Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PERBANDINGAN HUKUM TATA PEMERINTAHAN

Nama : Aulia Fajrin


NIM : B012212011
Mata Kuliah : Perbandingan Hukum Tata Pemerintahan
Dosen : Prof. Dr. Syamsul Bachri, S.H., M.S.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

     Pasca amandemen UUD 1945 semakin jelas bahwa negara Indonesia didasarkan

pada sendi kedaulatan rakyat dan merupakan sebuah negara hukum yang secara

eksplisit dirumuskan dalam pasal 1 ayat (2) dan (3) UUD 1945 yang berbunyi,

”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (ayat 2) dan

Negara Indonesia adalah negara hukum (ayat 3).” Realitas demikian juga ditemukan

dalam penjelasan UUD 1945 sebelum perubahan yang dengan tegas menyatakan

bahwa Indonesia berdasarkan hukum (rechtsstaat). Prinsip kedaulatan rakyat

tercermin dari hubungan kerja antar lembaga negara. Oleh karena itu, untuk

mewujudkan kedaulatan rakyat, kekuasaan negara diorganisasikan melalui dua

pilihan cara, yakni sistem pemisahan kekuasaan (separation of power) atau

pembagian kekuasaan (distribution of power).

    Hubungan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dapat berubah-ubah

sesuai dengan tuntutan dan kondisi masyarakat. Sejak tanggal 17 Agustus 1945

sampai 14 November 1945 Indonesia menganut sistem presidensil di bawah

Presiden Sukarno. Akibat perkembangan politik terkait dengan kedudukan Indonesia

di mata dunia internasional, maka tanggal 16 Oktober 1945 KNIP diserahi fungsi

1
kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Dengan demikian, terjadi pergeseran hubungan kekuasaan legislatif dan eksekutif

yang konsekuensinya struktur ketatanegaraan Indonesia berubah dari sistem

presidensiil ke parlementer mulai tanggal 14 November 1945. Sistem ini berlaku

hingga keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sejak Dekrit Presiden tersebut,

dengan kembalinya UUD 1945 sebagai dasar negara, Indonesia kembali menganut

sistem presidensil. Sistem ini dengan landasan UUD 1945 tetap dianut oleh bangsa

Indonesia pada masa demokrasi terpimpin (1959-1966), Orde Baru (1966-1998)

hingga tahun 1999 sebelum babak baru perubahan UUD 1945. Dalam

perkembangan sejarah politik Indonesia telah terjadi dinamika dan perubahan

hubungan kekuasaan legislatif dengan eksekutif sebelum dilakukan amandemen

UUD 1945. Akan tetapi, tujuan Indonesia merdeka tetap belum tercapai.

Hal ini melahirkan tuntutan reformasi masyarakat Indonesia yang mengakibatkan

lengsernya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Ada beberapa sebab

’ketidakberhasilan’ UUD 1945 sehingga perlu diamandemen. Pertama, struktur UUD

1945 memberi kekuasaan yang besar terhadap pemegang kekuasaan eksekutif

(presiden). Pada diri presiden terpusat kekuasaan menjalankan pemerintahan (chief

excutive) yang dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut

hak prerogatif (memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi). Kedua, struktur

UUD 1945 tidak cukup memuat sistem yang biasa disebut check and balances

(kekuasaan untuk saling mengawasi dan mengendalikan) antara cabang-cabang

pemerintahan. Ketiga, terdapat berbagai ketentuan yang tidak jelas yang membuka

penafsiran yang berbeda-beda. Keempat, tidak ada kelaziman bahwa UUD memiliki

penjelasan resmi. Dalam praktik ketatanegaraan baik secara hukum maupun

2
kenyataan, Penjelasan UUD 1945 diperlakukan dan mempunyai kekuatan hukum

seperti UUD (batang tubuh).

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sistem Pemerintahan
Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga

tertinggi dan lembaga tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga

tersebut. Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian

kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi). MPR

mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power) kepada 5 Lembaga

Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Presiden, Mahkamah Agung (MA),

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945

sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci

pokok sistem pemerintahan negara indonesia, sebagai berikut:

 Sistem Konstitusional.
 Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
 Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat).
 Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
 Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi
dibawah MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
 Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan

Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan Presidensial.

Sistem pemerintahan Presidensial ini dijalankan semasa pemerintahan Orde

Baru.

4
Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya

kekuasaan yang sangat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua

kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa

melibatkan persetujuan maupun pertimbangan DPR sebagai wakil rakyat.

Karena tidak adanya pengawasan dan persetujuan DPR, maka kekuasaan

presiden sangat besar dan cenderung mudah disalahgunakan. Mekipun adanya

kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya

yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan

sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang solid dan kompak serta

Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Namun,

dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia pada masa itu

ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan

bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkan.

Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk

menciptakan sistem pemerintahan yang lebih baik (demokratis). Untuk itu, harus

disusun pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi (Pemerintah

konstitusional). Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara

itu berisi :

 Jaminan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.

 Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif.

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen pada

UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena

pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (namun

kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada

5
Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang dapat menimbulkan

mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat

penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan

dasar seperti tatanan negara, HAM, kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan,

eksistensi negara hukum dan negara demokrasi, serta hal-hal lain yang sesuai

dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945

dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap

mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau selanjutnya

lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta

mempertegas sistem pemerintahan presidensil.

Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat

dijelaskan sebagai berikut: Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi

dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya

berdasarkan UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of

power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar,

yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Mahkamah Agung

(MA), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK), Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK), serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia

masih dalam masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru

berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen ke 4 tahun 2002, sistem pemerintahan

Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan

seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem

6
pemerintahan yang baru ini diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah

dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:

 Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan


presidensial.
 Bentuk negara kesatuan yang memiliki prinsip otonomi daerah yang luas.
Wilayah negara terbagi menjadi beberapa provinsi.
 Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
 Presiden merupakan kepala negara yang sekaligus sebagai kepala
pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat dalam satu paket.
 Parlemen terdiri dari dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Daerah
(DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Para anggota DPR dan DPD
merupakan anggota MPR. DPR mempunyai kekuasaan legislatif serta
kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
 Kabinet / menteri diangkat oleh presiden serta bertanggung jawab langsung
kepada presiden.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil elemen-elemen dari sistem

pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan

kelemahan yang ada pada sistem presidensial.

Beberapa variasi sistem pemerintahan presidensial di Indonesia ialah sebagai

berikut :

 Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau


persetujuan dari DPR.
 Parlemen mendapat kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk
undang-undang dan hak anggaran (budget)
 Presiden sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun tidak
secara langsung.
 Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu persetujuan
dan pertimbangan DPR.

7
Untuk saat ini sistem pemerintahan indonesia setelah amandemen ke-4 UUD

NRI Tahun 1945, berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi,

"bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-

Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat".

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia

adalah negara kesatuan yang berbentuk republik".

Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia ialah Negara Kesatuan,

sedangkan bentuk pemerintahannya ialah Republik. Selain bentuk pemerintahan

republik dan bentuk negara kesatuan, Presiden Republik Indonesia memegang

kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu

didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia

memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar". Dengan

demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut Sistem Pemerintahan

Presidensial.

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem

pemerintahan presidensial. Namun dalam praktiknya banyak elemen elemen dari

sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di

Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan

yang berjalan di Indonesia ialah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan

atau perpaduan antara sistem pemerintahan presidensial dengan sistem

pemerintahan parlementer. Jadi dapat dikatan bahwa dinegara indonesia ini juga

tidak menganut sistem Trias Politika, namun dapat dikatakan mirip karena sistem

8
pemerintahan indonesia tidak melakukan pemisahan kekuasaan namun

merupakan pembagian kekuasaan.

Apalagi bila dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali

perubahan Periodisasi Sistem Pemerintahan, diantaranya :

 Tahun 1945-1949, Indonesia pernah menganut Sistem Pemerintahan


Presidensial
 Tahun 1949-1950, Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer
yang semu
 Tahun 1950-1959, Indonesia masih menganut sistem pemerintahan
parlementer dengan demokrasi liberal
 Tahun 1959-1966, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial
secara demokrasi terpimpin.
 Tahun 1966-1998 (Orde Baru), Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial

Terdapat perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal tersebut

diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan

baru ini antara lain adanya pemilihan secara langsung, mekanisme check and

balance, sistem bikameral dan pemberian kekuasaan yang lebih besar pada

parlemen untuk melakukan pengawasan serta fungsi anggaran.

2. Pemerintahan Dalam Arti Luas dan Arti Sempit

Pemerintah dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang terdiri

dari lembaga-lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.Dalam arti sempit

pemerintahan adalah segala kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang

dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk mencapai tujuan negara. 1

1
https://jurnal.hukumonline.com/penulis/5cb4976e01fb73000fce1260/gios-adhyaksa-dan-suwari-
akhmaddhian. Diakses Pada Tanggal 13 Oktober 2022.

9
Pemerintahan dalam arti luas adalah segala kegiatan yang terorganisir

yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar

negara, rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan

negara. Di samping itu dari segi struktural fungsional pemerintahan dapat

didefinisikan pula sebagai suatu sistem struktur dan organisasi dari berbagai

macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mewujudkan

tujuan Negara.2

Dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (1), dinyatakan bahwa "Negara Indonesia

ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik". Sejalan dengan pasal

tersebut keutuhan suatu negara atau yang disebut juga integritas negara adalah

suatu hal yang paling penting yang menjadi dasar eksistensi setiap negara.

Ketika negara bebas dari ancaman disintegrasi, maka sesungguhnya eksistensi

negara tersebut telah kuat tak tergoyahkan. Hal yang sama berlaku bagi Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Integritas Indonesia, yang disebut dengan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keutuhan NKRI adalah fungsi

dari pengertian dan tujuan negara, sebagaimana termaktub di dalam penjelasan

Pembukaan UUD 1945. Itulah sebabnya sejak awal NKRI didirikan pemerintah

dan berbagai elemen rakyat terus menerus berupaya mempertahankan

persatuan dan kesatuan nasional. Setiap negara menganut sistem pemerintahan

yang sesuai dengan dasar negara dan Undang-Undang Dasar yang dimilikinya.

Indonesia memiliki dasar negara, yaitu Pancasila dan Undang Undang Dasar

1945. Oleh karena itu, Indonesia menganut sistem pemerintahan yang sesuai

dengan dasar negara, yaitu Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. 3

3. Prinsip Pemerintahan
2
Ibid.,
3
Ibid.,

10
Terkait dengan prinsip sistem pemeritahan, Negara Indonesia

menggunakan prinsip pemerintahan presidensial yang dimana dalam suatu

negara dipimpin oleh seorang Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat.

Sistem presidensial adalah sistem negara yang dipimpin oleh presiden.

Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan

wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.

Presiden dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh menteri-menteri.

Presiden berhak mengangkat dan memberhentikan para menteri. Para menteri

atau biasa disebut sebagai kabinet bertanggungjawab terhadap presiden.

Presiden dalam menjalankan pemerintahannya diawasi oleh parlemen. 4

Dalam sistem presidensil, kepala negara dan kepala pemerintahan

dipegang langsung oleh presiden. Dalam sistem ini kedudukan eksekutif tidak

tergantung kepada parlemen, karena dasar hukum dari kekuasaan eksekutif

berada pada rakyat pemilih. Sebagai kepala eksekutif presiden menunjuk

pembantu-pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-masing,

dan mereka hanya bertanggung jawab kepada presiden. Karena pembentukan

kabinet tidak tergantung dan tidak memerlukan dukungan kepercayaan dari

parlemen, maka para menteri tidak bisa dihentikan oleh parlemen. 5

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem

pemerintahan presidensial. Namun dalam praktiknya banyak elemen elemen

dari sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem

pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa

sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia ialah sistem pemerintahan

4
https://www.indonesia.go.id/profil/sistem-pemerintahan/ekonomi/pemerintah-indonesia. Diakses Pada
Tanggal 23 September 2022.
5
http://hukumonline.com/detail.asp?id=8265&cl=Tajuk

11
yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan

presidensial dengan sistem pemerintahan parlementer. Jadi dapat dikatan

bahwa dinegara indonesia ini juga tidak menganut sistem Trias Politika, namun

dapat dikatakan mirip karena sistem pemerintahan indonesia tidak melakukan

pemisahan kekuasaan namun merupakan pembagian kekuasaan.

4. Sistem Kameral

Terkait dengan sistem kameral, Negara Republik Indonesia

menggunakan sistem parlemen Bikameral. Dalam struktur parlemen dua

kamar/bikameral ini, terdapat dua badan/kamar/bilik/dewan. Umumnya

digunakan istilah Majelis Tinggi (upper house) dan Majelis Rendah (lower

house).

Parlemen di Indonesia terdiri dari dua bagian yakni, Dewan Perwakilan

Rakyat  (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Anggota DPR dan DPD

dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pemilihan umum

untuk memilih anggota DPR merupakan pemilihan umum yang

diselenggarakan oleh sebuah komisi pemilihan umum dengan mekanisme

kontestasinya berbentuk pemilihan umum multi partai. Pemilihan umum untuk

memilih anggota DPD juga diselenggarakan oleh komisi pemilihan umum

dengan mekanisme kontestasinya berasal dari calon perseorangan dengan

syarat-syarat dukungan tertentu yang mewakili wilayah administrasi tingkat 1

atau provinsi.6

Anggota-anggota DPR dan DPD merupakan anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang bersidang sedikitnya satu kali dalam 5

6
https://www.indonesia.go.id/profil/sistem-pemerintahan/ekonomi/pemerintah-indonesia. Diakses Pada
Tanggal 23 September 2022.

12
(lima) tahun. MPR merupakan lembaga tinggi negara berwenang untuk

mengubah dan menetapkan undang-undang dasar negara. MPR adalah

lembaga tinggi negara yang melantik presiden dan wakil presiden. MPR

hanya dapat memberhentikan presiden dan atau wakil presiden dalam masa

jabatannya  menurut undang-undang dasar.7

Berdasarkan dari penjelesan tersebut dapat disimpulkan bahwa

Indonesia menggunakan sistem parlemen bikameral atau yang biasa disebut

dengan parlemen dua kamar, Parlemen di Indonesia terdiri dari dua bagian

yakni, Dewan Perwakilan Rakyat  (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah

(DPD). Yang dimana anggota DPR dan DPD dipilih secara langsung oleh

rakyat melalui pemilihan umum setiap 5 tahun.

5. Kekuasaan Yudikatif

Apabila melihat pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah

“yudikatif” ini memiliki dua makna berupa ‘bersangkutan dengan fungsi dan

pelaksanaan lembaga peradilan’ dan ‘bersangkutan dengan badan yang

bertugas mengadili perkara’. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yudikatif adalah

lembaga atau badan negara yang mempunyai fungsi dan peran dalam hal

mengadili perkara atas siapapun, terutama yang melanggar perundang-

undangan. Sedikit tambahan, pembagian kekuasaan yang didasarkan pada

fungsinya akan menunjukkan adanya perbedaan antara fungsi-fungsi

pemerintahan, terutama yang bersifat eksekutif, legislatif, dan yudikatif,

kemudian itu semua disebut dengan Trias Politika.

7
Ibid.,

13
 Di Indonesia terdapat dua lembaga atau badan negara yang menjalankan

kekuasaan yudikatif, yakni Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi

(MK), dan Komisi Yudisial (KY).

Sebelum terjadi amandemen UUD 1945, Mahkamah Agung (MA) menjadi

pemegang tunggal atas kekuasaan yudikatif atau kehakiman di Indonesia. Hal

itu ditegaskan dalam UUD 1945 pada pasal 24 dan 25, yang menyatakan

bahwa kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, yaitu terlepas

dari pengaruh pemerintah. Maka dari itu, tidak ada lembaga negara lain yang

memiliki kewenangan untuk melakukan kekuasaan kehakiman, kecuali

Mahkamah Agung (MA).

Namun di sisi lain, ternyata pengorganisasian Mahkamah Agung (MA)

justru dikendalikan atau dicampuri oleh lembaga tinggi lainnya, terutama yang

setara kedudukannya. Kondisi ini tentunya malah memberikan gambaran

bahwa kedudukan Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga tinggi negara

dalam kekuasaan yudikatif, sangat rentan dipengaruhi oleh kekuasaan lain.

Dalam hal pengawasan, menurut Pasal 10 ayat (4) Undang – Undang No. 14

Tahun 1970 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,

menegaskan bahwa Mahkamah Agung (MA) melakukan pengawasan tertinggi

atas perbuatan Ppngadilan yang lain, menurut ketentuan yang ditetapkan

dengan Undang – Undang.

Setelah terjadi adanya amandemen UUD 1945, kekuasaan yudikatif di

Indonesia tentu saja mengalami perubahan, yang mulanya kekuasaan

kehakiman diserahkan oleh Mahkamah Agung (MA) sepenuhnya, kini lahirlah

14
lembaga-lembaga yudikatif lain yang juga diberikan kewenangan oleh UUD

1945 dalam menjalankan kekuasaan kehakiman.

Dalam amandemen tersebut, menegaskan adanya kemerdekaan

kekuasaan kehakiman. Apabila sebelumnya kemerdekaan kekuasaan

kehakiman hanya diatur pada bagian penjelasan, maka setelah amandemen ini

telah diatur dalam batang tubuh, yaitu pada Pasal 24 ayat 1 UUD 1945 yang

menyatakan “Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka

untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”.

Tidak hanya itu saja, dalam amandemen tersebut juga menegaskan

bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Mahkamah Agung (MA) dan

badan peradilan di bawahnya, yakni Mahkamah Konstitusi (MK). Selain itu,

UUD 1945 juga telah memperkenalkan suatu lembaga baru yang berkaitan

dengan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yaitu Komisi Yudisial (KY).

Berdasarkan dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kekuasaan

Yudikatif yang dianut di Indonesia adalah kekuasaan yudikatif duality, namun

sebelum terjadinya Amandemen UUD 1945 indonesia pernah menganut sistem

unity, dan setelah amandemen indonesia menganut sistem duality yakni

Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.

6. Sitem Mahkamah Konstitusi

Ide pembentukan Mahkamah Konstitusi yang merupakan salah satu

perkembangan pemikiran hukum dan ketatanegaraan Indonesia, muncul pada

abad ke-20 ini. Ide tersebut di adopsi pada amandemen ketiga UUD 1945

tahun 2001. Mahkamah Konstitusi Indonesia, ditinjau dari aspek-aspek berikut

ini:

15
a. Kelembagaan, yaitu Fungsi penjaga Konstitusi diberikan kepada lembaga

khusus di luar badan peradilan biasa dan idependent tetapi masih

termasuk dalam badang cabang kekuasaan yudisiil yang diwujudkan dalam

suatu bentuk Mahkamah . yaitu Mahkamah Konstitusi kelembagaan;

b. Komposisi Hakim, dengan ketentuan 1) Jumlah hakim ; 9 (sembilan) orang

2) Pemilihan/pegangkatan 3) 3 orang ditunjuk oleh Mahkamah Agung 4) 3

orang diajukan oleh DPR 4) 3 orang di ajukan oleh President 5) Tidak ada

perbedaan/diskriminasi, persyaratan yang tercantum pada Pasal 16 UU

Nomor 24 Tahun 2003 berlaku untuk semua calon yang diajukan baik itu

hakim ataupun praktisi hukum. 6) Konfigurasi sumber rekruitmen hakim

Konstitusi dan tiga cabang kekuasaan negara tersebut mencerminkan

keseimbangan dan keterwakilan tiga cabang kekuasaaan negara (trias

Pilitika) yaitu legislatif, eksekutif fan yudikatif. 7) Masa jabatan 5 (lima)

tahun;

c. Persidangan Mahkamah Konstitusi, yaitu memeriksa, mengadili dan

memutuskan dalam sebuah sidang pleno. Mahkamah Konstitusi 9

(sembilan) orang hakim Konstitusi, kecuali alam keadaan luar biasa

dengan 7 (tujuh) hakim Konstitusi. Adapun keadaan biasa ditetapkan oleh

Mahkamah Konstitusi;

d. Organisasi, Mahkamah Konstitusi, diluar hakim Konstitusi memiliki

sekretariat dan kepaniteraan yan mejalankan otonomi administrasi

anggaran, layanan administrasi, layanan khusus seperti pusat informasi

hukum perpustakaan hukum dan penasehat hukum;

16
e. Kedudukan, Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga Negara

yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk

meyelenggarakan peradilan dalam menegakkan hukum dan keadilan;

f. Sifat prinsip Mahkamah, Putusan pendapat Mahkamah adalah final, Hal ini

berkaitan dengan fungsi utama dari Mahkamah Konstitusi yang diberikan

kewenangan untuk menafsirkan UUD 1945 dan memastikan tidak adanya

pelanggaran terhaap UUD 1945;

g. Kewenangan Mahkamah Konstitusi indonesia mempunyai 4 (empat)

kewenangan dan 1 (satu) kewajiban. Mahkamah Konstitusi berwewenang

mengadili pada tingkat pertama dan terakhir pada putusannya yang

bersifat final untuk:

1. Menguji Undang Undang terhadap UUD NRI 1945;

2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang

kewenangannya diberikan oleh UUD NRI 1945;

3. Memutus pembubaran Partai Politik; dan

4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

Berdasarkan 4(empat) wewenang dan 2 (satu) kewajiban yang dimiliki

tersebut, Mahkamah Konstitusi memiliki fungsi sebagai penjaga Konstitusi

(the guardian of the constitition). Hal tersebut sesuai dengan dasar

keberadaaannya untuk menjaga pelaksanaan kosntitusi.

Selaian dari itu, Mahkamah Konstitusi adalah menjamin terhadap

perlindungan hak asasi manusia. Dan juga, Mahkamah Konstitusi memiliki

fungsi sebagai pengawal demokrasi the guardian of the democracy by

protecting minory ringht, perlindungan hak Konstitusional warganegara the

17
protector of the citizen’s constitutional righnts, dan perlindungan hak asasi

manusia the protector of human rights.

Jika kita ingin melihat perbandingan dengan negara lain, penulis

mengambil contoh kecil perbandingan Mahakamah Konstitusi indonesia

dengan Mhakamah Konstitusi Chili, Terdapat kesamaan antara Negera

Republik Indonesia dengan Negara Republik Chili dalam hal Konstitusional

review, bahwa Mahkamah Konstitusi Indonesia memiliki kewenangan

Konstitusional review dalam permasalahan pengujian Undang Undang yang

dianggap inkonstitusional. Demikian juga dengan negara Republik Chili.

Namun terdapat Perbedaaan yang sangat signifikan terletak pada

kewenangan Mahkamah Konstitusi negara Chili yang hanya bisa melakukan

pengujian terhadap perjanjian internasional yang belum di ratifikasi atau

Rancangan undang undang (RUU) sebelum disahkan menjadi Undang

undang (UU). Sedangkan di Indonesia memiliki kewenangan yang lebih luas

lagi.

7. Sistem Pemerintahan Daerah Yang Ada di Indonesia

Berdasarkan dari Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 tersebut dapat diketahui bahwa bentuk negara

Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan yang biasa disebut Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Negara kesatuan yaitu bentuk negara dimana kekuasaan pemerintahan

ada pada pemerintah pusat (sentralisasi) sedangkan pemerintah daerah

hanya memiliki kekuasaan yang di serahkan dan dilimpahkan kepadanya

18
dengan sistem desentraliasasi dan dekonsentrasi. Dalam hal ini kekuasaan

yang dimiliki pemerintah daerah sudah terinci secara tegas dalam Undang-

undang sedangkan pemerintah pusat memiliki kekuasaan yang

seluasluasnya. Berdasarkan dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa

setiap kewenangan atau pelimpahan kekuasaan semuanya berasal dari atas

kebawah (top down), dengan kata lain wewenang yang diperoleh daerah

merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat.

Terkait dengan pemerintah daerah, di Indonesia memberlakuan otonomi

daerah atau sistem desentralisasi di Indonesia, sebagai suatu negara

kesatuan mulai berlaku dan berkembang mulai dari berahirnya orde baru, dan

berganti reformasi yang di tandai dengan pemberhentian presiden ke-2 yaitu

soeharto. Bangsa Indonesia tengah menjalankan upaya desentralisasi yang

paling cepat dan pasif yang pernah ada dalam sejarah. Gerakan

desentralisasi ini dimotori oleh kekuatankekuatan politik yang muncul sejak

jatuhnya pemerintahan soeharto. Dan dari peristiwa ini beralihnya sistem

sentralisasi menjadi desentralisasi atau biasa disebut dengan otonomi

daerah.

Desentralisasi merupakan sebuah konsep yang mengisyaratkan adanya

pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

untuk mengurus wilayahnya sendiri. Desentralisasi bertujuan agar pemerintah

lebih meningkatkan efesiensi dan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan kepada

seluruh lapisan masyarakat. Artinya desentralisasi menunjukkan sebuah

bangunan vertikal dari bentuk kekuasaan negara di Indonesia, dianutnya

19
Desentralisasi kemudian diwujudkan dalam bentuk kebijakan otonomi

daerah.8

Otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagai

amandemen atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9 Sedangkan desentralisasi

adalah penyerahan urusan pemerintah oleh Pemerintah pusat kepada daerah

otonom berdasarkan asas otonomi.10

Pengertian otonomi daerah secara umum, yakni adanya kewenangan yang

melekat pada suatu organisasi atau unit dalam organisasi, untuk

mengembangkan fungsi-fungsi tertentu. Dalam kontek pemerintahan,

Otonomi biasanya dilihat dari tiga dimensi. Pertama, otonomi negara dalam

berhubungan yang ada dalam masyarakat (terutama masyarakat ekonomi

dan partai politik). Kedua, otonomi pemerintah daerah dalam hubungan

dengan pemerintah pusat. Ketiga, otonomi unit-unit bawahan dalam

organisasi pemerintahan hubungan dengan unit yang lebih tinggi. Dalam

ketiga dimensi itu terkandung satu muatan nilai pokok, yaitu adanya

keleluasaan untuk berprakarsa dan berkreasi. Implikasi dari adanya otonomi

adalah tumbuhnya suasana kompetisi yang sehat untuk mengejar kemajuan

bersama.11

8
Sakinah Nadir, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Desa, Jurnal Politik Profetik Volum 1 Nomor 1
Tahun 2013, hlm. 1.
9
Lihat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
10
Lihat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
11
Ian Worotikan, Otonomi Daerah: Peluang dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995
hlm. 30-31.

20
Otonomi daerah yang dirangsang oleh gerakan reformasi merupakan

upaya konstitusional untuk meningkatkan keadilan dan pemerataan antara

pembangunan nasional yang terpusat dengan pembangunan daerah serta

untuk meningkatkan pemerataan pembangunan antar daerah. Masalah pokok

dalam otonomi daerah adalah proses pemberdayaan daerah secara

keseluruhan dalam rangka menopang kemandirian dalam kebersamaan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Otonomi daerah dipandang

sebagai sistem yang memungkinkan daerah memiliki kemampuan untuk

mengoptimalkan potensi terbaik yang dimiliki daerah dan mendorong daerah

untuk berkembang sesuai dengan karakteristik ekonomi, geografis dan sosial

budaya di daerah yang bersangkutan.12

Indonesia sebagai negara yang heterogen yang dimana memiliki

keberagaman suku, ras, etnis, dan budaya menjadikan Pancasila dan UUD

1945 sebagai haluan dalam bernegara, dalam Pancasila terdapat prinsip

Bhinneka Tunggal Ika yang berarti walau berbeda-beda tetap satu. Terkait

dengan hal ini pemerintah pusat memberikan kewenangan setiap daerah

untuk mengatur secara mandiri daerahnya yang dimana kewenangan

tersebut berasal dari pemerintah pusat.

12
Skripsi Ismira, Konsep Otonomi Daerah dalam Perspektif Hukum Islam, Fakultas Syariah dan
Hukum, program Hukum Pidana dan Ketatanegaran, (UIN Alauddin Makassar, 2017), hlm. 7.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan pada BAB III, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sistem Pemerintahan

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem

pemerintahan presidensial. Namun dalam praktiknya banyak elemen elemen dari

sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di

Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan

yang berjalan di Indonesia ialah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan

atau perpaduan antara sistem pemerintahan presidensial dengan sistem

pemerintahan parlementer. Jadi dapat dikatan bahwa dinegara indonesia ini juga

tidak menganut sistem Trias Politika, namun dapat dikatakan mirip karena sistem

pemerintahan indonesia tidak melakukan pemisahan kekuasaan namun

merupakan pembagian kekuasaan.

2. Pemerintahan Dalam Arti Luas dan Arti Sempit

Pemerintah dalam arti luas adalah semua lembaga negara yang terdiri

dari lembaga-lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Sedangkan dalam arti

sempit pemerintahan adalah segala kegiatan, fungsi, tugas dan kewajiban yang

dijalankan oleh lembaga eksekutif untuk mencapai tujuan negara. 13

3. Prinsip Pemerintahan

13
https://jurnal.hukumonline.com/penulis/5cb4976e01fb73000fce1260/gios-adhyaksa-dan-suwari-
akhmaddhian. Diakses Pada Tanggal 13 Oktober 2022.

22
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem

pemerintahan presidensial. Namun dalam praktiknya banyak elemen elemen

dari sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem

pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa

sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia ialah sistem pemerintahan yang

merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan presidensial

dengan sistem pemerintahan parlementer. Jadi dapat dikatan bahwa dinegara

indonesia ini juga tidak menganut sistem Trias Politika, namun dapat dikatakan

mirip karena sistem pemerintahan indonesia tidak melakukan pemisahan

kekuasaan namun merupakan pembagian kekuasaan.

4. Sistem Kameral

Berdasarkan dari penjelesan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

Indonesia menggunakan sistem parlemen bikameral atau yang biasa disebut

dengan parlemen dua kamar, Parlemen di Indonesia terdiri dari dua bagian

yakni, Dewan Perwakilan Rakyat  (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Yang dimana anggota DPR dan DPD dipilih secara langsung oleh rakyat melalui

pemilihan umum setiap 5 tahun.

5. Kekuasaan Yudikatif

Berdasarkan dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kekuasaan

Yudikatif yang dianut di Indonesia adalah kekuasaan yudikatif duality, namun

sebelum terjadinya Amandemen UUD 1945 indonesia pernah menganut sistem

unity, dan setelah amandemen indonesia menganut sistem duality yakni

Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.

6. Sistem Mahkamah Konstitusi

23
Berdasarkan 4(empat) wewenang dan 2 (satu) kewajiban yang dimiliki

tersebut, Mahkamah Konstitusi memiliki fungsi sebagai penjaga Konstitusi (the

guardian of the constitition). Hal tersebut sesuai dengan dasar keberadaaannya

untuk menjaga pelaksanaan kosntitusi.

Selaian dari itu, Mahkamah Konstitusi adalah menjamin terhadap

perlindungan hak asasi manusia. Dan juga, Mahkamah Konstitusi memiliki

fungsi sebagai pengawal demokrasi the guardian of the democracy by protecting

minory ringht, perlindungan hak Konstitusional warganegara the protector of the

citizen’s constitutional righnts, dan perlindungan hak asasi manusia the protector

of human rights.

Jika kita ingin melihat perbandingan dengan negara lain, penulis mengambil

contoh kecil perbandingan Mahakamah Konstitusi indonesia dengan

Mhakamah Konstitusi Chili, Terdapat kesamaan antara Negera Republik

Indonesia dengan Negara Republik Chili dalam hal Konstitusional review,

bahwa Mahkamah Konstitusi Indonesia memiliki kewenangan Konstitusional

review dalam permasalahan pengujian Undang Undang yang dianggap

inkonstitusional. Demikian juga dengan negara Republik Chili. Namun

terdapat Perbedaaan yang sangat signifikan terletak pada kewenangan

Mahkamah Konstitusi negara Chili yang hanya bisa melakukan pengujian

terhadap perjanjian internasional yang belum di ratifikasi atau Rancangan

undang undang (RUU) sebelum disahkan menjadi Undang undang (UU).

Sedangkan di Indonesia memiliki kewenangan yang lebih luas lagi.

24
7. Sistem Pemerintah Daerah di Indonesia

Berdasarkan dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

Indonesia sebagai negara yang heterogen yang dimana memiliki

keberagaman suku, ras, etnis, dan budaya menjadikan Pancasila dan UUD

1945 sebagai haluan dalam bernegara, dalam Pancasila terdapat prinsip

Bhinneka Tunggal Ika yang berarti walau berbeda-beda tetap satu. Terkait

dengan hal ini pemerintah pusat memberikan kewenangan setiap daerah

untuk mengatur secara mandiri daerahnya yang dimana kewenangan

tersebut berasal dari pemerintah pusat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Ian Worotikan, Otonomi Daerah: Peluang dan Tantangan, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1995
Sakinah Nadir, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Desa, Jurnal Politik Profetik
Volum 1 Nomor 1 Tahun 2013

Skripsi

Skripsi Ismira, Konsep Otonomi Daerah dalam Perspektif Hukum Islam, Fakultas
Syariah dan Hukum, program Hukum Pidana dan Ketatanegaran, (UIN
Alauddin Makassar, 2017)

Website

https://jurnal.hukumonline.com/penulis/5cb4976e01fb73000fce1260/gios-adhyaksa-dan-suwari-

akhmaddhian

https://www.indonesia.go.id/profil/sistem-pemerintahan/ekonomi/pemerintah-indonesia

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

26

Anda mungkin juga menyukai