Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA

Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi


Pancasila
Dosen Pengampu: Puteri anggraini Oktavianty, S. Sos, M. Ap.

Disusun Oleh Kelompok 4

1. Khairil Anwar :2022188


2. Yuliya Rahmi :2022223
3. Rahmi :2022209
4. Noor Saadah :2022204
5. Nurul Huda :2022207
6. Achmad Akmal :2022169
7. Srie Wahyuni :2022220

PROGRAM STUDI ADMINISRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari dosen kami ibu
Puteri anggraini Oktavianty, S. Sos, M. Ap.

Harapan kami makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman


bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Kami menyadari masih
banyak terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman kami. Namun demikian kami telah berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat mencapai hasil yang baik. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi kami
sendiri maupun bagi pihak yang memerlukan.

Amuntai, 24 Mei
2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
1. Latar Belakang........................................................................ 1
2. Rumusan Masalah .................................................................. 1
3. Tujuan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3
1. Demokrasi Liberal................................................................... 3
a. Pengertian.......................................................................... 3
b. Sejarah Demokrasi Liberal di Indonesia........................... 3
c. Ciri-ciri Demokrasi Liberal............................................... 15
d. Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Liberal................ 16
2. Demokrasi Terpimpin............................................................. 16
a. Pengertian.......................................................................... 16
b. Sejarah Demokrasi Terpimpin di Indonesia...................... 17
c. Ciri-ciri Demokrasi Terpimpin.......................................... 19
d. Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Terpimpin.......... 19
3. Demokrasi Pancasila............................................................... 19
a. Pengertian.......................................................................... 19
b. Sejarah Demokrasi Pancasila di Indonesia....................... 19
c. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila........................................... 21
d. Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Pancasila............ 21

3
BAB III PENUTUP........................................................................... 23
1. Kesimpulan dan Saran............................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena
masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang
tidak memegang demokrasi disebut negara otoriter. Negara otoriter pun
masih mengaku dirinya sebagai negara demokrasi. Tiga model demokrasi
ini telah memberi kekayaan pengalaman bangsa Indonesia dalam
menerapkan kehidupan demokrasi. Setelah reformasi demokrasi yang
diterapkan di Indonesia semakin diakui oleh dunia luar. Reformasi telah
melahirkan empat orang presiden.
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap
sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum
demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan
dengan waktu.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini
menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara. Menurut Wikipedia Indonesia,
demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan deomkrasi liberal?
b. Apa yang dimaksud dengan demokrasi terpimpin?
c. Apa yang dimaksud dengan demokrasi Pancasila?

1
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui demokrasi liberal.
b. Untuk mengetahui demokrasi terpimpin.
c. Untuk mengetahui demokrasi pancasila.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Demokrasi Liberal
a. Pengertian
Demokrasi liberal adalah sebuah sistem politik yang memiliki
banyak partai, di mana kekuasaan politik dipegang oleh politisi sipil
yang berpusat di parlemen. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pada dasarnya, konsep
demokrasi ini merupakan model di mana badan legislatif memiliki
posisi yang lebih tinggi daripada badan eksekutif. Perdana menteri
memimpin sebagai kepala pemerintahan, sedangkan kepala negara
dalam demokrasi parlementer dipegang oleh presiden.
b. Sejarah demokrasi liberal di Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia pasca 17 Agustus 1950
menggunakan UUD Sementara 1950 sambil menunggu terbentuknya
konstitusi yang tetap. Di dalam UUDS 1950, ditetapkan bahwa sistem
demokrasi yang digunakan Indonesia adalah demokrasi liberal.
Sementara sistem pemerintahannya adalah kabinet parlementer. Di
dalam kabinet perlementer, terdapat presiden dan perdana menteri.
Kekuasaan pemerintahan tertinggi dipegang oleh perdana menteri
sebagai kepala pemerintahan. Sementara presiden, hanya
berkedudukan sebagai kepala negara.Perdana menteri bersama dengan
para menteri atau kabinetnya, bertanggung jawab kepada parlemen
atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pada masa ini, terbentuklah
partai -partai di Indonesia. Ada cukup banyak partai yang berkembang
karena kala itu, Indonesia menggunakan sistem multipartai. Partai
politik memerintah melalui sistem perimbangan kekuasaan dalam
parlemen. Sistem multipartai ini memiliki sisi positif dan juga sisi
negatif.
Kabinet-kabinet yang pernah berkuasa antara lain :
1. Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)

3
Kabinet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan
Mohammad Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri. Merupakan
kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi. Kabinet ini
merupakan kabinet koalisi di mana PNI sebagai partai kedua terbesar
dalam parlemen tidak turut serta, karena tidak diberi kedudukan yang
sesuai. Kabinet ini kuat formasinya di mana tokoh – tokoh terkenal
duduk di dalamnya, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono
IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.
Program
 Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan
pemerintahan.
 Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
 Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
 Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Hasil
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama
kalinya mengenai masalah Irian Barat.
Kendala/Masalah yang dihadapi
 Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda
mengalami jalan buntu (kegagalan).
 Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi
pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti

4
Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan
RMS.
Berakhirnya kekuasaan kabinet
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan
Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap
peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga
Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)

Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden,


presiden menunjuk Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun
gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah
bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno
kemudian menunjukan Sidik Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman
Wijosandjojo (Masyumi ) sebagai formatur dan berhasil membentuk
kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini terkenal dengan
nama Kabinet Soekiman ( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin
oleh Soekiman.
Program
 Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
 Menjamin keamanan dan ketentraman.

5
 Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui
hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani.
 Mempercepat persiapan pemilihan umum.
 Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
Hasil
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjutkan program
Natsir hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan
programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha keamanan
dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan
dan ketentraman.
Kendala/ Masalah yang dihadapi
 Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri
Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat
Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan
militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan
ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA
terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena
RI diwajibkan memperhatiakan kepentingan Amerika.
Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik
luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong
ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke
dalam blok barat.
 Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi
yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran
akan barangbarang mewah.
 Masalah Irian barat belum juga teratasi.
 Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak
dengan kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi
pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet

6
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman
sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR
akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus
mengembalikan mandatnya kepada presiden.
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)

Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik


Djojosukarto ( PNI ) dan Prawoto Mangkusasmito ( Masyumi )
menjadi formatur, namun gagal. Kemudian menunjuk Wilopo dari
PNI sebagai formatur. Setelah bekerja selama dua minggu berhasil
dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo,
sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan
dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program
 Program dalam negeri:Menyelenggarakan pemilihan umum
(konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran
rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan
keamanan.
 Program luar negeri:Penyelesaian masalah hubungan
Indonesia Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan
Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-
aktif.
Hasil : -

7
Kendala/ Masalah yang dihadapi
 Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena
jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia sementara
kebutuhan impor terus meningkat. Terjadi defisit kas negara
karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih
setelah terjadi penurunana hasil panen sehingga membutuhkan
biaya besar untuk mengimport beras.
 Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang
mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena
rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah
yang tidak seimbang.
 Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Inti peristiwa ini adalah
gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan
Sukarno agar membubarkan kabinet.
 Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan
tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Intinya peristiwa
Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat
kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah
perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Berakhirnya kekuasaan kabinet
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya
dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga
Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)

8
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk
pada tanggal 31 juli 1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang
cukup banyak dari berbagai partai yang diikutsertakan dalam kabinet,
termasuk partai baru NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana
Menteri Mr. Wongsonegoro (Partai Indonesia Raya PIR).
Program
 Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta
segera menyelenggarakan Pemilu.
 Pembebasan Irian Barat secepatnya.
 Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali
persetujuan KMB.
 Penyelesaian Pertikaian politik
Hasil
 Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen
yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955.
 Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi
 Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga
dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi
Selatan, dan Aceh.
 Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang
menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD..

9
Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan
permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai
gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang
Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru tersebut
karena proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan
norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD.
 Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya
korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.
 Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
 Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan,
NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya
pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
Berakhirnya kekuasaan kabinet
NU menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga
keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus
mengembalikan mandatnya pada presiden.
5. Kabinet Burhannudin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret
1956)

Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin


Harahap. Burhanuddin Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan
PNI membentuk oposisi.
Program

10
 Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu
mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat
kepada pemerintah.
 Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah
ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
 Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
 Perjuangan pengembalian Irian Barat
 Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri
bebas aktif.
Kendala/ Masalah yang dihadapi
 Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap
menimbulkan ketidaktenangan.
 Hasil
 Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29
September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember
1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang
mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi.
Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara
terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
 Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat
dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
 Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi
yang dilakukan oleh polisi militer.
 Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat
dengan Kabinet Burhanuddin.
 Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan
mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan
Darat pada 28 Oktober 1955.
Berakhirnya kekuasaan kabinet

11
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin
dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup
terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet
baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
6. Kabinet Alisastroamidjojo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)

Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandat untuk membentuk


kabinet baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil
koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Program
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun
yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut:
 Perjuangan pengembalian Irian Barat
 Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat
terbentuknya anggota-anggota DPRD.
 Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
 Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
 Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi
nasional berdasarkan kepentingan rakyat.
 Selain itu program pokoknya adalah,
 Pembatalan KMB.

12
 Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima
tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
 Melaksanakan keputusan KAA.
Hasil
 Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai
titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya
adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB. Kendala/ Masalah
yang dihadapi
 Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
 Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin
menguat dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan
pembentukan dewan militer.
 Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah
pusat dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.
 Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru
khususnya mengenai nasib modal pengusaha Belanda di
Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual
perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah
yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat
melindungi pengusaha nasional.
 Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi
menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya
sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa
mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi
dan parlementer.
Berakhirnya kekuasaan kabinet
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil
Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.
7. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)

13
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri
dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena
Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar
pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara
partai politik.
Program
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut
sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu:
 Membentuk Dewan Nasional
 Normalisasi keadaan Republik Indonesia
 Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMBPerjuangan
pengembalian Irian Jaya
 Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di
daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah
ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil
 Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui
Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman
dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah
terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia dimana lautan dan
daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.

14
 Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan
menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada
dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai
titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
 Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan
pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas
masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan
angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
 Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk
mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil
dengan baik.
Kendala/ Masalah yang dihadapi
 Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab
pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal ini
menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat.
Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
 Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga
program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi
liberal mencapai puncaknya.
 Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan
pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan
Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-
purinya bersekolah pada tanggal 30 November 1957. Peristiwa
ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena
mengancam kesatuan negara.
Berakhirnya kekuasaan kabinet
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi
Terpimpin.

c. Karakteristik Pelaksanaan Demokrasi

15
Karakteristik demokrasi liberal diantaranya sebagai berikut:
1. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.
2. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah.
3. Presiden bisa dan berhak membubarkan DPR.
4. Perdana menteri diangkat oleh presiden.

d. Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Liberal


Demokrasi liberal memiliki beberapa kelebihan yaitu:
 Kebebasan individu yang tinggi
 Tingkat pendapatan penduduk menjadi lebih tinggi
 Kurangnya penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah
 Tingkat kesiapan menang dalam perang semakin tinggi
 Fokus terhadap rencana jangka pendek negara
 Mendorong perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
Demokrasi liberal memiliki beberapa kekurangan yaitu:
 Tingkat individualitas meningkat
 Tidak fokus terhadap rencana jangka panjang
 Kurangnya demokrasi langsung dalam pengambilan keputusan
 Dapat terjadi monopoli kekuasaan oleh kaum borjuis
 Konflik etnis dan agama memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk
terjadi • Serangan terorisme lebih tinggi

