Anda di halaman 1dari 19

BAB X

ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN


YANG BAIK/LAYAK
Oleh: Henny Juliani
Sejak dianutnya konsepsi welfare state, yang menempatkan
pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan warganya dan diberi wewenang untuk
campur tangan dalam segala lapangan kehidupan
masyarakat termasuk melalui freies ermessen/diskresi maka
menimbulkan kekhawatiran pada warga negara. Hal
tersebut terjadi karena freies ermessen dapat menimbulkan
peluang terjadinya benturan kepentingan antara pemerintah
dengan rakyat dalam bentuk onrechtmatig overheidsdaad,
detournement de pouvoir, willekeur yang merupakan
bentuk-bentuk penyimpangan tindakan pemerintahan yang
melanggar HAM.
Oleh karena itu diperlukan adanya asas-asas umum
yang dijadikan sebagai dasar dan tata cara dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang layak, yang
dengan cara demikian penyelenggaraan pemerintahan
itu menjadi baik, sopan, adil dan terhormat, bebas dari
kezaliman, pelanggaran peraturan, tindakan
penyalahgunaan wewenang, dan tindakan sewenang-
wenang.
Istilah AAUPB/AAUPL
Algemene beginselen van behoorlijk bestuur diterjemahkan
berbeda-beda oleh para penulis HAN terutama kata
beginselen dan behoorlijk.
Beginselen: prinsip-prinsip, dasar-dasar dan asas-asas.
Soehardjo Ss menerjemahkan dasar-dasar, Djenal
HoesenKoesoemahatmadja menerjemahkan dasar-dasar
atau prinsip-prinsip, yang paling banyak digunakan adalah
asas-asas.
Behoorlijk: baik, layak, pantas, patut, cocok, sesuai.
Indroharto, Paulus E Lotulung, Muchsan menerjemahkan
yang baik , sedangkan Ateng Syafrudin, PM Hadjon, Bagir
Manan menerjemahkan yang layak.
Pengertian AAUPL
Jazim Hamidi berdasarkan penelitiannya menemukan
pengertian AAUPL sebagai berikut:
a. AAUPL merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan
berkembang dalam lingkungan HAN;
b. AAUPL berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat
administrasi negara dalam menjalankan fungsinya,
merupakan alat uji bagi hakim administrasi dalam
menilai tindakan administrasi negara (yang berwujud
penetapan /beschikking), dan sebagai dasar
pengajuan gugatan bagi pihak penggugat;
c. Sebagian besar dari AAUPL masih merupakan asas-
asas yang tidak tertulis, masih abstrak dan dapat
digali dalam praktek kehidupan di masyarakat;
d. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah
hukum tertulis dan terpencar dalam berbagai
peraturan hukum positip. Meskipun sebagian dari
asas itu berubah menjadi kaidah hukum tertulis,
namun sifatnya tetap sebagai asas hukum.
UNDANG-UNDANG NO 30 TAHUN 2014 TENTANG
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Pasal 5
Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan berdasarkan:
a. asas legalitas;
b. asas pelindungan terhadap hak asasi manusia; dan
c. AUPB.
UNDANG-UNDANG NO 30 TAHUN 2014 TENTANG
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
 Pasal 10
(1) AUPB yang dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi
asas:
a. kepastian hukum;
b. kemanfaatan;
c. ketidakberpihakan;
d. kecermatan;
e. tidak menyalahgunakan kewenangan;
f. keterbukaan;
g. kepentingan umum; dan
h. pelayanan yang baik.
(2) Asas-asas umum lainnya di luar AUPB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diterapkan sepanjang dijadikan
dasar penilaian hakim yang tertuang dalam putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Kebebasan bertindak pemerintah (freies
ermessen/diskresi) dalam pelaksanaanya harus
menggunakan ukuran apa wewenang itu digunakan,
kapan tindakan itu dilakukan, dan bagaimana
caranya wewenang itu digunakan sehingga tetap
dalam bingkai hukum. Di sinilah diperlukan adanya
asas umum pemerintahan yang layak, yang oleh
Wiarda dalam prasarannyaberjudul Verenijin voor
Administratief Recht di hadapan persatuan Tata
Usaha Negara Belanda tahun 1952,menyebut lima
asas:
1. Asas permainan yang jujur. Dengan asas ini
dimaksudkan bahwa di dalam pelaksanaan
(penyelenggaraan) fungsi dalam
pengambilan keputusan Administrasi dituntut
agar berlaku jujur (fair play) melaksanakan
(memberikan) penilaian yang objektif, tidak
untuk golongan tertentu.
2. Asas ketelitian, yakni bahwa dalam
penyelenggaraan tugas atau dalam
pengambilan keputusan, tidak dilakukan
secara serampangan tetapi didasari
pertimbangan yang matang berdasarkan data
yang diperoleh secara cermat dan teliti.
3. Asas ketepatan dalam tujuan. Asas tersebut
dimaksudkan agar yang dicanangkan pada asas
pertama dan kedua, dimana administrasi dituntut
agar berlaku jujur memberikan penilaiannya yang
obyektif dan tidak dilakukan secara serampangan
tidak berarti kebebasan sepenuhnya. Akan tetapi
bagaimana tujuan yang akan dicapai dan bagaimana
kemungkinan akibat lain yang mungkin akan timbul.
Dengan demikian maka administrasi (bestuur)harus
bertindak secara kasuistis, walaupun tetap dijaga
keterpaduan atau konsistensinya dengan keputusan
yang telah diambil dan demikian pula dengan
peraturan dasarnya.
4. Asas keseimbangan hukum, hal ini dimaksudkan
agar segala tindak administrasi selalu terwujud
keseimbangan antara tujuan semula dengan tujuan
umum lainnya. Keseimbangan antara tujuan umum
lain dengan tujuan yang dimaksud peraturan
dasarnya.
5. Asas kepastian hukum, sebagaimana dimaklumi
bahwa pada suatu negara hukum asas legalitas
tidak boleh ditinggalkan, meskipun hal ini
berlainan secara faktual dengan apa yang telah ada,
namun tidak boleh bertentangan.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari KKN mengatur tentang asas umum
penyelenggaraan negara yang bersih yaitu:
1. Asas kepastian hukum
2. Asas tertib penyelenggara negara
3. Asas kepentingan umum
4. Asas keterbukaan
5. Asas Proporsionalitas
6. Asas profesionalitas
7. Asas akuntabilitas.
Asas umum pemerintahan yang layak
sebagaimana dikenal Indonesia sejak dahulu
telah dikenal diberbagai negara antara lain:
a. Di Belanda dikenal dengan Algemen
Belginselen van Behoorlijk Bestuur, yang
dikemukakan oleh De Monchy pada tahun
1950. Isinya telah diakomodasikan melalui
yurisprudensi Administrative Rechtpraak
Overheids Beschikking (AROB), yaitu
antara lain:
1) Asas pertimbangan (motiveringsbeginsel)
2) Asas kecermatan (zorgvuldigheidsbeginsel)
3) Asas kepastian hukum (rechtszekerheds-beginsel)
4) Asas kepercayaan atau asas menanggapi harapan yang
telah ditimbulkan (vertrowens-beginsel of beginsel van
opgewekte verwachtingen)
5) Asas persamaan (gelijkheidsbeginsel)
6) Asas keseimbangan (evenredigheidsbeginsel)
7) Asas kewenangan (bevoegheidsbeginsel)
8) Asas fair play (beginsel van fair play)
9) Larangan Detournement de Pouvoir (het verbod
detournement de pouvoir)
10) Larangan bertindak sewenang-wenang (het verbod van
willekeur)
b. Di Perancis dikenal dengan asas-asas umum hukum
publik, yang isinya:
1.Asas persamaan
2.Asas tidak boleh mencabut keputusan bermanfaat
3.Asas larangan berlaku surut
4.Asas jaminan masyarakat
5.Asas keseimbangan.
AAUPB/AAUPL menurut Crince Le Roy (11 asas) yang
kemudian ditambahkan oleh Koentjoro Purbopranoto
menjadi 13 asas ( asas nomor 12 dan 13), yaitu:
1. Asas kepastian hukum;
2. Asas keseimbangan;
3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan;
4. Asas bertindak cermat;
5. Asas motivasi untuk setiap keputusan;
6. Asas tidak mencampuradukkan kewenangan;
7. Asas permainan yang layak;
8. Asas keadilan atau kewajaran;
9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar;
10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang
batal;
11. Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara
hidup) pribadi;
12. Asas kebijaksanaan;
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum.
Menurut Kuntjoro Purbopranoto asas nomor 12 dan 13
merupakan asas yang khas Indonesia.
 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan
atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara secara tegas mencantumkan AAUPB. Hal
tersebut tertuang dalam Pasal 53 ayat (2) beserta
penjelasannya, yang menyatakan bahwa alasan-alasan yang
dapat digunakan dalam gugatan adalah:
a. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. KTUN yang digugat itu bertentangan dengan AAUPB.
AAUPB yang dimaksud tersebut adalah sebagaimana
dimaksud dalam UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN.

Anda mungkin juga menyukai