Anda di halaman 1dari 20

Oleh

LUH PUTU SRIDANTI, SH, MH


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Pemerintahan yang berlaku di dunia secara umum dibagi menjadi 3 yaitu

Sistem Pemerintahan Parlementer, Sistem Pemerintahan Presidensial dan Sistem

Pemerintahan Campuran. Indonesia menggunakan Sistem Pemerintahan Presidensial sejak

tanggal 18 Agustus 1945, hal ini dibuktikan oleh Pasal 4 Ayat 1 UUD 1945, Presiden

memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD dan Pasal 17 berisi :

1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri Negara


2. Menteri-Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
3. Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan
4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran Kementrian Negara diatur oleh Undang-
Undang
Tapi pada prakteknya pemerintah pada masa itu banyak mengalami perubahan
dinamika sejarah sistem politik. Indonesia pernah merasakan jaman Demokrasi Parlementer,
era Demokrasi Terpimpin, era Demokrasi Pancasila, hingga Demokrasi Multipartai di era
Reformasi saat ini. Pasang surutnya sistem pemerintahan berpengaruh pada pembangunan
negeri ini. Tanpa kita sadari sistem pemerintahan sangat bepengaruh dalam jalannya
pemerintahan di negeri kita. Oleh sebab itu saya mencoba menggali sedikit penerapan Sistem
Pemerintahan Presidensial pada Masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Dalam pembahasan makalah ini saya mencoba mencari tahu dan membandingkan
Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial pada Masa Orde Lama, Orde Baru dan
Reformasi dan pengaruhnya terhadap pembangunan negeri ini. Kelebihan dan Kekurangan
pemerintahan Indonesia dari Masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi. Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pemerintahan Indonesia yang diberikan oleh
Bapak Drs. H. Darmaji, MH.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pemerintahan Presidensil


Sistem memiliki pengertian sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Setiap Negara memiliki Sistem Pemerintahan. Sistem Pemerintahan dianut oleh suatu Negara
dengan tujuan untuk menjaga kestabilan, pondasi pemerintahan, kekuatan politik, pertahanan,
ekonomi, keamanan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sistem pemerintahan yang
dianut bangsa Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 yaitu Sistem Pemerintahan
Presidensial. Sistem Pemerintahan Presidensial adalah sistem pemerintahan dimana eksekutif
berada di luar pengawasan langsung legislative.
Ciri-ciri Sistem Pemerintahan Presidensial
1. Penyelenggaran negara berada di tangan presiden, presiden adalah kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan
2. Kabinet dibentuk oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden
3. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen alasannya presiden tidak dipilih oleh
parlemen
4. Presiden tidak dapat membubarkan parlemen
5. Presiden memiliki kekuasaan legislative sebagai lembaga perwakilan yang dipilih oleh rakyat
6. Presiden tidak berada langsung dibawa penguasaan parlemen
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial
1. Kedudukan badan eksekutif lebih stabil karena tidak bergantung pada parlemen
2. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu
3. Penyusunan program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya
4. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh
orang luar termasuk anggota parlemen
Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial
1. Kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan langsung legislative
2. Sistem pertanggungjawaban presiden kurang jelas
3. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar menawar antara
eksekutif dan legislative sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu
yang lama
2.2 Masa Orde Lama
Setelah Indonesia merdeka Undang-Undang Dasar 1945 belum dapat diterapkan
karena pada saat itu belum terbentuknya lembaga legislative dan pada masa itu seakan-akan
presiden memiliki kekuasaan di segala bidang.
Presiden memegang kekuasaan pada saat itu meliputi :
1. Presiden adalah pelaksana kedaulatan rakyat
2. Presiden berwewenang menetapkan dan mengubah UUD
3. Presiden melaksanakan kekuasaan pemerintahan
4. Presiden berwenang menetapkan GBHN
5. Presiden berwenang membuat segala bentuk peraturan perundangan
Pada saat itu jabatan-jabatan yang telah ada yaitu :
1. Jabatan Presiden
2. Jabatan Wakil Presiden
3. Menteri Menteri
4. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Pada saat itu Presiden memiliki kekuasaan yang sangat luas sehingga cenderung
bersifat diktator maka terbitlah maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober
1945. Isinya sebagai berikut :
1. KNIP ikut menetapkan GBHN bersama Presiden
2. KNIP bersama Presiden menetapkan UU
3. Karena keadaan yang genting maka BP KNIP menjalankan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab pada KNIP
4. Sejak saat itu BP KNIP tidak boleh ikut campur dalam kebijakan pemerintah sehari hari
5. Dengan dikeluarkannya maklumat tersebut maka kekuasaan Presiden menjadi berkurang
karena beralih sebagian menjadi tugas KNIP yang semula sebagai pembantu presiden
berubah menjadi badan yang berkedudukan sebagai perlemen (Badan Perwakilan Rakyat)
Pada tanggal 17 Agustus 1950-6 Juli 1959 Presiden Soekarno mulai menerapkan
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Sebelum Republik Indonesia Serikat
dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan suatu Negara
Kesatuan. Maka melalui tiga Negara bagian yaitu Negara Republik Indonesia, Negara
Indonesia Timur, dan Negara Sumatra Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara
Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950 sejak saat itu Indonesia menganut sistem
Pemerintahan Parlementer.
Pada tahun 1959 Presiden Soekarno memberikan tugas kepada Konstituante untuk
membuat Undang-Undang Dasar yang baru sesuai dengan amanat UUDS 1950, tetapi belum
dapat terlaksana sehingga Presiden Soekarno menyampaikan konsepsi mengenai Demokrasi
Terpimpin pada DPR hasil pemilu yang berisi ide untuk kembali lagi ke UUD 1945.
Akhirnya Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang salah satu
isinya membubarkan Konstituante, berlakunya UUD 1945 dan dibentuknya MPRS dan
DPAS.
Kekurangan pada Masa Orde Lama Terjadi Perubahan Sistem Pemerintahan dari
Presidensial menjadi Sistem Pemerintahan Parlementer dan kembali lagi ke UUD 1945. Hal
ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan dalam dunia perpolitikan dimana terjadinya
pergantian kabinet hingga 7 kali antara lain :
1. 1950-1951 - Kabinet Natsir
2. 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
3. 1952-1953 - Kabinet Wilopo
4. 1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
5. 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap
6. 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
7. 1957-1959 - Kabinet Djuanda
Kabinet-kabinet di atas dapat dikatakan belum berhasil dalam melaksanakan program
kerjanya karena kabinet-kabinet di atas baru terbentuk belum berapa lama sudah dibubarkan
oleh presiden. Akibat yang dapat dirasakan dari pergantian kabinet dalam waktu yang singkat
menyebabkan masyarakat Indonesia pada saat itu hilang kepercayaan karena program-
program kerja kabinet tidak dapat direalisasikan. Penyimpangan pada masa itu yaitu
Preseiden Soekarno diakui sebagai presiden seumur hidup. Hal ini jelas-jelas bertentangan
dengan UUD 1945. Selain itu kedudukan Presiden seolah-olah lebih tinggi daripada MPR
dan mulai bermunculan gerakan separatis.
Hubungan politik luar negeri Indonesia yaitu Indonesia mengganggap negaranya
paling baik dan paling hebat tanpa membandingkannya dengan Negara tetangga lainnya ini
biasa kita kenal dengan Politik Mercusuar. Indonesia cenderung mengikuti kelompok
NEFO (New Emergining Forces) kelompok Negara-negara baru yang sedang bermunculan
yang berhaluan komunis, Indonesia terlibat konflik dengan Malaysia, dan munculnya politik
poros.
Presiden Soekarno banyak menyumbangkan gagasan-gagasan dalam politik luar
negeri. Mengadakan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 di Bandung. Konferensi
tersebut membuahkan Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
Presiden Soekarno mulai mengalami berbagai penyakit yang dikonsultasikan kepada
dokter China dari Beijing. Ada beberapa kelompok yang diisukan berebutan kekuasaan ketika
itu, kelompok Dewan Jenderal yang akan menggulingkan Presiden Soekarno di satu pihak,
dan kelompok Dewan Revolusi yang setia kepada Presiden Soekarno.
Meningkatnya suhu politik pada tahun 1965, dikaitkan dengan siapa pengganti
Presiden Soekarno kalau yang bersangkutan wafat, karena sejak Indonesia merdeka, hanya
beliau seorang yang menjadi presiden bahkan wakil presiden tidak pernah ditunjuk, dipilih
ataupun diangkat sejak Bung Hatta meninggalkan kabinet.
Hanya dua tokoh yang disebut-sebut sebagai pengganti Presiden Soekarno ketika itu,
yaitu Jendral Abdul haris Nasution dan Letnan Jederal Ahmad Yani, kedua tokoh tersebut
sangat dibenci oleh PKI karena kedua tokoh tersebut dianggap menghalang-halangi PKI
mendekati Soekarno. Puncaknya terjadi pembantaian pada tanggal 30 September 1965 di
Lubang Buaya Jakarta dengan sasaran para jendral yang selama ini paling keras menentang
dipersenjatainya kaum buruh tani.
Jenderal DR. A. H. Nasution luput dari pembunuhan karena yang tertembak adalah
putrinya dan ajudan beliau Letnan Piere Tandean yang disangka adalah beliau. Jenderal-
jendral yang terbunuh antara lain yaitu Ahmad Yani, M. T Haryono, S. Parman, Suprapto, D.
I. Panjaitan, Sutoyo. Kekosongan pimpinan angkatan darat membuat Presiden Soekarno
mengumumkan Jenderal Pranoto untuk memimpin AD, tetapi Soeharto mengumumumkan
dirinya sebagai penguasa keadaan padahal beliau sebagai pemimpin Kostrad. Soeharto
mendapat perintah untuk memusnahkan PKI dan berhasil sehingga Soeharto diangkat
menjadi pejabat presiden. Masa jabatan Presiden Soekarno berakhir pada tanggal 22 Februari
1967.

2.3 Masa Orde Baru


Masa Orde Baru dimulai dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1998. Pada Tahun
1968 MPR resmi melantik Soeharto sebagai Presiden kedua Negara Indonesia dengan masa
jabatan 5 tahun dimana Soeharto menggantikan posisi Presiden Soekarno. Pada prakteknya
Presiden Soeharto dipilih berturut-turut dari tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, 1998.
Pemilihan Presiden pada masa itu tampak sekali tidak demokratis karena yang terpilih ulang
adalah Presiden Soeharto dan Presiden Soeharto berhasil menduduki jabatan sebagai Presiden
Indonesia selama 32 tahun.
Dalam bidang politik Presiden Soeharto mengawali masa jabatannya dengan
mendaftarkan lagi Indonesia sebagai anggota PBB pada tanggal 28 September tahun 1966.
Kelebihan Masa Orde Baru
1. Perkembangan GDP meningkat
2. Sukses transmigrasi
3. Sukses KB
4. Sukses memerangi buta huruf
5. Sukses swasembada pangan
6. Pengangguran minimum
7. Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
8. Sukses Gerakan Wajib Belajar
9. Sukses Gerakan Nasional Orang Tua Asuh
10. Sukses keamanan dalam negeri
11. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia
12. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri
Kekurangan Masa Orde Baru
1. Aspirasi masyarakat kurang didengar
2. Pembagian PAD tidak merata sebesar 70 % dari hasil daerah dikirim ke pusat yaitu Jakarta
sehingga tampak sekali kesenjangan dalam pembangunan yang terjadi di daerah pusat dan
daerah terpencil
3. Adanya diskriminasi terhadap keturunan Tionghoa
4. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
5. Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan,
terutama di Aceh dan Papua
6. Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh
tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
7. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan
si miskin)
8. Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa)
9. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
10. Kebebasan pers sangat terbatas dan diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel
11. Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan antara lain dengan program
"Penembakan Misterius"
12. Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
13. Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal ini
kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur
14. Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang
memperhatikan kesejahteraan anak buah
15. Indikator Keberhasilan Pendidikan pada Masa Orde Baru merupakan kebohongan publik
16. Ekonomi pada Masa Orde Baru yang selalu diagung-agungkan adalah ekonomi yang berdiri
dan berkembang pesat di atas pondasi hutang
17. Dwifungsi ABRI
18. PNS ikut berpolitik
Pada tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang merupakan dampak dari
Krisis Finansial Asia sehingga perekonomian Indonesia hancur salah satu akibatnya adalah
kurs rupiah terjun bebas dari Rp 2.500 sampai Rp 20.000 sehingga terjadi inflasi
menyebabkan investor-investor asing menarik semua sahamnya dan tidak mempercayai
Indonesia sebagai Negara tempat mereka menanamkan sahamnya. Situasi yang sulit yang
melanda bangsa Indonesia mempengaruhi semua bidang dan berakhirlah masa pemerintahan
Presiden Soeharto ditandai dengan demo besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa
(tragedi trisakti). Melihat masyarakat yang memberontak maka presiden Soeharto
mengajukan pemunduran diri sebagai presiden Indonesia pada 21 Mei tahun 1998.

2.4 Masa Reformasi


Setelah berakhirnya masa jabatan Presiden Soeharto maka tampuk pemerintahan
diserahkan kepada Wakil Presiden pada masa itu yaitu B.J Habibie. Sejak kursi pemerintahan
berada di tangan B.J Habibie maka Indonesia memasuki era reformasi dawali dengan agenda
utama mereformasikan seluruh kebijakan pada Orde Baru yang berseberangan dengan nilai-
nilai demokrasi. Pada masa pemerintahan B.J Habibie Indonesia kehilangan Timor-Timur
yang diberikan referendum. Pada tahun 1999 B.J habibie digantikan oleh Kyai Haji
Abdurrahman Wahid yang biasa disapa Gus dur.
Abdurahman Wahid menjabat sebagai Presiden Indonesia keempat pada tahun 1999
sampai dengan tahun 2001. Ada beberapa perubahan pada masa pemerintahan Presiden
Abdurahman Wahid yaitu diakuinya agama konghuchu di Indonesia dan menghapus
diskriminasi terhadap komunitas Tionghoa, perompakan Departemen yaitu dengan
membubarkan Departemen Penerangan yang dianggap beliau penghalang dalam kebebasan
pers. Selain itu Departemen Sosial juga dibubarkan dengan alasan Departemen ini paling
banyak korupsi. Pada Bulan Februari tahun 2000 Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid
meminta Wiranto untuk memundurkan diri dari Menteri Kordinator Bidang Politik dan
Keamanan, alasannya Wiranto dianggap penghalang dalam reformasi militer dan Wiranto
diduga terkait dalam pelanggaran HAM di Timor-Timur. Pada Bulan April tahun 2000
Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid memecat Menteri Negara Perindustrian dan
Perdagangan yaitu Jusuf Kalla dan Menteri Negara BUMN yaitu Laksamana Sukardi. Kedua
Menteri tersebut dipecat dengan tuduhan korupsi. Selain itu ada juga kekurangannya
stabilitas politik dan sosial tidak berjalan dengan baik karena Kyai Haji Abdurrahman Wahid
selaku presiden dengan mudah mencopot jabatan-jabatan di pemerintahan yang beliau
anggap melakukan korupsi dan sebagainya. Sikap beliau pada masa itu banyak dibenci oleh
lawan politiknya. Oleh sebab itu lawan-lawan politiknya mencari celah untuk menjatuhkan
kursi kepemimpinan beliau pada masa itu. Dalam tahun yang sama Presiden Kyai Haji
Abdurrahman Wahid terlibat kasus Bullogate. Gus Dur dituduh menyimpan sumbangan dari
Sultan Brunai dan beliau tak mampu untuk membuktikannya sehingga beliau dicopot dari
jabatannya dan digantikan oleh wakilnya yaitu Megawati.
Presiden Kelima di Indonesia adalah Megawati Soekarno Putri diangkat melalui
Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Presiden Megawati menjabat dari tahun 2001-2004
menggantikan Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid. Tidak terlau banyak perubahan yang
dirasakan pada masa itu.
Pada tahun 2004 diadakan pemilu secara langsung dan yang memperoleh suara
terbanyak adalah Susilo Bambang Yudhoyono yang berasal dari Partai Demokrat. Susilo
Bambang Yudhoyono akrab disapa SBY menggantikan Megawati menjadi Presiden keenam
dan terpilih lagi pada pemilu tahun 2009 dan menjabat sebagai presiden ketujuh sampai tahun
2014.
Kelebihan Masa Reformasi
1. Mulai terjadi banyak pembenahan yaitu dibuatnya Undang-Undang yang mengatur tentang
Anti Monopoli dan persaingan sehat, perubahan undang-Undang Partai Politik, dan yang
paling penting adalah UU Otonomi Daerah yang mampu menahan gejolak disintegrasi yang
telah diwarisi pada masa Orde Baru
2. Pada Masa Pemerintahan Kyai Haji Abdurrahman Wahid Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi
hari libur nasional, mengakui agama Konghucu, memperjuangkan kebebasan berekspresi,
persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia mulai ditegakkan
3. Pemilihan Umum secara langsung dipelopori oleh Megawati, rakyat dapat memilih presiden
tanpa harus melewati mekanisme DPR-MPR
4. Mulai banyak partai politik yang berkembang
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
6. Memberantas korupsi
7. Meningkatkan kualitas hidup sosial dengan cara menutup situs porno yang merusak moral
bangsa khususnya bagi generasi muda
8. Meningkatkan kualitas pendidikan secara bertahap buktinya merubah kurikulum yang
berlaku pada Masa Orde Lama dan Orde disertai dengan Biaya Operasional Sekolah (BOS)
yang bertujuan untuk meringankan beban orang tua dalam biaya sekolah
9. Demokrasi telah dilaksanakan dengan baik
10. Masyarakat dan pers bebas untuk mengekspresikan dirinya
11. Masyarakat melalui DPR ikut mengawasi jalannya pemeritahan
Kekurangan Masa Reformasi
1. Pada Masa Pemerintahan Presiden B.J Habibie memperbolehkan referendum di Provinsi
Timor-Timur sehingga menyebabkan Timor-Timur lepas dari Indonesia
2. Pada Masa Pemerintahan Kyai Haji Abdurrahman Wahid kompromistis dalam menghadapi
gerakan separatis. Beliau membiarkan bintang kejora OPM dikibarkan di tanah pertiwi ini.
3. Kebebasan yang dimiliki masyarakat cenderung dimanfaatkan oleh oknum-oknum politik
untuk mengganggu stabilitas politik misalnya banyaknya teroris yang mengganggu
ketentraman masyarakat di Indonesia

2.5 Perbedaan Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Orde Lama, Masa Orde
Baru dan Masa Reformasi
Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Orde Lama
1. Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-
Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan
memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950,
badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional
head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan
Soekarno sebagai Ayah dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan
terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi
Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu
absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang
kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
Dalam Bidang Politik Soekarno mengumumkan Manipol USDEK, Manipol adalah
Manivesto Politik sedangkan USDEK adalah singkatan dari Undang-Undang Dasar 1945,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kesejahteraan Rakyat.
Partai politik yang berkembang pada jaman itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai
Komunis Indonesia (PKI), Partai Agama diambil alih oleh Nahdlatul Ulama (NU), PSII dan
lain-lain. Partai politik memiliki peranan yang kecil. Masa Orde Lama terlihat sekali peranan
pengaruh dan peranan presiden dalam segala bidang.
Demokrasi Terpimpin memiliki dua belas definisi yaitu Demokrasi yang mendasari
sistem pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu kekuasaan
sentral di tangan satu orang, tiap-tiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan
umum masyarakat, bangsa dan Negara. Semua orang Indonesia dinyatakan berhak untuk
mendapatkan penghidupan yang layak dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Ajaran
Presiden Soekarno pada masa itu yang amat kental adalah Nasakom (Nasional, Agama,
Komunis). Dalam menghayati Hidup Pancasila diperas menjadi Trisila dan diperas lagi
menjadi Ekasila.
Dalam Bidang Ekonomi terjadi perubahan sistem ekonomi dari ekonomi liberal
menjadi ekonomi komando. Ekonomi pada Masa Orde Lama terasa kurang berkembang
karena pemerintah pada masa itu sibuk dengan urusan politik. Tetapi masa itu Bung Hatta
telah mengenalkan koperasi sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi yang
berfungsi membantu masyarakat pada jaman itu.
Dalam Bidang Pendidikan Masa Orde Lama pemerintah Orde Lama mulai
mendirikan Perguruan Tinggi yang sekarang menjadi Perguaruan Tinggi ternama seperti
Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB)
dan UNAIR. Perguruan Tinggi tersebut tersebar di seluruh Pulau Jawa. Keterbatasan sarana
dan prasarana serta kurangnya tenaga pengajar di provinsi di luar Pulau Jawa menyebabkan
kemerosotan pendidikan mulai terjadi.
Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Orde Baru
Masa Orde Baru merupakan masa yang terkenal dengan Pembangunan Nasional yang
begitu pesat. Masa Orde Baru terfokus dengan penerapan Pancasila dalam segala bidang.
Pendidikan Pancasila sangat diperhatikan dan dijungjung tinggi.
Demokrasi Pancasila (1965-1998)
Masa Orde Baru ditandai oleh dominannya peranan ABRI sehingga terjadi dwifungsi
ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan
fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik,
masa mengambang, monolitisasi ideologi negara dan inkorporasi lembaga non pemerintah.
Pada masa Orde Baru partai politik kurang berkembang, masyarakat hanya mengenal partai
Golkar, PDI dan PPP.
Dalam Bidang Ekonomi pada Masa Orde Baru tampak berkembang sangat pesat
dibanding Masa Orde Lama. Masa Orde Baru Presiden Soeharto memiliki rancangan yang
bagus dalam pembangunan nasional. Pada masa itu masyarakat tidak merasa sulit dalam
memenuhi kebutuhan pangan karena harga bahan-bahan sembako yang terjangkau dan
adanya swasembada pangan. Indonesia juga mendapat gelar Macan Asia .
Dalam Bidang Pendidikan Masa Orde Baru khususnya pendidikan dasar begitu
signifikan dengan adanya INPRES Pendidikan Dasar. Tetapi dalam prakteknya sebagaian
besar pelajar pada masa itu dapat dikatakan kaget dengan sistem yang dapat dikatakan itu
cukup tinggi pada masa itu dan disertai kurangnya tenaga didik yang berkualitas sehingga
pendidikan pada masa itu dijadikan kebohongan publik karena banyak sekolah-sekolah yang
meluluskan murid-muridnya. Ironisnya kemajuan pendidikan pada masa itu dijadikan
indikator pembangunan.
Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Reformasi
Masa Reformasi ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei
1998 dari kursi kepresidenan. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR.
Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi
kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya Reformasi yang
mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
Indonesia.
Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena dalam fase ini akan
ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun. Masa Reformasi merupakan masa
transisi, dapat kita lihat penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial pada masa itu mulai
bangkit dengan tumbuhnya proses demokrasi. Asas Sentralisasi berubah menjadi asas
Desentralisasi, dimana penyerahan kekuasaan dari pusat ke daerah. Dengan adanya
penyerahan kekuasaan dari pusat ke daerah hal ini membawa dampak positif yaitu
pembangunan di daerah akan lebih terfokus.
Pemerintahan Prof. DR. Ir. Ing. B.J Habibie tidak berlangsung lama dimulai tanggal
21 Mei 1998 dan berakhir pada tanggal 20 Oktober 1999. Beliau hanya menjalankan