2. Demokrasi Terpimpin
a. Pengertian
Demokrasi terpimpin, juga disebut demokrasi terkelola, adalah
istilah untuk sebuah pemerintahan demokrasi dengan peningkatan
autokrasi. Pemerintahan negara dilegitimasi oleh pemilihan umum
yang walaupun bebas dan adil, digunakan oleh pemerintah untuk
melanjutkan kebijakan dan tujuan yang sama. Atau, dengan kata lain,
pemerintah telah belajar untuk mengendalikan pemilihan umum
sehingga pemilih dapat melaksanakan semua hak-hak mereka tanpa

16
benar-benar mengubah kebijakan publik. Walaupun mengikuti prinsip-
prinsip dasar demokrasi, dapat timbul penyimpangan kecil terhadap
otoritarianisme. Dalam demokrasi terpimpin, pemilih dicegah untuk
memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakan yang dijalankan
oleh negara melalui mengefektifkan teknik kinerja humas yang
berkelanjutan.
b. Sejarah Demokrasi Terpimpin di Indonesia
Lima hari setelah dekret presiden, kabinet karya dibubarkan dan
pada tanggal 09 Juli 1959 diganti dengan kabinet kerja. Dalam kabinet
ini presiden Soekarno bertindak selaku perdana menteri, sedangkan Ir.
Djuanda menjadi menteri pertama dengan dua orang wakilnya Dr.
Leimena dan Dr. Subandrio. Program kabinet meliputi
penyelenggaraan keamanan dalam negeri, pembebasan Irian Barat, dan
melengkapi sandang pangan rakyat.
Setelah terbentuknya kabinet pada 22 Juli 1959, presiden Soekarno
membentuk Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang diketahui oleh
presiden dengan Penpres No. 3 Tahun 1959 dengan 45 orang anggota
yang terdiri dari 12 wakil golongan politik, 8 orang utusan/ wakil
daerah, 24 orang wakil golongan karya, dan 1 orang wakil ketua.
Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan presiden dan
berhak mengajukan usul kepada pemerintah (Pasal 16 Ayat 2 UUD
19450. Para anggota DPA dilantik pada tanggal 15 Agustus 1959. Pada
upacara peringatan hari proklamasi 17 Agustus 1959, presiden
Soekarno mengucapkan pidato yang bersejarah yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” pidato tersebut merupakan
penjelasan dan pertanggungjawaban presiden atas dekret 5 Juli 1959
serta garis kebijakan presiden Soekarno dalam mengenalkan sistem
demokrasi terpimpin.
Dalam sidangnya pada bulan September 1959, DPA dengan suara
bulat mengusulkan kepada pemerintah agar pidato presiden Soekarno
tersebut dijadikan garis-garis besar haluan negara. Usul DPA itu

17
diterima baik oleh presiden Soekarno. Rumusan DPA atas pidato
tersebut menjadi garis-garis besar haluan negara berjudul “manifesto
politik republik Indonesia” disingkat manipol. Selanjutnya dengan
Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959 tanggal 31 Desember 1959
dibentuk majelis permusyawaratan rakyat sementara (MPRS), yang
anggota-anggotanya ditunjuk dan diangkat oleh presiden dengan
beberapa persyaratan, yaitu setuju kembali ke UUD 1945, setia kepada
perjuangan RI, dan setuju dengan manifesto politik. Berdasarkan UUD
1945, keanggotaan MPR terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah
dengan utusanutusan dari daerah dan wakil-wakil golongan.
Tindakan presiden Soekarno selanjutnya dalam menegakkan
demokrasi terpimpin adalah mendirikan lembaga-lembaga negara baru,
yaitu front nasional yang dibentuk melalui Penetapan Presiden No. 13
Tahun 1959. Dalam penetapan itu disebutkan, front nasional adalah
suatu organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan
cita-cita yang terkandung dalam UUD 1945. Front nasional itu diketuai
oleh presiden Soekarno.
Dalam regrouping pertama kabinet yang berdasarkan Keputusan
Presiden No. 94 Tahun 1962, dilakukan pengintegrasian lembaga-
lembaga tertinggi negara dengan eksekutif, yaitu MPRS, DPR GR,
DPA, MA, dan dewan perancang nasional. Pimpinan lembaga-lembaga
negara tersebut diangkat menjadi menteri dan ikut serta dalam sidang-
sidang kabinet tertentu, yang selanjutnya ikut merumuskan dan
mengamankan kebijakan pemerintahan dalam lembaga masing-
masing.
Selain lembaga-lembaga tersebut, presiden juga membentuk
musyawarah pembantu pimpinan revolusi (MPPR) berdasarkan
Penetapan Presiden No. 4 Tahun 1962, MPRS beserta stafnya
merupakan badan pembantu pemimpin besar revolusi (PBR) dalam
mengambil kebijakan khusus dan darurat untuk menyelesaikan
revolusi. Keanggotaan MPPR terdiri dari sejumlah menteri yang

18
mewakili MPRS dan DPR GR, departemen, angkatanangkatan, dan
para pemimpin partai politik Nasakom (nasionalis, agama, dan
komunis). Dalam perkembangan selanjutnya kekuatan politik pada
waktu itu terpusat ditangan presiden Soekarno dengan TNI AD dan
PKI di sampingnya.
c. Ciri-Ciri Demokrasi Terpimpin
1. Anti kebebasan Pers
2. Terbentuknya DPR-GR
3. Adanya sentralisasi kekuasaan
4. Melemahnya HAM
5. Pudarnya sistem partai
d. Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Terpimpin
Kelebihan demokrasi terpimpin:
1. Adanya cabinet kerja
2. Dibentuknya Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
3. Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
4. Dibentuknya Musyawarah Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPRS)
Kekurangan demokrasi terpimpin:
1. Mengaburnya sistem kepartaian partai
2. Melemahnya Lembaga Legislatif
3. Hak dasar manusia sangat lemah
4. Puncak Anti-Kebebasan Pers
5. Otonomi Daerah Sangat Terbatas

3. Demokrasi Pancasila
a. Pengertian
Demokrasi Pancasila adalah suatu sistem demokrasi yang
berdasarkan pada asas kekeluargaan dan gotong royong yang bertujuan
untuk kesejahteraan rakyat, memiliki kandungan berupa unsur-unsur
kesadaran dalam bereligius, menjunjung tinggi kebenaran, budi pekerti
luhur dan kecintaan, berkesinambungan dan berkepribadian Indonesia.

19
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang konstitusional
berdasarkan mekanisme kedaulatan rakyat disetiap penyelenggaraan
negara dan penyelenggaraan pemerintahan menurut konstitusi yaitu
UUD 1945.
b. Sejarah Demokrasi Pancasila di Indonesia
1. Masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru menerapkan demokrasi Pancasila untuk
menegaskan bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya
sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Awal Orde Baru memberi
harapan baru pada rakyat, pembangunan disegala bidang melalui
Pelita I,II,III,IV,V dan berhasil menyelenggarakan PEMILU tahun
1971, 1977, 1982, 1982, 1987, 1992 dan 1997. Namun demikian
perjalanan demokrasi pada masa itu dianggap gagal, sebab :
 Rotasi kekuasaan politik yang tertutup.
 Rekrutmen politik yang tertutup.
 Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
 Pengakuan HAM yang terbatas.
 Tumbuhnya KKN.
 Sebab jatuhnya Orde Baru.
 Hancurnya ekonomi nasional.
 Terjadinya krisis politik.
 TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan Orde Baru.
Gelombang Demonstrasi yang menghebat menuntut
Presiden Soeharto untuk turun jadi Presiden.
2. Masa Reformasi
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan dengan lengsernya
Presiden Soeharto, maka Indonesia memasuki suasana kenegaraan
yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan
hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku
sebelumnya. Kebijakan Reformasi ini berpuncak dengan

