NPM : 17600016
GROUP :A
SOAL
JAWAB
1. Jenis-jenis kebebasan pemerintahan yaitu sebagai berikut :
1
(d) yustisi, (e) moneter dan fiskal nasional; dan (f) agama. Bila
dianalisis dengan menggunakan teori residu/sisa, maka diluar
kewenangan tersebut merupakan kewenangan pemerintah daerah.
Namun bagaimana bentuk dan isi kewenangan yang sekaligus akan
menentukan derajat desentralisasi, tidak diatur lebih lanjut dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 akan tetapi diatur dalam peraturan
perundang-undangan.1 Indikator pengutamaan asas desentralisasi juga
dapat dilihat dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun
2014, yang menyebutkan: “Pembagian urusan pemerintahan konkuren
antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi serta Daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3)
didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta
kepentingan strategis nasional”. Sepintas pasal ini menunjukan
ketidakkonsistenan penerapan prinsip otonomi daerah, karena
pembagian urusan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan
efisiensi harus memperhatikan keserasian hubungan antar susunan
pemerintahan. Namun penulis beranggapan bahwa keserasian
hubungan antar susunan pemerintahan tetap dalam kerangka negara
kesatuan republik Indonesia. Artinya sekalipun urusan pemerintahan
tersebut dilaksanakan secara desentralisasi penuh, namun pelaksanaan
kewenangan itu tetap harus berpedoman kepada peraturan perundang-
undangan di atasnya. Ini mengindikasikan bahwa pemerintah tetap
memegang kontrol terhadap pelaksanaan kewenangan oleh setiap
satuan pemerintahan.
2
hukum diidentikan dengan undang-undang. Sistem hukum dipandang
sebagai suatu struktur tertutup yang logis. Tidak bertentangan satu
sama lain, hukum dipandang sebagai perangkat aturan-aturan yang
diharapkan agar ditaati oleh para anggota masyarakat. Penerapan
model pengkajian di dalam masyarakat, hanya terlihat dan
menganggap hukum yang ada di masyarakat sudah diwadahi oleh
norma-norma hukum yang memadai, dan hukum sudah dilengkapi
dengan kelengkapan-kelengkapan teknis yuridis yang sudah mapan.
Hukum disini sudah merupakan obat dari segala macam penyakit yang
melanggar norma-norma masyarakat, sehingga tak satupun persoalan
di masyarakat yang tidak teratasi.
Dengan demikian tak mungkin bagi aparatur pemerintah untuk
dapat bertindak atas inisiatif sendiri untuk mengatasi persoalan yang
muncul di tengah-tengah proses kehidupan masyarakat, karena bagi
aparatur pemerintah tinggal mencocokkan antara persoalan yang
muncul dengan aturan yang ada karena sebagaimana dijelaskan bahwa
hukum adalah obat dari segala macam penyakit.
2. Arti dari perbedaan antara wewenang bebas dan terikat yaitu sebagai
berikut :
a. Syarat Materil
3
- Keputusan harus dibuat oleh alat negara (organ) yang
berwenang;
- Isi dan tujuan keputusan harus sesuai dengan isi dan tujuan
peraturan dasar.
4. Izin adalah salah satu instrumen yuridis yang paling banyak digunakan
dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai
sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Dalam
arti luas, izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan
tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan.
Yang menjadi pokok pada izin (dalam arti sempit) ialah bahwa
4
suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan
agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan
perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi
tiap kasus. Penolakan izin hanya dilakukan jika kriteria yang
ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi atau bila karena suatu alasan
tidak mungkin memberi izin kepada semua yang memenuhi kriteria.
5
Seorang raja atau penguasa yang “bijaksana” adalah yang
memiliki baik sifat-sifat yang berdasarkan pada kebijakan
maupun kebajikan atau dengan kata lain ia telah banyak
menjelmakan kebijaksanaan dalam bentuk kebijakan dan
kebajikan. Berdasarkan hal tersebut, penulis berpendapat
bahwa Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara harus selalu
bijaksana dalam mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara,
agar tidak menimbulkan cacat yuridis. Dalam tindakan hukum
administrasi dianut asas presumtio justae cause yang
maksudnya bahwa suatu keputusan Tata Usaha Negara harus
selalu dianggap benar dan dapat dilaksanakan, sepanjang hakim
belum membuktikan sebaliknya.Badan peradilan yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk menyatakan batal atau
tidak sah keputusan Tata Usaha Negara adalah Peradilan Tata
Usaha Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 Jo. UndangUndang Nomor 9 Tahun 2004 Jo. Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009. Bahwa secara umum syarat-
syarat untuk sahnya suatu keputusan Tata Usaha Negara adalah
sebagai berikut:
- Syarat materil:
- Syarat formil:
6
a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan
persiapan dibuatnya keputusan dan berhubungan dengan
cara dibuatnya keputusan harus dipenuhi.
7
2009. Pasal 76 UUPPLH 2009 menyatakan bahwa menteri, gubernur,
bupati/walikota menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap ozon lingkungan. Ketentuan Pasal 76 ayat (1)
UUPPLH 2009 tersebut menekankan bahwa satu, wewenang
menerapkan sanksi administratif adalah wewenang menteri, gubernur,
dan bupati/walikota. Kedua, bahwa penerapan sanksi administratif
dilakukan jika dalam pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin
usaha. Maksudnya, penerapan sanksi administratif dilakukan sebagai
tindak lanjut dari dilakukannya pengawasan dan penerapan sanksi
tersebut adalah sebagai tindak lanjut atas pelanggaran izin lingkungan.
Terhadap pelanggaran izin lingkungan tersebut dapat dikenakan sanksi
administratif. Jenis-jenis sanksi admintratif lingkungan sebagaimana
diatur pada Pasal 76 ayat (2) UUPPLH 2009 adalah terdiri atas :
teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, dan
pencabutan izin lingkungan. Sebelum lebih lanjut membahas mengenai
prosedur penerapan sanksi administratif, berikut ini dipaparkan
pengaturan mengenai sanksi-sanksi administratif dalam UUPPLH
2009. Pada Pasal 79 UUPPLH 2009 dinyatakan bahwa pengenaan
sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan dilakukan apabila penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan tidak melaksanakan paksaan pemerintahan.