Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PEMINATAN

ANALISIS AKAR DEMOKRASI DI INDONESIA DAN


PERKEMBANGANNYA PADA MASA KINI

SMAN 99 JAKARTA
Jalan Cibubur 2, Ciracas, JakartaTimur. Kode Pos : 13720

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami selalu panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat dan
RahmatNya, sehingga dapat terselesaikan makalah kami yang berjudul “Menganalisis akar-akar
Demokrasi di Indonesia dan perkembangannya pada masa kini”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini terutama kepada orang tua yang telah mendukung kami untuk
melaksanakan tugas sekolah ini kemudian juga kepada guru mata pelajaran, Ibu Ida Ayu yang
telah mengajar dengan baik di kelas. Kami menyadari bahwa susunan makalah kami masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran nya, khususnya kepada guru
mata pelajaran.
Kami juga berharap dengan adanya makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam
mengetahui tentang kondisi kondisi dan masalah lingkungan hidup di Indonesia dan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan para pembacanya.

Jakarta,
Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

Pengertian Demokrasi.......................................................................................................... 4

Sejarah Awal Mula Demokrasi Dunia ................................................................................. 4

Lahirnya Demokrasi di Dunia. ............................................................................................ 4

Tahap Perkembangan Demokrasi di Indonesia .................................................................. 6

Periode Demokrasi Liberal (1945-1959) ......................................................................... 6


Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965) .................................................................... 7
Periode Demokrasi di Era Orde Baru (1965-1998) ....................................................... 10
Periode Demokrasi di Era Reformasi (1998-Sekarang) ................................................. 11

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………14

3
PENGERTIAN DEMOKRASI

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata demos yang berarti
rakyat dan kratos yang berarti memerintah. Abraham Lincoln mengatakan bahwa
demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan "dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat". Dalam sistem pemerintahan demokrasi, kedaulatan
(kekuasaan tertinggi) berada di tangan rakyat. Rakyat akan mewakilkan kepada
wakil-wakil rakyat, sehingga dengan demikian, demokrasi yang dipraktikkan
disebut demokrasi perwakilan atau demokrasi tak langsung.

Sejarah Awal Mula Demokrasi Dunia

Demokrasi dalam sejarah peradaban muncul sejak jamam Yunani Kuno di mana
rakyat memandang kediktatoran sebagai bentuk pemerintahan terburuk. Peradaban
Yunani menunjukkan bahwa masyarakat Yunani dipecah menjadi kota (negara
bagian) yang kecil-kecil tidak lebih dari 10.000 warga. Setiap orang menyuarakan
pendapatnya atas persoalan-persoalan pemerintahan. Istilah demokrasi sendiri
pertama kali dikemukakan pada pertengahan abad 5 M di Athena. Capaian praktis
dari pemikiran demokrasi Yunani adalah munculnya "negara kota" atau Polis.
Dengari Polis adalah bentuk demokrasi pertama.
Demokrasi berasal dari kata yaitu demos (rakyat) dan kratos (pemerintahan).
Demokrasi di Yunani sendiri akhirnya menghilang. Barn setelah ratusan bahkan
ribuan tahun kemudian paham demokrasi muncul kembali. Tepatnya di Prancis
pada saat terjadi Revolusi Prancis.

LAHIRNYA DEMOKRASI DI DUNIA.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, demokrasi dipandang sebagai pilihan terbaik
oleh hampir semua negara di dunia. Negara kita Republik Indonesia yang
diprdklamasikan hampir bersamaan dengan berakhirnya Perang Dunia II juga
menyatakan diri sebagai negara demokrasi atau negara yang berkedaulatan rakyat,
4
sebagaimana tertuang dalam penggalan alinea keempat Pembukaan Undang
Undang Dasar 1945 berikut.
“disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat”

Pada konferensi International Commission of Jurists (organisasi intemasional para


ahli hukum) di Bangkok tahun1965 dinyatakan bahwa syarat-syarat suatu negara
dan pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law (supremasi hukum) di
antaranya terdapat:

1. Perlindungan secara konstitusional atas hak-hak warga negara


2. Badan peradilan yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
5. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan

Perkembangan demokrasi di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perjuangan


bangsa. Sebelum Indonesia merdeka, kehidupan yang demokratis sudah
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari lahirnya
berbagai perkumpulan dan perserikatan, seperti Budi Utomo, Serikat Islam,
perkumpulan keagamaan (NU dan Muhammadiyah), perkumpulan partai-partai,
perhimpunan pelajar, organisasi sosial dan lain sebagainya.
Salah satu tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yang sekaligus sebagai
tonggak demokrasi di Indonesia adalah Konggres Pemuda II. Musyawarah
Konggres Pemuda II membuahkan hasil kesepakatan penting dan sekaligus
menyatukan semua komponen pemuda Indonesia yang bersifat kedaerahan, yaitu
dengan lahirnya Sumpah Pemuda.

Bukti lain bahwa bangsa Indonesia sudah melaksanakan kehidupan yang


demokratis adalah sidang BPUPKI yang membahas rancangan dasar negara dan
rancangan Undang-Undang Dasar secara bermusyawarah. Demikian pula pada saat
disusunnya teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang kemudian dibacakan
oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta, merupakan wujud nyata dari pengambilan keputusan secara demokratis.

5
Tahap Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Dalam kehidupan modern saat ini, demokrasi berperan penting sebagai sistem
untuk menata kehidupan. Berkaitan dengan demokrasi yang menjadi trend di
mana-mana, muncul istilah populer yang disebut demokratisasi. Demokratisasi
adalah upaya atau proses pendemokrasian, yakni menerapkan dan memperkuat
demokrasi sebagai sistem kehidupan dan sistem politik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kegiatan demokratis yang kini telah menyebar di masyarakat memiliki akar


sejarah yang kuat dalam setiap periode. Secara garis besar pelaksanaan demokrasi
di Indonesia yang dimulai sejak proklamasi kemerdekaaan dibedakan menjadi
beberapa periode, sebagai berikut.

1. Periode Demokrasi Liberal (1945-1959)

Pasca pengakuan kedaulatan, Indonesia menerapkan sistem Demokrasi Liberal


yang merupakan bentuk pemerintahan demokrasi dengan sistem perwakilan rakyat,
yaitu melalui partai politik dalam kelembagaan maupun dewan perwakilan. Secara
umum Demokrasi Liberal adalah suatu sistem politik yang melindungi secara
konstitusional hakhak individu dari kekuasaan pemerintah.

Pada masa Demokrasi Liberal ini UUD RIS diganti dengan UUDS (Undang-
Undang Dasar Sementara) dan sistem pemerintahan didominasi dengan banyak
partai politik atau disebut multipartai. Sistem politik pada masa Demokrasi Liberal
mendorong lahirnya partai-partai politik, hal ini disebabkan oleh adanya sistem
multipartai. Partaipartai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui
perimbangan kekuasaan dalam parlemen tahun 1950-1959

Masa Demokrasi Liberal telah membawa dampak yang cukup besar,


mempengaruhi keadaan, situasi dan kondisi politik pada waktu itu. Demokrasi
Liberal yang berjalan dari tahun 1950-1959 mengalami perubahan-perubahan
kabinet yang mengakibatkan pemerintahan menjadi tidak stabil. Beberapa kabinet
yang terbentuk pada masa Demokrasi Liberal di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)

6
2. Kabinet Soekiman (27 April 1951-3 April 1952)
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3Juni 1953)
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953-
5. 12 Agustus 1955)
6. Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955-
7. 3 Maret 1956)
8. Kabinet Ali Sastroamojoyo II (20 Maret 1956-
9. 4 Maret 1957)
10. Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959)

Pada masa Demokrasi Liberal para elit politik terlalu sibuk dengan jabatannya
sehingga kesejahteraan rakyat terabaikan. Hal ini semakin memperburuk ekonomi
rakyat dan mengakibatkan munculnya berbagai pemberontakan sebagai berikut.

1. Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948,


2. Pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi
3. Selatan,
4. Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) tahun 1949-
1962,
5. Pemberontakan Daud Beureueh di Aceh,
6. Pemberontakan APRA tahun 1950,
7. Pemberontakan Andi Azis (5 April 1950),
8. Pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusione Republik Indonesia),
9. Pemberontakan Permesta,
10. Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan).

Pada masa Demokrasi Liberal sempat diadakan Pemilihan Umum I pada tahun
1955. Pemilu ini dilaksanakan dua tahap yaitu Tahap I (29 September 1955) untuk
memilih anggota DPR sedangkan Tahap II (15Desember 1955) untuk memilih
anggota Konstituante.

