Disusun oleh :
XI-TPM 2
TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan segala hormat dan rasa syukur, kami sampaikan puji dan sukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
merupakan hasil dari upaya pemahaman dan penelitian kami mengenai topik yang relevan, dan
kami berharap dapat memberikan pandangan yang lebih mendalam terhadap isu yang dibahas.
Makalah ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis tentang sistem pemerintahan
Indonesia hasil amandemen dengan sudut pandang yang kritis dan komprehensif. Kami
mencoba menghadirkan gambaran yang seimbang dan akurat berdasarkan informasi yang kami
kumpulkan dari berbagai sumber terpercaya. Meskipun kami menyadari keterbatasan
pengetahuan dan wawasan, kami berupaya untuk menyajikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan, inspirasi, dan bantuan dalam perjalanan penyusunan makalah ini. Terutama kepada
Bapak Drs. Mu'at, M.si.yang telah memberikan arahan, panduan, serta masukan berharga yang
telah membimbing langkah kami menuju kesuksesan penyelesaian makalah ini.
Kami juga ingin menyampaikan apresiasi kepada teman-teman sejawat yang telah memberikan
inspirasi, pandangan, dan diskusi yang berharga dalam pengembangan ide dan konsep makalah
ini. Semua kontribusi tersebut sangat berarti dalam memperkaya isi makalah dan memberikan
wawasan yang lebih mendalam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki berbagai keterbatasan dan kekurangan.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan baru kepada
pembaca. Semoga karya sederhana ini dapat menjadi jembatan menuju pemahaman yang lebih
mendalam mengenai sistem pemerintahan Indonesia hasil amandemen.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia setelah amandemen UUD 1945..........2
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................5
3.2 Saran.........................................................................................................................................5
BAB 1
PENDAHULUAN
Pasca perubahan UUD 1945 yang terjadi di Indonesia, telah merubah banyak hal pada
sistem ketatanegaraan. Salah satu sistem ketatanegaraan Indonesia yang berubah pasca
amandemen UUD 1945 adalah mengenai format lembaga Negara. Sebelum amandemen UUD
1945, format lembaga negara Indonesia adalah dengan menggunakan sistem lembaga tertinggi
negara yang memegang kedaulatan tertinggi, yang kemudian lembaga tertinggi Negara
membagi kekuasaannya kepada lembaga-lembaga dibawahnya. Akan tetapi, setelah perubahan
UUD 1945 konsepsi lembaga tertinggi Negara dikembalikan kepada rakyat, yang dilakukan
berdasarkan UUD 1945.
Format lembaga negara berdasarkan UUD 1945 kedudukan lembaga Negara berada
kedudukannya saling sejajar dan saling mengimbangi (checks and balances). UUD 1945
(amandemen) telah mengamanatkan dibentuknya beberapa lembaga Negara dengan fungsi
dan keewenangannya masing-masing yang berbeda satu sama lainnya, tetapi tetap dalam
semangat checks and balances. Prof. Sri Soemantri menafsirkan lembaga Negara hasil
amandemen adalah BPK, DPR, DPD, MPR, Presiden dan Wakil Presiden, MK, KY yang didasarkan
pada pembagian menjad 3 fungsi yaitu, pertama perundang-undangan 1 Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945 dan kedua berkaitan dengan pengawasan dan ketiga bidang
pengangkatan hakim agung.
1.3.1 Untuk mengetahui lebih lanjut memahami sistem Pemerintahan Indonesia setelah
amandemen UUD 1945.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen pada UUD
1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa
Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun kenyataannya bukan di
tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal
yang terlalu "luwes" (yang dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan
UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung
ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, HAM, kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara hukum dan negara demokrasi, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensil.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa Setelah terjadi
amandemen, Sistem Pemerintahan Indonesia mengalami perubahan pokok-pokok kunci
pemerintahan, yaitu : Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah
Negara terbagi menjadi beberapa porvinsi. Bentuk pemerintahan adalah Republik. Sistem
pemerintahan adalah presidensial. Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala
pemerintahan. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden. Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD. Kekuasaan yudikatif
dijalankan oleh mahkamah agung dan badan peradilan di bawahnya.
3.2 Saran
1. Perlu adanya konsistensi dari pelaksanaan UUD 1945, khususnya mengatur mengenai
pelaksanaan sistem pemerintahan Presidensial murni yang telah diamanatkan oleh UUD
1945 pasca amandemen.
2. Presiden terpilih selaku pemegang hak prerogatif dalam membentuk kabinet tidak harus
berkiblat pada kerangka koalisi yang telah dibangun, tetapi hendaknya harus
mengedepankan profesionalitas dan kompetensi para menteri yang akan menduduki
jabatan-jabatan tertentu dalam kabinet yang akan dibentuk.