Anda di halaman 1dari 13

Praktek dan Realita

Pengadilan Tata Usaha Negara


Oleh : YUDHI PERDANA SIKUMBANG, S.H.,
M.H.
Direktur Eksekutif YPS Law Office;
Advocate, Legal Consultant & Mediator
DMH LEGAL TRAINING
2022
Struktur dalam Gugatan di PTUN
I. OBJEK SENGKETA : vide – Pasal 1 Angka 9
UU Peratun dinyatakan “Keputusan Tata Usaha
Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha
negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata”.
II. UPAYA ADMINISTRASI :
Undang– Undang Nomer 30 tahun 2014 tentang administrasi pemerintah,
pasal 75,
•ayat (1) warga masyarakat yang di rugikan terhadap putusan dan / atau
tindakan dapat mengajukan upaya administrasi kepada pejabat
pemerintahan atau atasan pejabat yang menetapkan dan – atau melakukan
keputusan dan / atau tindakan,
•Ayat 2 Upaya Administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas,
•Keberatan dan
•Banding
sesuai Pasal 77 Undang-undang Nomor 30 tahun 2014 tentang Adminitrasi
ayat 4 bahwa Tentang permohonan keberatan atas keputusan paling lama
diselesaikan dalam jangka waktu 10 hari kerja dan pada ayat 5 nya
dinyatakan dalam hal badan atau pejabat pemerintahan tidak menyelesaikan
keberatan dalam jangka sebagaimana diatur di ayat 4 yaitu 10 hari kerja
maka konsekuensinya keberatan dianggap dikabulkan
• Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Adminitrasi
Pemerintahan setelah menempuh upaya adminitrastif bab V Pasal 5
• “Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan di Pengadilan dihitung 90
hari sejak Keputusan atas Upaya adminitrastif diterima oleh warga
masyarakat atau diumumkan oleh badan/ dan atau pejabat
adminitrasi pemerintah yang menangani penyelesaian
adminitrastif”.
• Pasal4
• “pihak ketiga yang berkepentingan yang dirugikan oleh keputusan
upaya admintrastif dapat mengajukan gugatan terhadap
keputusan hasil lanjutan upaya adminitrastif tersebut” (vide- pasal
5 dan 4 Perma Nomor 6 tahun 2018
Pasal 52 ayat 1 Undang-undang Nomor 30 tahun
2014 tentang Adminitrasi disebutkan
Syarat sahnya Keputusan meliputi
•A. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
•B. Dibuat sesuai prosedur dan
•C. Substansi yang sesuai dengan objek
keputusan.
III. TENGGANG WAKTU GUGATAN vide-pasal
55 UU Peradilan TUN dinyatakan “Gugatan dapat
diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh
hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara”
IV.  KEWENANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA :
•Pasal 87,
•Dengan berlakunya Undang-undang ini keputusan Tata usaha Negara sebagai mana dimaksud dalam Undang-undang
nomor 5 Tahun 1986 Tentang peradilan Tata usaha Negara sebagaimana diubah dengan Undang-undang nomor 9
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 harus memaknai sebagai :
•Penetapan tertulis yang mencakup tindakan factual
• Keputusan Badan dan / atau pejabat tata usaha Negara dilingkungan Eksekutif, Yudikatif, dan penyelenggara Negara
lainya
•Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB
•Bersifat pinal dalam arti lebih luas
•Keputusan yang berfotensi menimbulkan akibat Hukum, dan / atau
•Keputusan yang berlaku bagi warga masyarakat.
•Dan berdasarkan Peraturan Makama Agung Republik Indonesia nomor 6 Tahun 2018 tentang pedoman penyelesaian
sengketa administrasi pemerintahan setelah menempuh upaya Administratif.
•Ayat (1),
•Pengadilan berwenang menerima, memeriksa memutuskan dan menyelesaikan sengketa Administrasi pemerintah
setelah menempuh upaya Adminiftratif.
•Ayat (2),
•Pengadilan memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan gugatan sengketa administrasi pemerintah menurut
ketentuan Hukum acara yang berlaku di pengadilan, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
V. KEPENTINGAN PENGGUGAT YANG DIRUGIKAN :
Pada Struktur kepentingan ini, Penggugat harus bisa membuktikan
Bahwa KTUN tersebut, mengakibatkan “akibat hukum secara
langsung”
•Undang-undang nomor 9 Tahun 2004 Tentang perubahan Undang-
undang nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata usaha Negara,
pasal 53 ayat (1),
•“orang atau badan Hukum Perdata yang merasa kepentinganya
dirugikan oleh suatu keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi
tuntutan agar keputusan Tata usaha Negara yang disengketakan
dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau disertai tuntutan ganti
rugi dan / atau di rehabilitasi”.
VI. POSITA/ALASAN GUGATAN :
Uraian Gugatan sesuai Perkara yang terjadi (
Aspek materil)
Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang peradilan Tata Usaha Negara Gugatan dapat diajukan dengan dasar :
•Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku;
•Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik;
Bahwa selain itu berdasarkan pasal 66 ayat (1), (2) dan (3) Undang-undang Ri Nomor 30 tahun 2014 tentang
Administrasi pemerintahan ditegaskan :
Keputusan hanya dapat dibatalakan apabila terdapat cacat:
•Wewenang;
•Prosedur Dan Atau;
•Subtsansi;
Dalam hal Keputusan dibatalkan, harus ditetapkan Keputusan yang baru dengan mencantumkan dasar hokum
pembatalan dan memperhatikan AUPB.
•Keputusan pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh :
•Pejabat pemerintahan yang menetapkan keputusan ;
•Atasan pejabat yang menetapkan keputusan;atau
•Atas putusan pengadilan;
“Objek sengketa yang dibuat dan dikeluarkan harus bisa
dibuktikan bertentangan dengan asas-asas umum pemerintah
yang baik (AAUPB), maka sudah bisa beralasan untuk meminta
objek sengketa tersebut di batalkan,”
hal ini sudah selaras dengan Undang-undang nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-undang nomor5 tahun 1986
tentang peradilan Tata usaha Negara, pasal 53 ayat (2) “alasan- alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah
•Huruf a, keputusan Tata usaha negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
•Huruf b, keputusan tata usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas- asas umum pemerintah yang baik.
• 
Bahwa lebih jauh adapun tindak Tergugat sangat merugikan penggugat khususnya terhadap asas UUAP :
•Asas Kepastian hukum, adalah asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan peraturan undangan-
undangan, kepatutan, keajegan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.
•Asas kemanfaatan, adalah manfaat yang harus diperhatikan secara seimbang antara: (1) kepentingan Individu yang satu dengan
kepentingan individu lain; (2) kepentingan individu dengan masyarakat; (3) kepentingan warga masyarakat dan masyarakat asing;
(4) kepentingan kelompok masyarakat yang satu dan kepentingan kelompok masyarakat lain; (5) kepentingan pemerintah
dengan warga masyarakat; (6) kepentingan generasi yang sekarang dan kepentingan generasi mendatang; (7) kepentingan
manusia dan ekosistemnya; (8) kepentingan pria dan wanita.;
•Asas ketidakberpihakan, adalah asas yang mewajibkan badan dan atau pejabat pemerintahan dalam menetapkan dan atau
melakukan keputusan dan atau tindakan kepentingan para pihak secara keseluruhan dan tidak diskriminatif.
•Asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan dan kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif.
•Asas pelayanan yang baik, adalah asas yang memberikan pelayanan yang tepat waktu, prosedur dan biaya yang jelas sesuai
dengan standar pelayanan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Seharusnya badan / pejabat adminitrasi negara
senenatiasa bertindak secara hati – hati agar tidak menimbukan kerugian bagi masyarakat oleh karena tindakan Tergugat
bertentangan dengan asas kecermatan.
VII. PERMOHONAN PENUNDAAN
Pasal 67 ayat (2) dan ayat (4)
huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara (Undang-Undang
Peradilan Tata Usaha Negara) yang mengatakan
bahwa: “Penggugat dapat mengajukan permohonan
agar pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara itu
ditunda selama pemeriksaan sengketa Tata
Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada putusan
Pengadilan yang
memperoleh kekuatan hukum tetap”.
Alasan Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang
sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat dirugikan jika
Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu tetap dilaksanakan.
Tafsir gramatikal terhadap korelasi pasal 67 ayat (1) dan (2)
menimbulkan kesan seolah-olah terdapat kontradiksi antara kedua ayat (1)dan(2). Jika
pasal 67 ayat (1) melarang penundaan pelaksanaan KTUN, ternyata pasal 67 ayat (2)
justru membuka peluang untuk dilakukannya penundaan pelaksanaan KTUN. Namun,
dengan menggunakan tafsir sistematik dapat dianalisis bahwa hubungan antara kedua
ayat dari pasal tersebut merupakan hubungan antara prisip umum (general principle,
algemene beginsel) dengan prinsip khusus (special principle, bijzondere
beginsel).Dalam keadaan khusus
sebagaimana diatur dalam pasal 67 ayat (4), dapat diterapkan prinsip khusus yang
terdapat dalam pasal 67 ayat (2) yang mengecualikan prinsip umumnya (pasal 67 ayat
1) yang mengandung prinsip praduga keabsahan, dalam rangka
memberikan perlindungan terhadap kepentingan penggugat (Tjandra, 2005: 77),
• PETITUM/TUNTUTAN :
•  
• PERMOHONAN PENUNDAAN
• DALAM POKOK PERKARA :

Anda mungkin juga menyukai