Perolehan suara dalam Pemilu I didominasi oleh empat partai besar yaitu Masyuni,
PNI, NU, dan PKI. Berbagai kebijakan pemerintah pada masa Demokrasi Liberal
dan pergantian kabinet yang terlalu sering berakibat pada memburuknya
keadaanekonomi.Pada masa akhir Demokrasi Liberal keadaan politik semakin
kacau karena dewan konstituante tidak berhasil membuat undang-undang dasar.

Presiden Soekarno segera mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh


politik, beberapa menteri, dan pimpinan angkatan perang, setelah itu, pada tanggal

7
5 Juli 1959 disusun rumusan yang dikenal sebagai Dekrit Presiden 5Juli 1959. Inti
dekrit tersebut adalah pembubaran konstituante, berlakunya kembali UUD 1945,
pembentukan MPRS dan DPAS

2. Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden


5Juli 1959. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tidak saja mendapatkan sambutan baik dari
masyarakat, akan tetapi juga dibenarkan dan diperkuat oleh Mahkamah Agung.
Dekrit tersebut didukung oleh partai-partai politik dan juga KSAD. KSAD
menginstruksikan kepada seluruh jajaran TNI AD untuk melaksanakan dan
mengamankan dekrit tersebut.

Salah satu upaya penegakan Demokrasi Terpimpin sesaat setelah peristiwa


pernyataan dekrit presiden 5 Juli 1959 adalah penetapan Manifesto sebagai GBHN.
Pada tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno berpidato. Pidatonya diberi judul
"Penemuan Kembali Revolusi Kita". Pidato tersebut merupakan penjelasan dan
pertanggungjawaban atas Dekrit 5 Juli 1959 dan merupakan kebijakan Presiden
Soekarno dalam mencanangkan sistem Demokrasi Terpimpin. Pidato ini kemudian
dikenal dengan sebutan "Manifesto Politik Republik Indonesia" (Manipol). DPAS
dalam sidangnya pada bulan September 1959 mengusulkan k e p a d a pemerintah
agar pidato Presiden Soekarno yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita"
dijadikan Garis-garis Besar Haluan Negara dan dinamakan "Manifesto Politik
Republik Indonesia (Manipol)

Presiden Soekarno menerima baik usulan tersebut. Pada sidangnya tahun 1960,
MPRS dengan ketetapan MPRS No. l/MPRS/1960 menetapkan Manifesto Politik
menjadi Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Kebijakan pertama setelah
diberlakukannya sistem Demokrasi Terpimpin adalah pembubaran Kabinet Karya
diganti dengan Kabinet Kerja.

Dalam kabinet ini, Presiden Soekarno bertindak sebagai perdana menteri,


sedangkan Ir. Djuanda menjadi menteri pertama dengan dua orang wakilnya yaitu
dr. Leimena dan dr.Subandrio. Beberapa program kerja kabinet ini di antaranya
menyelenggarakan keamanan dalam negeri, melengkapi sandang pangan rakyat,
dan upaya pembebasan Irian Barat.

Pada masa Demokrasi Terpimpin kekuatan negara berpusat pada tiga kekuatan
penting yaitu Presiden Soekarno, TNI-Angkatan Darat, dan PKI. Adanya tarik ulur

8
dalam kehidupan politik saat itu, memunculkan masalah-masalah besar yang
menyimpang dari kehidupan demokrasi yang berdasarkan UUD 1945, yaitu:

A. Presiden diangkat sebagai presiden seumur hidup berdasarkan ketetapan


MPRS No.111/1963.

B. Adanya perangkapan jabatan oleh beberapa orang, dimana seorang anggota


kabinet sekaligus menjadi anggota MPRS.

C. Keanggotaan MPRS dan lembaga negara lain tidak melalui proses demokrasi
yang baik, karena dilakukan dengan cara menunjuk seseorang untuk menjadi
anggota lembaga negara tertentu.

D. Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin cenderung berpusat pada kekuasaan


presiden yang melebihi apa yang ditentukan oleh UUD 1945, yaitu dengan
keluarnya produk hukum yang setingkat undang-undang dalam bentuk penetapan
presiden
(Penpres). Misalnya Penpres No.2/1959 tentang pembentukan MPRS, Penpres
No.3/1959 tentang DPAS dan Penpres No.3/1960 tentang DPRGR.

E. DPR hasil Pemilu 1955 dibubarkan oleh Presiden karena RAPBN yang
diajukan pemerintah tidak disetujui DPR, dan dibentuklah DPRGR tanpa melalui
pemilu. Perkembangan sistem pemerintahan pada masa Demokrasi Terpimpin juga
berdampak pada sistem ekonomi yang menjadi ekonomi terpimpin.
Oleh sebab itu, sistem ekonomi terpimpin merupakan bagian dari Demokrasi
terpimpin. Semua kegiatan ekonomi dipusatkan pada pemerintah pusat sedangkan
daerah hanya melaksanakan keputusan pusat. Sistem ekonomi terpimpin dianggap
kurang efektif dalam menangani masalah ekonomi.

Hal ini disebabkan terjadinya penyelewengan ekonomi karena minimnya


pengetahuan ekonomi dan permasalahan ekonomi diselesaikan dengan kebijakan
politis. Disisi lain, organisasi pemerintahan yang buruk menimbulkan koordinasi
yang tidak dapat berjalan lancar, sehingga berakibat pada kegagalan suatu
kebijakan.

Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin banyak mengalami penyimpangan dari aturan


pokok sehingga menuai instabilitas politik dan ekonomi. Hal ini terlihat pada
lemahnya peran lembaga negara karena adanya sentralisasi kekuasaan. Sistem

9
pemerintahan yang terpusat mengakibatkan terbatasnya peranan persdan
penyimpangan politik luar negeri.

Puncak dari Demokrasi Terpimpin diwarnai dengan adanya pemberontakan G30-


S/PKI pada tanggal 30 September 1965. Akhir dari Demokrasi Terpimpin ditandai
dengan keluarnya Surat Perintah tanggal 11 Maret 1966 (Supersemar ) dari
Presiden Soekarno kepadaJendral Soeharto untuk mengatasi keadaan yang genting
pada waktu itu.

3. Periode Demokrasi di Era Orde Baru


(1965-1998)

Berakhirnya Demokrasi Terpimpin berarti juga berakhirnya kekuasaan Presiden


Soekarno digantikan dengan era Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden
Soeharto. Pada masa Orde Baru berlaku sistem Demokrasi Pancasila. Dikatakan
Demokrasi Pancasila karena sistem demokrasi yang diterapkan didasarkan pada
Pancasila, yang intinya adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang dijiwai sila pertama,
kedua, ketiga dan sila kelima.

Pengertian Demokrasi Pancasila tersebut sesuai dengan Tap MPRS No.


XXVII/MPRS/1968 tentang Pedoman Pelaksanaan Demokrasi Pancasila, dimana
dalam ketetapan tersebut disebutkan istilah Demokrasi Pancasila adalah sama
dengan sila keempat dari Pancasila.
Pemerintah Orde Baru melanjutkan pembangunan demokrasi berdasarkan
pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945. Semua lembaga negara, seperti MPR
dan DPR dibentuk. Pemerintah Orde Baru juga berhasil menyelenggarakan
pemilihan umum secara periodik, yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992,
dan 1997.

Untuk berjalannya demokrasi, pemerintah Orde Baru menyusun mekanisme


kepemimpinan nasional lima tahun yang merupakan serangkaian garis besar
kegiatan kenegaraan yang dirancang secara periodik selama masa lima tahun.
Dengan berjalannya mekanisme kepemimpinan nasional lima tahun, pemerintahan

Orde Baru berhasil menciptakan stabilitas politik dan menyelenggarakan


pembangunan nasional yang dimulai dengan adanya pembangunan lima tahun
(Pelita), yaitu Pelita I tahun 1973-1978 sampai Pelita VI tahun 1993-1998.
Keberhasilan tersebut ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi,
meningkatnya tingkat pendidikan warga negara, pembangunan infrastruktur,

10
berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk.

Pada perkembangan selanjutnya pemerintahan Orde Baru mengarah pada


pemerintahan yang sentralistis. Demokrasi pada masa Orde Baru bercirikan pada
kuatnya kekuasaan presiden dalam menopang dan mengatur seluruh proses politik
yang terjadi. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam era Orde Baru tidak sesuai
dengan wacana yang ditetapkan. Praktik kenegaraan dan pemerintahan pada rezim
ini
tidak memberikan ruang bagi kehidupan berdemokrasi. M. Rush mengungkapkan
ciri-ciri rezim Orde Baru sebagai berikut.

A.Adanya Dwi Fungsi ABRI;


B.Adanya sentralisasi dalam pengambilan keputusan politik;
C.Adanya pembatasan terhadap peran dan fungsi partai dalam pengambilan
keputusan politik;
D.Adanya campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan
publik;
E.Adanya monolitisasi ideologi negara; yaitu negara tidak membiarkan
berkembangnya ideologiideologi lain;
F.Adanya inkorporasi; yaitu lembaga-lembaga non-pemerintah diharapkan
menyatu dengan pemerintah, padahal seharusnya sebagai alat kontrol.

Runtuhnya Orde Baru ditandai dengan adanya krisis kepercayaan yang direspon
oleh kelompok penekan ( pressure group ) dengan mengadakan berbagai macam
demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa, pelajar, LSM, politisi, maupun
masyarakat

4. Periode Demokrasi di Era Reformasi (1998-Sekarang)

Runtuhnya kekuasaan rezim Orde Baru telah memberikan harapan baru bagi
tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Masa peralihan demokrasi ini merupakan
masa yang sangat rumit dan kritis karena pada masa ini akan ditentukan kearah
mana demokrasi akan dibangun.

Langkah yang harus dilakukan dalam transisi Indonesia menuju demokrasi


sekurang-kurangnya mencakup reformasi dalam tiga bidang besar, yaitu:

11
A. reformasi konstitusional (constitutional reform ) yang menyangkut perumusan
kembali falsafah, kerangka dasar, dan perangkat legal sistem politik.
B. reformasi kelembagaan (institutional reform and empowerment ), yang
menyangkut pengembangan dan pemberdayaan lembaga politik
C. pengembangan kultur atau budaya politik ( political culture ) yang lebih
demokratis. Masa demokrasi di Era Reformasi berusaha mengembalikan
perimbangan kekuatan antar lembaga negara yaitu eksekutif, legislatif dan
yudikatif

Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan terbentuknya DPR-MPR hasil
Pemilu 1999 yang telah memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya
lembaga-lembaga tinggi yang lain. Masa Reformasi berusaha membangun kembali
kehidupan yang demokratis antara lain dengan dikeluarkannya:

A.Undang-Undang No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik, memberikan ruang


dan gerak lebih luas untuk mendirikan partai politik yang memungkinkan
berkembangnya multipartai. Hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang No.
31 Tahun 2002 Pasal 2 ayat1yang menyatakan "partai politik didirikan dan
dibentuk oleh sekurangkurangnya 50 orang warga negara Indonesia yang telah
berusia 21 tahun dengan akta notaris".

B. Undang-Undang No.12 tahun 2003 tentang Pemilu memberikan kebebasan


kepada warga negara untuk menggunakan hak pilihnya secara langsung untuk
memilih anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota maupun DPD.
Bahkan pemilihan presiden dan wakilnya juga dilaksanakan secara langsung.

C. Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN, berwibawa dan

D. bertanggung jawab dibuktikan dengan keluamya ketetapan MPR


No.IX/MPR/1998 dan ditindak lanjuti dengan UndangUndang No. 30 Tahun 2002
tentang pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
sebagainya.

E. Lembaga legislatif dan organisasi sosial politik sudah mempunyai keberanian


untuk melakukan fungsi kontrol terhadap ekskutif, sehingga terjadi check and
balance.

G. Lembaga tertinggi negara MPR berani mengambil langkah-langkah politik

12
dengan adanya sidang tahunan dan menuntut kepada pemerintah dan lembaga
negara lain untuk menyampaikan laporan kemajuan ( progress report ).

H.Adanya kebebasan media massa tanpa ada rasa takut untuk dicabut surat ijin
penerbitannya.

I. Adanya pembatasan masa jabatan presiden, yaitu jabatan presiden paling lama
adalah 2 periode masa kepemimpinan.

J. Amandemen UUD1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.

13
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/hdm/article/download/312/364&ved=2ahU
KEwiI-IHu6dHlAhXT
https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-11-akar-dan-proses-proses-penerapan-
demokrasi-indonesia/
https://www.duniasejarah25.com/2019/02/materi-sejarah-peminatan-akar-akar-
demokrasi-di-indonesia/

14

Anda mungkin juga menyukai