Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERBANDINGAN LEMBAGA NEGARA SEBELUM DAN


SESUDAH AMANDEMEN UUD 1945

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Hukum Kelembagaan Negara


Dosen Pembimbing
Karyadin, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH:

AYU SRI RAHAYU


NIM : 212017020

FAKULTAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM OKI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah Undang-Undang Dasar (UUD) maupun aturan hukum pada umumnya terdiri dari
suatu bangunan yang sistematik, yang tentu memiliki implikasi secara internal maupun secara
eksternal sesuai dengan realitas ketatanegaraan. Secara internal, UUD itu dituntut untuk
memiliki korelasi atau hubungan antar pasal-pasal, bab-bab dan ayat-ayat yang ada didalamnya.
Sementara secara eksternal, UUD itu harus memiliki hubungan yang positif dengan aturan-aturan
lain yang berada diluarnya.
UUD atau konstitusi negara bukanlah sesuatu yang sakral dan tidak bisa dirubah. Dalam
artian UUD atau konstitusi tetap harus mengikuti perkembangan zaman, yang bisa mengadopsi
semua tuntutan perubahan yang ada. Kesalahan terbesar pada saat pemerintahan orde baru,
ketika menempatkan UUD 1945 pada posisi yang sempurna dan sakral yang sudah tidak
membutuhkan perubahan lagi, bahkan celakanya bagi golongan yang yang ingin melakukan
perubahan akan harus siap berhadapan dan tersingkir dari parlemen.
Arah baru harapan sejarah, pasca tumbangnya pemerintahan orde baru oleh gerakan pro-
demokrasi yang dipelopori oleh mahasiswa, pemuda, dan masyarakat umum menutut untuk
dilakukan perubahan ditubuh UUD 1945. Gerakan itu menamakan dirinya sebagai gerakan
reformasi, gerakan untuk perubahan yang sudah tidak tahan lagi menyaksikan pelanggaran
konstitusi yang dilakukan oleh pemeritahan orde baru. Walhasil dari seluruh bagian-bagian UUD
1945 yang berhasil ditafsirkan oleh orde baru demi menyelamatkan dan mengamankan
kepentingan pribadi dan kelompoknya serta merugikan rakyat berhasil diamandemen, sehingga
dalam kehidupan ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan yang cukup derastis terhadap
lembaga-lembaga negara.
UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia, pasca amandemen pertama dan keempat
yang berlangsung dari tahun 1999 sampai tahun 2002, memiliki perubahan yang signifikan dan
drastis jika dibandingkan dengan sebelum amandemen, sehingga dalam proses amandemen
sebagian pakar hukum tata negara menganggap sebagai pembuatan UUD baru, karena dinilai
terlalu banyak yang dirubah dan ditambah.
Dari adanya UUD 1945 baik sebelum dan sesudah amandemen sehubungan dengan
lembaga-lembaga negara, jika diteropong dari realitas ketatanegaraan akan memiliki implikasi-
implikasi atau konsekwensi berbeda, karena semua masuk dalam suatu sistem yang menjadi
perangkat kesatuan. Implikasi tersebut juga menjadi alat ukur kemapanan berdemokrasi di suatu
negara.

B. Maksud dan Tujuan


Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kelembagaan Negara yang ada di
Fakultas Hukum Universitas Islam OKI, yang kemudian penulisan makalah ini diharapkan dapat
memperkaya ilmu pengetahuan serta dapat dan bisa memeberikan manfaat baik untuk perguruan
tinggi maupun bagi dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. Walaupun tulisan ini tidak dapat
menguraikan secara lengkap dan detail, namun setidaknya apa yang akan Penulis paparkan di
sini dapat memberikan gambaran tentang Perbandingan Lembaga Negara Sebelum dan Sesudah
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

C. Rumusan Masalah
Bagaimana Perbandingan Lembaga Negara Sebelum dan Sesudah Amandemen Undang-Undang
Dasar 1945?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan mempunyai
kekuasaan berdaulat.Setiap negara memiliki sistem politik (political system) yaitu pola
mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan. Sedang kekuasaan adalah hak dan kewenangan serta
tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu. Pengelolaan suatu negara inilah yang disebut
dengan sistem ketatanegaraan.
Sistem ketatanegaraan dipelajari di dalam ilmu politik. Menurut Miriam Budiardjo
(1972), politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu negara yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari negara itu dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Untuk itu, di
suatu negara terdapat kebijakan-kebijakan umum (public polocies) yang menyangkut pengaturan
dan pembagian atau alokasi kekuasaan dan sumber-sumber yang ada.
Di Indonesia pengaturan sistem ketatanegaraan diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945, Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah. Sedangkan kewenangan kekuasaan
berada di tingkat nasional sampai kelompok masyarakat terendah yang meliputi MPR, DPR,
Presiden dan Wakil Presiden, Menteri, MA, MK, BPK, DPA, Gubernur, Bupati/ Walikota,
sampai tingkat RT.
Lembaga-lembaga yang berkuasa ini berfungsi sebagai perwakilan dari suara dan tangan
rakyat, sebab Indonesia menganut sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi, pemilik
kekuasaan tertinggi dalam negara adalah rakyat. Kekuasaan bahkan di idealkan
penyelenggaraannya bersama-sama dengan rakyat.
Pada kurun waktu tahun 1999–2002, Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami
empat kali perubahan (amandemen).Perubahan (amandemen) Undang-Undang Dasar 1945 ini,
telah membawa implikasi terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia. Dengan berubahnya sistem
ketatanegaraan Indonesia, maka berubah pula susunan lembaga-lembaga negara yang ada.

B. Sebelum Amandenen UUD 1945


Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan lembaga
tinggi negara, serta hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-Undang Dasar
merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR
(Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power) kepada 5
Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
Adapun kedudukan dan hubungan antar lembaga tertinggi dan lembaga-lembaga tinggi
negara menurut UUD 1945 sebelum diamandemen, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pembukaan UUD 1945


Bahwa sesungguhnya Kemerdekaaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-
keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka Rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
Rakyat Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 tidak dapat dirubah karena di dalam Pembukaan UUD 1945
terdapat tujuan negara dan pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.Jika Pembukaan UUD
1945 ini dirubah, maka secara otomatis tujuan dan dasar negara pun ikut berubah.
2. MPR
Sebelum amandemen, MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) merupakan lembaga
tertinggi negara yang diberikan kekuasaan tak terbatas. Pada saat itu MPR memiliki wewenang
untuk :

1. Membuat putusan yang tidak dapat ditentang oleh lembaga negara lain, termasuk
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang pelaksanaaanya
dimandatkan kepada Presiden.
2. Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
3. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Presiden mengenai pelaksanaan GBHN.
4. Memberhentikan presiden bila yang bersangkutan melanggar GBHN
5. Mengubah Undang-Undang Dasar.
6. Menetapkan pimpinan majelis yang dipilih dari dan oleh anggota MPR.
7. Memberikan keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah anggota MPR
8. Menetapkan peraturan tata tertib Majelis

3. MA
Sebelum amandemen Undang-undang Dasar 1945, kekuasaan kehakiman dilakukan hanya
oleh mahkamah agung. Lembaga mahkamah agung bersifat mandiri dan tidak boleh diintervensi
atau dipengaruhi oleh cabang kekuasaan lainnya. Wewenang sebelum amandemen:

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi


2. Menguji peraturan perundang-undangan
3. Mengajukan tiga orang hakim konstitusi
4. Memberikan pertimbangan kepada presiden untuk memberikan grasi dan rehabilitasi.

4. BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.Menurut UUD 1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.
Anggota BPK dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah, dan diresmikan oleh Presiden.
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab
tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya
ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
5. DPR
Tugas dan wewenang DPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah memberikan
persetujuan atas RUU [pasal 20 (1)], mengajukan rancangan Undang-Undang [pasal 21 (1)],
Memberikan persetujuan atas PERPU [pasal 22 (2)], dan Memberikan persetujuan atas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara [pasal 23 (1)]. UUD 1945 tidak menyebutkan dengan jelas
bahwa DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran dan pengawasan.
6. Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memiliki kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan. Di Indonesia, presiden menjabat sebagai kepala negara dan juga kepala
pemerintahan. Sebelum amandemen dilakukan Presiden diangkat oleh MPR dan bertanggung
jawab kepada MPR. Selain itu sebelum amandemen juga tidak dijelaskan adanya aturan
mengenai batasan periode jabatan seorang presiden dan mekanisme yang jelas mengenai
pemberhentian presiden dalam masa jabat. Selain itu pada masa sebelum amandemen, Presiden
memiliki hak prerogatif yang besar. Adapun wewenang Presiden antara lain:

1. Memegang posisi dominan sebagai mandatori MPR


2. Memegang kekuasaan eksekutif, kuasaan legislatif dan yudikatif.
3. Mengangkat dan memberhentikan anggota BPK
4. Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang dalam situasi yang
memaksa
5. Menetapkan Peraturan Pemerintah
6. Mengangkat dan memberhentikan meteri-menteri

7. DPA (Dewan Pertimbangan Agung)


DPA memiliki kewajiban untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan Presiden. DPA
juga serta berhak untuk mengajukan usulan kepada pemerintah. Sama Seperti BPK, UUD 1945
tidak banyak menjelaskan tentang DPA.
C. Sesudah Amandemen UUD 1945
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa
Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga
dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan
negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan
sebagai berikut : Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada
di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian
kekuasaan (separation of power) kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan
sejajar, yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah
Agung (MA), dan Mahkamah Konstitusi (MK).

1. MPR
Setelah amandemen, MPR adalah lembaga tinggi negara yang memiliki kedudukan
sejajar dengan lembaga tinggi lainnya. MPR juga kehilangan i wewenang untuk memilih
presiden dan wakilnya. Selain itu diatur juga mengenai sistem keanggotaan MPR yaitu:

1. MPR terdiri atas Anggota DPR dan DPD .


2. Anggota MPR memiliki masa jabat selama 5 tahun.
3. Mengucapkan sumpah atau janji sebelum menjalankan amanat sebagai anggota

MPR Tugas dan Wewenang MPR setelah amandemen:

1. Amandemen dan menetapkan Undang-Undang Dasar


2. Melantik Presiden dan wakil Presiden yang dipilih lewat Pemilu
3. Memutuskan usulan yang diajukan DPR berdasarkan keputusan MK dalam hal
pemberhentian presiden atau wakilnya

MPR diharuskan untuk bersidang paling tidak sekali dalam 5 tahun. Sidang MPR dinyatakan sah
apabila:
1. Untuk memberhentikan Presiden, harus didapat suara setidak dua pertiga dengan
minimum kehadiran anggota dalam sidang sebanyak tiga perempat dari total jumlah
anggota MPR.
2. Dalam mengamandemen dan menetapkan UUD, suara yang dicapai harus dua pertiga
dari total suara MPR
3. Selain sidang-sidang diatas, sekurang-kurangnya mendapatkan suara 50%+1 dari jumlah
anggota MPR.

2. DPR
Pasca dilakukannya perubahan terhadap UUD, DPR semakin diperkuat keberadaannya.
Kini DPR memiliki wewenang untuk membuat Undang-undang. Wewenang ini sebelum
amandemen dimiliki oleh Presiden.
Tugas, wewenang dan fungsi DPR setelah Amandemen:

1. Membentuk undang-undang bersama dengan presiden agar dicapai persetujuan bersama


2. Membahas dan memberikan persetujuan atas peraturan pemerintan pengganti undang-
undang
3. Menerima dan membahas usulan RUU dari DPD mengenai bidang tertentu.
4. Menetapkan APBN bersama dengan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD
5. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN serta kebijakan pemerintah.

Hak-hak DPR:

1. Hak Interpelasi, yaitu hak untuk meminta keterangan kepada pemerintah


2. Hak angket, merupakan hak untuk menyelidiki pelaksanaan UU dan kebijakan yang
dibuat pemerintah
3. Hak imunitas, yaitu hak kekebalan hukum. Anggota DPR tidak bisa dituntut karena
pernyataan atau pertanyaan yang dikemukakan dalam rapat DPR selama hal tersebut
tidak melanggar kode etik
4. Hak menyatakan pendapat, DPR berhak untuk berpendapat mengenai:
1. Pelaksanaan hak angket dan hak interpelasi.
2. Dugaan bahwa Presiden atau wakil persiden melakukan pelanggaran hukum.
3. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentang kejadian luar biasa baik di dalam
maupun luar negeri.

3. DPD
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang dibentuk setelah
amandemen. DPD merupakan langkah untuk mengakomodir kepentingan daerah di tingkat
nasional.
Tugas dan wewenang DPD:

1. Mengajukan RUU pada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah


2. Memberi pertimbangan tentang RUU perpajakan, pendidikan dan keagamaan.
4. BPK
BPK merupakan lembaga tinggi Negara yang memiliki wewenang untuk mengawas serta
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, temuan BPK dilaporkan kepada
DPR dan DPD, kemudian ditindak oleh penegak hukum. BPK berkantor di ibukota negara dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi. DPR memilih anggota BPK dengan pertimbangan DPD.
Barulah setelah itu Anggota baru diresmikan oleh Presiden.
5. Presiden
Setelah amandemen, kini rakyat dapat secara langsung memilih presidennya lewat
pemilihan umum. Presiden juga tidak perlu lagi bertanggung jawab kepada MPR karena posisi
antara MPR dan Presiden kini sama tinggi.
Wewenang Presiden yang berubah setelah amandemen antara lain:

1. Hakim agung dipilih oleh presiden berdasarkan pengajuan KY dan disetujui oleh DPR.
2. Anggota BPK tidak lagi diangkat oleh Presiden, kini presiden hanya meresmikan anggota
BPK, yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
Wewenang yang dimiliki oleh presiden setelah Amandemen diantaranya:
1. Memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD
2. Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL dan AU
3. Melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan RUU bersama DPR
4. Mengesahkan RUU menjadi UU
5. Menetapkan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang dalam sutuasi yang memaksa
6. Menetapkan peraturan pemerintah
7. Mengangkat dan memberhentikan meteri-menteri
8. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan persetujuan DPR
9. Mengangkat duta dan konsul
10. Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR
11. Memberi grasi dan rehabilitasi berdasarkan pertimbangan MA
12. Memberi amnesti dan abolisi berdasar pertimbangan DPR
13. Menetapkan hakim agung yang dicalonkan KY dan disetujui DPR
14. Menetapkan hakim konstitusi yang calonnya diajukan oleh DPR dan MA
15. Mengangkat dan memberhentikan KY dengan persetujuan DPR.

6. Mahkamah Agung
MA merupakan lembaga negara yang memiliki kuasa untuk menyelenggarakan peradilan
bersama-sama dengan MK. MA membawahi badan peradilan dalam wilayah Peradilan Umum,
Peradilan militer, Peradilan Agama, dan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN). Kewajiban dan
wewenang MA:

1. Memiliki fungsi yang berhubungan dengan kuasa kehakiman. Fugsi ini diatur dalam UU
2. Berwenang mengadili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-Undang.
3. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang
4. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
5. Mengajukan anggota Hakim Konstitusi sebanyak 3 orang
7. Mahkamah Konstitusi
Keberadaan MK dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi. Bersama dengan
MA, MK menjadi lembaga tinggi negara yang memegang kuasa kehakiman. Anggota Hakim
Konstitusi ditetapkan oleh Presiden, sedang calonnya diusulkan oleh MA, DPR dan
pemerintah. MK Mempunyai kewenangan:

1. Menguji UU terhadap UUD


2. Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara
3. Memutuskan pembubaran partai politik
4. Memutuskan sengketa yang berhubungan dengann hasil pemilu
5. Memberikan putusan tentang dugaan pelanggaran oleh presiden atau wakilnya.

8. DPA
Keberadaan DPA dihapuskan pada amandemen UUD 1945 yang ke 4.
9. Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon
Hakim Agung. KY merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri. Anggota Komisi Yudisial
terdiri atas 7 orang yaitu, dua orang mantan hakim, dua orang akademisi hukum, dua orang
praktisi hukum, dan satu dari anggota masyarakat. Anggota Komisi Yudisial memegang jabatan
selama masa 5 (lima) tahun.
Wewenang dan tanggung jawab KY:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc MA.


2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, martabat, serta perilaku hakim.
3. Dengan MA, bersama menetapkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH)
4. Menegakkan KEPPH.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Setelah amandemen UUD 1945 banyak perubahan terjadi, baik dalam struktur
ketatanegaraan maupun perundang-undangan di Indonesia.
2. Tata urutan perundang-undangan Indonesia adalah UUD 1945, TAP MPR, UU/
Perpu, PP, Peraturan Presiden dan Perda.
3. Lembaga-lembaga Negara menurut sistem ketatanegaraan Indonesia meliputi: MPR,
Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, dan Komisi Yudisial. Lembaga pemerintahan
yang bersifat khusus meliputi BI, Kejagung, TNI, dan Polri. Lembaga khusus yang
bersifat independen misalnya KPU, KPK, Komnas HAM, dan lain-lain.
4. Kekuasaan tertinggi adalah MPR (sebelum amandemen), kekuasaan tertinggi setelah
amandemen adalah presiden
5. Sebelum amandemen terdapat lembaga yang bernama DPA, stelah amandemen
lembaga tersebut dihilangkan/dihapus
6. Terdapat penambahan lembaga sesudah amandemen, yaitu MK dan KY

Anda mungkin juga menyukai