Anda di halaman 1dari 5

HAN: Asas Asas Umum Pemerintahan yang

Baik (AAUPB)
13 Dec
1. Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB)
Setiap tindakan administrasi negara harus selalu dilaksanakan berdasarkan hukum yang berlaku,
baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis dengan tidak membedakan
golongan, suku, agama dan bahkan status sosial. AAUPB merupakan hukum yang tidak tertulis.
Bahan untuk asas-asas tersebut diperoleh dari hal-hal yang bersifat zedelijk yang merupakan
bagian dari bahan idiil dan setelah diolah akan menghasilkan sendi-sendi yang sifatnya variabel,
karena tergantung pada waktu, tempat serta keadaan (Sjachran Basah, 1992).
Istilah asas-asas umum pemerintahan yang baik (Algemene beginselen van behoorlijk bestuur),
diintroduksi pertama kali oleh Commisie de la Monchy di Belanda tahun 1950, berkenaan
dengan usaha peningkatan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan administrasi
negara yang dipandang merugikan. AAUPB tersebut terdiri dari beberapa asas yaitu:
1. Asas kepastian hukum. Keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh administrasi
negara harus memberikan kepastian hukum bagi orang yang menerima keputusan.
2. Asas keseimbangan. Seorang pegawai yang melakukan kesalahan harus dihukum dan
hukuman itu harus seimbang dengan tingkat kesalahan yang dilakukannya (tidak boleh
berlebihan). Jadi ada perlindungan hukum bagi pegawai tersebut.
3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan. Asas ini menghendaki agar pejabat
administrasi negara dalam mengambil keputusan harus memiliki tindakan-tindakan yang
sama (dalam arti tidak bertentangan) atas kasus atau peristiwa yang sama sehingga
keputusannya pun akan sama pula.
4. Asas bertindak cermat. Asas ini menghendaki bahwa administrasi negara harus
bertindak dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat. Jika
lalai (tidak hati-hati) dan akibatnya masyarakat dirugikan, maka administrasi negara
tersebut dapat digugat untuk mengganti kerugian.
5. Asas motivasi untuk setiap keputusan. Asas ini menghendaki agar suatu keputusan
yang dibuat oleh pejabat administrasi negara harus mempunyai alasan/motivasi yang
cukup jelas, benar dan adil. Dengan demikian orang yang terkena keputusan tersebut
menjadi tahu apa alasan-alasannya sehingga apabila alasan-alasan itu tidak benar dan
merugikan, orang tersebut dapat membuat kontra-argumen yang tepat untuk naik banding
guna mendapatkan keadilan.

6. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan. Asas ini menghendaki agar


administrasi negara dalam mengambil keputusan harus selalu sesuai dengan wewenang
yang melekat padanya. Penggunaan wewenang diluar kewenangan yang dimilikinya
(penyalahgunaan wewenang) dikenal dengan istilah detournement de pouvoir.
7. Asas perlakuan yang jujur/asas permainan yang layak. Asas ini menghendaki agar
pejabat administrasi negara harus memberikan kesempatan seluas-luasnya pada
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan adil sehingga keadilan dan
kebenaran yang dikehendaki masyarakat dapat terwujud. Dengan kata lain masyarakat
dapat meminta pengadilan untuk memberi keputusan yang adil sehingga eksistensi
instansi peradilan sebagai lembaga yang memberi keadilan dapat diakui oleh
masyarakat / orang yang mencari keadilan (yustisiabel)
8. Asas kelayakan/kewajaran. Asas ini melarang pejabat administrasi negara berlaku
sewenang-wenang atau berlaku tidak layak. Seandainya seorang pejabat administrasi
negara bertindak sewenang wenang di luar batas kewajaran, maka keputusan yang
dikeluarkan oleh pejabat tersebut dapat dibatalkan.
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar. Asas ini menghendaki agar tindakan
administrasi negara dapat menimbulkan harapan- harapan yang wajar bagi yang
berkepentingan. Sekedar ilustrasi, pada tanggal 13 Januari 1959 Contrale Raad van
Beroep di Nederland memutuskan perkara yang kasusnya sebagai berikut: seorang
pegawai negeri yang memakai mobil pribadinya untuk keperluan dinas meminta uang
pengganti untuk pemakaian mobilnya itu. Ia memperoleh uang pengganti yang
dimintanya, akan tetapi kemudian aturan kepegawaian tidak memuat ketentuan yang
memperbolehkan pemberian uang pengganti kepada pegawai negeri atas biaya yang
dikeluarkannya sehingga keputusan pemberian uang pengganti tersebut ditarik kembali.
Centrale Raad van Beroep menyatakan keputusan penarikan kembali uang tersebut oleh
instansi yang bersangkutan batal karena keputusan penarikan kembali tersebut
bertentangan dengan asas menanggapi harapan yang ditimbulkan secara wajar.
10. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal. Asas ini menghendaki agar jika
suatu keputusan dianggap batal maka akibat dari keputusan yang dibatalkan itu harus
ditiadakan sehingga orang yang dirugikan akibat batalnya keputusan tersebut harus diberi
ganti rugi dan direhabilitasi.
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup/cara hidup. Asas ini menghendaki agar
setiap orang diberi kebebasan atau hak untuk mengatur kehidupan pribadinya sesuai
dengan pandangan (cara) hidup yang dianutnya. Di Indonesia perlindungan atas
pandangan (cara) hidup ini harus diberikan tetapi tetap dalam kerangka nilai-nilai moral
yang sesuai dengan Pancasila sebagai pandangan hidup dan kepribadian bangsa.
12. Asas kebijaksanaan. Bahwa dalam tugas mengabdi kepada kepentingan umum, badanbadan pemerintah tidak perlu menunggu instruksi dalam bertindak. Menurut Koentjoro
Purbopranoto, asas kebijaksanaan ini jangan dikaburkan pengertiannya dengan freies
ermessen, sebab freies ermessen pada hakikatnya memberikan kebebasan bertindak pada

pemerintah dalam menghadapi situasi yang konkrit sedangkan kebijaksanaan merupakan


suatu pandangan yang jauh ke depan dari pemerintah sehingga justru freies ermessen
harus didasarkan pada asas kebijaksanaan.
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum. Sebagai tindakan aktif dan positif tindak
pemerintah ialah menyelenggarakan kepentingan umum. Tugas penyelenggaraan
kepentingan umum itu merupakan tugas semua aparat pemerintah termasuk para pegawai
negeri sebagai alat pemerintahan.
Asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik terdapat di dalam UU No 28 tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme, terdiri dari:

Asas kepastian hukum

Asas yang Mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, keputusan dan keadilan


dalam setiap penyelenggaraan negara.
Contoh :
1. Suatu kebijakan harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan.

Asas tertib penyelenggara negara

Asas yang menjadi landasan keteraturan, keselarasan dan keseimbangan dalam pengabdian
penyelenggara negara.
contoh :
1. Antara penyelenggaranegara harus saling menghormati dan menghargai guna terciptanya
suatu suasana kerja yang kondusif.
2. Penyelenggara negara yang satu dan yang lain berjalan bersamaan guna terciptanya
tujuan negara.

Asas kepentingan umum

Asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan
kolektif.
Contoh :
1. Pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia
2. Menampung dan melaksanakan aspirasi rakyat demi tercapainya kepentingan umum

Asas keterbukaan

Asas yang mendasarkan bahwa penyelenggara negara harus membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif.
contoh :
1. Memberikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat tentang suatu
regulasi/kebijakan.

Asas proporsionalitas

Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
Contoh:
1. Penyelenggara negara harus benar benar dalam menyelesaikan tugas, karena dia telah
dibayar dengan gaji yang besar oleh negara.

Asas profesionalitas

Asas yang mengutamakan keahlian yang berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku.
Contoh:
1. Jabatan kerja penyelenggara negara mestinya disesuaikan dengan keahlian, misalkan
hukum di bidang hukum.

Asas akuntabilitas

Asas penyelenggara negara yang menyatakan bahwa kebijakan kebijakan yang dilakukan oleh
penyelenggara negara harus bisa dipertanggung jawabkan pada masyarakat umum
Contoh:
1. APBN dipergunakan untuk apa saja
2. APBD digunakan untuk apa saja
3. dalam tender harus dibuat terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat.
Sumber Referensi:
1. Dr. Ridwan HR. 2014. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers

Website:
http://www.hukumonline.com
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4430/aaupb72.htm
http://www.rudipradisetia.com/2010/12/asas-umumpenyelenggaraan-pemerintahan.html

Anda mungkin juga menyukai