a) Eksekusi Otomatis; Apabila setelah 60 (enam puluh) hari kerja putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima tergugat tidak
melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a, keputusan
TUN yang disengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum lagi. Problemnya adalah asas
contrarius actus dan sifat putusan hakim PTUN yakni deklaratoir.
b) Eksekusi Hierarkis:
Pasal 116 ayat (3), (4) dan (5)MUndang-undang Nomor 5 Tahun 1986 dan tidak lagi
diterapkan Page 9 79 setelah disahkannya Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004.
- apabila sampai 90 (sembilan puluh) hari kerja ternyata tergugat belum melaksanakan
kewajibannya, maka penggugat mengajukan permohonan kepada ketua ptun agar
memerintahkan tergugat melaksanakan putusan PTUN;
- apabila tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan ptun, terhadap pejabat ybs
dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah uang paksa dan/atau sanksi
administratif;
- pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan diumumkan pada
media massa cetak setempat oleh panitera;
- di samping diumumkan pada media massa, ketua pengadilan harus mengajukan hal ini
kepada presiden untuk memerintahkan pejabat tsb melaksanakan putusan pengadilan,
dan kepada lembaga perwakilan rakyat untuk menjalankan fungsi pengawasan.
3. Kompetensi absolut PTUN berkenaan dengan pengujian terhadap tindakan pemerintahan yang
dituangkan dalam bentuk keputusan (beschikking). Catatan: setelah berlaku UU No. 30 Tahun
2014 tentang Adpem, kompetensi absolut PTUN diperluas, termasuk tindakan faktual.
Kompetensi absolut PTUN adalah sengketa tata usaha negara yang timbul dalam bidang Tata
Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum Perdata dengan Badan atau Pejabat tata usaha
negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan tata usaha
negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004).
4. acara biasa : Pemeriksaan perkara dengan cara biasa terjadi dalam hal; pertama, tidak ada
permohonan dari penggugat untuk penyelesaian sengketa dengan acara cepat; kedua, ada
permohonan dari penggugat untuk penyelesaian sengketa dengan acara cepat, akan tetapi tidak
dikabulkan oleh Ketua Pengadilan; ketiga, ada perlawanan penggugat terhadap penetapan
Ketua Pengadilan dan perlawanan tersebut diterima atau dikabulkan oleh hakim, setelah
melalui pemeriksaan dengan acara singkat.
Acara Biasa :
Gugatan -> Dismissal Proses -> Pemeriksaan Persiapan -> Majelis Hakim -> Musyawarah ->
Putusan
**Ketentuan mengenai pemeriksaan dengan acara biasa diatur dalam Pasal 68 sampai dengan
Pasal 97 UU PTUN
acara cepat : Ketentuan mengenai pemeriksaan dengan acara cepatdiatur dalam Pasal 98
dan 99 UU PTUN sebagai berikut:
- Apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak yang harus dapat
disimpulkan dari alasan-alasan permohonannya, penggugat dalam gugatannya
dapat memohon kepada Pengadilan supaya pemeriksaan sengketa dipercepat.
- Ketua Pengadilan dalam jangka waktu empat belas hari setelah diterimanya
permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengeluarkan penetapan
tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya permohonan tersebut.
- Terhadap penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat digunakan
upaya hukum.
Acara Cepat :
Gugatan -> Dismissal Proses -> Hakim Tunggal -> Sidang -> Putusan