Anda di halaman 1dari 5

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Pada Periode 1945-1949

Kelompok 1

1. Ahmad Ghozi A. (2)


2. Andin Dhiya R. (6)
3. Chika Embun P. (11)
4. Dhesta Kirana F. (11)
5. Hanif Maulana F.A. (17)
6. Monica Nasywa R.R. (23)
7. Rosinta Fabian (29)

Penerapan demokrasi pada periode belum berjalan dengan baik. Hal yang demikian itu
disebabkan situasi dan kondisi yang belum memungkinkan. Selama periode ini negara
lebih banyak disibukkan dengan upaya-upaya untuk mempertahankan kemerdekaan
dari berbagai kemungkinan serangan yang dilakukan penjajah dalam merongrong
kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan demokrasi baru terbatas pada berfungsinya pers
yang mendukung revolusi kemerdekaan.

Adapun, elemen-elemen demokrasi yang lain belum sepenuhnya terwujud, karena


situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Hal ini dikarenakan pemerintah harus
memusatkan seluruh energinya bersama-sama rakyat untuk mempertahankan
kemerdekaan dan menjaga kedaulatan negara, agar negara kesatuan tetap hidup
(Kemendikbud, 2017: 54).

Sistem pemerintahan yang dikehendaki oleh UUD 1945 adalah presidensial. Akan


tetapi dua bulan setelah penetapan UUD 1945 sebagai hukum dasar negara Indonesia,
sistem pemerintahannya mengalami pergeseran menjadi parlementer.

Pada periode ini kekuasaan pemerintahan cenderung tersentralisasi. Hal yang


demikian itu dikarenakan lembaga-lembaga legislatif seperti Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) ataupun Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) belum dapat dibentuk.

Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 menyebutkan bahwa sebelum lembaga-lembaga


seperti MPR, DPR, atau DPA dibentuk, kekuasaannya dipegang oleh Presiden yang
dibantu oleh komite nasional (KNIP). Inilah yang menyebabkan kekuasaan Presiden
pada saat itu sangat besar.

Oleh karena itu, demi menghindari absolutisme/kemutlakan kekuasaan presiden maka


dilahirkan kebijakan-kebijakan yang memungkinkan pelaksanaan pemerintahan
negara tetap berjalan demokratis. Kebijkan-kebijkan tersebut antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16 Oktober 1945 tentang Perubahan Fungsi
KNIP menjadi Fungsi Parlemen.
2. Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945 mengenai Pembentukan
Partai Politik.
3. Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai Perubahan dari Kabinet
Presidensial ke Kabinet Parlementer (Yuliastuti dkk, 2011:69).

Irawan (2007: 58) menggambaran pada awal kemerdekaan muncul peregeseran


gagasan ketatanegaraan yaitu gagasan pluralisme ke gagasan organisme. Gagasan
pluralisme adalah gagasan yang lebih mengedepankan peranan negara dan peranan
masyarakat dalam ketatanegaraan.

Dengan melihat realita belum memunkingkannya dibentuk lembaga-lembaga yang


dikehendaki oleh UUD 1945 sebagai aparatur demokrasi yang pluralistik,
muncullah gagasan organisme. Gagasan tersebut memberikan legitimasi bagi
tampilnya lembaga MPR, DPR, DPA untuk sementara dilaksanakan Presiden dengan
bantuan Komite Nasional.

Semangat gagasan pluralisme yang sangat dijunjung tinggi oleh elite politik Indonesia


menandai berakhirnya pemusatan kekuasaan yang dimiliki presiden. Semangat
akan gagasan pularisme ini diakomodasi dalam rapat Komite Nasional pada 16
Oktober 1945 yang mengusulkan agar komite diserahahi tanggungjawab legislatif dan
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Berdasarkan rapat komite ini lahirlah Maklumat Pemerintah No. X Tanggal 16


Oktober 1945 tentang Perubahan Fungsi KNIP menjadi Fungsi Parlemen. Maklumat
Pemerintah tersebut memuat diktum yang intinya, sebagai berikut.

1. Komite Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR (hasil pemilihan umum)
diserahi kekuasaan legislatif dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara;
2. Menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat sehari-hari berhubung dengan
gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih diantara
mereka dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat (Irawan, 2007:
59).

Dengan lahirnya maklumat tersebut menegaskan bahwa kekuasaan legislatif dipegang


oleh KNIP. Hal tersebut tentunya tidak lagi sejalan dengan amanah Pasal IV Aturan
Peralihan UUD 1945 yang menugasi KNIP sebagai pembantu presiden. Dengan
adanya maklumat ini berarti pula kekuasaan presiden dalam bidang legislatif
berkurang.   

Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945 tentang Pembentukan Partai Politik


merupakan upaya pemerintah saat itu dalam memberikan kesempatan rakyat
berpartisipasi dalam pemerintahan. Dengan lahirnya maklumat ini, ide untuk
mendirikan partai-partai politik sebagai bentuk pemberian kesempatan partisipatif
rakyat seluas-luasnya melalui sistem multi partai mendapatkan tempat.

Selanjutnya, Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945 mengenai Perubahan


Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer membawa konsekuensi bahwa
sistem pertanggungjawaban Presiden yang semula kepada MPR menjadi Presiden
bersama-sama Menteri-menteri bertanggungjawab kepada parlemen (KNIP).

Berdasarkan maklumat ini berarti sistem pemerintahan yang semula presidensial


mengalami perubahan menjadi sistem pemerintahan parlementer. Presiden tidak lagi
merangkap jabatan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan melainkan hanya
kepala negara saja. Dari pernyataan tersebut sekali lagi kekuasaan presiden
mengalami pengurangan.

Gagasan pluralistik atau demokrasi yang pluralistik terwakili oleh lahirnya Maklumat
Pemerintah Tanggal 14 Nopember 1945. Maklumat tersebut secara mendasar telah
merubah sistem ketatanegaraan kearah pemberian porsi yang besar kepada peranan
rakyat dalam partisipasinya menyusun kebijakan pemerintahan negara (Irawan, 2007:
59).

Kontradiksinya, sistem pemerintahan parlementer membawa konsekuensi bahwa


kekuasaan parlemen akan lebih kuat dibandingkan kekuasaan eksekutif. Ini artinya
jika kekuasaan eksekutifnya lemah akan ada kecenderungan penerapan demokrasi
sulit untuk berkembang.

ini

Sumber: https://www.kompasiana.com/yudhimaryoto/5b0d4f84cf01b43f3b0ceb22/mengenal-
demokrasi-pada-awal-kemerdekaan-1945-1949?page=2
PPKn (Demokrasi Masa Revolusi (1945 1949)

1. 2. Demokrasi Masa Revolusi (1945-1949)  Disebut juga Demokrasi


Parlementer.  Berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan
 Pada tahun tersebut Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda
2. 3. “Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada periode 1945-1949” 
Lama Periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949  Bentuk
Negara : Kesatuan  Bentuk Pemerintahan : Republic  Sistem
Pemerintahan : Presidensial  Konstitusi : UUD 1945  Presiden &
Wapres :  Ir. Soekarno & Mohammad Hatta (18 Agustus 1945 - 19
Desember 1948)  Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI) (19
Desember 1948 - 13 Juli 1949)  Ir. Soekarno & Mohammad Hatta (13
Juli 1949-27 Desember 1949)
3. 4. Ciri-Ciri 1. Partai-partai politik tumbuh dan berkembang dengan cepat
2. Pemilihan umum belum dapat dilaksanakan 3. Pelaksanaan
demokrasi baru terbatas paada interaksi politik di parlemen
4. 5. Sistem pemerintahan negara  Indonesia ialah negara yang
berdasarkan atas hukum dan tidak didasarkan atas kekuasaan belaka.
 Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi, tidak bersifat
absolutisme.  Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR. 
Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di
bawah MPR.  Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, artinya
kedudukan presiden tidak tergantung DPR.  Menteri negara adalah
pembantu presiden dan tidak bertanggung jawab kepada DPR. 
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
5. 6. Pada Periode 1945-1949 Telah Diletakkan Hal-hal Mendasar Bagi
Perkembangan Demokrasi Di Indonesia Pada Masa Selanjutnya: 1.
Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh 2. Presiden yang secara
konstitusional ada kemungkinan bertindak diktaktor, dibatasi
kekuasaannya ketika KNIP terbentuk 3. Maklumat wakil presiden yang
memungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik
6. 7. Komitmen Dalam Mewujudkan Demokrasi Politik Di Indonesia. 
Polittical franchise yang menyeluruh. Para pembentuk negara, sudah
sejak semula, mempunyai komitmen yang sangat besar terhadap
demokrasi.  Presiden yang secara konstitusional memiliki peluang
untuk menjadi seorang diktator, dibatasi kekuasaannya ketika Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dibentuk untuk menggantikan
parlemen.  Dengan maklumat wakil presiden, dimungkinkan
terbentuknya sejumlah partai politik, yang kemudian menjadi peletak
dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk masa-masa
selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik di tanah air.
7. 8. Penyimpangan (Demi Kepentingan NKRI) Terhadap UUD 1945 Yaitu
:  Maklumat Pemerintah no X tanggal 16 Oktober 1945 tentang
perubahan fungsi KNIP (pembantu Pres) menjadi Fungsi parlementer
(legislatif)  Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 mengenai
pembentukan Partai politik (Sebelumnya hanya ada 1 partai yaitu PNI)
 Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 mengenai
perubahan kabinet presidensial menjadi parlementer
8. 9. Bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan 1. Bentuk
Negara Kesatuan Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang
diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah
pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan subnasionalnya hanya
menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat
untuk didelegasikan. Bentuk pemerintahan kesatuan diterapkan oleh
banyak negara di dunia.
9. 10. 2. Bentuk Pemerintahan Republik Dalam pelaksaannya bentuk
pemerintahan republik dapat dibedakan menjadi : a. Republik Absolut
Pemerintahan bersifat diktator tanpa ada pembatasan kekuasaan.
Penguasa mengabaikan konstitusi dan untuk melegitimasi
kekuasaannya digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini,
parlemen memang ada, namun tidak berfungsi.
10. 11. b. Republik Konstitusional Presiden memegang kekuasaan
kepala negara dan kepala pemerintahan. Namun, kekuasaan presiden
dibatasi oleh konstitusi. Di samping itu, pengawasan yang efektif
dilakukan oleh parlemen. c. Republik Parlementer Presiden hanya
sebagai kepala negara. Namun, presiden tidak dapat diganggu-gugat.
Sedangkan kepala pemerintahan berada di tangan perdana menteri
yang bertanggungjawab kepada parlementer. Alam sistem ini,
kekuasaan legislatif lebih tinggi daripada kekuasaan eksekutif.
11. 12. 3. Bentuk Pemerintahan Presidensial Ciri utama sebuah
Negara dengan sistem pemerintahan Presidensial seperti Indonesia
adalah dimana Presiden memiliki dua wajah, yaitu sebagai Kepala
Negara dan juga sebagai Kepala pemerintahan. Sistem Pemerintahan
Presidensial adalah sistem pemerintahan dimana Kepala Pemerintahan
dan Kepala Negara berada di tangan Presiden.

Sumber: https://www.slideshare.net/1412Alfi/ppkn-demokrasi-masa-revolusi-1945-
1949

Anda mungkin juga menyukai