kepemimpinan transisi dan tidak mau dipilih lagi pada pemilihan Presiden berikutnya.
Perubahan yang dilakukan Presiden B.J Habibie adalah membangun pemerintahan yang
transparan dan dialogis. Beliau membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol
kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi. Gaya kepemimpinan Presiden B.J Habibie
adalah ramah dan supel di kalangan media massa.
Prof. DR. Ir. Ing B.J Habibie kemudian digantikan oleh Kyai Haji Abdurrahman
Wahid yang lebih terkenal dengan nama Gus Dur. Pada Masa pemerintahan Gus Dur sistem
politik lebih demokratis, lebih menghargai HAM, menghargai perbedaan agama, suku, ras
dan adat. Masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid berlangsung dari tahun 1999
sampai dengan 2001 dan digantikan dengan wakil presidennya yaitu Megawati Soekarno
Putri. Pada tahun 2004 diadakan pemilu secara langsung dan yang memperoleh suara
terbanyak adalah Susilo Bambang Yudhoyono sehingga Susilo Bambang Yudhoyono resmi
dilantik sebagai presiden Republik Indonesia keenam menggantikan Megawati Soekarno
Putri. Pada tahun 2009 diadakan pemilu dan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dipercaya
masyarakat unuk menjabat sebagai presiden ketujuh bangsa Indonesia untuk periode 2009-
2014.
Pada masa Reformasi dalam bidang politik mulai banyak terjadi pembenahan
strukrutur pemerintahan (reformasi birokrasi), mulai banyak bermunculan partai politik baru
dan PNS (abdi negara) dilarang untuk ikut berpolitik.
Dalam Bidang Ekonomi terjadi banyak pembenahan dan sekarang Indonesia sedang
bersaing dengan ekonomi global. Dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
memberikan alternative bagi masyarakat yang kurang mampu dengan program BLT (Bantuan
Langsung Tunai) agar mempermudah masyararakat yang kurang mampu dalam membiayai
kehidupan ekonomi.
Dalam Bidang Pendidikan tertuang pada pasal 31 ayat 4 UUD 1945 hasil amandemen
menyebutkan: Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen
dari Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional.
Anggaran pendidikan nasional pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid
mencapai presentase yang tinggi (22,5 %). Setelah Abdurrahman Wahid lengser dari kursi
kepresidenan dan posisinya digantikan oleh Megawati, presentase anggaran pendidikan kian
menurun. Pada tahun 2003, pemerintahannya mengucurkan 5,7 % dari total pendapatan
nasional dan daerah. Sedangkan sisanya dianggarkan untuk keperluan lain yang menurut
pemerintah lebih urgent. Misalnya pembelian dua buah pesawat perang Rusia.
Pergantian pemerintahan dari Megawati ke Susilo Bambang Yudoyono belum
membawa angin segar dalam pernaikan kondisi rakyat Indonesia. Tahun 2005 Susilo
Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla menaikkan harga BBM sebanyak dua kali. Ironinya,
kenaikan harga BB mini diapologikan untuk disubsidikan pada sektor pendidikan dan
kesehatan. Padahal tahun 2005 pemerintah hanya menganggarkan 7,4 % dari APBN untuk
pendidikan dan pada tahun 2006 pemerintah menganggarkan 8,1 % untuk pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Pemerintahan yang dianut oleh tiap Negara berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
oleh keadaan bangsa dan negaranya. Sistem Pemerintahan pada suatu Negara tertuang pada
Konstitusinya. Sistem Pemerintahan Presidensial yang dianut oleh bangsa Indonesia
tercantum dalam UUD 1945. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945
Sebelum Diamandemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)
2. Sistem Konstitusional
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah Majelis
Permusyawaratan Rakyat
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggungjawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia
menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini
dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Ciri
dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga
kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut
dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat.
Karena itu tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan
yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan
seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang
kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik
dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan
sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih
banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional
atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan
bahwa konstitusi negara itu berisi :
1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif
2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan
atau amandemen atas UUD 1945 dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi
yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik
dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak
empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah
diamandemen itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintahan Indonesia sekarang ini.
Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah diamandemen.
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen
keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945
dengan beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang
baru. Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya
Pemilu 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara terbagi
dalam beberapa provinsi
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Untuk masa jabatan
2004-2009, presiden dan wakil presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu
paket
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki
kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan
parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang
ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di
Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi DPR tetap
memiliki kekuasaan megawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak
budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan
Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama.
Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral,
mekanisme cheks and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen
untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran. Penerapan Sistem Pemerintahan
Presidensial belum berjalan dengan baik pada Masa Orde Lama, Masa Orde Baru dan pada
Masa Reformasi mulai terjadi pembenahan hingga kini.
Pada Dasarnya manusia diciptakan tidak ada yang sama. Manusia adalah pribadi yang
unik dan semua manusia memiliki bakat dan kharisma untuk menjadi pemimpin tetapi yang
membedakannya adalah kadarnya. Pemimpin di negeri kita memiliki gaya dan corak sendiri
dalam menjalankan roda pemerintahannya hal ini dipengaruhi pola pikir masing-masing
pemimpin. Dengan sifat dasar manusia selalu ingin berubah menjadi lebih baik. Sifat inilah
yang menjadi salah satu faktor bagi pemimpin kita untuk mengarahkan seluruh
masyarakatnya menuju kehidupan yang lebih baik. Namun dalam prakteknya tidak dapat
berjalan dengan mulus tetapi melaui banyak sekali rintangan. Dari pemaparan di atas dapat
kita bandingkan Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial pada Masa Orde Lama, Orde
Baru dan Reformasi.
Pada Masa Orde Lama tampak sekali terjadinya transisi dimana Sistem Pemerintahan
Presidensial berubah menjadi Sistem Pemerintahan Parlementer dan kembali lagi menjadi
Sistem Pemerintahan Presidensial dimana sistem ekonominya pun ikut berubah dari sistem
ekonomi liberal menjadi sistem ekonomi komando. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi
parlementer pada tahun 1945-1959 dan demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1965. Dapat
kita simpulkan bahwa kepemimpinan Presiden Soekarno pada masa itu cenderung fokus
untuk menerapkan sistem pemerintahan yang dianggap beliau terbaik dan sesuai dengan
masyarakat Indonesia. Sehingga pemerintahan pada masa itu dapat dikatakan belum begitu
maju sebab pemerintah hanya berkutak masalah politik tanpa memperhatikan aspek-aspek
lain yang mendukung dalam jalannya pembangunan di Indonesia.
Pada Masa Orde Baru Sistem Pemerintahan Presidensial belum berjalan sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Banyak juga terjadi penyimpangan, tetapi pembangunan
pada masa itu amat pesat khususnya dalam bidang ekonomi. Semua pembangunan pada masa
itu tampak begitu maju walau terjadi kesenjangan pembangunan di pemerintah pusat dan
daerah. Jika kita amati pembangunan pada masa itu terkesan terlalu pesat tanpa diimbangi
dengan kualitas sumber daya manusia yang baik sehingga dapat dikatakan pembangunan
pada masa itu hanya dirasakan dan dinikmati oleh kroni-kroni Presiden Soeharto sebab KKN
merajalela dan menjadi salah satu faktor hancurnya perekonomian Indonesia pada masa itu
dan dampaknya dirasakan hingga kini. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi Pancasila.
Awal Masa Reformasi diawali dengan amandemen UUD 1945 yang dilakukan
sebanyak 4 kali dimulai dari tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Pada Masa Reformasi saat
ini kita sendiri dapat melihat dan merasakan Sistem Pemerintahan Presidensial telah
dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemerintah telah melakukan banyak
kebijakan dalam segala bidang tetapi dalam prakteknya belum sesuai dengan harapan
masyarakat. Hal ini disebabkan karena kualitas sumber daya manusia dan sikap serta mental
masyarakat dalam mengikuti atau sadar akan aturan masih jauh dari harapan.
Pada Masa Reformasi pelaksana sistem pemerintahan demokrasi pancasila diterapkan
sesuai dengan asas demokrasi yang berlandaskan Pancasila dengan prinsip-prinsip kedaulatan
rakyat, kesamaan politik, konsultasi rakyat, dan suara mayoritas dari rakyat. Pemerintah
memberikan gerak kepada partai politik dan DPR untuk mengawasi jalannya roda
pemerintahan secara kritis. Dapat kita simpulkan penerapan Sistem Pemerintahan
Presidensial Masa Reformasi masih dalam proses perbaikan dan kita sebagai generasi
penerus bangsa ikut ambil bagian dalam menegakkan Sistem Pemerintahan Presidensial dan
menjaga agar sistem pemerintahan Indonesia tetap berada di jalurnya.

3.2 Saran
Kita sebagai masyarakat yang kritis tidak dilarang untuk membandingkan penerapan
Sistem Pemerintahan dari Masa Orde Lama hingga Masa Reformasi, tetapi kita jangan terlalu
fokus hanya untuk membandingkan. Perbandingan tersebut untuk menjadi pedoman kita
dalam pelaksanaan praktek pembangunan pemerintahan Indonesia ke depannya agar lebih
baik karena kita sebagai calon aparatur pemerintahan. Jangan hanya terfokus untuk
membandingkan Sistem Pemerintahan Indonesia tanpa ada partisipasi secara aktif dalam
upaya menjaga agar Sistem Pemerintahan Indonesia tetap berada di jalurnya.
DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Miftah. 200. Ilmu Administrasi Publik. Penerbit : Jakarta


Syafiie, Inu Kencana. 2010, Ilmu Politik, Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai