Anda di halaman 1dari 32

Ringkasan Materi

Wawasan Kebangsaan

1
Ringkasan Materi
Wawasan Kebangsaan

A. Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum dan Sesudah UUD 1945


di Amandemen
Sistem Pemerintahan Indonesia – Sistem Tata Negara / Sistem
Pemerintahan memiliki tujuan untuk menjaga kestabilan suatu negara. Di
dunia ini terdapat beberapa macam sistem pemerintahan yang masing-masing
mempunyai kelebihan, kekurangan, karakteristik, serta perbedaan masing-
masing. Sehingga diterapkan sesuai dengan kondisi masing-masing negara,
sistem ini dapat dibedakan menjadi :
1. Parlementer
2. Presidensial
3. Semipresidensial
4. Komunis
5. Liberal
6. Demokrasi liberal
Sistem pemerintahan merupakan cara pemerintah dalam mengatur
segala yang berhubungan dengan pemerintahan. Secara luas sistem
pemerintahan bisa diartikan sebagai sistem yang menjaga kestabilan
masyarakat, menjaga tingkah laku kaum minoritas dan mayoritas, menjaga
fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, ekonomi, pertahanan,
keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi
dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan
sistem pemerintahan tersebut.
Secara sempit, Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai sarana
kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan
negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner
maupun radikal dari masyarakat.
Sehingga Sistem Pemerintahan bisa diartikan sebagai sebuah tatanan
utuh yang terdiri dari bermacam macam komponen pemerintahan yang
bekerja saling bergantungan serta memengaruhi dalam mencapaian fungsi
dan tujuan pemerintahan. Sistem ini bermanfaat untuk menjaga kestabilan
pemerintahan, pertahanan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

B. Sistem Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum


Diamandemen
Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga
tertinggi dan lembaga tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga
tersebut. Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian
kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi).
MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power) kepada 5
Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Presiden, Mahkamah Agung

2
(MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD


1945 sebelum diamandementertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang 7
kunci pokok sistem pemerintahan negara indonesia, sebagai berikut:
1. Sistem Konstitusional.
2. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
3. Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat).
4. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6. Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi
dibawah MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
7. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem
pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan
Presidensial. Sistem pemerintahan Presidensial ini dijalankan semasa
pemerintahan Orde Baru.
Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya
kekuasaan yang sangat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan
tanpa melibatkan persetujuan maupun pertimbangan DPR sebagai wakil
rakyat. Karena tidak adanya pengawasan dan persetujuan DPR, maka
kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung mudah disalahgunakan.
Meskipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada
dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan
yang solid dan kompak serta Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah
jatuh atau berganti. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan
di Indonesia pada masa itu ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden

3
lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang
didapatkan.
Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk
menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik (demokratis). Untuk itu,
harus disusun pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi (Pemerintah
konstitusional). Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi
negara itu berisi :
1. Jaminan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
2. Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif.

C. Sistem pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah


Diamandemen

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen


pada UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain
karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada
Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (yang dapat menimbulkan
mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan
aturan dasar seperti tatanan negara, HAM, kedaulatan rakyat, pembagian
kekuasaan, eksistensi negara hukum dan negara demokrasi, serta hal-hal lain
yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan
UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD
1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan
atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945,
dapat dijelaskan sebagai berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum
tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan
sepenuhnya berdasarkan UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan
(separation of power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang sama
dan sejajar, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden,
Mahkamah Agung (MA), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi
(MK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).

4
Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di
Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem
pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen ke 4 tahun 2002,
sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem
pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan yang baru ini diharapkan
berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
2. Bentuk negara kesatuan yang memiliki prinsip otonomi daerah yang luas.
Wilayah negara terbagi menjadi beberapa provinsi.
3. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
4. Presiden merupakan kepala negara yang sekaligus sebagai kepala
pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat dalam satu paket.
5. Parlemen terdiri dari dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Para anggota DPR dan DPD
merupakan anggota MPR. DPR mempunyai kekuasaan legislatif serta
kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kabinet / menteri diangkat oleh presiden serta bertanggung jawab
langsung kepada presiden.
7. Sistem pemerintahan ini juga mengambil elemen-elemen dari sistem
pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk
menghilangkan kelemahan yang ada pada sistem presidensial.
Beberapa variasi sistem pemerintahan presidensial di Indonesia ialah
sebagai berikut :
8. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan
atau persetujuan dari DPR.
9. Parlemen mendapat kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk
undang-undang dan hak anggaran (budget)
10. Presiden sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun tidak
secara langsung.

5
11. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu persetujuan
dan pertimbangan DPR.

D. Sistem Pemerintahan Indonesia Saat Ini (Setelah Diamandemen)

Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, “bahwa


kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat”.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, “Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya ialah Republik. Selain bentuk
pemerintahan republik dan bentuk negara kesatuan, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi,
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang Undang Dasar”. Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia
menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Namun dalam praktiknya banyak elemen elemen
dari sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem
pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa
sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia ialah sistem pemerintahan
yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan
presidensial (mayoritas) dengan sistem pemerintahan parlementer
(minoritas). Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami
beberapa kali perubahan Periodisasi Sistem Pemerintahan, diantaranya :
1. Tahun 1945-1949, Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan
Presidensial
2. Tahun 1949-1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer
yang semu
3. Tahun 1950-1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan
parlementer dengan demokrasi liberal
4. Tahun 1959-1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial
secara demokrasi terpimpin.
5. Tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial.
Terdapat perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal
tersebut diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama.
Perubahan baru ini antara lain adanya pemilihan secara langsung, mekanisme
check and balance, sistem bikameral dan pemberian kekuasaan yang lebih
besar pada parlemen untuk melakukan pengawasan serta fungsi anggaran.
Sekian artikel tentang Sistem Pemerintahan Indonesia Lengkap
dengan Sejarah dan Penjelasannya, semoga penjelasan tentang Sistem
Pemerintahan Indonesia dapat bermanfaat bagi anda maupun untuk sekedar
menambah wawasan dan pengetahuan anda tentang Sistem Pemerintahan di
Indonesia pada khususnya dan negara Indonesia pada umumnya. Terimakasih
atas kunjungannya.

6
E. Proses Terbentuknya Suatu Negara
Terbentuknya suatu negara tentu didasari dengan beberapa proses,
konsep, teori, dan syarat. Pada kesempatan kali ini akan kita bahas secara
mendetail mengenai 3 proses terbentuknya suatu negara. Yang akan kita awali
dengan pembahasan apa itu negara ?

a. Pengertian Negara
Secara terminology, negara dapat diartikan dengan organisasi
tertinggi di antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita
untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat.
Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata
asing, yakni state (bahasa Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman)
dan etat (bahasa Perancis), kata state, staat, etat itu diambil dari kata
bahasa latin status atau statum, yang bermakna keadaan yang tegak dan
tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Namun secara umum negara dapat diartikan sebagai sekumpulan
orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah
negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan. Negara juga dapat
diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai suatu sistem atau aturan
yang berlaku bagi seluruh individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara
independent.

b. Syarat berdirinya Negara


Suatu negara dinyatakan syah berdiri sebagai suatu negara yang
berdaulat, jika memenuhi minimal 4 syarat, yaitu:
1) Memiliki Rakyat (De Jure)
2) Memiliki Wilayah (De Jure)
3) Memiliki Pemerintah (De Jure)
4) Pengakuan dari Negara Lain (De Facto)

c. Proses Terbentuknya Suatu Negara


Asal mula terbentuknya suatu negara dapat dibedakan dalam 3
proses yaitu proses secara primer, secara sekunder dan secara teoritis.
Berikut penjelasannya:
1) Secara Primer
Terjadinya negara secara primer, yaitu asal mula terjadinya
negara diawali dengan adanya keluarga yang memiliki kebutuhan
masing masing yang kemudian berevolusi ke tingkat yang lebih
kompleks. Secara Primer terjadi sebuah negara melalui beberapa
tahapan dan tidak ada hubungan dengan negara yang telah ada
sebelumnya. adapun tahap-tahap pertumbuhannya adalah sebagai
berikut:
a) Persekutuan Masyarakat / Suku (genoot schaft)
Persekutuan Masyarakat merupakan kehidupan manusia
yang diawali dari keluarga, kemudian kelompok-kelompok
masyarakat hukum (suku). Satu suku berkembang menajdi dua
suku, tiga suku, dan seterusnya hingga menjadi besar dan

7
kompleks. Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor
alami atau karena penaklukan-penaklukan antar suku.
b) Kerajaan (Rijk/Reich)
Kerajaan adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang
semula berkuasa di masyarakat yang dipimpin kemudian
mengadakan ekspansi dengan melakukan penaklukan-penaklukan
kepada daerah lain. pada tahap ini muncul kesadaran hak milik
dan hak atas tanah.
c) Negara (State)
Negara / State adalah tahap yang dimulai dari negara yang
diperintah oleh raja yang absolut dengan sistem pemerintahan
tersentralisasi. Ciri-ciri tahap ini adalah seluruh rakyat dipaksa
mematuhi kehendak dan perintah raja dan Hanya ada satu
identitas kebangsaan. tahap ini juga disebut dengan tahap
nasional dalam terjadinya sebuah negara. Dalam tahap ini muncul
kesadaran akan perlunya demokrasi dan kedaulatan rakyat.
d) Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah tahap dimana timbulnya
keinginan rakyat untuk memegang pemerintahan sendiri. Artinya,
kekuasaan / kedaulatan tertinggi dipegang oleh rakyat. Rakyat
yang berhak memilih pemimpinnya yang dianggap mampu dalam
mewujudkan aspirasinya. ciri dari tahap ini adalah Pemerintahan
yang dipimpin oleh seorang pemimpin pilihan rakyat yang
kemudian berkuasa.

2) Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada
pendekatan fakta atau kenyataan. Terjadinya Negara/lahirnya Negara
ada hubungan dengan Negara yang telah ada sebelumnya. Terdapat
beberapa macam dari asal mula terjadinya Negara secara sekunder,
yaitu sebagai berikut:
a) Proklamasi
Terjadi saat penduduk pribumi dari suatu wilayah yang
diduduki oleh bangsa lain mengadakan perlawanan (perjuangan)
sehingga dapat merebut kembali wilayahnya dan menyatakan
kemerdekaan. Contohnya Indonesia merdeka dari Belanda dan
Jepang pada tanggal 17 Agustus 1945.
b) Separatis (pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang
semula menguasainya kemudian menyatakan kemerdekaan /
memisahkan diri. Contohnya Belgia memisahkan diri dari Belanda
pada tahun 1939 dan menyatakan kemerdekaan.
c) Anexatie (penguasaan / pencaplokan)
Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa
lain (diwilayah negara lain) tanpa reaksi / perlawanan yang
memadai dari penduduk setempat. Contohnya negara Israel
terbentuk dengan mencaplok daerah palestina, Suriah, Yordania,
dan Mesir.

8
Penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian
suatu negara di wilayah itu setelah 30 tahun tanpa reaksi yang
memadai dari penduduk setempat.
d) Innovation (pembentukan baru)
Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah
karena suatu hal dan kemudian lenyap. Contohnya negara
Columbia yang pecah dan lenyap kemudian diwilayah tersebut
muncul negara baru, yaitu Venezuela dan Columbia baru.
e) Acessie (penarikan)
Bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala
sungai (atau daratan yang timbul dari dasar laut) dan menjadi
wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu ketika telah
memenuhi unsur-unsur terbentuknya negara. Contohnya Mesir
yang terbentuk dari delta Sungai Nil.
f) Cessie (penyerahan)
Terjadi saat sebuah wilayah diserahkan kepada negara lain
atas suatu perjanjian tertentu. Contohnya Wilayah Sleeswijk
diserahkan oleh Austria kepada Prusia (Jerman), karena ada
perjanjian bahwa negara yang kalah perang harus memberikan
negara yang dikuasainya kepada negara yang menang. Austria
adalah salah satu negara yang kalah dalam Perang Dunia I.
g) Fusi (peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami sebuah
wilayah, mengadakan perjanjian / kesepakatan untuk saling
melebur menjadi sebuah negara baru atau dapat dikatakan suatu
penggabungan dua atau lebih Negara menjadi Negara baru.
Contohnya terbentuknya Federasi negar Jerman pada tahun 1871,
yaitu Jerman Barat-Jerman Timur.
h) Occupatie (pendudukan)
Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum
dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai oleh suku atau
kelompok tertentu dan didirikan negara diwilayah itu. Contohnya
Liberia adalah daerah kosong yang dijadikan negara oleh para
budak Negro yang dimerdekakan oleh Amerika. Liberia
dimerdekakan pada tahun 1847.
i) Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan
Sebelumnya.
Pendudukan ini terjadi terhadap wilayah yang ada
penduduknya, namun tidak berpemerintahan. Contohnya
Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris
meskipun di sana terdapat suku Aborigin. Daerah Australia
kemudian dibuat koloni-koloni di mana penduduknya didatangkan
dari daratan Eropa. Selanjutnya australia dimerdekakan tahun
1901.

9
3) Secara Teoritis
Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara
secara teoritis, yaitu sebagai berikut :
a) Teori kontrak social
Teori kontrak sosial beranggapan bahwa negara dibentuk
berdasarkan perjanjian perjanjian masyarakat. Teori ini adalah
salah satu teori terpenting mengenai asal usul negara. Teori asal
usul mulai negara yang berdasarkan atas kontrak sosial ini dapat
dilihat melalui pemikiran Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ
Rousseau.
b) Teori kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi
yang kuat terhadap kelompok yang lemah, Negara terbentuk
dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan
pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat terhadap
kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan
Negara. Penganut teori ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx,
Oppenheimer dan Kollikles.
c) Teori Ketuhanan
Sesuai dengan namanya, teori ini dipengaruhi oleh paham
keagamaan. Dan karena itulah, teori Ketuhanan tentang
terbentuknya suatu negara didasari anggapan bahwa negara
terbentuk atas dasar keinginan Tuhan. Hal ini berdasarkan atas
asas kepercayaan bahwa segala sesuatu berawal dari Tuhan dan
berjalan sesuai kehendak Nya. Menurut teori ini, Tuhanlah yang
menciptakan negara sehingga negara dianggap penjelmaan
kekuasaan Tuhan. Akibatnya timbullah paham bahwa Raja atau
Penguasa adalah pilihan Tuhan untuk memerintah sehingga Raja
memiliki kekuasaan mutlak pada suatu negara atau kerajaan.
Contohnya Inggris Raya pada zaman kerajaan. Penganut teori ini
adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas
Aquinas.
d) Teori historis
Teori histori evolusionistis (gradualistic theory) merupakan
teori yang mengemukakan bahwa lembaga-lembaga sosial tidak
dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan manusia.
e) Teori Organis
Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah
suatu organisme, selayaknya makhluk hidup. Individu yang
menjadi komponen negara diibaratkan sebagai sel-sel makhluk
hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan
sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat
syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan para individu sebagai
daging makhluk itu.
f) Teori Hukum Alam
Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni
negara terjadi karena kehendak alam yang merupakan lembaga
alamiah yang dibutuhkan manusia untuk menyelenggarakan

10
kepentingan umum. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles,
Agustinus, dan Thomas Aquino.
g) Teori kedaulatan hukum
Istilah “daulat” berasal dari bahasa arab “daulah” yang
berarti kekuasan tertinggi. Dengan demikian kedaulatan dapat
didefinisikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu negara.
Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan
semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor
teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.
Sekian Artikel mengenai 3 Proses Terbentuknya Suatu
Negara, Lengkap Penjelasan. semoga artikel ini dapat bermanfaat
bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas,
maupun untuk sekedar menambah wawasan tentang proses
terbentuknya negara, unsur terbentuknya negara, proses
terbentuknya negara secara primer dan sekunder. Akhir kata,
Terimakasih atas kunjungannya.

F. Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia
Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 –
Sebagian dari kita tentu sudah mengetahui bahwa pada 6 Agustus 1945
Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima. dan tiga hari
berselang bom atom juga dijatuhkan di kota Nagasaki. Kedua bom atom
tersebut mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar dan hancur nya
berbagai infrastruktur sipil dan militer Jepang, kala itu pemerintah Jepang
benar-benar dalam kesulitan. Akhirnya, pada 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Berita kekalahan Jepang kepada Sekutu segera sampai pada kaum


pergerakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi salah satu pemicu mereka
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan indonesia, untuk lebih
jelasnya mengenai Peristiwa – Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi

11
Kemerdekaan Indonesia, Berikut akan kita kupas tuntas mengenai peristiwa
sekitar proklamasi kemerdekaan indonesia, Peristiwa-peristiwa Menjelang
Proklamasi Kemerdekaan, Peristiwa-peristiwa Saat Proklamasi
Kemerdekaan, peristiwa sebelum proklamasi, peristiwa sekitar proklamasi
kemerdekaan.

1. Peristiwa Penting Menjelang Proklamasi Kemerdekaan


Adapun peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang Proklamasi
Kemerdekaan adalah:
a. Jepang menyerah kepada Sekutu
1) Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang)
Pada Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen
Jepang) ke-85 pada 7 September 1944 di Tokyo, Perdana
Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur
(Indonesia) diperkenankan untuk merdeka kelak di kemudian
hari. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh semakin terdesaknya
Angkatan Perang Jepang oleh pasukan Amerika, terlebih
dengan jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan Amerika
Serikat.
2) Pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai
Pada 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada
mengumumkan pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai atau
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Panitia Kemerdekaan.
Tindakan ini merupakan langkah konkret pertama bagi
pelaksanaan janji Koiso. Dr. Radjiman Wediodiningrat terpilih
sebagai Kaico atau ketua.
3) Pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai
Pada 7 Agustus 1945, Panglima Tentara Umum Selatan
Jenderal Terauchi meresmikan pembentukan Dokuritsu Junbi
Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada saat ini pula, Dokuritsu Junbi Cosakai dinyatakan bubar.
dan Bung Karno terpilih sebagai ketua serta Bung Hatta
sebagai wakil ketua.

12
Awan jamur bom atom di langit Hiroshima (kiri) dan Nagasaki (kanan)

4) Bom Atom di kota Nagasaki dan Hiroshima


Pada tanggal 6 Agustus 1945, tepatnya jam 08.15 pagi
kota Hiroshim telah di jatuhi Bom atom oleh tentara sekutu.
Lebih dari 70.000 orang penduduk kota Hiroshima telah
menjadi korban bom atom tersebut. kemudian Pada tanggal 9
Agustus 1945 bom atom yang kedua kembali dijatuhkan oleh
Amerika Serikat di kota Nagasaki. Dan akibat ledakan tersebut
lebih dairi 75.000 orang penduduk Jepang di Nagasaki menjadi
korban.
5) Berita Jepang akan memberikan Kemerdekaan kepada
Indonesia
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal
Terauchi di Dalat (Vietnam) memberikan informasi kepada
tokoh pergerakan yang diundang, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat bahwa pemerintah
Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Bangsa
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilakukan pada
tanggal 24 Agustus 1945, Pelaksanaannya akan dilakukan oleh
PPKI.
6) Desakan Sutan Syahrir agar Ir. Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan
Dua hari berselang, saat Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
dan dr. Radjiman Wediodiningrat kembali ke tanah air dari
Dalat (Vietnam), Sutan Syahrir mendesak agar Bung Karno
dapat secepatnya memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat
Jepang, sebab Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan
demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara
yang pro dan kontra terhadap Jepang.
Soekarno belum merasa yakin bahwa Jepang memang
telah menyerah, dan seandainya dilakukan proklamasi
kemerdekaan saat itu, hal tersebut dapat menyebabkan
pertumpahan darah yang luas, dan dapat berakibat fatal jika
para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno kemudian
memberitahu Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu merupakan hak
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Sementara
itu Syahrir menganggap PPKI ialah badan buatan Jepang dan
proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan
“hadiah” dari Jepang
7) Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS
Missouri.
Setelah peristiwa jatuhnya Bom Atom di kota Nagasaki
dan Hiroshima pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 yang
mengakibatkan hancurnya militer jepang, Pada 14 Agustus
1945 Jepang menyerah secara resmi kepada Sekutu diatas
kapal USS Missouri. Saat itu tentara jepang masih menguasai

13
Indonesia sebab Jepang berjanji akan mengembalikan
Indonesia ke tangan Sekutu.

b. Peristiwa Rengasdengklok
Sutan Sjahrir, Chaerul Saleh, Darwis dan Wikana
mendengar kabar menyerahnya jepang kepada sekutu melalui
radio BBC. Setelah mendengar berita Jepang bertekuk lutut
kepada sekutu, golongan muda mendesak golongan tua untuk
secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
tokoh golongan tua seperti Soekarno dan Hatta tidak ingin
terburu-buru mereka tetap menginginkan proklamasi
dilaksanakan sesuai mekanisme PPKI. Alasannya kekuasaan
Jepang di Indonesia belum diambil alih. hal tersebut membuat
mereka khawatir akan terjadinya pertumpahan darah pada saat
proklamasi.

Peristiwa Rengasdengklok

Tetapi, golongan muda, seperti Sukarni dan Tan Malaka


menginginkan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan secepat
cepatnya. Para pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan secepatnya. Alasan mereka
adalah Indonesia dalam keadaan kekosongan kekuasaan
(vakum). Negosiasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI.
namun Golongan muda tidak menyetujui rapat tersebut,
mengingat PPKI merupakan sebuah badan yang dibentuk oleh
Jepang. Dan mereka lebih menginginkan kemerdekaan atas
usaha bangsa indonesia sendiri, bukan pemberian dari Jepang.
Perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua
inilah yang menjadi latar belakang terjadinya peristiwa
Rengasdengklok.

14
1) Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan
muda yang diwakili oleh para anggota PETA dan mahasiswa
merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap
golongan tua dan menganggap bahwa PPKI merupakan
bentukan Jepang. Sehingga mereka menolak seandainya
proklamasi dilaksanakan melalui mekanisme PPKI.
Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya proklamasi
kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, tanpa pengaruh dari
Jepang. Sutan Syahrir termasuk tokoh pertama yang
mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam
rapat yang diselenggarakan di Pegangsaan Timur Jakarta
pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Djohar Nur,
Chairul Saleh, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono,
Wikana dan Armansyah. Rapat yang diketuai Chairul Saleh ini
menyepakati bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak
dan masalah rakyat Indonesia sendiri, bukan
menggantungkan kepada pihak lain.
Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Darwis
dan Wikana pada Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur
No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi
Kemerdekaan segera dikumandangkan pada 16 Agustus 1945.
Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut, golongan
pemuda menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan
darah. Namun, Soekarno tetap bersikap keras pada
pendiriannya bahwa proklamasi harus dilaksanakan melalui
PPKI. Oleh sebab itu, PPKI harus segera menyelenggarakan
rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak inilah yang
telah mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.

2) Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para
anggota PPKI yang diwakili oleh Soekarno dan Hatta. Mereka
adalah kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan
proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur
maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945. Alasan mereka
adalah meskipun Jepang telah kalah, kekuatan militernya di
Indonesia harus diperhitungkan demi menjaga hal-hal yang
tidak diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda ke Indonesia
dianggap lebih berbahaya daripada sekedar masalah waktu
pelaksanaan proklamasi itu sendiri.

3) Golongan Muda Membawa Soekarno dan Hatta ke


Rengasdengklok
Pada tanggal 15 Agustus sekitar pukul 22.30 malam,
utusan golongan muda yang terdiri dari Wikana, Darwis telah

15
menghadap Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.
Wikana pun penyampaikan tuntutan agar Bung Karno segera
mengumumkan Proklamasi kemerdekaan Indonesia pad esok
hari, yakni pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno pun
menolak tuntutan itu, dan lebih menginginkan betemu dan
bermusyawarah terlebih dahulu dengan anggota Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. karena bung
karno menginginkan kemerdekaan Indonesia harus di capai
tanap pertumpahan darah.
Mendengar penolakan Bung Karno itu, maka Wikana
pun mengancam bahwa pada esok hari akan terjadi
pertumpahan darah yang dahsyat dan pembunuhan secara
besar-besaran. Hal tersebut pun membuat suasana menjadi
tegang antara Bung Karno dan Pemuda, yang di saksikan
langsung oleh Bung Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Dr. Buntara,
dan Mr. Iwa Kusumasumantri.
Di tengah suasana pro dan kontra, golongan muda
memutuskan untuk membawa Soekarno dan Hatta
ke Rengasdengklok . Pilihan ini diambil berdasarkan
kesepakatan rapat terakhir golongan pemuda pada 16 Agustus
1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta. Maksud dan tujuan
para pemuda membawa kedua pemimpin tersebut adalah agar
Bung Karno dan Bung Hatta segera mengumumkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dengan secepatnya serta
menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh
Jepang.
Sementara itu di Jakarta, terjadi dialog antara
golongan tua yang diwakili Ahmad Subardjo dan golongan
muda yang diwakili oleh Wikana, setelah terjadi dialog dan
ditemui kata sepakat agar Proklamasi Kemerdekaan harus
dilakukan di Jakarta dan diumumkan pada 17 Agustus 1945.
Golongan muda kemudian mengutus Yusuf Kunto untuk
mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka
menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta.
Hal tersebut berjalan mulus lantaran Ahmad
Subardjo memberi jaminan pada golongan muda bahwa
Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada 17 Agustus
1945 selambat-lambatnya pukul 12.00. Dengan jaminan itu,
Cudanco Subeno (Komandan Kompi PETA Rengasdengklok)
mau melepaskan Soekarno dan Hatta untuk kembali ke
Jakarta dalam rangka mempersiapkan kelengkapan untuk
melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
Dan sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah
kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta, untuk menurunkan Ibu Fasmawati (istri Bung Karno),
yang kala itu ikut di bawa ke Rengasdengklok. Dan pada
malam itu juga, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno
memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di
Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu terutama

16
membahas tentang Persiapan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
c. Perumusan Teks Proklamasi
Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan
pikiran Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka telah menyetujui
bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera dikumandangkan.
Kemudian diadakanlah rapat yang membahas Persiapan
Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda, dipilihnya
rumah Laksamana Maeda karena tempat tersebut dianggap
tempat yang aman dari ancaman tindakan militer Jepang karena
Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang
dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr. Ahmad Subardjo.
Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi
disusun. Hadir dalam pertemuan itu Sukarni, Mbah Diro, dan
B.M.Diah dari golongan muda yang menyaksikan perumusan teks
proklamasi. Semula golongan muda menyodorkan teks
proklamasi yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak
menyetujui.

Teks Naskah Proklamasi tulisan Ir Soekarno yang ditempatkan di Monumen Nasional

Kemudian berdasarkan pembicaraan antara Soekarno,


Hatta, dan Ahmad Soebardjo, diperoleh rumusan teks proklamasi
yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan
d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam
tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-‘05
Wakil2 bangsa Indonesia

17
Setelah teks proklamasi selesai disusun, muncul
permasalahan tentang siapa yang harus menandatangani teks
tersebut. Kemudian Bung Hatta berpendapat agar teks
proklamasi itu ditandatangani oleh semua yang hadir sebagai
wakil bangsa Indonesia. Namun, dari golongan muda Sukarni
mengajukan usul bahwa teks proklamasi tidak perlu
ditandatangani oleh semua yang hadir, akan tetapi cukup oleh
Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia dan
Soekarno yang nantinya membacakan teks proklamasi tersebut.
Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta
merupakan dwitunggal yang pengaruhnya cukup besar di mata
rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian diterima dan Soekarno
meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi
tersebut, disertai dengan perubahan-perubahan yang
sebelumnya telah disepakati bersama. Perumusan teks
proklamasi sampai dengan penandatanganannya sendiri baru ter
selesaikan pada 04.00 WIB (pagi hari), pada tanggal 17 Agustus
1945

Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang ditempatkan di Monumen Nasional

Dalam naskah yang diketik oleh Sayuti Melik Terdapat tiga


perubahan pada naskah tersebut dari yang semula berupa tulisan
tangan Soekarno, Perubahan-perubahan itu adalah sebagai
berikut.
a) Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”.
b) Konsep “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi
“atas nama bangsa Indonesia”.
c) Tulisan “Djakarta 17-08-’05”, diubah menjadi “Djakarta,
hari 17 boelan 8 Tahoen ’05”.
d) Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut
ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, dengan bunyi berikut
ini.

18
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,
diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo
jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05


Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta

d) Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan
dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta (yang sekarang menjadi jalan
Proklamasi). Sejak pagi telah dilakukan persiapan di tempat
tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.

Bendera Indonesia dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat


berkumpul di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sesuai kesepakatan
yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia
menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00
WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk
menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r.
Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta) tersebut,
antara lain sebagai berikut:
1) Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

19
2) Pengibaran bendera Merah Putih.
3) Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa
protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada
seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan
sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan
Bung Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari tempatnya
semula. Dengan suaranya yang mantap, Bung Karno dan
didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan
pidato singkat.
Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan berakhir
maka dilanjutkan dengan upacara pengibaran bendera Merah
Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu
Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas mengambil
bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan
mengibarkannya dengan bantuan Shodanco Latief
Hendraningrat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin
yang datang bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu
Indonesia Raya.
Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan
sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi. Pelaksanaan
upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh
tokoh Indonesia lainnya, seperti Sukarni, Mr. Latuharhary, Ibu
Fatmawati, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, Mr. Sujono
dan dr. Samsi,.
Sekian penjelasan artikel mengenai 4 Peristiwa Penting
Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, semoga artikel
diatas dapat bermanfaat maupun untuk sekedar menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai Sejarah Peristiwa
Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sejarah
Peristiwa Rengasdengklok, Sejarah Perumusan Teks Proklamasi
dan Sejarah Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan.
Terimakasih atas kunjungannya.

G. Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah &


Kemerdekaan Indonesia
Pahlawan Nasional – Pada 10 November mendatang, bangsa Indonesia
kembali memperingati Hari Pahlawan. Momentum ini tepat untuk
mengingat kembali sosok-sosok pimpinan gerakan perjuangan demi
kemerdekaan bangsa, dimana berkat mereka akhirnya kemerdekaan
indonesia dapat diraih meskipun harus mengorbankan keringat dan darah.
Sehingga kemerdekaan dari tangan para penjajah, Belanda dan
Jepang ini sendiri tak lepas dari perjuangan para pahlawan bangsa. Cerita
kepahlawanan mereka pun masih dikenang hingga saat ini. Oleh karenanya
dalam rangka turut mengenang para pahlwan-pahlawan nasional bangsa,

20
kali ini akan kami sajikan 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam
Sejarah Indonesia.
Berikut ini 12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah
Indonesia :
1. Ir. Soekarno
Sukarno / Soekarno / Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia
pertama yang menjabat pada periode 1945-1966. Sukarno juga
merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Soekarno memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda.

Ir. Soekarno

Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang


pertama, Soekarno juga dikenal sebagai pencetus dasar Negara
Pancasila, karena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai
dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula yang menamainya
Pancasila. Tidak hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator yang
handal dan politikus cerdas yang menguasai delapan bahasa. Tokoh
bangsa yang dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu bisa
menggetarkan hati para pendengarnya saat berpidato.
Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun. Sebelum
meninggal Soekarno telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan
pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof.
Dr. K. Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan
agar ginjal kiri Soekarno diangkat, namun Soekarno menolaknya dan
lebih memilih pengobatan tradisional.

2. Mohammad Hatta
Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang
proklamator. Sejak muda, pria kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus
1902 dan lulusan Belanda ini sudah dikenal sebagai aktivis dan
organisatoris, hingga jadi seorang negarawan yang sering
mendampingi Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

21
Mohammad Hatta

Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting


untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda
sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah
menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II,
dan RIS. Kemudian Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun
1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Selama menjabat
sebagai wakil presiden, Hatta aktif menulis dan berbagi ilmu
mengenai koperasi. Perannya tersebut membuat beliau dijuluki
sebagai Bapak Koperasi.
Mohammad Hatta / Bung Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera
Barat, 12 Agustus 1902. Ia meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada
umur 77 tahun. Setelah wafat, Pemerintah memberikan gelar
Pahlawan Proklamator kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986
bersama dengan mendiang Bung Karno. Pada 7 November 2012, Bung
Hatta secara resmi bersama dengan Bung Karno ditetapkan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional.

3. Soedirman
Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI
Anumerta Soedirman adalah seorang pahlawan nasional Indonesia
yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah
perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan
Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun
ia telah menjadi seorang jenderal.

22
Jenderal Soedirman

Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember


1948. Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II
untuk menduduki Yogyakarta. Soedirman, beserta sekelompok kecil
tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan
dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Beliau
mengomandoi kegiatan militer di Pulau Jawa, termasuk Serangan
Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Soeharto.
Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia
tetap bergerilya dalam perang mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis
tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara
di Semaki, Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati,
Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 dan meninggal di
Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun.

4. Diponegoro
Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin
Perang Diponegoro di Jawa pada kurun waktu 1825-1830, yang
tercatat sebagai perang dengan korban paling banyak dalam sejarah
Indonesia. Selama lima tahun, perang terbuka terjadi di sejumlah
daerah utam di hampir seluruh Pulau Jawa. Belanda pun sempat
kesulitan menaklukkan Pangeran Diponegoro, dimana ribuan serdadu
mereka menjadi korban dan menyebabkan kerugian 20 juta gulden.

23
Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan


Hamengkubuwana III, raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta.Lahir
pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama
Mustahar dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu
seorang garwa ampeyan (istri selir) yang berasal dari Pacitan.
Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas
Antawirya. Pangeran Diponegoro meninggal di Makassar, Sulawesi
Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun.

5. Hasyim Asy’ari
Hasyim Asyari / Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah
salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri NU
/ Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini merupakan organisasi
massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama pesantren
dan Nahdliyin ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang
berarti maha guru.

Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie

24
K.H. Hasjim Asy’ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan
kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di
Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di
berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di Semarang,
Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban,
Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan Pesantren Kademangan di
Bangkalan.
Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy’ari pergi menimba ilmu ke
Mekah, dan berguru pada Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi,
Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar,
Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh
Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-
Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari
mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren
terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Pada tahun 1926, KH
Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul
Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama. Hasyim Asyari sendiri
lahir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, 10 April 1875. Ia
meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun
dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang.

6. Ahmad Dahlan
Muhammad Darwis / Ahmad Dahlan / Kyai Haji Ahmad Dahlan
merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera
keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. K.H
Abu Bakar sendiri adalah seorang ulama & khatib tersohor di Masjid
Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad
Dahlan merupakan puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat
penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada kala itu.

Kyai Haji Ahmad Dahlan

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di


Mekah selama 5 tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai

25
berinteraksi dengan pemikiran dan gagasan pembaharu dalam Islam,
seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan Rasyid
Ridha. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti
nama menjadi Ahmad Dahlan. Selanjutnya Pada tahun 1903, ia
bertolak kembali ke Mekah dan tinggal selama 2 tahun. Pada masa
ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru
dari KH. Hasyim Asyari, pendiri NU.
Pada 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan
organisasi Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Hal
tersebut untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi
Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam
cara berpikir dan beramal sesuai tuntunan agama Islam. la ingin
mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut
tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Sejak awal Ahmad Dahlan telah
menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi
bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga
mendapatkan resistensi, dari keluarga serta dari masyarakat
sekitarnya. Bermacam tuduhan, fitnahan dan hasutan datang
bertubi-tubi kepadanya. Ahmad Dahlan dituduh hendak mendirikan
agama baru yang melanggar agama Islam. Ada yang mengecapnya
sebagai kyai palsu karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang
Kristen, mengajar di sekolah Belanda, dan bermacam-macam
tuduhan lain. Karena saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama
Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus
Belanda untuk anak-anak priyayi. Ahmad Dahlan sendiri lahir di
Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia meninggal di Yogyakarta, 23
Februari 1923 pada umur 54 tahun.

7. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki
Hadjar Dewantara, adalah aktivis pergerakan kemerdekaan
Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri
Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun
orang-orang Belanda.

26
Ki Hajar Dewantara

Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia


pendidikan Indonesia. Bahkan, hari kelahiran Ki Hadjar
Dewantara pada tanggal 2 Mei pun diperingati sebagai Hari
Pendidikan Nasional. Sampai saat ini bagian dari semboyan
ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian
Pendidikan Nasional Indonesia.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia
meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun. Setelah
meninggal Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh
Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28
November 1959).

8. Bung Tomo
Sutomo / Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena
peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan
kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA yang berakhir
dengan pertempuran 10 November 1945. Pada pertempuran tersebut
Pejuang sekaligus tokoh jurnalis asal Surabaya ini berhasil
mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia dengan semboyan
“Merdeka atau Mati” dalam pertempuran besar melawan pasukan
penjajah di Surabaya. Dimana peristiwa tersebut hingga kini
diperingati sebagai Hari Pahlawan.

27
Bung Tomo

Sutomo lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920. ia meninggal di


Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun,
ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk
memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke
tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan
dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di
Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

9. Pattimura
Thomas Matulessy / Pattimura / Kapitan Pattimura
merupakan panglima perang dalam perjuangan rakyat Maluku
melawan VOC Belanda. Di bawah komando Pattimura, sejumlah
kerajaan Nusantara seperti Ternate dan Tidore bersatu menghadapi
penjajah pada tahun 1817.

Kapitan Pattimura

Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para


raja maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan melawan Belanda ia
menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-
raja di Sulawesi, Bali dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala
nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar

28
dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah
seorang Komisaris Jenderal untuk melawan Pattimura.
Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan
perang Belanda di laut dan di darat dikoordinir Kapitan Pattimura
yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Anthoni Rebhok,
Melchior Kesaulya, Ulupaha dan Philip Latumahina. Pertempuran
yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat salah satunya seperti
perebutan benteng Belanda Duurstede dan pertempuran di pantai
Waisisil. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan tipu
muslihat dan politik adu domba belanda. Pattimura dan para tokoh
pejuang akhirnya tertangkap dan digantung di Ambon pada 16
Desember 1817.
Thomas Matulessy / Pattimura lahir di pulau Saparua,
Maluku, 8 Juni 1783. Ia meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember
1817 pada umur 34 tahun. Kini namanya pun dikenang sebagai
pahlawan nasional, dan dijadikan nama jalan, stadion dan
universitas

10. Imam Bonjol


Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol merupakan
seorang alim ulama yang berasal dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima
Puluh Kota. Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat,
Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar, yaitu Malin Basa, Peto
Syarif dan Tuanku Imam. yang akhirnya lebih dikenal dengan sebutan
Tuanku Imam Bonjol.

Tuanku Imam Bonjol

Perlawanan heroik ditunjukkan oleh Tuanku Imam Bonjol dalam


Perang Padri di Sumatera Barat. Selama lima tahun, dia bersama
pasukannya berhasil membuat penjajah kesulitan menghadapi Kaum
Padri, hingga pada Oktober 1837 Pihak belanda mengundang Tuanku
Imam Bonjol ke Palupuh untuk berunding. Namun setibanya di
tempat perundingan Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang ke
Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya

29
ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Dahsyatnya pertempuran dan
perlawanan Imam Bonjol ini, akhirnya diabadikan dalam bentuk
museum dan Monumen Imam Bonjol yang berlokasi di Bonjol,
Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.
Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol,
Pasaman, Sumatera Barat, pada tahun 1772. Ia meninggal dalam
pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6
November 1864. Kini namanya pun dikenang sebagai pahlawan
nasional serta hadir dan disematkan di berbagai ruang publik bangsa
sebagai nama jalan, nama universitas, nama stadion, bahkan pada
lembaran Rp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001.

11. Kartini
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini merupakan Salah
seorang pahlawan nasional perempuan ini telah menghabiskan
sebagian hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak kaumnya
dan dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
meskipun RA Kartini sendiri merupakan seorang perempuan ningrat
namun memiliki pemikiran moderat

Raden Adjeng Kartini

Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah


Belanda karena tulisan-tulisan hebatnya, namun ayahnya pada saat
itu memutuskan agar Kartini harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih
Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang kala ituyang sudah pernah
memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903.
Sejak itu, Kartini harus hijrah dari Jepara ke Rembang mengikuti
suaminya. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi
kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur
pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah
bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah
Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian
di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah
lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Yayasan

30
Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh
Politik Etis.
Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan
membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada
teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai
Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu
diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya “Dari
Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini ini
diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada
cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara,
Jawa Tengah, 21 April 1879. Ia meninggal di Rembang, Jawa
Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. untuk mengenang
perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April diperingati sebagai
Hari Kartini.

12. Cut Nyak Dhien


Cut Nyak Dhien / Tjut Njak Dhien merupakan salah seorang
pahlawan nasional perempuan dari Aceh. Dia ikut memimpin
perlawanan rakyat terhadap Belanda pada masa Perang Aceh,
Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara
suaminya Ibrahim Lamnga (suami pertama) berjuang melawan
Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni
1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan
bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Cut Nyak Dhien

Kemudian Teuku Umar (suami kedua), salah satu tokoh yang


melawan Belanda melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak
Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar mengijinkannya ikut
dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengan
Teuku Umar pada tahun 1880. Setelah menikah dengan Teuku Umar,
Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar berjuang bersama melawan
Belanda. Namun, Teuku Umar gugur pada tanggal 11 Februari 1899

31
saat menyerang Meulaboh, sehingga ia berjuang sendirian di pelosok
Meulaboh bersama pasukan kecilnya.
Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit
rabun dan encok, sehingga karena iba (kasihan) salah seorang
pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya. Ia
akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh oleh belanda. Di sana
ia dirawat dan penyakitnya perlahan membaik. Namun,
keberadaannya mengakibatkan bertambahnya semangat perlawanan
rakyat Aceh terhadap belanda. Ia juga masih berhubungan dengan
pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, Cut Nyak Dien
dibuang ke Sumedang.
Cut Nyak Dhien lahir di Aceh, tahun 1848. Ia meninggal di
Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908 pada umur 59–60 tahun
dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Kini namanya pun
dikenang sebagai pahlawan nasional, dan diabadikan sebagai Bandar
Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.
Sekian Artikel mengenai 12 Pahlawan Nasional Yang
Berpengaruh Dalam Sejarah & Kemerdekaan Indonesia, sejati
masih banyak lagi pahlawan nasional yang layak dimasukkan dalam
daftar ini, namun karena beberapa pertimbangan kami hanya
memasukkan 12 pahlawan nasional diatas. semoga artikel ini dapat
bermanfaat untuk menambah ilmu dan menambah wawasan tentang
pahlawan nasional, gambar pahlawan nasional, pahlawan indonesia,
nama-nama pahlawan dan pahlawan kemerdekaan. Seandainya
saudara menemukan kesalahan baik dari segi penjelasan maupun
penulisan, mohon kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan
dan kebaikan bersama. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.

32

Anda mungkin juga menyukai