20
diamandemennya UUD 1945 (bagian Batang tubuhnya) karena
dianggap sebagai sumber kegagalan tatanan kehidupan kenegaraan di
era Orde Baru.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era Reformasi ini


adalah Demokrasi Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan
sedikit mirip dengan demokrasi Parlementer. Perbedaan demokrasi
Reformasi dengan demokrasi sebelumnya adalah :

 Pemilu yang dilaksanakan jauh lebih demokratis dari yang


sebelumnya.
 Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan
pusat sampai pada tingkat desa.
 Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik
dilakukan secara terbuka.
 Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya
kebebasan menyatakan pendapat.
c. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila
1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
2. Selalu berdasarkan kekeluargaa dan gotong royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk
mencapai mufakat. Adanya keselarasan antara hak dan
kewajiban.
4. Menghargai hak asasi manusia.
5. Ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemerintah disalurkan
melalui wakil-wakil rakyat.
6. Tidak menganut sistem partai tunggal.
7. Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, bebas, terbuka,
jujur, dan adil.
8. Tidak adanya dikatator mayoritas dan tirani minoritas.
9. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum
d. Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi Pancasila

21
 Lebih baik untuk lebih banyak orang
 Desentralisasi Kekuasaan
 Dilakukan oleh rakyat dan untuk rakyat
 Mempromosikan rasa keterlibatan
 Memaksakan kesetaraan
 Memungkinkan perubahan kebijakan yang wajar
 Tidak menempatkan kekuasaan ke dalam satu individu
 Memberikan kewajiban kepada warga negara

Daftar Kekurangan Demokrasi Pancasila

 Berisiko kurangnya pengetahuan di antara orang-orang


 Mungkin mengalami kecurangan pemilu 
 Mungkin sulit menghindari kekurangan
 Inefisiensi dan Ketidakpraktisan
 Eksploitasi Minoritas
 Cacat Aturan
 Disiplin Waktu
 Sebuah insentif untuk polarisasi
 Mungkin menyebabkan minoritas untuk mendapatkan akhir yang pendek

22
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Indonesia telah mengalami perubahan sistem demokrasi
dari Demokrasi Liberal hingga Demokrasi Pancasila. Indonesia
mengalami banyak perubahan Sistem Demokrasi disebabkan oleh
banyak faktor, salah satunya adalah karena banyaknya kekurangan
-kekurangan yang ada pada sistem demokrasi sebelumya.
Sehingga, bangsa Indonesia mencoba untuk memperbaiki
kekurangan tersebut dengan beralih ke sistem demokrasi yang lain.
Indonesia memilih Demokrasi Pancasila, karena Demokrasi
pancasila melibatkan rakyat secara langsung dalam sistem
pelaksanaanya. Selain itu, Demokrasi Pancasila juga bersumber
dari nilai dan kepribadian bangsa sendiri yang sudah melekat
dengan jati diri Bangsa Indonesia.
2. Saran
Sebagai para pemula, kami sadar bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna oleh karena itu kami dengan senang hati
menerima kritik dan saran oleh dosen pengampu mapun para
mahasiswa yang membaca makalah ini. Karena kritik dan saran itu
sangat bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki kajian ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Idrus. (1997). Hukum Tata Negara. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.
Ardiani, Siska Puteri. 2016. Makalah Demokrasi Pancasila. Sekolah Tinggi Ilmu
Elektronika dan Komputer.
Budiardjo, Miriam. (1977). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Fatoni, Uwes. (2006). Sejarah Sistem Politik Indonesia. Surabaya: Unitomo.
Kansil. (1996). Tata Negara. Jakarta: Erlangga.
Kharisma, 2017 , Modul Pengayaan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
untuk SMA/MA dan SMK/SMAK Kelas XI Kurikulum 2013
Kencana, Inu. (2005). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Poesponegoro, Marwati Djoened. (2008). Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta:
Balai Pustaka.
Sundawa, Dadang (2007). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas XI.
Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai