Anda di halaman 1dari 37

Sistem Pemerintahan Indonesia Dari Masa

Ke Masa
Indonesia sebagai suatu negara yang independen memiliki suatu sistem yang digunakan
untuk mengelola negaranya, sistem ini dikenal dengan sistem pemerintahan Indonesia.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan sejarah ketatanegaraan, Indonesia telah mengalami
beberapa perubahan dalam sistem pemerintahan sesuai dengan situasi dan kondisi zaman.
Sebelum membahas tentang perkembangan sistem pemerintahan di Indonesia, terlebih dulu
kami sajikan pengertian sistem pemerintahan.

Pengertian Sistem Pemerintahan


Terdapat berbagai pengertian sistem pemerintahan, menururt bahasa maupaun menurut
pendapat para ahli. Pengertian sistem pemerintahan secara bahasa atau istilah adalah sebagai
berikut:

Istilah kata sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata sistem dan
pemerintahan.

• Kata sistem merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris) yang berarti tatanan,
cara, jaringan, atau susunan.

• Sedangkan Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata
perintah. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata-kata itu berarti: a. Perintah adalah
perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau b. Pemerintah adalah kekuasaan
yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara. c. Pemerintahan adalaha perbuatan,
cara, hal, urusan dalam memerintah. Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah
perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di
suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang
sempit, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif
beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.

• Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam
mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.

Sedangkan pengertian sistem pemerintahan menurut beberapa ahli adalah sebagai


berikut:

• Menurut Sri Soemantri pengertian sistem pemerintahan adalah sistem hubungan antara
organ eksekutif dan organ legislatif (organ kekuasaan legislatif). Dua puluh delapan tahun
kemudian, beliau mengatakan lagi bahwa sistem pemerintahan adalah
suatu sistem hubungan kekuasaan antar lembaga negara. Sistem pemerintahan dalam arti
sempit ialah sistem hubungan kekuasaan antara eksekutif (pemerintah) dan legislatif. Dalam
pada itu, sistem pemerintahan dalam arti luas adalah sistem hubungan kekuasaan antara
lembaga-lembaga negara yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Sistem pemerintahan dalam arti luas inilah yang dimaksud dengan
sistem ketatanegaraan Indonesia.

• Bagir Manan mengungkapkan pula bahwa sistem pemerintahan adalah suatu pengertian
(begrip) yang berkaitan dengan tata cara pertanggungjawaban penyelenggara pemerintahan
(eksekutif) dalam suatu tatanan negara demokrasi. Dalam negara demokrasi terdapat prinsip
geen macht zonder veraantwoordelijkheid (tidak ada kekuasaan tanpa suatu
pertanggungjawaban).
Terdapat beberapa perubahan sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan tiga konstitusi
yang pernah berlaku yaitu UUD 1945, konstitusi RIS, dan UUDS 1950. Secara formal
terdapat beberapa periode perkembangan sistem pemerintahan Indonesia.

Perkembangan Sistem Pemerintahan Indonesia

Perkembangan sistem pemerintahan Indonesia dari tahun 1945 hingga sekarang adalah
sebagai berikut:

1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949


Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945

Sistem pemerintahan awal yang digunakan oleh Indonesia adalah sistem pemerintahan
presidensial. Namun, seiring datangnya sekutu dan dicetuskannya Maklumat Wakil Presiden
No.X tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu
kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-
kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945.
Berdasarkan Maklumat Pemerintah 14 November 1945 ini, kekuasaan eksekutif yang semula
dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya
sistem pemerintahan parlementer.

2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950


Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950
Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi : Konstitusi RIS

Adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dengan delegasi Belanda
menghasilkan keputusan pokok bahwa kerajaan Balanda mengakui kedaulatan Indonesia
sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya
pada tanggal 30 Desember 1949. Dengan diteteapkannya konstitusi RIS, sistem pemerintahan
yang digunakan adalah parlementer. Namun karena tidak seluruhnya diterapkan maka Sistem
Pemerintahan saat itu disebut Parlementer semu
3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959
Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Konstitusi : UUDS 1950

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus
1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pemilihan Umum 1955 berhasil
memilih Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi
baru hingga berlarut-larut. Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.Isi dekrit presiden 5 Juli
1959 antara lain :
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Dikeluarkannya dekrit presiden ini diiringi dengan perubahan sistem pemerintahan dari
parlementer ke presidensial.

4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Orde Lama)


Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945

Dikeluarkannya dekrit Presiden 1959 mengembalikan sistem pemerintahan Indonesia ke


sistem pemerintahan presidensial.

5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)


Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945

6. Sistem Pemerintahan Periode 1998 – sekarang


Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarang
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial

Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu sistem dari negara
manapun, melainkan suatu sistem yang khas bagi bangsa Indonesia. Hal ini tercermin dari
proses pembentukan bangsa NKRI yang digali dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia
sendiri. Menurut UUD 1945, kedudukan Presiden sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Sistem ketatanegaraan yang kepala pemerintahannya adalah Presiden
dinamakan sistem presidensial . Presiden memegang kekuasaan tertinggi negara di bawah
pengawasan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini,
terdapat beberapa perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia, sebelum dan
sesudah Amandemen UUD 1945.

a. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen.


Yang menjadi pokok dari sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.

1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).


2. Sistem Konstitusional.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, selain itu menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru. Ciri dari sistem
pemerintahan masa orde baru ini adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga
kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut
dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Oleh
sebab itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kewenangan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan.

Sehingga muncul suatu reformasi untuk menjaga adanya penyalahgunaan wewenang dengan
melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Amandemen tersebut dilakukan pada 19
Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November 2001, 11 Agustus 2002.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Republik Indonesia setelah
Amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut.

1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah negara republik, sedangkan untuk sistem pemerintahan
yaitu presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan yaitu anggota MPR. DPR memiliki
kewenangan legislatif dan kewenangan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan parlementer
dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
sistem presidensial.

Beberapa contoh variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah


sebagai berikut;

1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR
tetap memiliki kewenangan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR.
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan
hak budget (anggaran)
Adanya perubahan sistem pemerintahan Indonesia dari waktu ke waktu ini diharapkan
mampu memberikan dampak positif dalam penyelenggaraan negara.
1. Bentuk negara

Istilah bentuk negara berasal dari bahasa Belanda, yaitu ”staatvormen”. Menurut para ahli
ilmu negara istilah staatvormen diterjemahkan ke dalam bentuk negara yang meliputi negara
kesatuan, federasi, dan konfederasi. Jika dilihat dari bentuk negara yang berlaku umum di
dunia maka bentuk negara secara umum dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Negara kesatuan, merupakan bentuk negara yang sifatnya tunggal dan tidak tersusun
dari beberapa negara yang memiliki kedaulatan, tidak terbagi, dan kewenangannya
berada pada pemerintah pusat. Conroh negara yang berbentuk kesatuan adalah
Indonesia, Filipina, Thailand, Kamboja dan Jepang
2. Negara federasi atau serikat, adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa
negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Conroh negara yang berbentuk
federasi adalah Amerika Serikat, Malaysia, Australia, Kanada, Meksiko, Irlandia,
New Zealand, India.

Selain kedua bentuk negara diatas ada pula bentuk negara lain, yaitu konfederasi dan serikat
negara. Konfederasi adalah bergabungnya beberapa negara yang berdaulat penuh. Sedangkan
serikat negara merupakan suatu ikatan dari dua atau lebih negara berdaulat yang lazimnya
dibentuk secara sukarela dengan suatu persetujuan internasional berupa traktat atau konvensi
yang diadakan oleh semua negara anggota yang berdaulat.

 Bentuk negara Indonesia yang sesuai dengan UUD NKRI Tahun 1945

Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan, yang lebih sering disebut Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan yang secara tegas menyatakan bahwa Indonesia
adalah negara kesatuan tertuang dalam UUD 1945 pasal 1 yang berbunyi ”Negara Indonesia
ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”. Pasal-pasal dalam UUD 1945 telah
memperkukuh prinsip NKRI, di antaranya pada pasal 1 ayat (1), pasal 18 ayat (1), pasal 18B
ayat (2), pasal 25A, dan pasal 37 ayat (5). Selain itu, wujud negara kesatuan tersebut semakin
diperkuat setelah dilakukan perubahan atas UUD 1945. Perubahan tersebut dimulai dari
adanya kesepakatan MPR yang salah satunya adalah tidak mengubah Pembukaan UUD 1945
dan tetap mempertahankan NKRI sebagai bentuk final negara bagi bangsa Indonesia.

2. Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan adalah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian
institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara guna menegakan
kekuasaannya atas suatu komunitas politik. Adapun beberapa bentuk pemerintahan dibagi
menjadi dua yaitu:

1. ajaran klasik yang terdiri dari pendapat aristoteles, plato dan polybius
2. modern yang terdiri dari republik dan monarki

monarki dibedakan lagi menjadi tiga yaitu

1. monarki absolut
2. monarki konstitusonal
3. monarki parlementer
sedangkan republik dibagi lagi menjadi tiga yaitu:

1. republik absolut
2. republik konstitusonal
3. republik parlementer

 Bentuk pemerintahan Indonesia yang sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945

Bentuk pemerintahan Indonesia yang sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945 adalah Republik.
Karena sesuai dengan pernyataan pasal 1 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi ”Negara Indonesia
ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik” sudah menunjukkan secara tegas. Indonesia
juga dipimpin oleh seorang presiden bukan seorang Raja.

1. Pengertian dan macam-macam sistem pemerintahan

Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah yaitu sistem dan pemerintahan.
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional, baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap
keseluruhannya sehingga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-
bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik maka akan
mempengaruhi keseluruhan itu. Sedangkan pengertian pemerintahan bisa dalam arti luas dan
arti sempit. Dalam arti luas adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan-badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan Negara,

Adapun sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam mencapai
tujuan dan fungsi pemerintahan. Sistem pemerintahan dibagi menjadi dua yaitu:

1. Sistem pemerintahan presidensial

Sistem presidensial (presidensiil), merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana


kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Menurut
Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:

 Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-


pejabat pemerintahan yang terkait.
 Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa
saling menjatuhkan.
 Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang
wakil presiden akan menggantikan posisinya. Model ini dianut oleh Amerika Serikat,
Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika Tengah.

Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu :


 Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahansekaligus kepala negara.
 Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasirakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
 Presiden memiliki hak prerogratif(hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
 Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan kepada
kekuasaan legislatif).
 Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
 Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislative

Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:

 Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
 Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina adalah
enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
 Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
 Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi
oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:

 Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat


menciptakan kekuasaan mutlak.
 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
 Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
 Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama

1. Sistem pemerintahan parlementer

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan
penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat
perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara
mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana
sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang
berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang
terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi
simbol kepala negara saja. Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah
Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.

Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:

 Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala


pemerintahansedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
 Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja diseleksi
berdasarkan undang-undang.
 Perdana menteri memiliki hak prerogratif(hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
 Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
 Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
 Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislative

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:

 Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan
legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
 Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
 Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:

 Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan


parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
 Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
 Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka
yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
 Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya

2. Sistem pemerintahan Indonesia yang sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945

Negara Indonesia, berdasarkan pada UUD yang dimilikinya menganut sistem pemerintahan
presidensial yakni sistem pemerintahan Negara republik – di dalamnya, kekuasaan eksekutif
dipilih melalui pemilihan umum dan terpisah dari kekuasaan legislatif. Selain itu menurut
UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan atau
trias politika murni sebagaimana yang diajarkan oleh Montesquieu. Namun, Indonesia
menganut sistem pembagian kekuasaan

3. Hubungan antara sistem pemerintahan yang ada di Indonesia dan sistem pemerintahan
yang sesuai dengan UUD 1945

Sejak Agustus 1945 sampai akhir tahun 1949, Indonesia mulai memberlakukan UUD 1945.
Menurut ketentuan UUD tersebut, sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensial.
Namun, sejak November 1945, berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No. X dan Maklumat
Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan pemerintah dipegang oleh seorang perdana
menteri. Hal ini merupakan awal dari suatu sistem pemerintahan parlementer. Sistem
parlementer ini adalah sebah penyimpangan ketentuan UUD 1945 yang menyebutkan
pemerintah harus dijalankan menurut sistem cabinet presidensial dimana menteri sebagai
pembantu presiden. Jadi sejak November 1945 sampai Juli 1959, sistem pemerintahan yang
diselenggarakan di Indonesia berlainan dengan sistem pemerintahan yang ditentukan dalam
naskah UUD 1945.
Perjalanan sejarah sistem politik dan penegakan hukum Indonesia menunjukkan suatu bukti
bahwa semata-mata konstitusi dalam wujud UUD tidak dapat dijadikan pegangan dalam
kehidupan sistem politik yang demokratis maupun penegakan hukum. Semuanya ternyata
menunjukkan corak dan karakter kepemerintahan yang berbeda satu periode dengan periode
lainnya.

Pasca-Kemerdekaan
18 Agustus 1945, PPKI membentuk sebuah pemerintahan sementara dengan Soekarno
sebagai Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden. Republik Indonesia yang baru lahir ini
terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi,
Maluku, dan Sunda Kecil.
23 Agustus 1945 Soekarno mengirimkan pesan radio pertama ke seluruh negeri. Badan
Keamanan Rakyat, angkatan bersenjata Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas
anggota PETA dan Heiho. Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA telah
diberitahu untuk membubarkan diri. Pada 29 Agustus 1945 Rancangan konstitusi bentukan
PPKI yang telah diumumkan pada 18 Agustus 1945, ditetapkan sebagai UUD 45. PPKI
kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat). KNIP ini adalah
lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan.
Sistem Pemerintahan Tahun 1950-1959 (Pemerintahan Parlemen (presiden Soekarno))
Pada tahun 1945-1950, terjadi perubahan sistem pemerintahan dari presidentil menjadi
parlemen. Dimana dalam sistem pemerintahan presidentil, presiden memiki fungsi ganda,
yaitu sebagai badan eksekutif dan merangkap sekaligus sebagai badan legislatif. Era 1950-
1959 ialah era dimana presiden Soekarno memerintah menggunakan konstitusi Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950.
Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-
besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga
negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera
Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950.
Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang menganut sistem kabinet parlementer. Tetapi
Dewan Konstituante yang diserahi amanat UUDS 1950, badan ini belum juga bisa membuat
konstitusi baru. Maka Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi tentang Demokrasi
Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali pada UUD 1945.
Akhirnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang membubarkan Konstituante.
Pada masa ini terjadi banyak pergantian kabinet diakibatkan situasi politik yang tidak stabil.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ialah dekrit yang mengakhiri masa parlementer dan digunakan
kembalinya UUD 1945. Masa sesudah ini lazim disebut masa Demokrasi Terpimpin. Isi dari
Dekrit Presiden tersebut ialah:
1. Pembentukan MPRS dan DPAS
2. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
3. Pembubaran Konstituante
Sistem Pemerintahan Tahun 1959-1968 (Demokrasi Terpimpin)
Antara tahun 1959 dan tahun 1965, Amerika Serikat memberikan 64 juta dollar dalam bentuk
bantuan militer untuk jendral-jendral militer Indonesia. Menurut laporan di “Suara Pemuda
Indonesia”: Sebelum akhir tahun 1960, Amerika Serikat telah melengkapi 43 batalyon
angkatan bersenjata. Kepala Badan untuk Pembangunan Internasional di Amerika pernah
sekali mengatakan bahwa bantuan AS, tentu saja, bukan untuk mendukung Sukarno dan
bahwa AS telah melatih sejumlah besar perwira-perwira angkatan bersenjata dan orang sipil
yang mau membentuk kesatuan militer untuk membuat Indonesia sebuah “negara bebas”. Di
tahun 1962, perebutan Irian Barat secara militer oleh Indonesia mendapat dukungan penuh
dari kepemimpinan PKI, mereka juga mendukung penekanan terhadap perlawanan penduduk
adat.
Era “Demokrasi Terpimpin”, yaitu kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis
nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer
menjadi wabah.

sistem Pemerintahan Tahun 1968-1998 (Orde Baru)


Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di
negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Pada 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun
sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973,
1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis
mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada
akhir masa jabatannya. Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan
Indonesia menjadi anggota PBB lagi, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28
September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

TAHUN 1998-sekarang ( Reformasi )


hasil amandemen keempat, berlaku sistem presidensial. Posisi MPR sebagai pemegang
kedaulatan negara tertinggi dan sebagai perwujudan dari rakyat dihapus, dan badan legislatif
ditetapkan menjadi badan bi-kameral dengan kekuasaan yang lebih besar (stong legislative).
UUD 2002 hasil amandemen bahkan telah menimbulkan kompleksitas baru dalam hubungan
eksekutif dan legislative, bila presiden yang dipilih langsung dan mendapat dukungan popular
yang besar tidak mampu menjalankan pemerintahannya secara efektif karena tidak mendapat
dukungan penuh dari koalisi partai-partai mayoritas di DPR. Sistem Pemerintahan setelah
amandemen (1999 – 2002) :
 MPR bukan lembaga tertinggi lagi.
 Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat.
 Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
 Presiden tidak dapat membubarkan DPR.
 Kekuasaan Legislatif lebih dominan.

SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDEN PADA MASANYA


Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah
kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-
negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan
politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan
Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen. Pada Oktober
1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil
presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet
Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada
Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi
di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut,
pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh,
Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur
pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR
yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid,
menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan
pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan
meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal
korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di
dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan
negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan
presiden tak lama kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan
kabinet gotong royong.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono
tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah
menerima berbagai cobaan dan tantangan besar yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh .
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan
selama 30 tahun di wilayah Aceh.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu.
Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang
dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi
yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem
pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya
desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku
kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik,
pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan
demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem
pemerintahan tersebut.
Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda
pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya
perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri
Perkembangan ketatanegaraan Indonesia dapat dibagi menkadi beberapa periode, sejak masa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Walaupun sebenarnya tonggak
ketatanegaraan Indonesia telah ada jauh sebelum proklamasi.

1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949


Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Ir. Soekarno & Mohammad Hatta
(18 Agustus 1945 - 19 Desember 1948)
Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI)
(19 Desember 1948 - 13 Juli 1949)
Ir. Soekarno & Mohammad Hatta
(13 Juli 1949 27 - Desember 1949)
Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah salah satu faktor yang memicu
perubahan sistem pemerintahan dari presidensiil menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca
oleh pihak Republik Indonesia, karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14 November
1945, Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sutan Sjahrir yang seorang
sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak diplomatik, bertepatan
dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda.
Setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian
kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal
14 November 1945. Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah 14 November 1945, kekuasaan
eksekutif yang semula dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari
dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.

2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950


Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950
Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi : Konstitusi RIS
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)
Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI
(27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 september 1949 dikota Den Hagg (Netherland) diadakan
konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO
(Bijeenkomst voor Federale Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda
dipimpin olah Van Harseveen.
Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan persengketaan Indonesia
dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh
dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat (RIS).
Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda mengakui kedaulatan Indonesia
sepenuhnya tanpa syarat dam tidak dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya pada
tanggal 30 Desember 1949.
Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani Piagam Pengakuan
Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila kita tinjau isinya konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita
Indonesia yang berideologi pancasila dan ber UUD 1945 karena :
1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi dalam 16 negara
bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan (pasal 1 dan 2, Konstitusi RIS).
2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau pemerintahan berdasarkan
demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah kepada parlemen (pasal 118, ayat 2 Konstitusi RIS)
3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau semangat pembukaan UUD
proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan negara Indonesia (Pembukaan UUD
1945 merupakan Decleration of independence bangsa Indonesia, kata tap MPR no.
XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam pemyimpangan mukadimah ini adalah perubahan kata- kata
dari kelima sila pancasila. Inilah yang kemudian yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila
secara bebas dan sesuka hati hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia.

3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959


Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Konstitusi : UUDS 1950
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1950
hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di
Jakarta.
Konstitusi ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya
Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi baru. Pemilihan Umum 1955
berhasil memilih Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi
baru hingga berlarut-larut.
Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan UUD
baru sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956.
Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan.
Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada UUD '45 semakin
kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang
Konstituante pada 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45. Pada 30 Mei
1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan
199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini
harus diulang, karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Pemungutan suara kembali dilakukan
pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai
kuorum. Untuk meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang ternyata merupkan
akhir dari upaya penyusunan UUD.
Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang diumumkan dalam
upacara resmi di Istana Merdeka.
Isi dekrit presiden 5 Juli 1959 antara lain :
1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS

4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Orde Lama)


Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan
partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945
sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku
pada waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
• Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPA menjadi
Menteri Negara
• MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
• Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis
Indonesia

5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)


Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Soeharto (22 Februari 1966 – 27 Maret 1968)
Soeharto (27 Maret 1968 – 24 Maret 1973)
Soeharto & Adam Malik (24 Maret 1973 – 23 Maret 1978)
Soeharto & Hamengkubuwono IX
(23 Maret 1978 –11 Maret 1983)
Soeharto & Try Sutrisno (11 Maret 1983 – 11 Maret 1988)
Soeharto & Umar Wirahadikusumah
(11 Maret 1988 – 11 Maret 1993)
Soeharto & Soedharmono (11 Maret 1993 – 10 Maret 1998)
Soeharto & BJ Habiebie (10 Maret 1998
– 21 Mei 1998)

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila
dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt
dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada
fihak swasta untuk menghancur hutan dan sumberalam kita.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara melalui
sejumlah peraturan:
• Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui
referendum.
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1983.

6. Sistem Pemerintahan Periode 1998 - sekarang


Lama periode : 21 Mei 1998 - sekarang
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : B.J Habiebie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Abdurrahman Wahid & Megawati Soekarnoputri
(20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)
Megawati Soekarnoputri & Hamzah Haz
(23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)
Susilo Bambang Yudhoyono & Muhammad Jusuf Kalla
(20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2009)
Susilo Bambang Yudhoyono & Boediono
(20 Oktober 2009 – 2014)

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD
1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru,
kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan
yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat
menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa.
Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945,
tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih
dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensiil.
Sistem pemerinatahan negara Republik Indonesia mengalami beberapa kali perubahan seiring
dengan berubahnya konstitusi yang digunakan di Indonesia. Adapaun sistem pemerinatahan
yang pernah berlangsung anatara lain adalah:

a. Sistem Pemerintahan di bawah UUD 1945, 18 Agustus 1945


Dalam dinamika atau perkembangan pasang surut ketatanegaraan atau sistem pemerintahan RI
dapat kita lihat dari naskah resmi UUD yang pernah berlaku di Indonesia mulai dari 18 Agustus
1945 sampai sekarang.
Sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak menganut suatu
sistem pemerintahan dari negara manapun, melainkan merupakan ciri khas kepribadian bangsa
Indonesia sendiri. Kalau diperhatikan sistimatika dari sejak pembentukan UUD 1945
(BPUPKI) yang dijadikan dasar pembentukan sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia
dapat kita ketahui dari Batang tubuh dan Penjelasan Resmi dari UUD 1945 bahwa negara
Republik Indonesia menganut Sistem pemerintahan Presidensial
Pada bagian Batang Tubuh UUD 1945 kita dapat jumpai pada pasal 4 ayat 1 yang menyatakan
“ Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang – Undang
Dasar “. Sedangkan pada pasal 5 ayat 2 menyatakan “ Presiden menetapkan peraturan
pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya “. Pada pasal 17 ayat 1
menyatakan Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara. Pasal 17 ayat 2 menyebutkan:
Menteri-menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
Pada Penjelasan Resmi UUD 1945, pada awal dibentuknya UUD 1945 yang ditetapkan 18
Agustus 1945 oleh PPKI dapat kita jumpai adanya penegasan tentang Tujuh Kunci Pokok
Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai berikut : 1. Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum, 2. Sistem Konstitusional, 3. Kekuasaan yang
tertinggi ditangan MPR, 4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi di
bawah Majelis, 5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, 6. Menteri Negara adalah
pembantu Presiden , Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, 7. Kekuasaan
kepala negara tidak tak terbatas
Adapun lembaga negara menurut UUD 1945 periode 18 Agustus 1945 adalah 1. MPR, 2. DPR,
3. Presiden dan Wk. Presiden, 4. MA, 5. BPK, 6. DPA
b. Sistem Pemerintahan Konstitusi RIS 1949
Dalam periode ini yang dijadikan sebagai pegangan adalah Konstitusi Republik Indonesia
Serikat 1949 (KRIS 1949). UUD ini terdiri dari Mukadimah, 197 pasal dan 1 lampiran. Dalam
pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Republik Indonesia yang Serikat yang merdeka dan berdaulat
ialah suatu negara hukum yang demokrasi dan berbentuk federal.
Kekuasaan kedaulatan di dalam Negara Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh Pemerintah
bersama-sama dengan Dewan perwakilan Rakyat dan Senat sesuai dengan pasal 1 ayat 2
Konstitusi RIS 1949, Badan pemegang kedaulatan ini juga merupakan badan pembentuk
undang-undang yang menyangkut hal-hal yang khusus mengenai satu, beberapa atau semua
negara bagian atau bagiannya. Mengatur pula hubungan khusus antara negara RIS dengan
daerah-daerah yang tersebut dalam pasal 2 dan pasal 127 a. Pembuatan undang-undang tanpa
Senat tetapi hanya dilakukan oleh pemerintah dan DPR merupakan produk undang-undang
yang tidak mengatur masalah hubungan negara RIS dengan negara bagian
Sistem pemerintahannya adalah Parlementer berdasarkan pasal 118 ayat 2 menyebutkan
sebagai berikut “ Presiden tidak dapat diganggu gugat. Tanggung jawab kebijaksanaan
pemerintah berada ditangan menteri, tetapi apabila kebijakan menteri/para menteri ternyata
tidak dapat dibenarkan oleh DPR, maka menteri/menteri-menteri itu harus mengundurkan diri,
atau DPR dapat membubarkan menteri-menteri (kabinet) tersebut dengan alasan mosi tidak
percaya.
Menurut ketentuan pasal-pasal yang tercantum dalam Konstitusi RIS 1949, sistem
pemerintahan yang dianutnya sistem pemerinhtahan parlementer. Pada sistem ini, kabinet
bertanggung jawab kepada parlemen (DPR), dan apabila pertanggung jawabannya itu tidak
diterima oleh parlemen atau DPR, maka kabinet secara perseorangan atau secara bersama-sama
harus mengundurkan diri atau membubarkan diri, jadi kedudukan kabinet sangat tergantung
pada parlemen (DPR).
c. Sistem Pemerintahan di Bawah UUDS 1950
Negara Kesatuan menjadi pilihan pada masa berlakunya UUD Sementara 1950, hal tersebut
ditegaskan dalam pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 yang berbunyi “ Republik Indonesia yang
merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan “.
Bentuk negara kesatuan merupakan kehendak rakyat Indonesia, hal ini dikemukakan dalam
Undang-Undang No. 7 tahun 1950, sedangkan pada Mukadimah UUDS 1950 menyebutkan “
Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam negara yang
berbentuk Republik kesatuan “
Pada pasal 45 UUDS 1950 disebutkan “ Presiden ialah Kepala Negara “. Sedangkan UUDS
1950 menganut sistem pemerintahan parlementer dapat kita temukan dalam pasal 83 ayat 1 dan
2 yang menyebutkan :
1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat
2. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-
sama untuk keseluruhannya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri
Berdasarkan pasal 83 ayat 1 dan 2 UUDS 1950, jelaslah bahwa yang bertanggung jawab atas
seluruh kebijaksanaan pemerintahan adalah menteri-menteri kepada parlemen atau DPR.
Sedangkan pasal 83 ayat 1 dan 2 UUDS 1950 dipertegas lagi oleh pasal 84 UUDS 1950 yang
berbunyi “ Presiden berhak membubarkan DPR “. Pembubaran DPR oleh Presiden diikuti
dengan perintah segera melaksanakan pemilihan umum untuk memilih DPR dalam waktu 30
hari setelah pembubaran DPR
d. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, 5 Juli 1959
Berdasarkan pasal 134 UUDS 1950 menegaskan Konstituante (Sidang pembuat UUD)
bersama-sama Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan UUD Republik Indonesia yang akan
menggantikan UUDS 1950. Mengingat UUD 1950 masih bersifat sementara, maka harus
segera ada UUD yang tetap. Berdasarkan UUDS 1950 pembentukan badan Konstituante
haruslah melalui pemilihan umum. Pemilihan umum untuk anggota Konstituante, baru dapat
terlaksana pada tanggal 15 Desember 1955, dan Konstituante untuk pertama kali bersidang
pada tanggal 10 Nopember 1956 dalam sidang ini dibuka oleh Presiden Soekarno di Bandung.
Pada sidang Konstituante inilah untuk pertama kalinya Presiden Soekarno memperkenalkan
istilah Demokrasi Terpimpin. Ternyata Konstituante selalu gagal dalam merumuskan dan
menetapkan UUD yang difinitif sehingga otomatis sistem pemerintahan yang berlaku adalah
sistem pemerintahan yang pertama berlaku di Indonesia.
e. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, Masa Orde Baru
Dinamika politik pada periode Orde Baru, dapat dilihat berdasarkan aktivitas politik
kenegaraan sebagai berikut :
• Lahirnya Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yaitu 1. bubarkan PKI, 2. bersihkan Kabinet Dwi
Kora dari PKI, 3. turunkan harga barang/perbaiki ekonomi
• Pemerintah Orba lebih menekankan pada pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, kemudian stabilitas nasional dan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang
terkenal dengan Tri Logi Pembangunan
• Pada awal pemerintahan Orba, parpol dan media massa diberi kebebasan untuk melancarkan
kritik dan mengungkapkan realita dalam masyarakat, lama kelamaan dibuatkan aturan tentang
setiap penyiaran baik elektronika maupun catak harus melalui badan sensor yang ketat dan
apabila ada pelanggaran maka Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP) bisa dicabut. Begitu pula
terhadap partai politik setelah keluarnya Undang-Undang No. 15 tahun 1969 tentang pemilu
dan Undang-Undang No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan anggota MPR, DPR
dan DPRD terjadilah kekuasaan otoriter soeharto karena 1/3 kursi anggota MPR dan 1/5 kursi
anggota DPR, DPRD melalui pengangkatan tidak melalui pemilu, yang diangkat adalah ABRI
dan golongan fungsional serta utusan daerah yang mendukung kekuasaan Presiden hanya
caranya sangat rapi dan dikuatkan oleh Undang-Undang dan hal ini berlangsung sampai pemilu
1999.
• Kemenangan Golongan Karya (Golkar) pada pemilu 1971 mengurangi oposisi terhadap
pemerintah dikalangan sipil, karena Golkar sangat dominan, sementara partai politik lainnya
berada di bawah pengawasan pemerintah, selanjutnya Golkar ini sebagai motor penggerak
Soeharto untuk melanggengkan kekuasaannya selama 32 tahun yang juga mendapat dukungan
kuat dikalangan TNI dan Polri.
• Pemilu 1971 yang diikuti oleh 10 kontestan (9 parpol dan 1 Golkar) akhirnya pada pemilu
1977, 1982, 1987, 1992, 1997 hanya diikuti oleh 3 kontestan yaitu PDI, PPP dan Golkar.
Karena sejak dikeluarkannya UU No. 3 tahun1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya
maka 9 partai dilebur (difusikan) menjadi dua partai yaitu yang bercirikan Islam menjadi Partai
Persatuan Pembangunan dan yang bercirikan Nasionalisme dan Demokrasi menjadi Partai
Demokrasi Indonesia.
• Selama pemerintah Orba, parpol dan lembaga dewan sangat lemah karena selalu dalam
bayangan dan kontrol yang kuat, kekuasaan pemerintah di bawah Soeharto sangat kuat,
kehidupan berpolitik rakyat mati suri, sedikit kritik berarti siap untuk menanggung akibatnya
yaitu hilang dan tidak ada kabar beritanya. Anggota dewan yang berani berbicara tajam di recall
dengan alasan menjaga stabilitas nasional untuk mewujudkan salah satu dari tri logi
pembangunan
Sistem Pemerintahan menurut UUD 1945 pada masa orde baru sudah memenuhi tuntutan yang
ada pada ketentuan UUD 1945, hal dapat terselenggara semenjak pelaksanaan pemilu yang
pertama pada tahun 1971. Pada pemilihan umum yang pertama dan pada pemilihan umum-
pemilihan umum seterusnya berdasarkan UUD 1945 lembaga negara menurut UUD 1945
sudah difinitif (sudah sesuai dengan pasal-pasal UUD 1945)
Lembaga Negara yang harus ada berdasarkan UUD 1945 : MPR. DPR, Presiden dan Wakil
Presiden, DPA, MA dan BPK. Lembaga negara semacam ini memiliki tugas dan wewenang
berdasarkan UUD 1945. dan semenjak UUD 1945 diamandemen dan dalam pelaksanaan
pemilihan umum tahun 2003 lembaga negara seperti tersebut di atas mengalami perubahan.
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen lembaga negara yang ada : MPR, DPR, DPD,
Presiden dan Wakil Presiden, MA, MK, KY, BPK, lembaga negara ini semua sudah terpenuhi
sesuai dengan peraturan perundangan yang ada menurut UUD 1945
f. Sistem Pemerintahan di Bawah UUD 1945, Masa Reformasi
Sistem Pemerintahan pada masa Orde Reformasi, dapat kita lihat berdasarkan aktivitas politik
kenegaraan sebagai berikut :
• Kebijakan pemerintah yang memberi ruang gerak yang lebih luas terhadap hak-hak untuk
mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan maupun tulisan sesuai pasal 28 UUD 1945 dapat
terwujud dengan dikelarkannya UU No 2 / 1999 tentang Partai Politik yang memungkinkan
Multipartai
• Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta bertanggung jawab
dibuktikan dengan keluarnya Ketetapan MPR No. IX/MPR/1998 yang ditindaklanjuti dengan
UU N0. 30 / 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (kini sedang
menangani kasus KPU)
• Lembaga legeslatif dan organisasi sosial politik sudah memiliki keberanian untuk
menyatakan pendapatnya terhadap ekskutif yang cenderung seimbang dan proporsional
• Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melalui sidang tahunan
dengan menuntut adanya laporan pertanggungjawaban tugas lembaga negara (progress report),
UUD 1945 diamandemen, Pimpinan MPR dan DPR dipisahkan jabatannya, berani memecat
Presiden dalam sidang istimewanya
• Dalam amandemen UUD 1945 masa jabatan Presiden paling banyak dua kali masa jabatan,
Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai dari pemilu 2004 dan yang
terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama pilihan langsung rakyat adalah Soesilo
Bambang Yudoyono dan Yoesuf Kala, MPR tidak lagi lembaga tertinggi negara melainkan
lembaga negara yang kedudukannya sama denga Presiden, MA, BPK, kedaulatan rakyat tidak
lagi ditangan MPR melainkan menurut UUD
Di dalam amandemen UUD 1945, ada penegasan tentang Sistem Pemerintahan Presidensial
tetap dipertahankan dan bahkan diperkuat dengan mekanisme pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden secara langsung.
Sejarah sistem pemerintahan indonesia

1. 1. Sejarah sistem pemerintahan IndonesiaWritten by fwzn on March 28th,


2011Perkembangan ketatanegaraan Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode, sejak
masaProklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang. Walaupun sebenarnya
tonggakketatanegaraan Indonesia telah ada jauh sebelum proklamasi.Sistem Pemerintahan
Periode 1949-1950Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950Bentuk Negara :
Serikat (Federasi)Bentuk Pemerintahan : RepublikSistem Pemerintahan : Parlementer Semu
(Quasi Parlementer)Konstitusi : Konstitusi RISPresiden & Wapres : Ir.Soekarno = presiden RIS
(27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950)Assaat = pemangku sementara jabatan presiden
RI(27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950)Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2
September 1949 dikota Den Hagg, (Belanda)diadakan konferensi Meja Bundar (KMB).
Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta,Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federale Overleg)
dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadriedan delegasi Belanda dipimpin olah Van
Harseveen.Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan
persengketaanIndonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan pengakuan
kedaulatanyang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat (RIS).Salah
satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Balanda mengakui kedaulatanIndonesia
sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya
pada tanggal 30 Desember 1949.Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana
menandatangani PiagamPengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila kita tinjau isinya,
konstitusi itu jauhmenyimpang dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila dan ber
UUD 1945 karena :1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang
terbagi dalam 16negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan (pasal
1 dan 2,Konstitusi RIS).2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang liberalistis
atau pemerintahanberdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-menterinya
bertanggung jawab atasseluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen (pasal 118, ayat
2 Konstitusi RIS)3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau
semangatpembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi kemerdekaan
negaraIndonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan Decleration of independence
bangsaIndonesia, kata tap MPR no. XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam
pemyimpanganmukadimah ini adalah perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila. Inilah
yangkemudian yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila secara bebas dan sesuka hati
2. 2. hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam sejarah
ketatanegaraanIndonesia.Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959Lama periode : 15
Agustus 1950 – 5 Juli 1959Bentuk Negara : KesatuanBentuk Pemerintahan : RepublikSistem
Pemerintahan : ParlementerKonstitusi : UUDS 1950Presiden & Wapres : Ir.Soekarno &
Mohammad HattaUUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia
sejak 17 Agustus1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.UUDS 1950
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentangPerubahan Konstitusi
Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang DasarSementara Republik
Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIStanggal 14 Agustus 1950 di
Jakarta.Konstitusi ini dinamakan “sementara”, karena hanya bersifat sementara,
menungguterpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi
baru.Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis,
namunKonstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut.Dekrit Presiden
1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkanUUD baru
sebagai pengganti UUDS 1950. Anggota konstituante mulai bersidang pada 10November
1956. Namun pada kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskanUUD yang
diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat, pendapat-pendapat untukkembali kepada
UUD ’45 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Soekarno lantasmenyampaikan
amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April 1959 yang isinyamenganjurkan untuk
kembali ke UUD ’45. Pada 30 Mei 1959 Konstituante melaksanakanpemungutan suara.
Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju.Meskipun yang
menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini harus diulang,karena jumlah
suara tidak memenuhi kuorum. Pemungutan suara kembali dilakukan padatanggal 1 dan 2
Juni 1959. Dari pemungutan suara ini, Konstituante juga gagal mencapaikuorum. Untuk
meredam kemacetan, Konstituante memutuskan reses yang ternyatamerupkan akhir dari
upaya penyusunan UUD.Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00 Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang diumumkandalam upacara resmi di Istana Merdeka.Isi dekrit presiden 5 Juli 1959
antara lain :1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 19502.
Pembubaran Konstituante3. Pembentukan MPRS dan DPASSistem Pemerintahan Periode
1959-1966 (Orde Lama)Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966Bentuk Negara :
KesatuanBentuk Pemerintahan : RepublikSistem Pemerintahan : PresidensialKonstitusi :
UUD 1945Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta
3. 3. Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik
ulurkepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5
Juli1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu
isinyamemberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.Pada masa ini, terdapat
berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:1. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil
Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua DPAmenjadi Menteri Negara2. MPRS
menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup3. Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia melalui Gerakan 30 September PartaiKomunis IndonesiaSistem Pemerintahan
Periode 1966-1998 (Orde Baru)Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998Bentuk
Negara : KesatuanBentuk Pemerintahan : RepublikSistem Pemerintahan :
PresidensialKonstitusi : UUD 1945Presiden & Wapres : Soeharto (22 Februari 1966 – 27
Maret 1968)Soeharto (27 Maret 1968 – 24 Maret 1973)Soeharto & Adam Malik (24 Maret
1973 – 23 Maret 1978)Soeharto & Hamengkubuwono IX(23 Maret 1978 –11 Maret
1983)Soeharto & Try Sutrisno (11 Maret 1983 – 11 Maret 1988)Soeharto & Umar
Wirahadikusumah(11 Maret 1988 – 11 Maret 1993)Soeharto & Soedharmono (11 Maret
1993 – 10 Maret 1998)Soeharto & BJ Habiebie (10 Maret 1998– 21 Mei 1998)Pada masa
Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945dan Pancasila
secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata menyimpangdari Pancasila
dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutangKonglomerat/private debt
dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945yang memberi kekuasaan
pada pihak swasta untuk menghancurkan hutan dan sumber dayaalam kita.Pada masa Orde
Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, diantaranyamelalui sejumlah
peraturan:1. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapanuntuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan
perubahanterhadapnya2. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang
antara lainmenyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih
dahuluharus minta pendapat rakyat melalui referendum.3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1985 tentang Referendum, yang merupakanpelaksanaan TAP MPR Nomor
IV/MPR/1983.Sistem Pemerintahan Periode 1998 – sekarang
4. 4. Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarangBentuk Negara : KesatuanBentuk Pemerintahan :
RepublikSistem Pemerintahan : PresidensialKonstitusi : UUD 1945Presiden & Wapres : B.J
Habiebie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)Abdurrahman Wahid & Megawati
Soekarnoputri(20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)Megawati Soekarnoputri & Hamzah Haz(23
Juli 2001 – 20 Oktober 2004)Susilo Bambang Yudhoyono & Muhammad Jusuf Kalla(20
Oktober 2004 – 20 Oktober 2009)Susilo Bambang Yudhoyono & Boediono(20 Oktober 2009
– 2014)Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadapUUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada
masa OrdeBaru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di
tangan rakyat),kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu
“luwes”(sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945
tentangsemangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi.Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanannegara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dannegara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi
dan kebutuhanbangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak
mengubah PembukaanUUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat
structuur) kesatuan atauselanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), sertamempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Kronologi adalah istilah yang artinya diambil dari bahasa Yunani chronos yang artinya waktu
dan -logi yang artinya ilmu maka disimpulkan kronologi adalah ilmu yang mempelajari
waktu atau sebuah kejadian pada waktu tertentu. Adapun kronologi digunakan dan
bermanfaat pada sebuah kejadian baik kriminal maupun nonkriminal. Kronologi sering
diajarkan pada badan badan hukum untuk mengetahui kapan dan persisnya suatu kejadian
atau tindak pidana terjadi.

Sejak Indonesia memperoleh kemerdekaan dan kedaulatan (1945) hingga kini (2015)
Indonesia telah mengalami perjalanan panjang dengan banyak hal yang telah dihadapi dan
dilalui, dalam berbagai hal, berikut perjalanan Indonesia dan perkembangan bangsa ini sejak
kemerdakaan hingga saat ini.

Masa pemerintahan revolusi kemerdekaan ini (1945-1949), pelaksanaan demokrasi baru


terbatas pada ineraksi politik diparlemen dan berfungsinya pers yang mendukung revolusi
kemerdekaan. akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal mendasar.pemberian
hak-hak politik secara menyeluruh. presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan
untuk menjadi diktator. maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yan
kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa
selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita.
Pada tahun 1945-1949, NKRI menggunakan undang-undang 1945. Lalu, pada tahun 1950,
NKRI mempergunakan UUDS atau juga disebut UUD 1950. Berdasarkan UUD tersebut
pemerintahan yang dilakukan oleh kabinet sifatnya parlementer, artinya kabinet bertanggung
jawab pada parlemen. Jatuh bangunnya suatu kabinet bergantung pada dukungan anggota
parlemen.Pada tahun 1945-1949, NKRI menggunakan undang-undang 1945. Lalu, pada
tahun 1950, NKRI mempergunakan UUDS atau juga disebut UUD 1950, dapat kita temukan
perwujudannya dalam kehidupan politik di Indonesia.
Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam
proses politik yang berjalan.
– Akuntanbilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan dan politis pada umumnya sangat
tinggi.
– Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-besarnya untuk
berkembang secara maksimal.
– Sekalipun pemilihan umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada 1955, tetapi pemikiran
umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
– Masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak dikurangi
sama sekali, sekalipun tidak semua wrga negara dapat memanfaatkannya dengan maksimal.
Perubahan Sistem Pemerintahan
1. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949
Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945

Sistem pemerintahan awal yang digunakan oleh Indonesia adalah sistem pemerintahan
presidensial. Namun, seiring datangnya sekutu dan dicetuskannya Maklumat Wakil Presiden
No.X tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu
kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-
kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945.
Berdasarkan Maklumat Pemerintah 14 November 1945 ini, kekuasaan eksekutif yang semula
dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya
sistem pemerintahan parlementer.
2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950
Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950
Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi : Konstitusi RIS
Adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dengan delegasi Belanda
menghasilkan keputusan pokok bahwa kerajaan Balanda mengakui kedaulatan Indonesia
sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya
pada tanggal 30 Desember 1949. Dengan diteteapkannya konstitusi RIS, sistem pemerintahan
yang digunakan adalah parlementer. Namun karena tidak seluruhnya diterapkan maka Sistem
Pemerintahan saat itu disebut Parlementer semu.
3. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959
Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Konstitusi : UUDS 1950
UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik Indonesia sejak 17 Agustus
1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Pemilihan Umum 1955 berhasil
memilih Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi
baru hingga berlarut-larut. Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan
dekrit yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.Isi dekrit presiden 5 Juli
1959 antara lain :

1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
2. Pembubaran Konstituante
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Dikeluarkannya dekrit presiden ini diiringi dengan perubahan sistem pemerintahan dari
parlementer ke presidensial.
4. Sistem Pemerintahan Periode 1959-1966 (Orde Lama)
Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Dikeluarkannya dekrit Presiden 1959 mengembalikan sistem pemerintahan Indonesia ke
sistem pemerintahan presidensial.
5. Sistem Pemerintahan Periode 1966-1998 (Orde Baru)
Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
6. Sistem Pemerintahan Periode 1998 – sekarang
Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarang
Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu sistem dari negara
manapun, melainkan suatu sistem yang khas bagi bangsa Indonesia. Hal ini tercermin dari
proses pembentukan bangsa NKRI yang digali dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia
sendiri. Menurut UUD 1945, kedudukan Presiden sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Sistem ketatanegaraan yang kepala pemerintahannya adalah Presiden
dinamakan sistem presidensial . Presiden memegang kekuasaan tertinggi negara di bawah
pengawasan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini,
terdapat beberapa perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia, sebelum dan
sesudah Amandemen UUD 1945.
Periode 18 Agustus 1945 – 27 desember 1949
A. Bentuk Negara
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyatakan negara indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Bentuk negara kesatuan indonesia mengandung arti bahwa hanya da 1
kekuasaan untuk mengatur seluruh wilayah negara, yaitu pemerintahan pusat. Pelaksanaan
pemerintahan di indonesia menganut asa desentralisasi dengan memberi hak otonomi pada
daerah provinsi dan titik berat pada daerah kabupaten / kota.

B. Bentuk Pemerintahan
Bentuk pemerintaha indonesia adalah republik. Pada negara yang berbentuk republik, ciri
yang menonjol adalah kepala negara dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan presiden
sebagai kepala negaranya.

C. Pembagian Kekuasaan
Secara teoritis, pemerintahan indonesia sebenarnya menganut Trias Politika, dalam arti
pembagian kekuasaan. Praktik-praktik kenegaraan itu dengan pembagian kekuasaan, tampak
pada batang tubuh UUD 1945 sebagai berikut :
1. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh presiden, dibantu oleh seorang wakil presiden dan para
menteri negara (pasal 4 dan 7 ).
2. Kekuasaaan legislatif dipegang oleh DPR, dalam praktiknya DPR harus bekerja sama dengan
presiden (pasal 5, 21, & 22).
3. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh MA dan lain-lain badan kehakiman )pasal 24).
Dalam memberikan grasi, amnesti abolisi, dan rehabilitasi, presiden harus berkonsultasi
terlebih dahulu dengan MA (pasal 14).
Kekuasaan eksaminatif dijlankan oleh BPK. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan
keuangan negara, BPK harus memberitahukan hasilnya pada DPR (pasa 23 ayat 5).
4. Kekuasaan konsultatif dijalankan oleh DPA. DPA wajib menjawab pertanyaan presiden, dan
berhak mengajukan usul kepada pemerintah (pasal 16).

D. Sistem Pemerintahan
Dalam penjelasan UUD 1945 dicantumkan 7 kunci pokok sistem pemerintahan republik
indonesia sebagai berikut :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat).
2. Sistem konstitusional.
3. Kekuasaan negara tertinggi ditangan MPR.
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah majelis.
5. Presiden tidak bertanggung jawab pada DPR.
6. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR.
7. Kekuasaan kepala negara tak terbatas.
Dalam kurun waktu 1945 – 1949, bentuk negara adalah kesatuan. Dan pemerintahan adalah
republik. Namun, dalam pelaksanaannya ternyata terdapat penyimpangan dati ketentuan UUD
1945, terutama karena faktor politik. Antara lain :
1. Berubahnya fungsi komite nasional (dibentuk PPKI tanggal 22 Agustus 1945) dari pembantu
presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif(seharusnya wewenang MPR).
Keputusan ini berdasarkan maklumat wakil presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945.
2. Terjadinya perubaha sistem kabinet presidential menjadi kabinet parlementer berdasarkan usul
badan pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) tanggal 11 November 1945, yang
kemudian disetujui oleh presiden dan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah tanggal 14
November 1945.

II. Pada tanggal 27 – 12 – 1949 sampai 17 – 8 – 1950


A. Bentuk Negara
Pada masa konstitusi RIS, bentuk negara adalah serikat/ federasi
B. Bentuk Pemerintahan
Bentuk pemerintahannya adalah republik, kepala negara maupun kepala pemerintahan
dipilih oleh rakyat, bentuk pemerintahan RIS tercemin dalam mukadimah konstitusi RIS
alinea III
Bentuk pemerintahan yang dipraktikkan pada masa pemerintahan RIS:
a. Kedudukan presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara yang tidak dapat diganggu gugat
( pasal 69)
b. Pres dipilih oleh orang – orang yang dikuasakan oleh pemerintah daerah bagian (pasal 118)
c. Berlakunya azaz pedoman bahwa kehendak di daerah – daerah bagian dinyatakan merdeka
menurut jalan demokrat ( pasal 43 )
C. Pembagian Kekuasaan
Menganut trias politica dengan pembagian kekuasaan. Pembagian kekuasaan dalam
pemerintah dapat dilihat dari alat –a alat perlengkapan federal RIS yang mencakup :
a. Presiden
b. Menteri – menteri
c. Senat
d. Dewan perwakilan rakyat
e. Mahkamah agung indonesia
f. Dewan pengawasan kekuasaan
Contoh pelaksanaannya :
a. Pemerintah bersama – sama dengan dewanperwakilan rakyat dan senat mempunyai
kekuasaan membuat peraturan perundang – undangan baik untuk satu, beberapa atau semua
negara bagian ( pasal 27 )
b. Dewan perwakilan rakyat berhak mengadakan perubahan – perubahan dalam usul UU yang
diajukan oleh pemerintah atau senat ( pasal 29)
c. Presiden mempunyai hak
d. Presiden mempunyai hak memberi apapun dari hukuman – hukuman yang dijatuhkan oleh
keputusan kehakim. Hak itu dilakukan sesudah meminta nasehat dari mahkamah agung (
pasal 160 )
D. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut oleh konstitusi ris adalah sistem parlementer kabinet
semu ( quasi parlementer ). Hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh presiden ( pasal 74 ayat 2 )
b. Kekuasaan perdana menteri masih dicampuri oleh presiden ( pasal 68 ayat 1 )
c. Pembemtukan kabinet dilakukan oleh presiden ( pasal 74 )
d. Pertanggung jawaban menteri baik secara perorangan maupun bersama – sama adalah kepada
DPR ,namun melalui keputusan presiden ( pasal 74 ayat 3 )
e. Parlemen dan pemerintah tidak berhubungan erat dan DPR tidak dapat menggunakan
mosi tidak percaya terhadap kabinet (pasal 118 dan 122 )
f. Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap yaitu sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan ( pasal 68 dan 69 )

III. Periode 17-08-1950 s/d 05-07-1959


Tgl 17 agustus 1945 indonesia resmi kembali menjadi NKRI walaupun konstitusinya
UUDS 1950.Sistem pemerintahan tetap dalam cabinet parlementer ,yaitu para mentri
bertanggungjawab kpd parlemen dan parlemen(DPR) dapat menjatuhkan cabinet melalui
mosi tidak percaya.Presiden hanya ditetapkan sebagai kepala Negara saja,tidak sebagai
kepala pemerintahan.Kepala pemerintahan dipegang oleh seorang perdana mentri yg
mengepalai cabinet.
Akhir dari tahun 1955 diadakan pemilu pertama di Indonesia,dalam pemilihan
anggota parlementer/aparat legislative waktu itu dengan istilah konstituante.Kemudian
konstituante menyelenggarakan pemungutan suara untuk mengetahui diterima/tidaknya
kembali UUD 1945 yg berturut-turut pada Sabtu 30 mei 1959,Senin 1 juni 1959.Tetapi hasil
Pemungutan suara menunjukkkan bahwa dukungan suara yg diperlukan (minimal 2/3 anggota
)tidak diperoleh .Itulah sebabnya tgl 5 Juli 1959,Soekarno menyatakan kembali pd UUD
1945,peristiwa ini dikenal dengan istilah Dekrit Presiden.Dari uraian periode 17-08-1950 s/d
5 juli 1959 dapat disimpulkan tentang penyelenggaraan pemerintahn sebagai berikut :

a. Bentuk Negara

Bentuk Negara yg dikehendaki oleh UUDS 1950 adalah Negara kesatuan.Bentuk Negara
kesatuan dengan sistem Desentralisasi dituangkan dalam Pasal 131.
Bentuk Negara kesatuan yg dikehendaki oleh UUDS 1950 dengan sistem desentralisasi
,tidak jauh berbeda dengan apa yg sudah digariskan dalam pasal 18 UUD 1945.Bila
dibandingkan dengan pasal 18 UUD 1945,otonomi UUDS 1950 dijamin lebih bebas dan
lebih jauh .

b. Bentuk pemerintahan

Bentuk pemerintahan adalah Republik,sesuai Pasal 1 Ayat (1) serta Mukadimah Alinea
IV UUDS 1950.Bentuk republik ini terus dipertahankan baik dalam UUD 1945,maupun
dalam kesatuan RIS 1949 serta UUDS 1950,hingga sekarang ini. Yang diinginkan bangsa
Indonesia adalah Negara kesatuan yg Desentralisasi dan republic yang demokratis.

c. Pembagian kekuasaan

Pada masa berlakunya UUDS 1950 hal pembagian kekuasaan tidak berbeda jauh
dengan denagn kesatuan RIS 1949.Alat-alat perlengkapan Negara pada masa UUDS 1950
antara lain Presiden,Wapres,Mentri-mentri,DPR,dan Dewan pengawas keuangan.
Beberapa contoh praktik pembagian kekuasaan antara lain sebagai berikut:
1) Presiden sebagai kepala Negara ,dalam melaksanakan kewajibannya dibantu oleh seorang
wapres (pasal 45).Hal pengangkatan Wapres adalah atas usul DPR.Sedangkan untuk kepala
pemerintah dipegang oleh Perdana mentri yg diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
(Pasal 51ayat (5))
2) Kekuasaan legislatif dipegang oleh pemerintah bersama DPR (pasal 89)DPR dapat memaksa
kabinet /masing-masing mentri untuk meletakkan jabatannya dan sebagai
imbalannya,Presiden juga dapat membubarkan DPR (Pasal 69).Kekuasaan legislative
menganut satu kamar(unicameral) karena hanya ada DPR yg mewakili seluruh rakyat
Indonesia(pasal 56).
3) Kekuasaan yudikatif dipegang oleh MA,MA berhak memberikan nasihat kepada presiden
jika akan memberikan grasi,amnesif,maupun abolisi(Pasal 107).

d. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahah yg dianut UUDS 50 adalah cabinet parlementer dengan demokrasi
liberal,yg tetap tetap masih bersifat semu (quasi parlemen ).Ciri sistem pemerintahan
parlementer tampak pada Pasal 83 UUDS 1950 antara lain Prersiden dan Wapres tidak dapat
diganggu gugat dan mentri-mentri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
baik bersama-sama untuk seluruhnya,maupun masing-masing untuk bagian nya sendiri.
Selain itu,dapat dilihat pada Pasal 84 UUDS 50,yg berbunyi Presiden berhak
membubarkan DPR,keputusan presiden yg menyatakan pembubaran itu,memerintahkan pula
untuk mengadakan pemilihan DPR baru dalam 30 hari.
Ketidakmurnian(semu) parlementer pada masa UUDS 1950 ditandai dengan ciri-ciri
berikut :
1) Pemerintah diangkat oleh presiden (seharusnya oleh parlemen (pasal 51 ayat 2)).
2) Kekuasaan pemerintah sebagai ketua Dewan Mentri masih dicampurtangani oleh presiden
(seharusnya presiden hanya sebagai kepala Negara dan kepala pemerintah adalah
pemerintahan) pasal 46 Ayat (1))
3) Pembentukan cabinet dilakukan oleh Presiden dengan menunjuk seseorang /beberapa orang
pembentuk cabinet (lazimnya oleh parlemen ) (Pasal 51 ayat 5))
4) Presiden dan Wapres berkedudukan selain sebagai kepala Negara juga sebagai kepala
pemerintahan (seharusnya terpisah) (Pasal 45 jo.46 ayat (1))
Dari ciri-ciri tersebut,dalam UUDS 50 tampak adanya sistem pemerintah parlementer dan
presidensial.Paham demokrasi liberal dalam pasal-pasalnya sangat tampak pada pengaturan
hak asasi dan kebebasan dasar manusia hingga mencapai 26 pasal.

IV. Sistem Pemerintahan 5 Juli – Sekarang


Orde lama (5 Juli 1959 – 11 Maret 1966)
Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang mendasarkan sistem pemerintahannya
kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu kekuasaan sentral di tangan satu
orang.Dalam periode demokrasi terpimpin ini, pemikiran ala demokrasi barat banyak
ditinggalkan. Presiden Soekarno menyatakan bahwa demokrasi liberal tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa dan negara Indonesia. Prosedur pemungutan suara dalam lembaga
perwakilan rakyat dinyatakan tidak efektif.Banyaknya parpol menyebabkan tidak adanya
pencapaian hasil dalam pengambilan keputusan, karna dianggap terlalu banyak debat. Untuk
merealisasikan demokrasi terpimpin dibentuklah Front Nasional.
Demokrasi terpimpin diikuti dengan istilah ekonomi terpimpin yaitu sebagai konsepsi bidang
ekonomi dalam rangka pelaksanaan penghidupan yang layak dalam masyarakat, bangsa, dan
negara.
2 definisi dalam demokrasi terpimpin yaitu tiap tiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada
kepentingan umum, masyarakat, bangsa, dan negara. Lalu, semua orang Indonesia dinyatakan
berhak mendapatkan penghidupan yang layak dalam masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam menghayati pancasila, pandangan hidup tersebut diperas menjadi 3 unsur penting yang
disebut trisila. Trisila diperas menjadi 1 unsur utama Ekasila yang kemudian disebut dengan
Nasakom. Dengan adanya Nasakom, partai komunis mendapat posisi dominan karna
merupakan salah satu dari 3 unsur utama disamping partai partai agama yang ada di
Indonesia dan Partai Nasional. Nasakom mendapatkan tempat dalam peraturan pemerintah
daerah yaitu UU No. 18 tahun 1965.
Dalam penerapannya demokrasi terpimpin menyebabkan penyimpangan penyimpangan
terhadap pancasila dan UUD 45, antara lain :
 Konsepsi pancasila berubah menjadi konsepsi Nasakom ( penyimpangan ideologis)
 Pelaksanaanya bergeser menjadi pemusatan kekuatan pada presiden/pemimpin besar revolusi
dengan wewenang yang melebihi ketentuan UUD
 MPRS melalui ketetapan MPRS No. III/MPRS/1963 mengangkat Soekarno sebagai presiden
seumur hidup.
 Tahun 1960, DPR hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan oleh presiden karna RAPBN yang
diajukan pemerintah tidak disetujui DPR, lalu dibentuk DPR-GR tanpa pemilu.
 Hak budget DPR tidak berjalan setelah tahun 1960 karna pemerintah tidak mengajukan
RUU-APBN untuk mendapatkan persetujuan dari DPR sebelum berlakunya tahun anggaran
yang bersangkutan.
 MPRS dan DPR dijadikan mentri negara yang berarti sebagai pembantu presiden.
 Kaburnya politik LN bebas aktif menjadi politik “poros porosan”, akibatnya terjadi
konfrontasi dengan malaysia dan Indonesia keluar dari PBB.
Pelaksanaan pemerintahan masa orde lama:
 Pemerintah inkonstitusional
 Pemerintah berdasarkan kekuasaan ( rule of power) dengan tanda tanda kekuasaan tertinggi
(supremacy of power) dan in equality before the law)
 Tidak ada perlindungan terhadap HAM
 Manajemen yang tertutup.
 Anggota lembaga perwakilan rakyat diangkat oleh presiden
 Parpol dan fungsinya tidak berjalan sebagaimana mestinya
 Tidak adanya kontrol sosial terhadap pemerintah
 HAM kurang dilindungi
 Tidak adanya pers bebas, melainkan pers terpimpin
 Komunikasi berjalan satu arah.
Orde baru ( 11 Maret 1966 – 21 Mei 1998)
Setelah keluar Supersemar dan bergantinya pemerintahan Soekarno menjadi Suharto,
maka lahirlah orde baru. Istilah orde baru muncul pada seminar IItanggal 25-31 April 1966.
Orde baru merupakan suatu tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara yang
diletakan kembali pada kemurnian pancasila dan UUD 45.
Dalam pidato kenegaraan tahun 1976, dikatakan bahwa orde baru lahir dengan tekad
meluruskan kembali sejarah bangsa dan negara dengan berlandaskan kepada falsafah dan
moral pancasila seta melalui jalan yang selurus lurusnya seperti yang ditunjukan oleh UUD
45. Sistem pemerintahan orde baru tetap menggunakan sistem presidensial berdasarkan UUD
45. Namun sistem ini memunculkan kekuasaan eksekutif yang besar bahkan cenderung
mutlak. Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan amat mendominasi
dan mengendalikan lembaga negara lain terutama legislatif. Contoh kekuasaan eksekutif
yang besar tersebut adalah:
 presiden mengontrol rekrutmen lembaga negara
misalnya mengangkat anggota DPR dari utusan daerah dan golongan.
 presiden mengontrol rekrutmen penjabat negara
Misalnya mengangkat hakim agung, gubernur, dll
 presiden memiliki sumber keuangan negara yang besar diluar APBN
seperti dana inpres, banpres, dsb.
 lembaga kepresidenan menentukan anggaran belanja negara lain
seperti MPR/DPR, DPA, BPK, dan MA.
Salah satu sebab pemusatan kekuasaan pada presiden adalah ketentuan dalam pasal UUD 45
yang memberi kekuasaan amat besar pada presiden. Contohnya pasal 7 UUD 45 yang
menyatakan bahwa presiden dan wapres memegang jabatannya selama 5 tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali. Rumusan tersebut kurang tegas sehingga memberi peluang
presiden untuk dipilih berkali kali, seperti presiden Soeharto dengan 7x masa jabatan.
Untuk menyelesaikan krisi politik yang berkepanjangan, diselaenggarakan sidang umum IV
MPRS 1966. Hasil sidang berupa 24 ketetapan yang menyangkut pelurusan kembali atau
peletakan kehidupan negara pada garis yang dikehendaki UUD 45, yaitu bidang politik,
ekonomi, dan sosial budaya.

V. Berakhirnya Orde Baru dan Gerakan Reformasi


Memasuki Pembangunan Jangka Panjang II, khususnya Pelita ketujuh, bangsa Indonesia
mulai mengalami gejolak. Krisis ekonomi yang terjadi dikawasan Asia menyebabkan pula
krisis di Indonesia. Krisis ini diikuti juga dengan krisis lainnya, yaitu krisis politik, moral,
sosial, dan sebagainya.
Krisis ini terjadi karena praktik-praktik peyelenggaraan pemerintahan Orde Baru dijalankan
dengan rapuh, yakni penuh dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sistem ekonomi Kapitalis
yang dijalankan cenderung menguntungkan sedikit penguasa dan konglomerat. Kesenjangan
sosial dan ekonomi begitu tajam, dan tidak mampu mengatasinya.
Di bidang politik, sistem politik brkembang kearah birokratik otoritarian dan korpratik.
Ditandai dengan konsentrasi kekuasaan di tangan penguasa negara, kelompok militer,
kelompok cendikiawan, dan kelompok wiraswastawan oligopolistik yang bekerja sama dengan
masyarakat bisnis internasional. Penyelenggaraan hukum dan HAM tidak perna diurusi, wakil-
wakil rakyatpun mandul. Mereka tidak bisa berfungsi sebagai pembawa amanat rakyat,
sementara rakyat terus dikelabui dengan berbagai program menipu.
Pancasila yang seharusnya sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat
pelaksana negara, digunakan sebagai alat pembenaran politik.
Penyimpangan selama 32 tahun itu memunculkan gerakan reformasi yang memuncak
ditandai dengan turunnya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatan langsung diserahkan
kepada Wakil Presiden BJ.Habibie, yang kemudian membentuk Kabinet Reformasi
Pembangunan.
Para pelaku Reformasi menuntut agar pemerintahan transisi segera mengadakan pemilu
secara langsung, umum, bebas, rahasia, adil dan jujur. Tuntutan itu dipenuhi dan diadakan
Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13 November 1998.
Dalam masa pemerintahan ini, banyak dihasilkan produk legislatif sebagaimana amanat
ketatapan sidang istimewa MPR 1998.
a) UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik
b) UU No. 3 Tahun 1999 tentang Pemilu
c) UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD
d) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
e) UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
f) UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi,
Nepotisme
Setelah Sidang Istimewa MPR, pemerintahan transisi mengadakan Pemilu sebagaimana
amanat reformasi. Pemilu 7 Juni 1999 tersebut diikuti 48 partai. Kemudian tanggal 1-4 Oktober
dan 14-21 Oktober 1999 diselenggarakan Sidang Umum MPR.
Dalam sidang umum tersebut, K.H Abdurrahman Wahid diangkat menjadi Presiden dan
Megawati Soekarno Putri sebagai Wakil Presiden.
Masa pemerintahan Gus Dur memunculkan banyak konflik, antara lain:
a. Menurut Presiden perlu dikeluarkan Dekrit, sedangkan ketua MPR Amin Rais tidak
menyetujuinya.
b. Presiden mengangkat kembali Wakapolri Jendral Polisi Chairudin Ismail yang jabatannya
sudah dibekukan, sedangkan Jendral Polisi S. Bimantoro menolak usul itu dengan menjabat
Kapolri non aktif.
c. Presiden menolak pencalonan Prof. Dr. Bagir Manan, S.H., dan Prof. Dr. Muladi, S.H., sebagai
calon ketua Mahkamah Agung karena terlibat kasus masa lalu.
d. Presiden menyatakan Jendral Endriartono Sutarto tidak taat kepada presiden apabila menolak
dekrit.
e. Akhirnya Gus Dur digulingkan melalui Brunai Gate dan Bulog Gate yang dikonstitusionalkan
melalui memorandum 1 dan memorandum 2serta sidang istimewa. Selanjutnya Megawati
sebagai Wapres yang sekaligus pemenang pemilu menjadi Presiden.
Dalam masa pemerintahan Megawati banyak terjadi kemajuandalam kehidupan
berdemokrasi, diantaranya dapat mengadakan pemilu yang paling rumit didunia, namun
hasilnya sangat menggembirakan. Akhirnya terpilihlah Anggota DPD, DPR, DPRD provinsi
dan DPRD Kabupaten/Kota yang berdasarkan hasil pemilu 7 Juli 2004, dan terpilih pula
Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla berdasarkan
pemilu 20 September 2004.

Sistem Pemerintahan Pasca Amandemen UUD 1945


Keberhasilan Gerakan Reformasi menggulingkan rezim Soeharto diikuti dengan
langkah-langkah konkret untuk lebih menjamin kehidupan berdemokrasi. Salah satu usahanya
dengan mengamandemen UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945 Indonesia menganut sistem
pemerintahan Presidensial (pasal 4 dan 17 UUD).
Adapun sistem pemerintahan menurut UUD 1945 pasca amandemen selengkapnya
sebagai berikut:
1) Indonesia adalah Negara Hukum
Terdapat dalam pasal 1 ayat(3). Makna pasal ini adalah hukum mengikat pemerintah dan
lembaga-lembaga lain serta seluruh rakyat Indonesia.
2) Kedaulatan Ditangan Rakyat dan Dilaksanakan Berdasarkan UUD
Pasal 1 ayat(2) merupakan penegasan sistem konstitusi, ditegaskan bahwa kedaulatan berada
ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD.
Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi melaksanakan kekuasaannya dengan memilih
wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif dan eksekutif dengan ketentuan yang diatur
UUD. Secara langsung rakyat memberikan mandat kepada wakil rakyat, maka mereka harus
menjalankan amanat itu dengan sebaik-baiknya.
3) MPR sebagai Lembaga Perusyawaratan/Majelis saja
Dengan sitegaskan bahwa pemegang kedauulatan rakyat maka MPR beredudukan sebagai
lembaga permusyawaratan/majelis saja, bukan sebagai tertinggi negara. Unsur keanggotaan
MPR terdiri dati anggota DPR dan DPD yang dipilih melalu pemilu (Pasal 2 ayat 1) majelis
mengambil keputusan dengan suara terbanyak (Psal 2 ayat 3). Dalam kedudukan demikian
MPR memiliki wewenang yang diatur dalam pasal-pasal UUD 1945
4) Presiden ialah Penyelenggara Pemerinahan Tertinggi Dipilih Langsung oleh Rakyat.

Presiden dan wakil presiden dalam satu pasangan dipilih langsung oleh rakyat.Pasangan calon
presiden dan wapres diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol. Pasangan presiden dan
wapres dilantik apabila telah mendapat suara lebih dari lima puluh persen dengan sedikitnya
dua puluh persen suara di setiap profinsi yang tersebar lebih dari setengah provinsi di indonesia.

Dalam halpresiden berhalangan maka ia diganti oleh wakil presiden hingga masa jabatannya
habis(pasal 8 ayat(1)). Apabila terjadi kekosongan wakil presiden, maka selambat-lambatnya
60 hari MPR harus bersidang untuk memilih wakil presiden baru(pasal 8 ayat(2)). Jika
keduanya berhalangan maka digantikan oleh mentri dalam negri, mentri pertahanan dan
keamanan, dan mentri luar negri secara bersamaan. Selambat-lambatnya 30 hari dan MPR
bersidang untuk memilih presiden dan wapres baru dengan meraih suara terbanyak pertama
dan kedua dalam pemilu sebelummnya(pasal 8 ayat(3)).

5) Presiden Tidak Bertanggung Jawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat


Ditegaskan bahwa Presiden bertanggung jawab langsung kepada rakyat. Presidenlah yang
bertanggung jawab ata jalannya pemerintahan bukan DPR. Presiden harus mendapatkan
persetujuan DPR untuk membentuk UU dan menetapkan APBN. Presiden bekerja sama dengan
dewan, akan tetapi presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan. Ini menunjukkan bahwa
presiden dan dewan sejajar.
6) DPR Memegang Kekuasaan Membentuk UU dan Tidak Dapat Dibubarkan Oleh Presiden
Badan legislatif terdiri dari DPR dan DPD. DPR memiliki tiga fungsi, yaitu legislasi, anggaran,
dan pengawasan(pasal 20A ayat(1)). Agar fungsi itu dapat dijalankan DPR harus memiliki hak
Interpelasi, angket, dan menyatakan pendapat. Disamping itu anggota DPR juga memounyai
hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, hak imunitas serta mengajukan
RUU.
Sebagian badan perwakilan rakyat sesuai dengan pasal 20 ayat 1 DPR memegang kekuasaan
membentuk UU.
DPD adalah wakil daerah provinsi yang keanggotaannya dipilih langsung oleh rakyat melalui
pemilu. DPD berhak mengajukan RUU, khususnya terkait kepentingan daerah.
7) Mentri Negara ialah Pembantu Presiden
Penegasan pasal 17 UUD 1945, Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri negara.
Mentri-mentri itu tidak bertanggung jawab kepada DPR. Kedudukannya tidak bergantung pada
dewan, tetapi tergantung presiden. Mereka ialah pembantu presiden yang memimpin
departemen.
8) Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas
Kepala negara bukanlah diktator, ia bertanggung jawab langsung kepada rakyat. Walaupun
presiden memegang kekuasaan pemerintahan tertinggi, namun tidak untu mengarah pada
kekuasaan absolut. Oleh karena itu, dalam menjalankan pemerintahan, tindakan presiden harus
berlandaskan hukum dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
9) Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi Sebagai Pemegang Kekuasaan Kehakiman
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka. Artinya kekuasaan ini dalam
menjalankan tugasnya terbebas dari pengaruh kekuasaan yang lain.
Hakim agung diusulkan oleh komisi yudisial kepada DPR untuk selanjutnya ditetapkan oleh
presiden. KY sendiri anggotanya diangkat oleh presiden, akan tetapi dengan persetujuan DPR.
Ketua dan wakil ketua mahkamah agung dipilih dari dan oleh hakim agung.
10) Badan Pemeriksaan Keuangan Bersifat Bebas dan Mandiri
Kehadiran dewan ini merupakan upaya preventif untuk mencegah adanya penyalahgunaan
keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya.
Ramlan subakti mengidentifikasi pemerintahan yang kuat mempunyai ciri:
1. Memiliki legitimasi dari rakyat karena mendapatka kekuasaan berdasarka hasil pemilu yang
kompetitif dan adil
2. Melakukan tindakan berdasarkan persetujuan DPR
3. Menggunakan kekuasaan berdasarkan konstitusi dan UU
4. Mempertanggungjawabkan penggunaan kewenangannya
5. Menggunakan kewenangan publik berdasarkan moralitas publik

11) Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Presidensial Di Era Reformasi


Kebijakan presiden Gusdur yang kontroversial mengarah kepada tindakan anarkis dan
menyulut kekacauan sosial.
Dalam keterbatasannya atas desakan MPR, presiden mengeluarkan Keppres No. 121 tahun
2000 yang memberikan kekuasaan lebih besar kepada wakil presiden untuk melaksanakan
tugas teknis pemerintahan sehari-hari. Adapun tugas teknis wakil presiden meliputi:
1. Menyusun program dan agenda kerja kabinet serta menentukan fokus dan prioritas kebijakan
pemerintah
2. Memimpin sidang kabinet, menyimpulkan hasilnya, dan menjelaskan untuk diketahui oleh
seluruh masyarakat
3. Memberi pengarahan dan petunjuk kepada anggota kabinet
4. Membantu mengawasi dan menilai kinerja para anggota kabinet dalam melaksanakan program
dan agenda kerja kabinet
5. Melakukan koordinasi dengan lembaga tinggi negara lainnya
6. Mengambil keputusan yang berisikan kebijakan
7. Menandatangani urat keputusan yang berisikan kebijakan

Ternyata hal tersebut tidak bisa mengatasi kekacauan yang berkembang dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai