Anda di halaman 1dari 51

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

“ASAS-ASAS UMUM
PEMERINTAHAN YANG BAIK”

H. SYAMSUL RIJAL, SH., MH


Penyelenggaraan Pemerintahan yang
Baik (Good Governance)
 Dengan kemajuan masyarakat dan meningkatnya permasalahan, birokrasi
cenderung terus semakin besar. Akibatnya timbul masalah birokrasi yang makin
lama makin serius, termasuk beban negara menjadi terus bertambah berat.
 Diperparah dengan datangnya era globalisasi, yang menimbulkan masalah besar,
yang harus diatasi agar kepentingan nasional tidak dirugikan, di lain pihak
menimbulkan pula peluang yang perlu dimanfaatkan untuk kemajuan dan
kepentingan nasional. Namun hal itu tidak mungkin mampu dihadapi dan
ditanggulangi lagi oleh pemerintah sendiri.
 Good Governance berasal dari istilah governance dikenal sekitar awal decade 90-
an yang merupakan paradigma baru dalam administrasi Negara.
 Banyak cendikiawan kontemporer dibidang administrasi Negara menggunakan istilah
governance sebagai pengganti istilah administrasi Negara. Mereka menilai administrasi Negara
modern abad XX sebagai administrasi Negara tradisional atau lama dan membandingkan dengan
teori baru yang mereka sebut governance tersebut.
 Governance diartikan sebagai proses pengambilan keputusan dan proses diimplementasikan atau
tidak diimplementasikannya keputusan tersebut.
 Good Governance bisa tercapai apabila terdapat hubungan yang sinergis diantara Negara, Sektor
Swasta dan Masyarakat.
Hubungan tersebut dicirikan oleh adanya :
1. Partisipasi; bahwa setiap warganegara baik langsung maupun melalui perwakilan, mempunyai
suara dalam pembuatan keputusan dalam pemerintahan,
2. Aturan hukum (rule of law); kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama untuk hak asasi manusia,
3. Transparansi yang dibangun atas dasar kebebasan arus informasi; informasi dapat diperoleh
oleh mereka yang membutuhkan serta dapat dipahami dan dimonitor,
4. Ketanggapan (responsiveness); yang berarti bahwa berbagai lembaga dan prosedur-prosedur
harus berupaya untuk melayani setiap stakeholder dengan baik; aspiratif,
5. Orientasi pada consensus; Governance yang baik menjadi perantara kepentingan-kepentingan
yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas,
6. Kesetaraan (equity); semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk
meningkatkan atau mempertahankan kesejahteraannya, dan
7. Efektifitas dan efisiensi; penggunaan sumber-sumber secara berhasil guna dan berdaya guna
Asas-asas pemerintahan yang baik dapat dilihat dari 2 golongan, yaitu :

 Golongan I dilihat dari Proses/Prosedurnya, dimana dalam pembuatan keputusan


dan kebijakan harus memperhatikan:
1. Pejabat yang mengeluarkan kebijakan/keputusan tidak boleh mempunyai
kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung terhadap
kebijakan/keputusan yang dikeluarkannya,
2. Kebijakan/keputusan yang dibuat tidak boleh merugikan atau mengurangi hak-
hak warganegara. Kebijakan/keputusan tersebut harus tetap membela
kepentingan rakyat, dan
3. Antara Konsiderans (pertimbangan/motifasi) dengan diktum/penetapan
keputusan tersebut harus sesuai dan didasarkan pada fakta-fakta yang dapat
dipertangungjawabkan.
 Golongan II dilihat dari kebenaran fakta-fakta, yaitu :
1. Asas larangan kesewenang-wenangan
 Kesewenang-wenangan ini bisa timbul apabila perbuatan pejabat atau keputusan yang dibuatnya
tidak mempertimbangkan semua faktor yang relevan dengan perbuatan pejabat atau keputusan
yang bersangkutan secara lengkap dan wajar.
 Salah satu ciri dari pejabat yang sewenang-wenang adalah tidak mau dikritik, sulit untuk
mendapat masukan/pendapat.
2. Asas larangan penyalahgunaan wewenang atau larangan detournement de pouvoir.
 Penyalahgunaan wewenang terjadi bilamana wewenang digunakan untuk tujuan yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan maksud dari wewenang itu diberikan atau ditentukan
undang-undang.
3. Asas Kepastian Hukum
 Asas kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, keputusan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Negara.
4. Asas Kepentingan Umum
 Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan kolektif.
5. Asas Keterbukaan
 Keterbukaan adalah membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur, dan tidak diskriminatif terhadap penyelenggara Negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara.
6. Asas Proporsionalitas
 Proporsionalitas adalah mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara
Negara.
7. Asas Profesionalitas
 Asas Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Asas Akuntabilitas
 Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan asas akuntabilitas membutuhkan prinsip-prinsip,
seperti ;
a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staff instansi untuk melakukan pengelolaan
pelaksanaan misi agar akuntabel,
b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara
konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,
d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh, dan
e. Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen
instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan
penyusunan laporan akuntabilitas.
ASAS-ASAS UMUM
PEMERINTAHAN YANG BAIK
A. Fungsi dan Arti Penting AAUPB
(AAUPB)
Awal mula : hanya sebagai sarana perlindungan
hukum dan dijadikan sebagai instrumen untuk
peningkatan perlindungan hukum
Selain itu : sebagai dasar pertimbangan dalam
peradilan dan upaya administrasi dan sebagai
norma hukum tidak tertulis bagi tindakan
pemerintahan.
 Dalam perkembangannya :
 Bagi administrasi negara bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penafsiran dan
penerapan terhadap ketentuan perundang-undangan yang bersifat sumir, samar atau tidak jelas.
Selain itu, untuk membatasi dan menghindari kemungkinan administrasi negara mempergunakan
freies ermesson yang jauh menyimpang dari undang-undang;
 Bagi warga masyarakat : sebagai pencari keadilan, AAUPB dapat dipergunakan sebagai dasar
gugatan
 sebagaimana disebutkan dalam pasal 53 UU No. 5/1986 jo. UU No.9/2004;
 Bagi hakim TUN, dapat dipergunakan sebagai alat menguji dan membatalkan keputusan yang
dikeluarkan oleh badan/pejabat TUN;
 AAUPB juga berguna bagi badan legislatif dalam merancang suatu UU.
B. Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik di Indonesia
 Pada mulanya di indonesia belum diakui secara yuridis formal sehingga belum memiliki
kekuatan hukum formal
 Ketika pembahasan RUU No.5/1986 di DPR, fraksi ABRI mengusulkan agar asas-asas
tersebut dimasukkan sebagai salah satu alasan gugatan terhadap keputusan badan/pejabat
TUN akan tetapi tidak diterima oleh pemerintah dengan alasan dalam praktek
ketatanegaraan kita maupun dalam HAN belum mempunyai kriteri tentang Algemene
Beginselen van Behoorlijk Bestuur (Ismael Saleh, Menteri Kehakiman pada saat itu).
 Asas-asas tersebut dapat diterima di Indonesia karena memiliki sandaran dalam pasal 14
ayat (1) UU No.14/1970 tentang Kekuasaan Pokok Kehakiman (Pengadilan tidak boleh
menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih
bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya”. Kemudian dalam pasal 27 ayat (1) UU No.14/1970 ditegaskan “Hakim
sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum yang hidup dalam masyarakat”.
 Dalam perkembangannya : dimuat dalam UU No.28/1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) (pasal 3) :
 Asas kepastian hukum : asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara;
 Asas tertib penyelenggara negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara
 Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif dan selektif
 Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminasi tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara
 Asas proporsionalitas, yitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
penyelenggara Negara
 Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
 Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil karya dari
kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Dalam perkembangan berikutnya, UU No.9/2004 dalam pasal 53 ayat (2) point a : “Keputusan TUN
yang digugat itu bertentangan dengan dengan AAUPB”, dan dalam Penjelasannya disebutkan : “Yang
dimaksud dengan AAUPB adalah meliputi asas :
 Kepastian hukum
 Tertib penyelenggara negara
 Keterbukaan
 Proporsionalitas
 Profesionalitas, dan
 Akuntabilitas
 Dalam UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah juga diatur tentang AAUPB, sebagaimana dalam
pasal 20 ayat (1) : “Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada Asas Umum Penyelenggara
Negara, yang terdiri dari : asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggara negara, asas kepentingan
umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas akuntabilitas, asas efisiensi, dan asas efektifitas.
 Nampak ada 2 tambahan, yaitu asas efisiensi dan asas efektifitas.
C. Pembagian AAUPB

 Berkenaan dengan Ketetapan, AAUPB terbagi dalam 2 bagian, yaitu :


1. Asas yang bersifat formal (prosedural);
2. Asas yang bersifat material (substansial)
 Dibedakan : penting untuk perlindungan hukum
 Asas formal : berkenaan dengan prosedur yang harus dipenuhi dalam setiap
pembuatan ketetapan (asas kecermatan dan asas permainan yang layak).
 Asas yang bersifat material : dititikberatkan pada isi dari keputusan pemerintah
(asas kepastian hukum, asas persamaan, asas larangan sewenang-wenang, asas
penyalah gunaan kewenangan).
D. Macam-macam AAUPB :

. Asas Kepastian Hukum


a

 Memiliki 2 aspek, yaitu aspek material


(terkait dengan asas kepercayaan) dan
aspek formal (ketetapan yang memberatkan
dan ketentuan yang terkait pada ketetapan-
ketetapan yang menguntungkan harus
disusun dengan kata-kata yang jelas).
b. Asas Keseimbangan

 Menghendaki adanya keseimbangan antara hukuman jabatan dan kelalaian atau kealpaan seorang
pegawai
 Menghendaki kriteria yang jelas mengenai jenis-jenis atau kualifiksi pelanggaran atau kealpaan
yang dilakukan seseorang sehingga memudahkan penerapannya pada setiap kasus yang ada dan
perlakuan yang sama untuk kepastian hukum
Contoh : pasal 6 PP No.30/1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai, ditentukan sebagai berikut :
1) Hukuman disiplin ringan berupa :
a) Teguran lisan;
b) Teguran tertulis
c) Pernyataan tidak puas secara tertulis
2) Hukuman disiplin sedang berupa :
d) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 tahun;
e) Penurunan gaji yang besarnya satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun;
c. Asas Kesamaan dalam Mengambil Keputusan

 Asas ini menghendaki agar badan pemerintahan mengambil tindakan yang sama
(dalam arti tidak bertentangan) atas kasus-kasus yang faktanya sama yang berlaku
bagi setiap orang (melalui kebijaksanaan).
 Pemerintah dapat menerapkan KTUN yang pernah dikeluarkan pada kasus yang
faktanya sama.
 Terkesan kabur bila dikaitkan dengan pendapat van Vollenhoven, bahwa “Sifat
tindakan pemerintahan itu kasuistis, artinya suatu peristiwa tertentu tidak berlaku
tindakan yang sama terhadap peristiwa lainnya.
d. Asas Bertindak Cermat atau Asas Kecermatan

Menghendaki agar pemerintah atau administrasi bertindak cermat dalam melakukan berbagai aktifitas
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi warga negara.
Contoh :
 Putusan PTUN Medan No.70/G/1992/PTUN-Medan mengenai gugatan para Penggugat terhadap surat
pembebasan tugas oleh Kepala Kantor Urusan Agama. Dalam Fundamentum Petendinya disebutkan :
“bahwa tergugat tidak meneliti dengan seksama tentang hasil pengaduan tersebut”. PTUN menyimpulkan
bahwa dihubungkan dengan AAUPB (asas kecermatan), maka jelas bahwa SK tergugat telah menyimpang
dari asas tersebut.
 Putusan PTUN Medan No. 65/G/1992/PTUN-Medan mengenai gugatan seorang purnawirawan ABRI
berhadapan dengan Kepala Kantor BPN Kabupaten. Penggugat mendalilkan bahwa tanpa sepengetahuan
Penggugat, Tergugat telah mengeluarkan sertifikat atas nama AWN, padahal tanah itu milik Penggugat.
Dalam hal ini, Hakim PTUN mempertimbangkan bahwa tergugat telah melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan asas kecermatan dan kurang hati-hati.
 Putusan PTUN Palembang No.16/PTUN/G/PLG/1991 mengenai gugatan seorang pegawai Universitas
Bengkulu terhadap Rektor yang telah memutasikan dirinya dari jabatan tanpa dibuktikan kesalahanya dulu.
Tindakan Rektor dipersalahkan karena dalam keputusannya melanggar asas kecermatan formal.
e. Asas Motivasi untuk Setiap
Keputusan
Menghendaki setiap keputusan badan-badan pemerintahan harus mempunyai
motivasi atau alasan yang cukup sebagai dasar dalam menerbitkan keputusan dan
sedapat mungkin alasan atau motivasi itu tercantum dalam keputusan.
 Dapat dibedakan dalam 3 sub varian, yaitu :
1. Syarat bahwa ketetapan harus diberi alasan
2. Ketetapan harus memiliki dasar fakta yang teguh
3. Pemberian alasan harus cukup dapat mendukung.
f. Asas tidak Mencampuradukkan Kewenangan

 Setiap pejabat pemerintah memiliki wewenang yang diberikan oleh peraturan


perundang-undangan yang berlaku atau berdasarkan pada asas legalitas.
 Kewenangan pemerintah secara umum mencakup 3 hal, yaitu : kewenangan segi
materiil, kewenangan segi wilayah, dan waktu.
 Didalam UU No.5/1986 terdapat 2 jenis penyimpangan penggunaan wewenang,
yaitu penyalahgunaan wewenang (detournement de pouvoir) dan sewenang-
wenang (willekeur), pasal 53 ayat (2) huruf b dan c.
g. Asas permainan yang layak (fair
play)
 Menghendaki agar warga negara diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mencari kebenaran dan keadilan serta diberi kesempatan untuk membela diri
dengan memberikan argumentasi sebelum dijatuhkannya putusan administrasi.
 Menekankan pentingnya kejujuran dan keterbukaan dalam proses penyelesaian
sengketa TUN.
 Terbukti adanya instansi Banding.
h. Asas Keadilan dan Kewajaran

 Menghendaki agar setiap tindakan badan atau pejabat administrasi negara selalu
memperhatikan aspek keadilan dan kewajaran.
 Asas keadilan : menuntut tindakan secara proporsional, sesuai, seimbang dan
selaras dengan hak setiap orang
 Asas kewajaran : menekankan agar setiap aktivitas pemerintah memperhatikan
nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat, baik itu berkaitan dengan agama,
moral, adat istiadat, maupun nilai-nilai lainnya.
i. Asas Kepercayaan Menanggapi Pengharapan yang Wajar
 Asas ini menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah harus menimbulkan
harapan-harapan bagi warga negara.
 Jika suatu harapan sudah terlanjur diberikan kepada warga negara, tidak boleh ditarik kembali
meskipun tidak menguntungkan bagi pemerintah
j. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal
 Berkaitan dengan pegawai yang dipecat dari pekerjaannya dengan suatu ketetapan (beschikking).
Seorang pegawai yang dipecat karena diduga telah melakukan kejahatan, tetapi setelah dilakukan
proses pemeriksaan di pengadilan terbukti tidak bersalah, maka harus dikembalikan pada
pekerjaan
k. Asas Perlindungan atas Pandangan atau cara hidup pribadi
 Menghendaki agar pemerintah melindungi hak atas kehidupan pribadi setiap pegawai negeri dan
tentunya juga hak kehidupan pribadi setiap warga negara (HAM).
l. Asas Kebijaksanaan
 pemerintah dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya diberi kebebasan dan keleluasaan untuk
menerapkan kebijaksanaan tanpa harus terpaku pada peraturan perundang-undangan formal-----
tidak bisa mengikuti perkembangan jaman.
m. Asas Penyelenggaraan kepentingan umum
 Menghendaki agar pemerintah dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan kepentingan
umum, yakni kepentingan yang mencakup semua aspek kehidupan orang banyak.
UU 30/2014
Administrasi Pemerintahan
Drs. Yanuar Ahmad, MPA
Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Sistem Kelembagaan
dan Tata Laksana
Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana
Kementerian PAN dan RB
Kulon Progo, 11 Nopember 2015
Pendayagunaan Aparatur Negara

1 Kelembagaan 2 Kepegawaian

4 Pengawasan 3 Ketatalaksanaan
Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana
dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan
oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan
FONDASI HUKUM REFORMASI BIROKRASI

REFORMASI
BIROKRASI

5
URGENSI
UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Latar Belakang Tujuan
a. pelayanan birokrasi yang baik, a. menciptakan tertib penyelenggaraan
efisien, efektif, dan berpihak pada administrasi pemerintahan;
kepentingan masyarakat. b. menciptakan kepastian hukum;
c. mencegah terjadinya penyalahgunaan
b. tindakan dan keputusan pejabat wewenang;
administrasi pemerintahan harus d. menjamin akuntabilitas badan
berdasarkan pada hukum dan dan/atau pejabat pemerintahan;
peraturan perundang-undangan. e. memberikan perlindungan hukum
kepada warga masyarakat dan aparatur
c. kelemahan administrasi pemerintahan;
pemerintahan (birokrasi) yang f. melaksanakan ketentuan peraturan
belum menerapkan prinsip-prinsip perundang-undangan dan menerapkan
tata pemerintahan yang baik. asas-asas umum pemerintahan yang
baik; dan
g. memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada masyarakat.
LINGKUP UU AP

Badan
/ Warga
Pejab Masya
at rakat
Pemer
intaha
n Pihak
lain yg
terkait

peningkatan kualitas
penyelenggaraan pemerintahan
GAGASAN PENTING UU AP DALAM UPAYA
MENDORONG PELAKSANAAN RB

Hubungan Antar Instansi Pemerintah


1 Hubungan sinergis antar institusi Pemerintah dalam
penyelenggaraan administrasi pemerintahan.

2
Kejelasan Tanggung Jawab Terhadap Kewenangan
3 Kewenangan pejabat berupa kewenangan atributif,
delegatif, dan mandat.
GAGASAN PENTING UU AP DALAM UPAYA
MENDORONG PELAKSANAAN RB - 2

Prosedur Administrasi Pemerintahan


4 Tata cara penerbitan keputusan atau tindakan
Pemerintah.

5 Keputusan Administrasi Pemerintahan


Syarat sah keputusan dan batas-batas diskresi.

Upaya Administratif Terhadap Keputusan


Administrasi Pemerintahan
6 Upaya administratif yang dilakukan terhadap Keputusan
Administrasi Pemerintahan.
SUBSTANSI PENGATURAN
UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

A KEWAJIBAN MENERAPKAN ASAS UMUM


PEMERINTAHAN YANG BAIK (AUPB)

B KEWENANGAN PEMERINTAH
C DISKRESI
LARANGAN PENYALAHGUNAAN
D WEWENANG
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI
E PEMERINTAHAN
SUBSTANSI PENGATURAN
UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN - 2

F PROSEDUR ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN

G KEPUTUSAN ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN

H UPAYA ADMINISTRATIF

I PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN


ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

J SANKSI ADMINISTRATIF
Kedaulatan berada di UUD 1945 ps.1 ayat (3)
tangan rakyat dan
dilaksanakan
menurut Undang-Undang Negara Indonesia
Dasar adalah Negara Hukum

Administrasi Sistem
Penyelenggaraan
Pemerintahan Pemerintahan
• Upaya
keberatan
• Upaya banding
Keputusan
dan/atau
Tindakan Upaya
APIP Administrasi Administratif
Pemerintahan

Pejabat Warga
• Atribusi Pemerintahan AUPB Masyarakat
• Delegasi
• Mandat
Pemerintah Masyarakat

Jabatan Kewenangan Pelayanan Publik


UU
AS
Pejabat Penggunaan Tuntutan dan
N Kewenangan Harapan
JPT
Pengambilan Hak dan
Keputusan Kewajiban
JF
Tindakan Adm
JA Mendahulukan
• Diskresi Peran dari
• Sengketa Kewenangan Wewenang
• Konflik Kepentingan • Pengaduan
• Pelaporan
• Sanksi
SUMBER KEWENANGAN

ATRIBUSI DELEGASI MANDAT

pemberian pelimpahan pelimpahan


Kewenangan kepada Kewenangan dari Kewenangan dari
Badan dan/atau Badan dan/atau Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan Pejabat Pemerintahan Pejabat Pemerintahan
oleh Undang-Undang yang lebih tinggi yang lebih tinggi
Dasar Negara Republik kepada Badan kepada Badan
Indonesia Tahun 1945 dan/atau Pejabat dan/atau Pejabat
atau Undang-Undang Pemerintahan yang Pemerintahan yang
lebih rendah dengan lebih rendah dengan
tanggung jawab dan tanggung jawab dan
tanggung gugat tanggung gugat tetap
beralih sepenuhnya berada pada pemberi
kepada penerima mandat.
delegasi
DISKRESI
Diskresi adalah Keputusan dan/atau
Tindakan yang ditetapkan dan/atau
dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk
mengatasi persoalan konkret yang dihadapi
dalam penyelenggaraan pemerintahan
dalam hal peraturan perundang-undangan
yang memberikan pilihan, tidak mengatur,
tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau
adanya stagnasi pemerintahan
PENGGUNAAN DISKRESI

Melampaui Wewenang Mencampuradukkan Tindakan


Wewenang Sewenang-Wenang
a. bertindak melampaui
batas waktu berlakunya a. menggunakan dikeluarkan oleh
Wewenang yang Diskresi tidak sesuai pejabat yang tidak
diberikan oleh
ketentuan peraturan
dengan tujuan berwenang
perundang-undangan; Wewenang yang
b. bertindak melampaui diberikan;
batas wilayah b. tidak sesuai dengan
berlakunya Wewenang ketentuan Pasal 26,
yang diberikan oleh Pasal 27, dan Pasal
ketentuan peraturan 28; dan/atau
perundang-undangan;
c. bertentangan
dan/atau
c. tidak sesuai dengan
dengan AUPB
ketentuan Pasal 26,
Pasal 27, dan Pasal 28.

Tidak Sah Dapat Dibatalkan Tidak Sah


IZIN, DISPENSASI, DAN KONSESI
IZIN:
• diterbitkan persetujuan sebelum kegiatan dilaksanakan; dan
• kegiatan yang memerlukan perhatian dan/atau memenuhi ketentuan khusus.
DISPENSASI:
• diterbitkan sebelum kegiatan dilaksanakan;
• merupakan kegiatan pengecualian terhadap suatu larangan atau perintah.
KONSENSI:
• diterbitkan sebelum kegiatan dilaksanakan;
• diperoleh dari kesepakatan Badan/Pejabat pemerintahan dgn swasta;
• merupakan kegiatan yang memerlukan perhatian khusus.

(Pasal 39)
LARANGAN PENYALAHGUNAAN KEWENANGAN

• melampaui masa jabatan atau batas waktu


berlakunya wewenang;
Larangan Melampaui • melampaui batas wilayah berlakunya
Wewenang wewenang; atau
• bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
• menggunakan di luar substansi atau materi
wewenang yang diberikan; atau
Larangan Mencampur- • bertentangan dengan tujuan wewenang
adukan Wewenang diberikan;
• bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.

• Apabila Keputusan dan/atau Tindakan yang


Larangan Bertindak dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan
Sewenang-wenang dikeluarkan tanpa ada dasar kewenangan.
AKIBAT HUKUM DARI KEPUTUSAN YANG
MENYALAHGUNAKAN WEWENANG
• bila melampaui wewenang dan dilakukan secara sewenang-
wenang, keputusan dan/atau tindakan tidak sah.
• bila mencampuradukkan wewenang, keputusan dan/atau
tindakan dapat dibatalkan

(Pasal 19)
Setelah diuji dan ada Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang
telah berkekuatan hukum tetap
SANKSI ADMINISTRATIF BERAT

SANKSI ADMINISTRATIF 1. Menyalanggunakan wewenang


BERAT
ADA TERHADAP DUA
PELANGGARAN 2. Mempunyai konflik kepentingan
SANKSI ADMINISTRATIF SEDANG
1. Penggunaan diskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggaran
tdk melalui persetujuan atasan (Pasal 25 ayat1)

2. Penggunaan diskresi menimbulkan keresahan masyarakat, keadaan


darurat/ bencana alam tidak memberitahukan kepada atasan
sebelum penggunaan diskresi dan tidak melaporkan setelah
penggunaan diskresi Pasal 25 ayat (3).

SANKSI 3. Tidak menerbitkan keputusan dan melakukan tindakan dlm wkt 10


SEDANG hari atas permohonan masya atau dalam batas waktu yang
Ada ditentukan dalam perundang-undangan (Psl 53 ayat (2))
6
4. B/P tdk melaksanakan putusan pengadilan dalam waktu 5 hk atas
Pelanggaran
permohonan fiktif positif (Pasal 53 ayat 6).

5. Kpts yg tdk sah yg mengakibatkan pembayaran dari uang negara ,


B/PP wajib mengembalikan uang ke kas negara (PSL 70 ayat 3).

6. B/PP wajib melaksanakan keputusan / tindakan yang sah dan


keputusan yang telah dinyatakan tidak sah oleh pengadilan/atasan
ybs. (psl 72 ayat 1) Jo. Psl 64 (5)
SANSKSI ADMINISTRATIF RINGAN

Pelanggaran di luar sanksi sedang dan berat

SANSKSI
ADMINISTRATIF
RINGAN Sanksi Aministratif Ringan
Diperberat
Catatan : dgn Sanksi
Berat
Sanksi Aministratif Sedang

apabila menimbulkan kerugian pada


keuangan negara, prekonomian nasional,
merusak lingkungan hidup
IMPLIKASI LAHIRNYA
UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
1. Perubahan mind set dan culture set aparatur
penyelenggara pemerintahan

2. Terbangunnya perubahan sistem penyelenggaraan


pemerintahan yang lebih modern dan mewujudkan
pemerintahan yang baik

3. Pencegahan terhadap KKN oleh Pejabat


Pemerintahan sejak sebelum keputusan dan tindakan
pemerintahan ditetapkan

4. Membangun kepercayaan masyarakat dan


implikasinya pada peningkatan pertumbuhan
ekonomi, peningkatan kesempatan kerja dan
mengurangi kemiskinan
50
Terima Kasih

Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana


Kementerian PAN dan RB
Jakarta Indonesia

Anda mungkin juga menyukai