Anda di halaman 1dari 31

INSTRUMEN YURIDIS

PEMERINTAHAN
Insrumen Yuridis Pemerintah
1. Peraturan Per-UU-an
2. Ketetapan Tata Usaha Negara (KTUN)
3. Peraturan Kebijaksanaan
4. Rencana
5. Perizinan
6. Instrumen Hukum Keperdataan
Sifat norma hk administrasi
1. Norma umum-abstrak, mis uu
2. Norma individual konkret, mis KTUN
3. Norma umum konkret
4. Norma individual abstrak, mis izin
gangguan
Peraturan Per-UU-an
 Ciri-ciri :
1. Bersifat umum dan komprehensif
2. Bersifat universal, utk peristiwa2 yad yg
belum jelas bentuk konkretnya
3. Memiliki kekuatan utk mengoreksi dan
memperbaiki dirinya sendiri. Pencantuman
klausul yg memuat kemungkinan
dilakukannya peninjauan kembali
Pengertian Perat Per-UU-an
 Pasal 1 angka 2 UU No 5 Th 1986 :
peraturan perundang-undangan adalah semua
peraturan yang bersifat mengikat secara umum
yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat
bersama pemerintah, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah serta semua
keputusan badan atau pejabat tata usaha
negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah, yang juga mengikat umum.
 Pasal 1 angka 2 UU No 10 Th 2004:
peraturan perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum.
 Pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 :
jenis dan hierarki perat perundang-undangan :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah
Kewenangan Pemerintah
bidang legislasi
 Langkah mundur pembuat UU (terugtred
van de wetgever), dlm rangka aplikasi
norma hk administrasi umum-abstrak thd
peristiwa konkret dan individual
 Sifat :
1. Mandiri, berupa keputusan yg mrpk
perat per-uu-an
2. Tidak mandiri (Kolegial)
Keputusan Tata Usaha Negara
 Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986,
keputusan tata usaha negara adalah suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang berdasarkan peraturan perundang-
undang yang berlaku, yang bersifat
konkrit, individual, dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
Unsur-unsur KTUN
1. Penetapan tertulis
2. Dikeluarkan oleh badan/pejabat TUN
3. Berdasarkan perat per-uu-an yg berlaku
4. Bersifat konkret, individual dan final
5. Menimbulkan akibat hukum
6. Seseorang/badan hk perdata
Syarat 2 pembuatan KTUN
1. Syarat-syarat materiil
2. Syarat-syarat formal

 Apbl syarat materiil dan syarat formal


telah terpenuhi maka ketetapan itu sah
menurut hk
 Apbl satu/beberapa persyaratan tdk
terpenuhi, ketetapan itu mengandung
kekurangan dan menjadi tdk sah
Syarat-syarat material
1. Organ pem yg membuat ketetapan harus
berwenang
2. Ketetapan tidak boleh mengandung
kekurangan yuridis, seperti penipuan, paksaan
atau suap, kesesatan
3. Ketetapan hrs berdasarkan suatu
keadaan/situasi tertentu
4. Ketetapan hrs dpt dilaksanakan dan tanpa
melanggar perat lain, serta isi dan tujuan
ketetapan hrs sesuai dgn isi dan tujuan
peraturan dasarnya
Syarat-syarat formal
1. Syarat-syarat yg ditentukan berhubung
dgn persiapan dibuatnya ketetapan dan
berhubung dgn cara dibuatnya ketetapan
harus dipenuhi
2. Ketetapan hrs diberi bentukyg telah
ditentukan dlm perat per-uu-an yg
menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan
itu
3. Syarat-syarat berhubung dgn pelaksanaan
ketetapan hrs dipenuhi
Akibat ketetapan yg tdk sah
(A.M. Donner)
1. Tap hrs dianggap batal sama sekali
2. Berlakunya tap dpt digugat:
a. dlm banding
b. dlm pembatalan oleh jabatan
c. dlm penarikan kembali
3. Apbl memerlukan persetujuan/peneguhan,
badan yg lebih tinggi dapat tdk memberikan
persetujuan/peneguhan
4. Tap diberi tujuan lain drpd tujuan semula
Berlakunya ketetapan
1. Jika berdasarkan perat dasarnya thd tap itu tdk
memberi kemungkinan banding bagi yg dikenai
tap, ketetapan mulai berlaku sejak saat
diterbitkan
2. Jika berdasarkan perat dasarnya tdp
kemungkinan banding thd tap, keberlakuan
ketetapan tergantung dari proses banding atau
sejak saat berakhirnya batas waktu banding
3. Jika tap memerlukan pengesahan organ yg
lebih tinggi, ketetapan mulai berlaku setelah
mendapat pengesahan
Ketetapan yg Sah dan
sudah dinyatakan berlaku

1. Mempunyai kekuatan hk formal


2. Mempunyai kekuatan hk material
3. Melahirkan prinsip praduga rechtmatig
(het vermoeden van rechtmatigheid atau
presumtio justea causa)
 Ketetapan yg telah memiliki kekuatan hk
formal tdk dpt dibantah baik oleh pihak yg
berkepentingan, hakim, organ pem yg lebih
tinggi, maupun organ yg membuat tap
 Ketetapan memp kekuatan hk material bila
tap itu tdk lagi dpt ditiadakan oleh alat
negara yg membuatnya, kecuali peraturan
per-uu-an memberikan kemungkinan
kepada administrasi negara utk meniadakan
ketetapan itu
Presumtio Justea Causa
 Artinya setiap tap yg dikeluarkan oleh pemerintah
dianggap sah menurut hukum

 Konsekuensi :
1. Setiap ketetapan yg dikeluarkan oleh pemerintah
tidak utk dicabut kembali, kecuali setelah ada
pembatalan dari pengadilan
2. Setiap ketetapan yg dikeluarkan oleh pemerintah
tidak dpt ditunda pelaksanaannya, meskipun tdp
keberatan, banding, perlawanan atau gugatan thd
tap oleh pihak yg dikenai tap tsb
 Asas praduga rechtmatig berkaitan dgn asas
kepastian hk (salah satu AAUPL)

 Praktik administrasi di Indonesia


bertentangan dgn kedua asas tsb di atas:
Dalam surat ketetapan terdapat klausula
pengaman, yg berbunyi “apbl dikemudian
hari tdp kekeliruan atau kekurangan, maka
surat keputusan ini akan ditinjau kembali”
Freies Ermessen / Discretion
1. Sjachran Basah : Freies Ermessen
adalah keleluasan dalam menentukan
kebijakan-kebijakan melalui sikap tindak
administrasi negara yang harus dapat
dipertanggung-jawabkan.
2. S.F Marbun Freies Ermessen adalah
kebebasan untuk bertindak atas inisiatif
sendiri menyelesaikan persoalan-persoalan
penting dan mendesak yang muncul
secara tiba-tiba, dimana hukum tidak
mengaturnya.
Unsur-unsur Freies Ermessen
dlm Negara Hukum
1. Ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas servis
publik;
2. Merupakan sikap tindak yang aktif dari
administrasi negara;
3. Sikap tindak itu dimungkinkan oleh hukum;
4. Sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri;
5. Sikap tindak itu dimaksudkan utk menyelesaikan
persoalan2 penting yang timbul secara tiba-tiba;
6. Sikap tindak itu dapat dipertanggung jawab baik
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa
maupun secara hukum.
HARUS DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN
SECARA MORAL DAN HUKUM

1. Secara moral : berdasarkan Pancasila dan


Sumpah/Janji;
2. Secara Hukum:
a. Batas atas: wajib taat asas terhadap tata
urutan peraturan per-uu-an Indonesia, baik
secara vertikal maupun secara horizontal dan
tidak melanggar hukum;
b. Batas bawah: tidak boleh melanggar hak asasi
warga negara
Peraturan Kebijaksanaan
 kewenangan diskresioner administrasi negara yg
diwujudkan dlm instrumen yuridis tertulis
melahirkan peraturan kebijaksanaan
 Peraturan kebijaksanaan hanya berfungsi sebagai
bagian dari operasional penyelenggaraan tugas-
tugas pemerintahan sehingga tidak dapat
mengubah ataupun menyimpangi peraturan
perundang-undangan.
 Disebut psudeo-wetgeving (Per-uu-an semu) atau
spigelsrecht (hukum bayangan)
Kekuatan Mengikat
Peraturan Kebijaksanaan
 Peraturan kebijaksanaan pada dasarnya
ditujukan kpd administrasi negara sendiri
 Artinya perat kebijaksanaan hanya
mengikat administrasi negara
 Peraturan kebijaksanaan bagi masyarakat
menimbulkan keterikatan secara tidak
langsung
Pembuatan Peraturan Kebijaksanaan
harus memperhatikan hal-hal
1. Tidak boleh bertentangan dng peraturan dasar
yang mengandung wewenang diskresioner yg
dijabarkan itu.
2. Tidak boleh nyata-nyata bertentangan dengan
nalar yg sehat
3. Dipersiapkan dengan cermat
4. Isi dari kebijaksanaan harus memberikan kejelasan
yang cukup mengenai hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dr warga yang terkena peraturan tsb
5. Tujuan dan dasar pertimbangan mengenai
kebijaksanaan yang akan ditempuh harus jelas
6. Harus memenuhi syarat kepastian hukum material
Penggunaan Perat Kebijaksanaan
harus memperhatikan
1. Harus sesuai dan serasi dgn tujuan uu yg
memberikan ruang kebebasan bertindak
2. Serasi dgn asas-asas hk umum yg berlaku:
a. asas perlakuan yg sama menurut hk
b. asas kepatutan dan kewajaran
c. asas keseimbangan
d. asas pemenuhan kebutuhan dan
harapan
e. asas kelayakan mempertimbangkan
kepentingan publik dan warga masy
3. Serasi dan tepat guna dgn tujuan yg hendak
dicapai
Rencana-rencana
 konsep perencanaan pemerintah dalam
arti luas didefinisikan sebagai persiapan
dan pelaksanaan yang sistematis dan
terkoordinasi mengenai keputusan-
keputusan kebijakan yang didasarkan
pada suatu rencana kerja yang terkait
dengan tujuan dan cara pelaksanaannya
Perizinan
 Sjachran Basah: izin adalah perbuatan hukum
administrasi negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret
berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan
 dalam penerapannya kewenangan pemerintah
dalam bidang izin itu bersifat diskresionare
power atau berupa kewenangan bebas
Fungsi Perizinan
 Sjachran Basah : izin berfungsi selaku ujung
tombak instrumen hukum sebagai pengarah,
perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan
makmur itu dijelmakan.
 Ini berarti persyaratan-persyaratan, yang
terkandung dalam izin merupakan pengendali
dalam memfungsikan izin itu sendiri.
 Prayudi Atmosudirdjo : berkenaan dengan fungsi
hukum modern, izin dapat diletakkan dalam
fungsi menertibkan masyarakat
Instrumen Hk Keperdataan

 Penggunaan instrumen hk publik mrpk


fungsi dasar dari organ pem an dlm
menjalankan tugas2 pem an, sedangkan
penggunaan hk privat mrpk konsekuensi
paham negara kesejahteraan
Kedudukan Pemerintah dlm
menggunakan Instrumen Hk
Perdata
1. Pem menggunakan instrumen hk
keperdataan sekaligus melibatkan diri dlm
hub hk keperdataan dengan kedudukan yg
sejajar dgn orang/badan hk perdata
2. Pem menggunakan instrumen hk
keperdataan tanpa menempatkan diri dlm
kedudukan yg sejajar dgn orang/badan hk
perdata
Bentuk Instrumen Hk Perdata
1. Perjanjian Perdata Biasa : kedudukan hk pem
sejajar dgn orang/badan hk perdata
2. Perjanjian Perdata dgn Syarat Standar :
kedudukan hk pem tidak sejajar dgn
orang/badan hk perdata
3. Perjanjian mengenai Kewenangan Publik,
obyek : cara badan/pejabat TUN
menggunakan wewenang pemerintahan
4. Perjanjian mengenai kebijaksanaan pemerintah
obek : kebijakan publik, dlm hal ini hak
kebendaan pem sbg sarana utk capai tujuan

Anda mungkin juga menyukai