPR sebagai pembuat UU.
3) Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan.
4) DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan.
5) MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan.
6) BPK pengaudit keuangan.

C. Sistem Pemerintahan setelah amandemen (1999 – 2002)

1) MPR bukan lembaga tertinggi lagi.


2) Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih
oleh rakyat.
3) Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
4) Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
5) Kekuasaan Legislatif lebih dominan.

D. Perbandingan SisPem Indonesia dengan SisPem Negara Lain


Berdasarkan penjelasan UUD ’45, Indonesia menganut sistem Presidensia.
Tapi dalam praktiknya banyak elemen-elemen Sistem Pemerintahan Parlementer.
Jadi dapat dikatakan Sistem Pemerintahan Indonesia adalah perpaduan antara
Presidensial dan Parlementer.
E. kelebihan Sistem Pemerintahan Indonesia

1) Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan DPR.
2) Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak dibayangi
krisis kabinet.
3) Presiden tidak dapat memberlakukan dan atau membubarkan DPR.

F. Kelemahan Sistem Pemerintahan Indonesia

1) Ada kecenderungan terlalu kuatnya otoritas dan konsentrasi kekuasaan di tangan


Presiden.
2) Sering terjadinya pergantian para pejabat karena adanya hak perogatif presiden.
3) Pengawasan rakyat terhadap pemerintah kurang berpengaruh.
4) Pengaruh rakyat terhadap kebijaksanaan politik kurang mendapat perhatian.

G. Perbedaan Sistem Pemerintahan Indonesia dan Sistem Pemerintahan Malaysia


1. Badan Eksekutif
a. Badan Eksekutif Malaysia terletak pada Perdana Menteri sebagai penggerak
pemerintahan negara.
b. Badan Eksekutif Indonesia terletak pada Presiden yang mempunyai 2 kedudukan
sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
2. Badan Legislatif
a. Di Malaysia ada 2 Dewan Utama dalam badan perundangan yaitu Dewan
Negara dan Dewan Rakyat yang perannyan membuat undang-undang.
b. Di Indonesia berada di tangan DPR yang perannya membuat undang-undang
dengan persetujuan Presiden.

Lembaga Negara Pelaksana Kedaulatan Rakyat Menurut UUD 1945


Berdasarkan pasal 1 ayat 2 UUD 1945 menyatakan Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Ini berarti ada
lembaga negara yang berfungsi untuk menjalankan tugas negara sebagai wakil rakyat
dan merupakan lembaga negara yang bertugas sebagai pelaksana kedaulatan rakyat
yaitu :
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Majelis Permusyawaratan Rakyat adalah lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia, yang terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah.
Atas dasar ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945, jumlah anggota MPR didasarkan
atas penjumlahan anggota DPR dan anggota DPD. Jumlah anggota DPR sebanyak
560 orang (Pasal 74 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2009). Adapun jumlah anggota DPD
dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 orang dan jumlah seluruh anggota DPD
tidak lebih dari jumlah anggota DPR (Pasal 227 ayat (1)(2) UU No. 7 Tahun 2009).
Putusan MPR sah apabila disetujui :
1) sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus
usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden;
2) sekurang-kurangnya 50% + 1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus
perkara lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu
diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Alat kelengkapan MPR terdiri atas Pimpinan, Panitia Ad Hoc, dan Badan
Kehormatan.
Pimpinan MPR terdiri atas seorang ketua dan 3 orang wakil ketua yang
mencerminkan unsur DPR dan DPD yang dipilih dari dan oleh anggota MPR dalam
Sidang Paripurna MPR.
Perubahan (Amandemen) UUD 1945 membawa aplikasi terhadap kedudukan, tugas,
dan wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi
negara pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, kini MPR
berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya,
seperti Lembaga Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK.
MPR juga tidak lagi memiliki kewenangan untuk menetapkan GBHN. Selain itu,
MPR tidak lagi mengeluarkan Ketetapan MPR (TAP MPR), kecuali yang berkenaan
dengan menetapkan Wapres menjadi Presiden, memilih Wapres apabila terjadi
kekosongan Wapres, atau memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila Presiden dan
Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersama-sama. Hal ini berimplikasi
pada materi dan status hukum Ketetapan MPRS/MPR yang telah dihasilkan sejak
tahun 1960 sampai dengan tahun 2002.
Berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, saat ini Ketetapan MPR (TAP MPR) tidak termasuk bagian dari hierarki
Peraturan Perundang-undangan.
Tugas dan wewenang MPR diatur dalam pasal 3 UUD 1945, yaitu :
1) mengubah dan menetapkan UUD;
2) melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden;
3) hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD.
Tugas dan wewenang MPR diatur dalam UU No. 7 Tahun 2009 tentang Susunan dan
Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
b . Presiden
UUD 1945 mengharuskan bahwa calon Presiden dan calon Wakil Presiden sebagai
berikut.
1) Warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri (pasal 6 (1).
2) Tidak pernah mengkhianati negara (pasal 6 (1).
3) Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
Presiden dan Wakil Presiden.
4) Dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat (pasal 6A (1).
5) Diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelum
pelaksanaan pemilu (pasal 6A (2).
Syarat-syarat untuk menjadi presiden dan wakil presiden diatur lebih lanjut dengan
UU Nomor 23 Tahun 2003. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama 5
tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk
satu kali masa jabatan (pasal 7 UUD 1945).
Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945, yang dalam
melakukan kewajibannya dibantu oleh satu orang wakil presiden. (pasal 4 UUD
1945).
Kekuasaan presiden yang diatur dalam UUD 1945, antara lain sebagai berikut.
1) Membuat UU bersama DPR (pasal 5 (1) dan pasal 20).
2) Menetapkan Peraturan Pemerintah (pasal 5 (2)).
3) Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut
(AL), dan Angkatan Udara (AU) (pasal 10).
4) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR (pasal 11).
5) Menyatakan keadaan bahaya (pasal 12).
6) Mengangkat dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan
DPR (pasal 13). Duta adalah orang yang mewakili suatu negara di negara lain untuk
mengurus kepentingan negara yang diwakilinya serta membantu dan melindungi
warga negaranya yang tinggal di negara itu. Adapun konsul adalah orang yang
diangkat dan ditugasi sebagai wakil pemerintah suatu negara dalam mengurus
kepentingan perdagangan atau perihal warga negaranya di negara lain.
7) Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memerhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung (MA) (pasal 14 (1).
8) Memberi amnesti dan abolisi dengan memerhatikan pertimbangan DPR (pasal 14
(2). Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan
kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah melakukan tindak
pidana tertentu. Adapun abolisi adalah peniadaan peristiwa pidana.
9) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan (pasal 15).
10) Membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan
pertimbangan kepada presiden (pasal 16).
11) Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (pasal 17).
12) Mengajukan rancangan UU APBN (pasal 23 (2)).
c . Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan
memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR terdiri atas anggota partai
politik peserta pemilihan umum, yang dipilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum.
Anggota DPR berjumlah 560 orang. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan
berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Anggota DPR dipilih melalui pemilu (pasal 19), sedangkan susunan keanggotaan
DPR diatur melalui UU. Fungsi DPR ditegaskan dalam pasal 20A (1) UUD 1945
bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
1) Fungsi legislasi antara lain diwujudkan dalam pembentukan UU bersama
presiden.
2) Fungsi anggaran berupa penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang diajukan presiden.
3) Fungsi pengawasan dapat meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan UU,
pengawasan terhadap kebijakan pemerintah sesuai dengan jiwa UUD 1945.
Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR dilengkapi dengan hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat (pasal 20A (2), hak mengajukan pertanyaan,
hak menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas (pasal 20A (3).

d . Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lembaga negara yang bebas dan
mandiri, dengan tugas khusus untuk menerima pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara (pasal 29E (1)
Bebas dan mandiri berarti terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah. Jika
BPK tunduk kepada pemerintah tidaklah mungkin dapat melaksanakan
kewajibannya dengan baik.

e . Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung (MA) merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman disamping Mahkamah Konstitusi di Indonesia (pasal 24 (2). Dalam
melaksanakan kekuasaan kehakiman, MA membawahi beberapa macam lingkungan
peradilan, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan Militer dan
PTUN (pasal 24 (2). Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (pasal 24 (1).

f. Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstitusi adalah salah satu kekuasaan kehakiman di Indonesia.
Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk
1) mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU terhadap UUD;
2) memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh UUD;
3) memutus pembubaran partai politik;
4) memutus perselisihan tentang hasil pemilu (pasal 24C (2) UUD 1945).
5) wajib memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan/atau wakil presiden menurut UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi beranggotakan 9 hakim konstitusi, yang ditetapkan Presiden.
Hakim konstitusi yang berjumlah 9 orang tersebut, 3 anggota diajukan oleh MA, 3
anggota diajukan oleh DPR, 3 anggota diajukan oleh Presiden (Pasal 24C ayat (3)
UUD 1945).
g . Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
DPD merupakan bagian dari keanggotaan MPR yang dipilih melalui pemilihan
umum dari setiap propinsi (pasal 2 (1), 22C (1) UUD 1945). ). Adapun jumlah
anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 orang dan jumlah seluruh
anggota DPD tidak lebih dari jumlah anggota DPR (Pasal 227 ayat (1)(2) UU No. 7
Tahun 2009). DPD merupakan wakil-wakil propinsi. Kewenangan DPD dituangkan
dalam pasal 22D UUD 1945 antara lain:

h . Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah
penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip negara kesatuan RI sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945.
i. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah. DPRD memiliki tiga fungsi, yaitu :
1) fungsi legislasi, yaitu fungsi membentuk peraturan daerah bersama
pemerintahdaerah;
2) fungsi anggaran, yaitu fungsi menyusun dan menetapkan APBD bersama
pemerintah daerah;
3) fungsi pengawasan, yaitu fungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemerintah daerah.
j. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
KPU merupakan komisi yang bertanggung jawab akan pelaksanaan pemilihan umum
di Indonesia. KPU bersifat nasional, tetap, dan mendiri (pasal 22E (5) UUD 1945).
Tugas dan wewenang KPU menurut UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu
anggota DPR, DPD, dan DPRD adalah :
1) merencanakan penyelenggaraan pemilu;
2) menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan dan pelaksanaan pemilu;
3) menetapkan peserta pemilu;
4) menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan pemungutan
suara;
5) menetapkan daerah pemilihan, jumlah kursi, dan calon anggota DPR, DPD,
DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota;
6) menyelenggarakan pemilu presiden dan wakil presiden.
k. Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial adalah lembaga yang mandiri yang dibentuk oleh presiden dengan
persetujuan DPR (pasal 24B (3) UUD 1945). Anggota Komisi Yudisial harus
mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela (pasal 24B (2) UUD 1945). Komisi Yudisial
berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim Agung serta menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan perilaku hakim (pasal 24B (17)
UUD 1945).
BAB IV
KESIMPULAN

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan
pemerintahan. Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris)
yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal
dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa
Indonesia, kata-kata itu berarti:
a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh untuk melakukan sesuatau.
b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau,
Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau
tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga
yang berada dalam satu system pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan
saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah
kepala negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan
melaksakan kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap departemen
akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabile semua menteri yang ada tersebut
dikoordinir oleh seorang perdana menteri maka dapat disebut dewan menteri/cabinet.
Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet ministrial.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem ini dibedakan menjadi 6 yaitu :
Presidensial, Parlementer, Komunis, Demokrasi liberal, liberal, dan capital.
DAFTAR PUSTAKA

http://cyberblueinformation.blogspot.com/2013/05/peran-lembaga-negara-
sebagai-pelaksana.html

Anda mungkin juga menyukai