Anda di halaman 1dari 21

KEABSAHAN TINDAKAN

PEMERINTAHAN

Oleh
SRI WINARSI
Didalam Hukum Administrasi Negara
terdapat tiga (3) Pendekatan :
Pendekatan terhadap kekuasaan
pemerintahan.
Pendekatan hak asasi (rights based
approach).
Pendekatan fungsionaris.
PENDEKATAN TERHADAP KEKUASAAN PEMERINTAHAN

 Studi perbandingan Hukum Administrasi Inggris dikenal


dengan pendekatan ultra vires, sedangkan Hukum
Administrasi Belanda dikenal dengan istilah
rechtmatigheid (van bestuur)
 Di Indonesia dikenal dengan istilah keabsahan atau
legalitas. Ruang lingkup keabsahan berkaitan dengan
wewenang, prosedur dan substansi.
 Wewenang dan substansi merupakan landasan bagi
legalitas formal. Atas dasar legalitas formal lahirlah asas
presumptio iustae causa. Atas dasar itulah ketentuan
Pasal 67 ayat (1) UU No.5 Tahun 1986 juncto UU No.9
Tahun 2004 yang menyatakan bahwa gugatan tidak
menunda atau menghalangi dilaksanakan keputusan
badan atau pejabat tata usaha negara serta tindakan
badan atau pejabat tata usaha negara yang digugat.
 Wewenang merupakan ciri dan konsep hukum
publik tentang penggunaan kekuasaan.

 Hal ini sesuai dengan pernyataan Ten Berge


yang menyatakan tindakan hukum publik dapat
dilakukan melalui penggunaan wewenang publik.
Penetapan keputusan pemerintahan oleh organ
yang berwenang harus didasarkan pada
wewenang yang secara jelas telah diatur dimana
wewenang tersebut telah ditetapkan dalam
aturan hukum yang terlebih dahulu ada
 Ada tiga unsur wewenang sebagai konsep hukum publik
yaitu pengaruh, dasar hukum, konformitas hukum.
 Komponen pengaruh yaitu bahwa penggunaan
wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku
subyek hukum
 Komponen dasar hukum yaitu wewenang itu selalu
harus dapat ditunjukkan dasar hukumnya.
 Komponen konformitas hukum mengandung makna
adanya standart wewenang yaitu standart umum
( semua jenis wewenang) dan standart khusus ( untuk
jenis wewenang tertentu)
 Berkaitan dengan dasar hukum berarti harus melihat
sumber-sumber wewenang yaitu atribusi dan
pelimpahan wewenang ( mandat dan delegasi)
MANDAT
 Prosedur pelimpahannya yaitu dalam
hubungan rutin atasan bawahan; hal biasa
kecuali dilarang secara tegas
 Tanggung jawab dan tanggung gugat
yaitu tetap pada pemberi mandat
 Kemungkinan sipemberi menggunakan
wewenang itu lagi yaitu setiap saat dapat
menggunakan sendiri wewenang yang
dilimpahkan itu.
DELEGASI
 Prosedur pelimpahan yaitu dari suatu
organ pemerintah kepada organ lain,
dengan peraturan perundang-undangan
 Tanggung jawab dan tanggung gugatnya
beralih kepada delegataris
 tidak dapat menggunakan wewenang itu
lagi kecuali setelah ada pencabutan
dengan berpegang pada asas “ contrarius
actus”
PENDEKATAN HAK ASASI (RIGHTS BASED APPROACH)

Fokus utama pendekatan ini pada 2 hal :

1. Perlindungan hak-hak asasi ( principles


of fundamental rights)
2. Asas-asas Umum Pemerintahan yang
Baik (AUPB)
AAUPB
 AAUPB di Belanda dikenal dengan istilah ABBB (Algemene Beginselen Van
Behoorlijk Bestuur), Perancis dikenal dengan istilah Les Principles Generaux
Du Droit Contumier Public, Inggris dikenal dengan istilah The General
Principles of Good Administration
 AAUPB sebagai hukum tidak tertulis karena merupakan hasil rechtvinding
yang tidak identik dengan hukum adat dan AAUPB lahir dari praktek-
praktek penyelenggaraan pemerintahan dan pengadilan atau dengan
dengan kata lain AUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan
berkembang dalam lingkungan Hukum Administrasi
 AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administarsi dalam
menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim dilingkungan
peradilan tata usaha negara dalam menilai tindakan pejabat yang berwujud
penetapan atau beschikking dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi
pihak penggugat
 AAUPB merupakan asas-asas yang tidak tertulis, masih abstrak dan dapat
digali dalam praktek kehidupan dimasyarakat
 Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan
dituangkan dalam hukum positif
 Dalam Wet AROB (belanda) disebutkan sebagai alasan mengajukan
gugatan adalah:
a. Keputusan tata usaha negara bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan
b. keputusan tata usaha negara tersebut mengandung unsur penyalahgunaan
wewenang (detournement de pouvoir)
c. keputusan tata usaha negara tersebut bertentangan dengan AUPB
 Didalam UU No. 5 Tahun 1986 tidak dinyatakan secara tegas eksistensi
dari AAUPB. Didalam Pasal 53 ayat 2 dinyatakan bahwa sebagai alasan
mengajukan gugatan adalah:
a. Keputusan tata usaha negara tersebut bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan
b. keputusan tata usaha negara tersebut mengandung unsur penyalahgunaan
wewenang
c. keputusan tata usaha negara tersebut mengandung unsur sewenang-wenang
 Dari rumusan diatas tidak tegas ketentuan tentang AUPB sebagai alasan
untuk mengajukan gugatan, hanya saja bahwa larangan penyalahgunaan
wewenang dan larangan sewenang-wenang memang masuk AAUPB.
Anehnya rumusan itu ialah bahwa induknya (AAUPB) tidak disebutkan
tetapi anggotanya berupa asas larangan penyalahgunaan wewenang dan
larangan sewenang-wenang disebutlkan.
 Karena Pasal 53 ayat 2 UU No.5 Tahun 1986 tidak secara tegas
mencantumkan AUPB sebagai alasan menggugat, dalam praktek PTUN
menggunakan AAUPB itu merujuk pada JUKLAK MA
No.052/Td/TUN/III/1992 tanggal 24 Maret 1992 yang mengatakan Didalam
hal hakim mempertimbangkan adanya asas-asasumum pemerintahan yang
baik sebagai alasan pembatalan penetapan, maka hal tersebut tidak perlu
dimasukkan dalam diktum putusannya, melainkan cukup dalam
pertimbangan putusan dengan menyebutkan asas mana dari asas-asas
umum pemerintahan yang baik yang dilanggar dan akhirnya harus
mengacu pada Pasal 53 ayat 2 UU No.5 Tahun 1986
 Kelemahan yang ada dalam Pasal 53 ayat 2 UU No.5 Tahun 1986 di
perbaiki dalam Pasal 53 ayat 2 UU No.9 Tahun 2004 yang menyatakan
alasan-alasan yang dapat digunakan dalam mengajukan gugatan :
- Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-
asas umum pemerintahan yang baik
Didalam perkembangannya di Belanda AAUPB bisa saja beralih menjadi hukum
tertulis. AAUPB di Belanda terdapat dalam yurisprudensi AROB (Peradilan
Administrasi Belanda) yang merupakan unsur-unsur ABBB :
1. Asas pertimbangan
2. Asas kecermatan
3. Asas kepastian hukum
4. Asas kepercayaan atau asas menanggapi harapan yang telah ditimbulkan
5. Asas persamaan
6. Asas keseimbangan
7. Asas kewenangan
8. Asas fair play
9. Larangan penyalahgunaan wewenang
10. Larangan bertindak sewenang-wenang

Di Perancis, AUPB yang terdapat dalam yurisprudensi Peradilan Administrasi


Perancis adalah
1. Asas persamaan
2. Asas larangan mencabut keputusan bermanfaat
3. Asas larangan berlaku surut
4. Asas jaminan kebebasan
5. Asas keseimbangan
A. Pengertian AUPB
Norma hukum tidak tertulis yang tidak
identik dengan hukum adat tetapi hukum
yang lahir dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan putusan pengadilan atau
AUPB merupakan tendensi-tendensi etik
yang menjadi dasar hukum tata usaha
negara bangsa Indonesia baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis termasuk
praktek pemerintah .
Istilah AUPB
 Algemene Beginselen van Behoorlijk
Bestuur (Bahasa Belanda)
 Les Principes generaux du droit contumier
public (Bahasa Perancis)
 The General Principles of Good
Administration (Bahasa Inggris)
Unsur-unsur AUPB
a. AUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang
dalam lingkungan Hukum Administrasi
b. AUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat dalam
menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim
administrasi dalam menilai tindakan administrasi yang berwujud
penetapan atau beschikking dan sebagai dasar pengajuan
gugatan bagi pihak penggugat
c. Sebagian besar AUPB masih merupakan asas-asas yang tidak
tertulis, masih abstrak, dan dapat digali dalam praktek kehidupan
dimasyarakat.
d. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan
terpencar dalam berbagai peraturan hukum positif . Meskipun
sebagian dari asas itu berubah menjadi kaidah hukum tertulis,
namun sifatnya tetap sebagai asas hukum.
MENURUT PAULUS EFFENDIE LOTULUNG, ADA 3 ALASAN AUPB
PALING EFEKTIF DIMASYARAKATKAN MELALUI JALUR YURISPRUDENSI
 Selain jalur yurisprudensi yaitu jalur legislatif tetapi
membutuhkan waktu yang lama dan proses pembahasan di
DPR yang rumit dan panjang
 Jalur yurisprudensi memungkinkan dikembangkan di
Indonesia karena kita mengakui yurisprudensi sebagai salah
satu sumber hukum. Supaya optimalisasi penerapan AUPB
melalui yurisprudensi ini sampai pada maksud tujuannya
dibutuhkan pengetahuan para hakim yang sangat
mendalam mengenai Hukum Administrasi
 Supaya putusan hakim atau yurisprudensi tersebut
mempunyai bobot ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan
maka putusannya harus menggambarkan landasan filosofis
yang mendalam, konstruksi hukum yang logis dan motivasi
yang jelas. Ketiga persyaratan putusan inilah yamg
merupakan jantungnya putusan hakim atau sering disebut
Ratio Decidendi
Yurisprudensi selain sebagai sumber hukum, juga
mempunyai beberapa fungsi :
 Menegakkan adanya standart hukum yang sama dalam kasus
atau perkara yang sama atau serupa dimana Undang-Undang
tidak mengatur hal itu
 Menciptakan rasa kepastian hukum dimasyarakat dengan
adanya standart hukum yang sama
 Menciptakan adanya kesamaan hukum serta dapat
diperkirakan (predictable) pemecahan hukumnya
 Mencegah kemungkinan terjadinya disparitas atau perbedaan
dalam berbagai putusan hakim pada kasus yang sama,
sehingga kalaulah terjadi perbedaan putusan antara hakim
yang satu dengan yang lain dalam kasus yang sama maka
jangan sampai menimbulkan disparitas tetapi hanya bercorak
sebagai variabel secara kasuistik (case by case)
Hal ini sejalan dengan pendapat Yahya Harahap
bahwa fungsi yurisprudensi adalah

 Menegakkan terwujudnya law standard


 Menegakkan unified legal frame work
(keseragaman landasan hukum yang sama) dan
unified legal opinion (keseragaman persepsi
hukum yang sama)
 Terciptanya kepastian penegakan hukum
 Mencegah terjadinya putusan disparitas
(mencegah terjadinya lain hakim lain putusan
dan hukum yang dijatuhkan)
Bagir Manan, AUPB dapat berfungsi
 Sebagai tali pengikat antara berbagai kaidah hukum,
yang akan menjamin ketepaduan kaidah dalam suatu
ikatan sistem.
 Menjamin kaidah hukum dibentuk dan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan hukum (kehadiran dan kepastian
hukum). Misalnya asas kecermatan adalah untuk
kepastian hukum.
 Menjamin keluwesan atau fleksibilitas penerapan kaidah
hukum pada suatu situasi konkrit.
 Sebagai instrument untuk mengarahkan penerapan
kaidah hukum yang akan bertentangan dengan asas
hukum umum yang berlaku.
 Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Ujung Pandang
Nomor 03/Srt.G/TUN/1991/P.TUN/Uj.Pdg/Acara Cepat, Putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Ujung Pandang
No.01/BDG-G.TUN/PTTUN.U.Pdg, Putusan MA RI No.10
K/TUN/1992 tentang Sengketa Perizinan. Penggugat Nyonya
Lindawati pemilik bangunan restoran Bali Sky Light yang terletak di
Kabupaten Daerah Tingkat II Gianyar Bali, tergugat Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Gianyar, Keputusan Tata Usaha Negara(KTUN)
yang digugat adalah Surat Perintah Bongkar dari Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Gianyar (SK Tanggal 5 Maret 1991 Nomor
640/196/PU/1991)
 Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya
No.01/PTUN/G/PIPa/1992, Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara (PTTUN) Jakarta No.68/B/1992/PT.TUN.JKT dan Putusan
MA RI No.22K/TUN/1993 tentang Sengketa Pertanahan. Penggugat
Risang Trenggono, tergugat Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya
Salatiga, KTUN yang digugat SK Kepala Kantor Pertanahan
Kotamadya Salatiga No.600/3040/1991 tertanggal 18 November
1991 tentang penolakan untuk menerbitkan SKPT dan GS atas
tanah penggugat
PENDEKATAN FUNGSIONARIS
 Pendekatan ini dengan titik pijak bahwa yang melaksanakan
kekuasaan pemerintahan adalah seorang pejabat. Hukum
Administrasi harus memberikan perhatian kepada perilaku aparat.
Dengan pendekatan ini, norma Hukum Administrasi tidak hanya
meliputi norma pemerintahan tetapi norma perilaku aparat
(overheidsgedrag). Di Belanda, norma perilaku aparat digali dari
praktik Ombudsman.
 Ada dua norma dasar bagi perilaku aparat yaitu
a.sikap melayani (dienstbaarheid)
b.terpercaya(betrouwbaarheid) yang meliputi openheid,
nauwgezetheid, integriteit, soberheid, eerlijkheid
 Di Indonesia , lembaga yang mempunyai kewenangan untuk menilai
perilaku aparat pemerintahan yang jelek ( maladministrasi) dalam
memberikan pelayanan umum kepada masyarakat adalah Komisi
Ombudsman Nasional yang didasarkan pada Keppres No.44
Tahun 2000 yang sudah diganti dengan UU Nomor 38 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai