Oleh:
A. Pendahuluan
Disampaikan dalam FOCUS GROUP DISCUSSION, yang diselenggarakan oleh Badan Pengkajian
1
MPR RI bekerjasama dengan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Provinsi Bali pada hari
Jum’at, Tanggal Dua Puluh Satu bulan Juli tahun Dua Ribu Tujuh Belas.
1
3. Apakah masih perlu pembentukan undang-undang dilakukan oleh DPR bersama-
sama Presiden.
4. Apakah Hak Angket, Hak Interpelasi, dan Hak Menyatakan Pendapat yang dimiliki
oleh DPR akan dapat menguatkan ataukah melemahkan sistem presidensiil.
5. Presiden memiliki hak mengangkat pejabat negara, seperti: pengangkatan
Panglima TNI dan Kapolri; pemberian grasi, amnesti, dan abolisi; pengangkatan
Duta Besar. Apakah kewenangan DPR dalam memberikan pertimbangan dan
persetujuan terhadap hak-hak tersebut sesuai dengan prinsip sistem presidensiil.
6. Bagaimana kedudukan dan peran Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam
penyelenggaraan fungsi legislasi dan fungsi anggaran.
2
E. Fernando M. Manullang, 2016, Selayang Pandang Sistem Hukum Di Indonesia, Kencana,
Cetakan ke-1., Jakarta, hal. 80.
2
3. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif dan tidak dapat
dijatuhkan oleh badan legislatif;
4. Sebagai imbangannya, presiden tidak dapat membubarkan badan legislatif. 3
3
Titik, Triwulan Tutik, 2010, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD
1945, Kencana, Edisi Pertama, Cetakan ke-1, Jakarta, hlm. 151.
4
Ni’matul Huda, 2008, UUD 1945 Dan Gagasan Amandemen Ulang, Rajawali Pers, Jakarta,
hlm. 281.
5
Ibid.
6
Yulies Tiena Masriani, 2009, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Cetakan Kelima,
Jakarta, hlm 38-40.
3
6. Kementerian Negara adalah Pembantu Presiden, Menteri Negara Tidak
bertanggung Jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas.
Amandemen kedua, dilakukan pada substansi yang meliputi: (1) pemerintahan daerah,
(2) wilayah negara; (3) warga negara dan penduduk; (4) hak asasi manusia; (5)
pertahanan dan keamanan negara; (6) bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu
kebangsaan; (7) lembaga DPR, khususnya tentang keanggotaan, fungsi hak, maupun
tentang cara pengisiannya.
Amandemen keempat, ada sembilan item pasal substansial, yakni: (1) keanggotaan
MPR; (2) pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua; (3) kemungkinan
presiden dan wakil presiden berhalangan tetap; (4) tentang kewenangan presiden; (5)
7
UUD 1945 adalah sebutan bagi UUD 1945 sebelum amandemen. Sedang UUD NRI Tahun
1945 adalah sebutan untuk UUD 1945 setelah amandemen.
8
Titik Triwulan Tutik, op.cit., hal. 166.
4
hal keuangan negara dan bank sentral; (6) pendidikan dan kebudayaan; (7)
perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial; (8) aturan tambahan dan aturan
peralihan; dan (9) kedudukan penjelasan UUD 1945.
Salah satu tujuan amandemen terhadap UUD 1945 adalah untuk memperjelas
pembagian kekuasaan antara lembaga-lembaga negara yang ada (legislatif, eksekutif,
dan yudikatif). Amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945 ini tidak merubah
sistem presidensiil yang dianut pada UUD sebelumnya. Namun dari perubahan ini telah
menimbulkan polemik, apakah perubahan ini memperkuat sistem presidensiil yang
dianut ataukah malah melemahkan sisitem presidensiil yang telah berjalan. Hal inilah
yang akan didiskusikan dalam forum yang diadakan sekarang ini.
Masukan 1.
Masukan 2.
9
Ni’matul Huda, op.cit., hlm. 284.
5
(mayority president).10 Dapat dilihat dalam sistem presidensiil yang ada sekarang ini di
Indonesia, dimana sistem presidensiil ini ada dalam multi partai yang tidak didukung
kekuatan mayoritas di parlemen. Tentu hal ini dapat menyebabkan governability
(kemampuan pemerintah untuk memerintah) menjadi amat terbatas, sehingga terjadi
kemacetan dalam penyusunan kebijakan. Keadaan akan makin diperparah lagi bila
partai pengusung Presiden terlalu dominan dalam campur tangan menetukan kebijakan
yang diambil oleh Presiden. Oleh karenanya, sistem presidensiil ini akan efektif benar-
benar dapat ditegakkan bila:11 (a) desain sistem kepartaian yang sederhana adalah
keniscayaan; (b) perlu dipikirkan bangunan pemerintahan koalisi pas terbatas (minimal-
winning coalition) yang permanen dan disiplin; (c) untuk menghindari kohabitasi,
sebaiknya Presiden dan Wakil Presiden berasal dari satu partai; (d) untuk membantu
hadirnya koalisi pas-terbatas yang permanen dan disiplin, sebaiknya undang-undang
Kementerian Negara segera diselesaikan. UU ini akan menjadi aturan main agar posisi
kementerian tidak hanya karena faktor akseptabilitas representasi partai, tetapi karena
pertimbangan kapasitas intelektualitas dan yang lebih penting karena faktor integritas-
moralitas.
Masukan 3.
Tentang fungsi legislasi, dalam perubahan yang ada adalah bahwa terjadi
pergeseran pembentuk undang-undang dari Presiden ke DPR, jadi sebelumnya
Presiden adalah “membentuk undang-undang” kemudian menjadi “berhak mengajukan
rancangan undang-undang”. Dapat dilihat dalam perubahan Pasal 5.
Lama:
Lama:
10
Denny Indrayana, “Mendesain Presidensiil”, Kompas, 10 Maret 2008, dalam Ni’matul Huda,
loc.cit., hal. 292.
11
Ni’matul Huda, hlm. 293.
6
(2) Jika suatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam
persidangan Dewan Perwakilan Rakyat.
Baru:
Masukan 4.
Masukan 5.
7
adalah sangat berlebihan dan sangat tidak sesuai dengan penegasan sistem
presidensiil yang hendak diperkuat. Dalam UUD 1945 telah disebutkan:
Pasal 13
Pasal 15
Baru:
Pasal 13
Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur
dengan undang-undang.
Pada ketentuan lama, Presiden diberikan hak penuh dalam menjalankan hak
prerogratifnya. Namun setelah adanya perubahan, dalam ketentuan pasal-pasal yang
baru jelas tampak bila Presiden tidak secara penuh dapat menggunakan hak
prerogratifnya, di mana ada keterlibatan DPR dalam menggunakan hak prerogratifnya
tersebut. Hal ini tentu mengurangi kekuasaan Presiden dalam menjalankan hak
prerogratifnya. Hal ini bertentangan dengan prinsip yang terkadung dalam sistem
presidensiil, atau dengan kata lain masuknya DPR ke dalam kekuasaan Presiden
dalam melaksanakan hak-hak prerogratifnya adalah tidak sesuai dengan prinsip sistem
presidensiil.
8
karena dengan adanya keterlibatan DPR adalah telah mengurangi kekuasaan Presiden
sebagai pelaksana undang-undang (eksekutif). Bukankah dalam Pasal 10 telah
ditetapkan: “Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara”. TNI dan Polri akan efektif dapat bekerja bila ada
dalam satu komando, tetapi bagaimana bila TNI dan Polri memiliki dua atasan, yakni
Presiden sebagi pihak yang mengangkatnya dan DPR sebagai pihak yang
mempertimbangkan dan memberikan persetujuan untuk pengangkatannya, tentu akan
ada dua “hutang budi” bagi Panglima TNI dan Kapolri dalam loyalitasnya .
Masukan 6.
Adanya dua lembaga ini (DPR dan DPD) dimaksudkan untuk mengikuti sistem
bikameral, namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan teori yang dimaksud. Oleh
karenanya dalam fungsi legislasi dan fungsi anggaran ini, tidak perlu lagi melibatkan
DPD.
Masukan 7.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan negara adalah isi dari
Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (walaupun telah
dinyatakan tidak berlaku), seperti kalimat-kalimat berikut ini:
“Undang-Undang Dasar negara manapun tidak dapat dimengerti kalau hanya dibaca
teksnya saja. Untuk mengeti sungguh-sungguh maksudnya Undang-Undang Dasar dari
suatu negara, kita harus mempelajari juga bagaimana terjadinya teks itu, harus
12
Pada UUD 1945 sebelum amandeman, Utusan Daerah ditempatkan orang-orang yang jelas
mengenal keadaan, situasi, dan kondisi daerahnya, seperti: Gubernur, Pangdam, Kapolda, para
Bupati, dan Rektor Universitas Negeri terbesar di Provinsi. Bukan seperti sekarang, bahwa
mereka yang menjadi anggota DPD banyak diragukan kemanpuannya untuk memperjuangkan
daerah pemilihanya mengingat ke kurang pengetahuan atas kondisi daerahnya.
9
diketahui keterangan-keterangannya dan juga harus diketahui dalam suasana apa teks
itu dibuat”.
“….. lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok,
sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada
undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, merubah, dan mencabut”.
“Yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hal hidupnya Negara, ialah
semangat, semangat para penyelengga negara, semangat para pemimpin
pemerintahan”.
“Meskipun yang dibikin Undang-Undang Dasar yang menurut kata-katanya bersifat
kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara negara, para pemimpin
penyelenggara negara itu bersifat perseorangan, Undang-Undang Dasar tadi tentu
tidak ada artinya dalam praktek”.
E. Penutup
Sebagai saran, sebaiknya konstitusi dibuat dalam bentuk yang singkat dan
supel, sehingga memudahkan dalam mengantisipasi perkembangan masyarakat serta
perubahan dan kemajuan jaman. Dengan konstitusi yang supel maka sistem
presidensiil yang dianut dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada pada masanya.
10
Daftar Pustaka:
Alamat Rumah : Puri Candra Asri Blok G No. 43 Batubulan Sukawati, Gianyar
HP. : 08123605640
E-mail : wirawan_dj@yahoo.co.id
11