Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DALAM PELAKSANAAN

PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG

OLEH :
AULIA FAJRIN
B012 21 2011

STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Identifikasi Masalah................................................................5
C. Metode Penulisan...................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................6


A. Konsep Good Governance.....................................................6
B. Teori Pelayanan Publik...........................................................7
C. Tinjauan Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.......9

BAB III PEMBAHASAN......................................................................12


1. Penerapan asas keterbukaan, profesionalitas, dan efektivitas
dalam penyelenggaraan pemerintahan pada kabupaten
soppeng dalam hal pelayanan publik...................................12
2. faktor penghambat penerapan asas keterbukaan,
profesionalitas, dan efektivitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan pada kabupaten soppeng dalam hal
pelayanan publik...................................................................15

BAB IV PENUTUP...............................................................................17

A. Kesimpulan...........................................................................17
B. Saran.....................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................20

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang


baik, bersih dan berwibawa, dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang
sangat luas dan kompleks dalam upaya mensejahterakan rakyat.
Pemikiran tentang kesejahteraan rakyat sebenarnya sudah ada sejak
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia
antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.1 Dengan berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peranserta masyarakat.
Pada dasarnya penyelenggaraan pemerintahan mengemban tiga
fungsi hakiki, yaitu pelayanan (service), pemberdayaan
(empowerment), dan pembangunan (development). Jadi selain
melaksanakan pembangunan, pemerintah juga memberikan pelayanan
publik. Perizinan mempunyai peranan vital, karena selain sebagai
sumber PAD, perizinan juga sebagai instrumen perlindungan hukum
atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan. izin merupakan
suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau
peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari
ketentuan-ketentuan larangan perundangan”. Izin dalam arti luas

1
Alenia Ke 4 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

1
berarti persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-
undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan
tertentu yang secara umum dilarang.2

Di sisi lain, birokrasi atau Penyelenggara negara mempunyai


peranan yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan negara
untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur sebagaimana yang termaktub dalam Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disingkat UUD
1945). Penyelenggara negara adalah pejabat negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain
yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peran pemerintah
selaku penyelenggara negara pada negara kesejahteraan sangat
sentral karena diberi tugas untuk menyelenggarakan kesejahteraan
rakyat. Oleh karena itu, kepada pemerintah diberikan kewenangan
untuk turut campur dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat.
Dengan kewajiban tersebut yang dibebankan di pundak pemerintah,
pemerintah dituntut untuk terlibat secara aktif dalam dinamika
kehidupan masyarakat.3

Mewujudkan penyelenggara negara yang mampu menjalankan


fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung
jawab perlu adanya asasasas umum penyelenggaraan negara agar
dapat tercipta tata kelola pemerintahan yang baik. Penyelenggara
negara yang bersih merupakan penyelenggara negara yang menaati
asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), serta perbuatan tercela lainnya.
Apabila penyelenggara negara bertindak bebas tanpa harus terikat
2
Lalu Dhedi Kusmana, Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam Penerbitan
Izin Di Kabupaten Lombok Timur, Jurnal Kajian Hukum dan Ius Vol I.Nomor 3 Tahun 2013, hlm.
576.
3
Agustin Widjiastuti, Peran AAUPB Dalam Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Yang
Bersih Dan Bebas Dari KKN, Jurnal Perspektif, Volume 22. Nomor 22 Tahun 2017, hlm. 116.

2
secara sepenuhnya kepada undang-undang maka akan membuka
peluang bagi penyalahgunaan kewenangan. Penyalahgunaan
kewenangan akan membuka kemungkinan benturan kepentingan
antara penyelenggara negara dengan rakyat yang merasa dirugikan
akibat penyalahgunaan kewenangan tersebut. Sehingga di dalam
penyelenggaraan negara membutuhkan adanya pembatasan
kekuasaan pemerintah atau negara dengan tujuan untuk memberikan
perlindungan terhadap hak-hak individu. Tidak ada kekuasaan negara
yang boleh dibiarkan bebas tanpa adanya pembatasan dan
pengawasan. Sehingga diperlukan adanya berbagai macam cara,
prosedur, asas, atau sistem yang dikembangkan dalam berbagai
sistem ketatanegaraan. Sistem pembatasan kekuasaan, asas legalitas,
mekanisme hak uji materi, ataupun peradilan administrasi negara
merupakan contoh berbagai asas, sistem atau prosedur pembatasan
kekuasaan negara yang dimaksud. Untuk menilai apakah tindakan
pemerintah sejalan dengan asas negara hukum atau tidak, dapat
menggunakan asas-asas umum pemerintahan yang baik. 4

Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada


pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah, pemerintah harus
berpedoman pada asas atau prinsip umum penyelenggaraan
pemerintahan, karena wilayah Negara Republik Indonesia sangat luas
serta penduduk beragam sehingga pemerintahan yang baik
dilaksanakan secara seragam untuk wilayah Negara Republik
Indonesia. Tindakan pemerintah mengeluarkan keputusan tata usaha
negara yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat, asas-asas
pemerintahan yang baik menjadi suatu alasan gugatan. Asas-asas
pemerintahan yang baik merupakan sendi dalam mewujudkan
pemerintah yang baik negara Indonesia berdasarkan atas hukum, oleh
karena itu setiap tindakan penyelenggraan pemerintahan berdasarkan
atau mempedomani peraturan perundangan yang berlaku atau segala
4
Ibid.,.

3
tindakan pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum. Prinsip dari asas ini dalam rumusan peraturan yang
diwujudkan dari cita-cita hukum (rechtssidee).

Berdasarkan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah
propinsi dan kabupaten/kota terdiri atas kepala daerah dan DPRD
dibantu oleh perangkat daerah. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas-
asas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang diatur pada Pasal
58 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, yang terdiri atas5:

1. Kepastian hukum;
2. Tertib penyelenggara negara;
3. Kepentingan umum;
4. Keterbukaan;
5. Proporsionalitas;
6. Profesionalitas;
7. Akuntabiltas;
8. Efisiensi;
9. Efektivitas;
10. Keadilan;
Berdasarkan dari beberapa asas yang ada diatas penulis fokus untuk
mengkaji terkait asas keterbukaan, profesionalitas, dan efektivitas
dalam penyelenggaraan pemerintahan pada pemerintah daerah
kabupaten soppeng terkait pelayanan publik.

Kabupaten soppeng merupakan salah satu kabupaten yang


termasuk dalam wilayah provinsi sulawesi selatan yang biasa disebut
dengan kota kalong. Kabupaten soppeng dulunya hanya sebuah
kabupaten yang belum diketahui banyak orang dan sampai saat ini
5
Lihat Pasal 58 Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

4
soppeng selain terkenal dengan sebutan kota kalong dan permandian
air panas lejjanya juga sudah dikenal dengan wisata taman kotanya
yang menawarkan suatu pemandangan yang indah disore hari. Disini
penulis ingin mengkaji terkait asas yang disebutkan sebelumnya dan
mengaitkan dengan pelayanan publik di kabupaten soppeng.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana penerapan asas keterbukaan, profesionalitas, dan


efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan pada kabupaten
soppeng dalam hal pelayanan publik?
2. Apa faktor penghambat penerapan asas keterbukaan,
profesionalitas, dan efektivitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan pada kabupaten soppeng dalam hal pelayanan
publik?

C. Metode Penulisan

Permasalahan yang telah dirumuskan diatas akan dijawab


dengan menggunakan pendekatan normatif-empiris. Normatif
(hukum dilihat sebagai norma atau das sollen), karena dalam
membahas permasalahan penelitian ini menggunakan bahan-
bahan hukum yakni dengan meninjau Peraturan Perundang-
undangan. Empiris (hukum sebagai kenyataan social, kultural atau
das sein). Penelitian normatif-empiris merupakan penelitian yang
mengaitkan hukum dengan perilaku nyata manusia. Perumusan
sederhana ini dapat dijadikan pegangan, artinya sampai sejauh
mana hukum benar-benar berlaku didalam kenyataan pergaulan
masyarakat.6

BAB II

6
Soerjono Soekanto, 1983, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, Hlm. 32.

5
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Good Governance

Good Governance merupakan proses penyelenggaraan


kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan
government sedangkan praktik terbaiknya di sebut Good
Governance (Kepemerintahan yang baik), wujud dari good
governance adalah komitmen semua pihak yaitu pemerinyah
dan masyarakat.7

Masyrakat menginginkan agar pemerintah memberikan


pelayanan yang, diikuti oleh perkembangan kemampuan dan
kekuatan birokrat yang kuat, kuat dalam arti memiliki kekuasaan
dibidang pelayanannya dan kemampuan masing-masing,
sehingga pada akhirnya akan diikuti perubahan mental
masyarakat pengguna layanan birokrat tadi dengan kepatuhan
terhadap peraturan dan hukum yang telah ditetapkan, serta
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang baik.

Demikian akan terjadi simbiosis mutualistik diantara


penyelenggara pemerintah dan masyarakat, maka akan tercipta
produktifitas semua bidang atas dampak positif kinerja aparatur
pemerintah tadi, dari segi fungsional good governance dapat
ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif
dan efisien dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan
atau justru sebaliknya dimana pemerinytahan tidak berfungsi. 8

Governance adalah suatu proses tentang pengurusan,


pengelolaan, pengarahan, pembinaan, penyelenggaraan,
apabila dalam suatu proses kepemerintahan melaksanakan

7
Sedermayanti, Good Governance kepemerintahan yang baik, (Bandung, Mandar Maju, 2012),
hlm.2.
8
Ibid.,

6
unsur-unsur tersebut dengan baik, maka baru dikatakan
sebagai kepemrintahan yang baik (Good Governance). Secara
konseptual, Good Governance mengandung dua pemahaman
yaitu:

1. Nilai yang mengandung tinggi keinginan rakyat, dan nilai-


nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam
mencapai tujuan.
2. Sesuatu sistem yang dirancang dari pemerintah yang
efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk
mencapai tujuan tersebut.
B. Teori Pelayanan Publik
Pelayanan publik pada dasarnya tidak bisa terlepas dari
masyarakat, masyarakat yang terdiri dari sekolompok orang atau
manusia selalu membutuhkan pelayanan, meskipun pelayanan
publik tidak bisa terlepas pada adminisitrasi yang diatur oleh
Negara. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.9
Secara etimologis, pelayanan berasal dari kata layan yang
berarti membantu menyiapkan/mengurus apa-apa yang diperlukan
seseorang, kemudian pelayanan dapat diartikan sebagai aktivitas
yang diberikan untuk membantu, menyiapkan dan mengurus baik
itu berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada pihak lain. 10
Pelayanan publik memiliki beragam pengertian menurut para
ahli, menurut Mahmudi, pelayanan publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan

9
Nina Rahmayanty, Manajemen Pelayanan Prima, (Yogyakarta, Graha Ilmu , 2013) hlm. 85.
10
Poerwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta, Balai Pustaka, 1999)
hlm.571.

7
ketentuan peraturan perundang-undangan.11 Sedangkan menurut
Moenir, pelayanan publik adalah Kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha
memenuhi kepentingan orang lain sesuai denga haknya. 12
Sampara Lukman menyatakan bahwa pelayanan adalah
setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak
terikat suatu produk secara fisik yang terjadi interaksi fisik dalam
interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin
secara fisik yang menyediakan kepuasan pelanggan. 13
Dari perspektif hukum, pelayanan publik dapat dilihat
sebagai suatu kewajiban yang diberikan oleh konstitusi atau
peraturan perundang-undangan kepada pemerintah untuk
memenuhi hak-hak dasar warga negara atau atau penduduknya
atas suatu pelayanan.14
Pengertian pelayanan publik menurut undang-undang no.25
tahun 2009 tentang pelayanan publik:
“Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan adminstratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik”15

Sesuai dengan uraian di atas Pelayanan Publik merupakan


suatu kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh suatu organisasi
pemerintahan maupun swasta dan ditujukan kepada publik atau
masyarakat luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
C. Tinjauan Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
11
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi. Kedua, Sekolah Tinggi Ilmu YKPN,
Yogyakarta, hlm. 22.
12
Moenir, H.A.S. 2006, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 26
13
Sampara Lukman, 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta, STIA LAN Press, hlm.8
14
Sirajuddin, 2012, Hukum Pelayanan Publik, Malang, Setara Press, hlm. 12
15
Lihat Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

8
Pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah,
pemerintah daerah berpedoman pada asas peneyelenggaraan
pemerintahan negara yang terdiri dari: 16

a. Kepastian hukum
Yang dimaksud dengan kepastian hukum adalah asas
dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggara negara.

b. Tertib Penyelenggara Negara


Yang dimaksud di maksud dengan tertib penyelenggara
negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian
penyelenggara negara.

c. Kepentingan Umum
Yang dimaksud dengan kepentingan umum adalah asas
yang mendahulukan kesejahtraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
d. Keterbukaan
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah asas
yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatiakn perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.

e. Proporsionalitas
Yang dimaksud dengan proporsionalitas adalah asas
yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara.
16
Lihat Penjelasan Pasal 58 Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah.

9
f. Profesionalitas
Yang dimaksud dengan asas profesionalitas adalah asas
yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Akuntabilitas
Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Efisiensi
Yang dimaksud dengan asas efisiensi adalah asas yang
berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber daya
dalam penyelenggaraan negara untuk mencapai hasil kerja
yang terbaik.

i. Efektivitas
Yang dimaksud dengan asas efektivitas adalah asas
yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya
guna.

j. Keadilan
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa
setiap tindakan dalam penyelenggaraan negara harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara.

Dari sepuluh asas yang disebutkan diatas penulis akan fokus


mengkaji asas keterbukaan, profesionalitas, dan efektifitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan kabupaten soppeng terkait dengan
pelayanan publik.

10
D.

11
BAB III

PEMBAHASAN

1. Penerapan asas keterbukaan, profesionalitas, dan efektivitas


dalam penyelenggaraan pemerintahan pada kabupaten
soppeng dalam hal pelayanan publik
Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan.17

Dari perspektif hukum, pelayanan publik dapat dilihat sebagai


suatu kewajiban yang diberikan oleh konstitusi atau peraturan
perundang-undangan kepada pemerintah untuk memenuhi hak-hak
dasar warga negara atau atau penduduknya atas suatu
pelayanan.18

Pengertian pelayanan publik menurut undang-undang no.25


tahun 2009 tentang pelayanan publik:

“Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan


dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan adminstratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik” 19

Terkait dengan penerapan asas penyelenggaraan pemerintahan


negara dalam hal pelayanan publik ketiga asas yang dibahas ini
sangat penting karena sangat berhubungan dengan pelayanan
publik.

a. Keterbukaan
17
Nina Rahmayanty, Op.Cit. hlm. 85.
18
Sirajuddin, 2012, Op.Cit, hlm. 12.
19
Lihat Undang-undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

12
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatiakn
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia
negara.

Terkait dengan asas keterbukaan ini berdasarkan dari hasil


wawancara yang penulis lakukan terhadap warga masyarakat
yang menyatakan bahwa20:

“Terkait dengan keterbukaan pelayanan publik pemerintah


masih kurang terbuka dengan masyarakat, karena ada
beberapa informasi yang seharusnya kami tau akan tetapi tidak
diberitahukan, kami baru tau ketika kita pergi kekantor untuk
mengurus administrasi terkait kepentingan kami”
Terkait dengan pernyataan diatas jika kita lihat apa yang
telah di cita-citakan dalam asas penyelenggaraan
pemerintahan negara terkait dengan asas keterbukaan masih
belum diterapkan dengan baik karena jika melihat pengertian
dari asas keterbukaan yang dimana garis besarnya pemerintah
harus membuka diri terhadap masyarakat.

Dalam hal pelaksanaan asas keterbukaan bapak Ady


Setiady menambahkan21:

“Terkait dengan keterbukaan, kami dari pemerintah


kabupaten soppeng masih mengupayakan untuk terbuka
kepada masyarakat agar bisa melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan negara dengan baik, dengan cara memeberikan
informasi melalui sosial media, surat kabar, dan
pengunguman.”

20
Wawancara kepada bapak Hendra Hasyim warga masyarakat kabupaten soppeng.
21
Wawancara kepada bapak Ady Setiady Kepala Bagian Umum Kantor Pemerintah Kabupaten
Soppeng.

13
b. Profesionalitas
Yang dimaksud dengan asas profesionalitas adalah asas
yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terkait dengan penerapan asas profesionalitas


berdasarkan dari hasil wawancara dari warga masyarakat
menyatakan bahwa22:

“Terkait dengan penerapan asas profesionalitas masih


ada beberapa sumber daya yang ditempatkan yang bukan
pada bidang keahliannya hanya langsung ditempatkan
sesuai dengan kebutuhan instansi padahal jika ingin
melakukan pelayanan dengan baik alangkah baiknya
ditempatkan sesuai dengan keahliannya, sehingga sampai
saat ini dalam pencapaian pelayanan kepada masyarakat
masih belum bisa efektif.”
Berdasarkan dari keterangan diatas, dapat kita katakan
terkaiat dengan prosfesionalitas masih belum terlakasana
dengan efektif dikarenakan masih ada penempatan sumber
daya manusia yang ditempatkan bukan pada bidang
keahliannya, sedangkan garis besar dari penjelasan Pasal
58 Undang-undang nomor 23 tahun 2014 yang
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terkait dengan profesional bapak Mustakim,


menambahkan23:

Terkait dengan keprofesionalan, memang kami akui


masih ada beberapa tempat yang masih kami utamakan
kebutuhan sumber daya manusianya bukan terkait dengan
keahliannya, agar kami dapat melaksakan penyelenggaraan
pemerintahan dengan efektif

22
Wawancara kepada bapak Sabri warga masyarakat kabupaten soppeng.
23
Wawancara dengan bapak Mustakim staf bagian umum pemerintah kabupaten soppeng.

14
c. Efektivitas
Yang dimaksud dengan asas efektivitas adalah asas
yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya
guna.

Terkait dengan asas efektivitas berdasarkan dari hasil


wawancara dengan bapak Ady Setiady24:

“Terkait dengan efektivitas kami berusaha semaksimal


mungkin untuk mewjudkan suatu penyelenggaraan
pemerintahan yang efektif, dengan melakukan inovasi-
inovasi baru yang diterapkan dalam pemerintahan daerah”
Berdasarkan dari hasil wawancara diatas dapat
dikatakan bahwa terkait dengan asas efektivitas sudah
diupayakan oleh pemerintah kabupaten soppeng, dengan
membuat invoasi-inovasi baru yang diterapkan dalam
pelaksanaan penyelenggara pemerintahan daerah.

2. Faktor penghambat penerapan asas keterbukaan,


profesionalitas, dan efektivitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan pada kabupaten soppeng dalam hal pelayanan
publik
Sumber daya Manusia juga menjadi pendukung atau
penghambat dalam penerapan asas penyelenggaraan
pemerintahan negara, hal ini sangat penting bahkan tidak dapat
dilepaskan dari sebuah instansi, dan sumber daya manusia juga
merupakan kunci yang menentukan perkembangan dalam sebuah
instansi.

Berdasarkan dari hasil wawancara kepada masyarakat


menyatakan bahwa25:

24
Wawancara dengan bapak Ady Setiady Kepala Bagian Umum Pemerintah kabupaten Soppeng.
25
Wawancara kepada bapak hendra hasyim warga masyarakat kabupaten soppeng.

15
Terkait dengan penghambat dapat kita lihat yang paling
utama adalah masalah sumber daya manusianya yang masih
belum profesional dalam melayani masyarakat
Berdasarkan dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa
penghambat penerapan asas penyelenggaraan pemerintahan ini
yang paling utama adalah sumber daya manusianya yang dimana
masih dinilai belum profesional sehingga menghambat beberapa
asas yang mestinya diterapkan dalam penyelenggaraan negara.

Kemudian bapak mustakim menambahkan terkait


penghambat26:

Selain dengan kekurangan sumber daya manusia kami juga


masih terbatas terkait dengan sarana dan prasarana, misalnya
komputer, printer, dll sehingga kami masih lumayan sulit untuk
melaksakan pelayanan dengan baik kepada masyarakat.
Selain dari sumber daya manusia dapat kita lihat dari
keterangan diatas bahwa faktor lain yang menjadi hambatan adalah
sarana dan prasarana pada instansi, perlengkapan setiap instansi
masih terbilang kurang dalam hal penunjang kegiatan organisasi
yang dimana kelengkapan seperti sarana dan prasarana harus
lengkap guna untuk mencapai tujuan oragnisasi yang efektif dan
tepat sasaran.

26
Wawancara kepada bapak Mustakim staf bagian Umum Pemerintah kabupaten soppeng.

16
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan pada BAB III, maka dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan asas keterbukaan, profesionalitas, dan efektivitas dalam


penyelenggaraan pemerintahan pada kabupaten soppeng dalam
hal pelayanan publik
Terkait dengan penerapan asas keterbukaan, profesionalitas,
dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan pada
kabupaten soppeng dalam hal pelayanan publik dapat kita
simpulkan bahwa masih belum terlaksana dengan baik dikarenakan
masih ada yang belum diterapkan dengan semourna.
Terkait dengan asas keterbukaan masih belum dilaksanakan
dengan baik karena jika melihat pengertian dari asas keterbukaan
yang dimana garis besarnya pemerintah harus membuka diri
terhadap masyarakat sedangkan dari keterangan masyarakat
pemerintah dalam hal ini belum terbuka dengan baik terhadap
masyarakat.
Terkait dengan asas Profesionalitas juga masih belum terlaksana
dengan baik dikarenakan masih banyak sumber daya manusia
yang ditempatkan pada instansi yang bukan bidang keahliannya,
sedangkan yang dicitakan dalam asas profesionalitas ini adalah
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Terkait dengan asas efektivitas saat ini sudah berjalan namun
masih diupayakan karena pemerintah kabupaten soppeng saat ini
masih berusaha untuk mencapai visi misi yang telah di cita-citakan
sejak awal rezim pemerintahan.

17
2. Faktor penghambat penerapan asas keterbukaan, profesionalitas,
dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan pada
kabupaten soppeng dalam hal pelayanan publik
Terkait dengan faktor penghambat dalam penerapan asas
keterbukaan, profesionalitas, dan efektivitas adalah penghambat
penerapan asas penyelenggaraan pemerintahan ini yang paling
utama adalah sumber daya manusianya yang dimana masih dinilai
belum profesional sehingga menghambat beberapa asas yang
mestinya diterapkan dalam penyelenggaraan negara.
Selain dari sumber daya manusia dapat kita lihat dari keterangan
diatas bahwa faktor lain yang menjadi hambatan adalah sarana
dan prasarana pada instansi, perlengkapan setiap instansi masih
terbilang kurang dalam hal penunjang kegiatan organisasi yang
dimana kelengkapan seperti sarana dan prasarana harus lengkap
guna untuk mencapai tujuan oragnisasi yang efektif dan tepat
sasaran.

B. SARAN
Berdasarkan dari hasil dan kesimpulan dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Diharapkan pemerintah kabupaten soppeng terbuka dalam
memberikan informasi terhadap masyarakat dengan melalui
beberapa media seperti sosial media yang dimana pada era
sekarang ini sangat mudah diakses oleh warga masyarakat dari
semua kalangan agar dapat memenuhi hak dari masyarakat itu
sendiri, dan diharapkan juga kepada pemerintah agar
menempatkan sumber daya manusia sesuai dengan bidang
keahliannya agar dapat menjalankan pemerintahan yang efisien
dan efektif, serta mewujudkan pemerintahan yang menerapkan

18
prinsip good governance agar dapat menerapkan asas efektif
dalam asas penyelenggaraan pemerintahan negara.
2. Diharapkan pemerintah kabupaten soppeng agar meningkatkan
soft skill dan hardskill dari sumber daya manusia dan membuat
budaya yang dimana dapat membuat sumber daya manusia
yang disiplin dan bertanggung jawab, serta melengkapi sarana
dan prasarana pada setiap instansi pelayan publik agar dapat
menjalankan pemerintahan secara efektif dan tepat sasaran.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Edisi. Kedua, Sekolah
Tinggi Ilmu YKPN, Yogyakarta

Moenir, H.A.S. 2006, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi


Aksara, Jakarta

Nina Rahmayanty, Manajemen Pelayanan Prima, (Yogyakarta, Graha


Ilmu , 2013

Poerwadarminta, W. J. S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta,


Balai Pustaka, 1999)

Sampara Lukman, 2000, Manajemen Kualitas Pelayanan, Jakarta, STIA


LAN Press

Sedermayanti, Good Governance kepemerintahan yang baik, (Bandung,


Mandar Maju, 2012

Sirajuddin, 2012, Hukum Pelayanan Publik, Malang, Setara Press

Soerjono Soekanto, 1983, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka


Cipta

Jurnal

Agustin Widjiastuti, Peran AAUPB Dalam Mewujudkan Penyelenggaraan


Pemerintahan Yang Bersih Dan Bebas Dari KKN, Jurnal
Perspektif, Volume 22. Nomor 22 Tahun 2017

Lalu Dhedi Kusmana, Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang


Baik Dalam Penerbitan Izin Di Kabupaten Lombok Timur,
Jurnal Kajian Hukum dan Ius Vol I.Nomor 3 Tahun 2013

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

20

Anda mungkin juga menyukai